Itu Hanya Badai dalam Segelas Kopi

“Itu Hanya Badai dalam Segelas Kopi”

Wawancara dengan Pramoedya Ananta Toer[1]

Bagaimana posisi anda ketika terjadi peristiwa G30S?

Posisi saya waktu itu hanya sebagai Rakyat Indonesia biasa. Memang ada yang menuduh saya sebagai anggota lekra, organisasi Kesenian Rakyat pki. Saya waktu itu diangkat menjadi anggota kehormatan lekra organisasi kesenian rakyat.

Menurut anda pihak-pihak mana saja yang ikut terlibat dalam peristiwa G30S tersebut?

Setiap perubahan fundamental yang terjadi di Indonesia, sejak dulu pasti ada faktor eksternalnya. Sejak jaman Sriwijaya, Majapahit, kolonialisme Belanda, Jepang, dan sampai sekarang, setiap revolusi pasti ada faktor x-nya. Jadi peristiwa G30S ini ada pula faktor x itu. Bangsa kita dibandingkan dengan bangsa-bangsa lain di daratan Asia jauh tertinggal, sehingga menjadi permainan (maaf bicara begitu). Karena ini berdasarkan sejarah Indonesia dikenal hanya setelah menjadi jalan lalu lintas perdagangan antara Tiongkok, India dan sebaliknya.

Peta konflik yang terjadi saat itu bagaimana?

Jangan tanya tentang siapa orang yang terlibat. Masalahnya mulai tahun 1963 Indonesia melakukan konfrontasi dengan Malaysia. Ini awalnya adalah kemerdekaan Indonesia. Dalam sejarah setelah Perang Dunia II ada dua bangsa Asia yang memelopori kemerdekaan bagi bangsanya. Dua bangsa itu yaitu Vietnam 15 Agustus 1945 dan Indonesia 17 Agustus 1945 jadi hanya selisih dua hari. Karena kedua bangsa ini akibatnya Asia Afrika bergejolak karena ingin merdeka. Hal ini membikin khawatir Inggris, karena Malaysia sendiri waktu itu bergolak dan mereka malah pro Indonesia sebagai guru untuk merdeka. Karena Inggris khawatir life-line-nya dari London sampai Australia, jadi tidak boleh terputus oleh gejolak di Semenanjung Malaya. Sehingga mereka membentuk Malaya melalui upaya memberikan kemerdekaan kepada Malaysia dan tidak mengherankan jika Indonesia bersimpati terhadap Malaysia. Indonesia menentang pembentukan British Malaysia karena jika dibiarkan maka live-imperialism Inggris akan mengganggu Indonesia.

Tetapi oleh pers asing, konfrontasi tersebut dianggap sebagai taktik Soekarno untuk melupakan kesulitan dalam negeri. Kesulitan tersebut berupa pemboikotan bangsa barat terhadap Indonesia, karena dalam sejarahnya, Barat selamanya menghisap kaum kulit berwarna. Itu terjadi sejak adanya pelayaran sampai sekarang. Konfrontasi ini semakin membahayakan Inggris, pertempuran terjadi antara Inggris bersama persekutuannya anzus dengan Indonesia di sepanjang perbatasan Kalimantan Utara. Pertempuran itu dilakukan baik melalui darat, laut maupun udara.

G30S merupakan kelanjutan masalah konfrontasi Malaysia. Kebetulan kepentingan Inggris terhadap Malaysia dalam hal live-imperialism bertemu dengan kepentingan-kepentingan AS. Sebab strategi global AS yang menjadikan negara-negara lain menjadi pasar dia. Sebagaimana AS memusuhi negeri komunis karena menolak dijadikan pasar bagi barangnya Sehingga pemberontakan G30S tidak merupakan masalah ideologi.

Berarti sama kejadiannya dengan peristiwa prri, permesta?

Memang hampir sama dengan peristiwa prri-permesta. AS, Eropa menjadi kuat karena merampasi milik kaum berwarna. Selama 2 abad orang negro di AS dihisap. Dalam perjalanan menuju ke AS negro-negro tersebut sebanyak 10% dibunuh dalam kapal-kapal yang membawanya ke daratan AS. Begitu juga Belanda menghisap bangsa kita. Dan banyak orang Indonesia mati akibat beberapa stelsel yang dilakukan oleh Belanda. Karena itu mereka sekarang kaya. Sehingga ketika kemarin Indonesia membicarakan utang luar negeri, saya mengatakan bahwa Indonesia tidak mempunyai utang luar negeri. Justru merekalah yang mengambil kekayaan Indonesia. Saya pernah menulis tentang hal tersebut tahun 1956.

