Pramoedya Menjadi Selebriti di New York

TOPIK GEMA WARTA: PRAMOEDYA ANANTA TOER MENJADI SELEBRITI DI NEW YORK

Friday 23 April 1999

INTRO: Pramoedya Ananta Toer, sastrawan Indonesia termasyhur, mantan anggota LEKRA dan sekarang anggota PRD, pekan ini menjadi selebriti di pusat kapitalisme dunia, New York. Pram yang sudah jompo dan tuli itu tetap tegar dan menjadi pujaan cendekian New York karena semangat humanismenya terpancar dengan kuat. "Kunjungan saya ke Amerika adalah suatu kemenangan terhadap militerisme dan fasisme," katanya. Berikut laporan rekan Aboeprijadi Santoso dari New York:

Kunjungan sastrawan Paramoedya Ananta Toer di Amerika Serikat memang secara tidak disengaja bersamaan waktu dengan hangatnya soal Timor Timur yang mencemarkan nama baik Indonesia. Sebaliknya Pramoedya dengan penampilannya yang tegar dan konsisten, malah mengangkat nama baik bangsa dan budaya bangsanya. Kamis malam Pram menjadi tamu besar dari organisasi bergengsi Asia Society, di New York, berceramah dan menjawab pertanyaan-pertanyaan di muka lebih dari 250-an masyarakat cendekia.

Dia memperkenalkan terjemahan Inggris bukunya yang berjudul "Nyanyi Sunyi Seorang Bisu". Pemred Majalah Tempo Goenawan Mohammad diundang pula untuk memaparkan apresiasinya terhadap Pram. Tampil dengan surjan, kemeja tradisional Jawa yang berwarna abu-abu, Pramoedya tampak segar meskipun tampak tua. "Dia tak mau pakai dasi," kata Ibu Maemunah, istri Pramoedya yang menyertai suaminya beserta pula Joesoef Isak, dari Hasta Mitra, penerbit buku-buku Pram. Barangkali inilah untuk pertama kalinya seorang sastrawan Indonesia tampil begitu megah dan disambut amat hangat di negeri Paman Sam.

Pram yang dianugerahi Freedom to Write Award, dari organisasi penulis PEN dan peraih Hadiah Magsaysay ini, telah mengukuhkan posturnya sebagai sastrawan kaliber internasional. Pramoedya juga telah berulang kali menjadi kandidat untuk hadiah Nobel Sastra, meskipun tidak kunjung memperolehnya. Di negerinya sendiri, dia tidak selalu dihormati pada proporsinya. Akan tetapi organisasi Amerika, Asia Society, kumpulan cendekia, budayawan dan diplomat Amerika dan Indonesia itu, menyebut Pramoedya sebagai "Indonesia's greatest living writer," penulis Indonesia terbesar yang hidup dewasa ini.

Dengan demikian Pram yang mengharumkan kebudayaan bangsa ini, menjadi sebuah sisi lain dari isyu Timor Timur yang mencemarkan nama baik bangsa. Meskipun Pramoedya juga sebuah sosok politik, tetapi sosok itu terwujud sebagai pancaran semangat humanismenya. Katanya, ketika pertama kali berada di Amerika Serikat ini, dia kagum melihat berbagai bangsa bisa hidup damai. Sementara hal itu telah menjadi langka di tanah airnya sendiri, katanya.

Kunjungannya di Amerika ini dinilainya sebagai kemenangan terhadap rejim militeristis dan fasistis yang berkuasa selama 30-an tahun di Indonesia. Kata-kata itu segera disambut dengan tepuk tangan meriah, suatu ovasi yang berkepanjangan. Jadi kalau Pram diminta memberi nasihat kepada para pemimpin Indonesia sekarang, apakah nasihatnya? Pramoedya menjawab dengan singkat dan tegas, milikilah wawasan keindonesiaan. Pada masa Soekarno wawasan itu menjadi arus umum, semua orang ikut arus itu. Nation building istilahnya. Akan tetapi sekarang istilah itu bahkan tidak pernah disebut lagi, demikian jelas Pram.

Indonesia telah menjadi abstrak bagi orang-orang Indonesia sendiri, katanya pula. Akhirnya ketika ditanya apakah dia seorang komunis, Pramoedya dengan enteng menjawab, Orde Baru sudah mengangkat saya menjadi komunis, entah komunis nomor yang berapa dan ini diperkuat oleh pers Orde Baru. Saya sendiri hanya berpihak kepada kebenaran dan keadilan, barangkali itulah Pram-isme, katanya sambil bergurau yang mengundang tepuk tangan lagi dan ketawa publik.

Pramoedya Ananta Toer yang sejak tahun 59 tidak pernah ke luar negeri, diundang oleh berbagai organisasi Amerika atas biaya Ford Foundation, melawat ke Amerika dan Kanada sampai akhir Mei, lalu akan menuju ke Eropa. Dia mendapat gelar Doktor Honoris Causa dari dua universitas beken, paling sedikit di Amerika, dan tampil rata-rata dua kali di setiap kota besar Amerika. Sabtu ini Pram akan menjadi tamu dari Universitas Fordham di Lincoln Centre, New York.

Aboeprijadi Santoso dari New York melapor untuk Fokus Akhir Pekan Radio Nederland.

.

Back to Pram page