Pada tahun 1965 AS kepayahan di Vietnam, dia tidak mau pengaruh Vietnam tersebut merambat ke selatan, sehingga AS memutus pengaruh tersebut sampai di sebelah selatan Vietnam. Sementara itu di Indonesia sedang disiapkan tenaga sukarela yang dilatih untuk menghadapi Inggris di semenanjung Malaya. Jumlah sukarelawan yang disiapkan berjumlah 40.000 orang. Untuk memadamkan niat Soekarno ini maka diadakanlah G30S dengan tujuan untuk memadamkan usaha Soekarno melawan imperialisme Inggris sekaligus menggulingkan Soekarno, dan juga untuk membubarkan pki. Itu sebabnya terjadi pembunuhan terhadap jendral-jendral yang ditemukan di Lubang Buaya. Terus Soekarno, Aidit, Soeparjo kok, ngumpul di Lubang Buaya, kan aneh. Jadi hal ini pasti ada yang ngatur agar mudah untuk menangkap mereka. Setelah itu pers asing memberitakan bahwa Soekarno terlibat dalam peristiwa G30S tersebut. Tahun ini arsip dokumen AS yang membuktikan bahwa AS terlibat dalam peristiwa G30S akan dibuka, tetapi dokumen Inggris belum dibuka. Jadi, G30S pki sebenarnya adalah persoalan Inggris dan AS. AS untuk memutus pengaruh komunisme dalam hal ini Vietnam ke selatan dan Inggris untuk menyelematkan garis imperialismenya. G30S menurut saya kejadian yang dibikin menjadi besar saja.

Berarti tentara dalam hal ini Angkatan Darat tahu tentang hal itu?

Saya tidak dapat menjawab hal ini karena seharusnya arsip yang seharusnya menjawab. Tapi saya punya hipotesa, karena sejak semula saya seorang nasionalis kiri dan saya mengalami masa pahit akibat ulah bapak saya yang juga nasionalis kiri, sementara orang lain masuk jadi “bener” seperti Nasution dan Soeharto saat itu. Saya tidak rela karena kondisi saat itu yang pahit sekali. Yang penting adalah bahwa dalam persoalan G30S jangan sampai kita menuduh orang-orangnya tapi yang lebih penting adalah the why and the how, seperti Untung, bagaimana bisa dia menculik jendralnya Soekarno. Padahal jendral-jendral itu setia pada Soekarno. Mereka dibunuh lantas Soekarno dituduh terlibat G30S berarti kan, Soekarno mengkup Soekarno. Itu logika dari mana dan itu sampai sekarang masih ramai.

Kalau dikaitkan dengan konstelasi politik saat ini dan dengan isu suksesi 1998 bagaimana, pak?

Selamanya akan tetap sedemikian itu. Soal suksesi jangan dibicarakan sekarang, soal hari depan itu kalian yang pegang. Jangan belajar dari orang-orang jamannya Soekarno karena mereka tidak mampu mengelola konflik yang ada. Sehingga Soekarno, Hatta, Syahrir sampai matinya tidak bisa ketemu. Jangan jadi korban konflik. Ngomong soal G30S saya peringatkan, angkatan 45 waktu melawan Belanda mempunyai senjata sementara angkatan muda sekarang tidak punya dalam menghadapi militerisme yang sekarang dibelakang persekutuan multi regional dan dibelakan AS. Berbeda dengan waktu lalu yang hanya menghadapi Belanda.

Jadi soal siapa yang terlibat G30S, itu tidak penting sebelum menjawab the why and the how.

Begini, selama ini Orba membikin fakta yang seolah-olah mendukung pemerintah sekarang, ini bagaimana?

G30S itu bukan pemberontakan tapi hanya kup. Itu hanya badai dalam gelas kopi karena hanya soal yang tidak berarti, terjadi kemudian ketahuan dan muncul tuduhan misalnya Aidit yang dituduh sebagai biang keladi mengapa ditangkap terus dibunuh mestinya dikorek keterangan dulu, tapi mengapa mesti dibunuh. Jadi jendral-jendral yang dibunuh itu adalah jendral yang setia dengan Soekarno.

Bagaimana dengan perbedaan pendapat antara AD dengan Soekarno?

Hal ini bersandar masa revolusi semasa revolusi itu pemimpin politik kita melihat perlawanan bersenjata tidak mungkin memenangkan perlawanan. Karena jalan diplomasi dan perlawanan bersenjata dalam revolusi tidak mungkin memenangkan perlawanan dalam revolusi melawan Belanda yang disokong negara pemenang PD II. Jaman itu tentara sudah dipimpin Nasution, orang knil. Menurut saya Nasution tidak suka pada rakyat jelata bersenjata. Padahal rakyat mendapatkan senjata sendiri dengan jalan menyerang Jepang. Jadi dalam revolusi itu tentara lebih banyak menaklukkan rakyat bersenjata daripada Belanda. Waktu militer terusir dari Jawa Barat terus lari ke Jawa Tengah dan Jawa Timur, di sanalah katanya mereka menang melawan tentara merah pki. Kan aneh di Jawa barat lari dari Belanda di Jawa Tengah dan Jawa Timur membabati rakyat. Padahal itu soal konflik biasa. Saya berpesan seharusnya kita mengelola konflik bukan menjadi korban konflik. Jeleknya di Indonesia jika sudah kalah malah dihina sampai tujuh turunan. Saya nggak ngerti peradaban apa ini.

Apa kepentingan historis Orba terhadap kejadian tersebut?

Orba secara historis mendapat keuntungan dari kejadian tersebut. Meskipun mulutnya memaki-maki G30S, sebetulnya Orba mendapat keuntungan. Harusnya mereka berterima-kasih, tetapi karena mereka hipokrit ya, beginilah.

Dalam hal ekonomi politiknya?

Ya takluk saja dengan pemodal besar. Saat itu kapital memerintah penguasa-penguasa regional sampai semua tunduk. Orang kulit berwarna akhirnya yang menjadi korban.

Menurut anda apa yang menyebabkan nefo gagal?

Nefo gagal karena memang belum masanya. Itu karena bangsa kulit putih masih terlalu kuat tetapi Soekarno tetap memaksa pembentukan nefo. G30S terjadi dalam rencana supaya semua kena dan selesai. Tetapi Soekarno tidak semudah itu untuk digulingkan. Akhirnya dengan jalan merangkak Kup-nya Soeharto berhasil menggulingkannya. Yang meng-kup kan Soeharto. Sehingga dia yang mendapat keuntungan.

Harto itu orang knil dan juga orang Mangkunegaran. Demikian juga Nasution. Waktu orang susah dan dibuang dia enak-enak mendapat gaji. Saya berhak ngomong begitu karena saya penasaran kenapa sampai 14 tahun dirampas kebebasan saya dan dipaksa untuk bekerja selama 14 tahun. Saya berhak untuk tahu itu dan saya mencoba mencari tahu tentang hal tersebut.

Menurut anda apakah keluarnya buku Kehormatan Bagi yang Berhak karangan Manai Sophian itu cukup memberikan informasi?

Bagi saya sih nggak. Tapi saya senang ada orang Indonesia yang berani menyatakan pendapatnya berdasar materi yang dapat dipertanggungjawabkan, itu sudah suatu kemajuan. Biasanya orang Indonesia tidak berani karena konsekuansinya berat, penjara atau teror. Tapi ini adalah sikap berani. Jadi kalau soal G30S tidak meyebutkan masalah konfrontasi sebagai titik-tolaknya bagi saya ini adalah nol. Omong kosong itu karena urutannya ada faktor ekstern yang menentukan.

Anda tadi menyebutkan AD berperan dalam peristiwa tersebut?

AD sebenarnya telah berperan sejak masa revolusi. Dan terjadi pertentangan antara militer dan politisi.

Apakah AD dalam hal ini mendapat keuntungan kapital terutama dalam kaitannya dengan kapital AS yang masuk ke Indonesia?

Ya, tokoh-tokohnya saja. Saja tidak menuduh, lho. Pernah ke Cibubur lihat rumah-rumah jendral, nggak? Rumahnya luar biasa. Gajinya seberapa toh? Pagarnya saja bisa puluhan juta harganya. Saya kira dengan gajinya beli mobil saja tidak mampu. Dari jumlah dia bayar pajak akan terlihat berapa jumlah gajinya.

Begini, ada salah satu hipotesa yang menyebutkan bahwa salah satu segi positif dari Angkatan Darat, saat itu kekuatan tersebut tidak menggunakan kekuatannya semaksimal mungkin. Sehingga jika mereka mau mungkin jika sudah dikuasai militer akan terjadi suatu pemerintahan junta militer.

Bukan begitu. Pada saat itu Soekarno kuat malah sebagian tentara di pihak Soekarno seperti AU dan AL.

Tapi yang kuat saat itu kan AD?

Ya kuat karena kan di darat. Perlu diingat bahwa Soekarno adalah orang yang mempersatukan bangsa-bangsa di Indonesia tanpa meneteskan darah setetespun sehingga terbentuk suatu nation-state. Nah dengan demikian dia lebih kuat dari militer. Kalau dia menghantam militer knil kliknya Soeharto bukan tidak mungkin akan terjadi perpecahan karena provinsi-provinsi frontier akan berdiri sendiri sebagai negara dan itu past akan disokong oleh negeri kapitalis dan selanjutnya Indonesia akan bubar seperti Uni Soviet sekarang. Dan kalau bubar, Jawa tidak bisa hidup. Kalau toh Jawa pining hidup dia hanya bisa ekspor 2 hal, manusia berpacul dan manusia berbedil jadi mengekspor pembunuh. Jadi hipotesa dosen kamu itu tidak sepenuhnya benar dan nggak cocok dengan kenyataan.

Berapa besar korban akibat peristiwa G30S tersebut?

Itulah, pemerintah Orba nggak mau untuk mendirikan komisi saja tidak mau. Soekarno yang membentuk fact-finding commission, untuk menyelidiki berapa banyak korban. Tetapi ketika di lapangan, pihak tentara selalu memberikan jawaban yang seragam, menjawab jumlah sekian dan minta pki untuk dibubarkan. Tetapi ketika ditanya ke penduduk jumlahnya bisa 10 sampai 20 kali lebih besar.

Menurut anda berapa?

Wah, saya sebenarnya tidak berhak untuk menjawab hal tersebut.

Tapi menurut Domo (Sudomo) sekitar 1 juta.

Itu biaya untuk mendirikan Orba, dan jangan lupa, untuk melahirkan bangsa dan negara Indonesia Soekarno tidak meneteskan darah setetes pun.

Ada kemungkinan lebih?

Saya kira lebih, sebab itu yang dibunuhi, terus. Tahun ’69, ketika saya mau diberangkatkan ke Buru, ditempatkan di Nusa Kambangan, di salah satu penjara yang namanya Karang Tengah. Di situ saya sempat membaca papan: kekuatan 500 sekian orang, mati 200 sekian orang. Separonya itu. Itu tulis, saya baca itu. Kemudian di Buru, berapa teman-teman saya yang dibunuhi di sana. Untung saya catat, tapi cuma sampai tahun ’78, ’79 sudah tidak saya catat lagi. Masih tetap dibunuhi, jangankan di dalam penjara, di luar penjara banyak yang dibunuhi, di Timtim, sepertiga penduduk dibunuhi. Ini bangsa apa...?

Itu fakta?

Ya fakta! Kalau gak percaya, bikin cacah jiwa. Aceh, gubernurnya sendiri bilang, “Penduduk merosot jumlahnya.” Itu gubernur Aceh sendiri. Sayang tidak saya kliping.

Tentang Litsus, bagaimana?

Apa? Untuk keamanan? Keamanan siapa sebenarnya? Saya tidak tahu, saya merasa gak aman sampai sekarang. Kemana-mana saya merasa curiga. Apalagi katanya membahayakan negara. Tuduhan-tuduhan itu. Negara khan ada unsur-unsurnya, rakyat, wilayah, pemerintah. Yang mana? Itu ngawur saja orang-orang. Negara dibahayakan segala macam. Komunisme yang laten. Mungkin bagi orang-orang yang dibunuhi yang berkuasa ini yang berbahaya. Di Buru itu, berapa kali saya digebukin oleh militer. Dan militer itu umurnya seperti anak saya yang sekian.

[Buku Prahara Budaya yang baru-baru ini terbit, menghangatkan kembali perbincangan dua kutub Manifes Kebudayaan dan Lembaga Kesenian Rakyat (lekra). Buku ini dianggap monumental sebagai “pelurus sejarah.” Sayangnya diskusi meyambut terbitnya buku ini tidak melibatkan Pram secara pribadi yang punya kepentingan langsung di dalamnya. Ia memang tak pernah diberi kesempatan untuk mengadakan pembelaan lewat dialog-dialog dalam berbagai forum. Pram sedikit berkisah seputar “pertengkaran intelektualnya” dengan Manifes Kebudayaan.]

Waktu saya ditangkap, koran NU, Duta Masyarakat, menuduh saya mencuri buku-buku dari Museum Nasional. Sampai sekarang, komunis anggota pki segala macam. Buktinya apa? Dan saya tidak bisa membela diri. Persoalannya itu waktu jaman Orla ada polemik dengan golongan Manikebu, yang disponsori militer. Tuduhannya saya melarang buku-buku mereka, diteror. Khan sama-sama punya senjata, pena. Teror apa? Khan sama-sama pena? Nggak jawab waktu itu. Sampai sekarang tuduhan itu, makin lama makin vulgar, gak patut dijawab. Terakhir di Republika. Ditulis oleh berbagai macam orang (2 tahun lalu). Saya coba jawab tapi gak dimuat, padahal saya datang sendiri ke sana. Maka itu waktu Balairung memuat wawancara dengan saya, kaget saya. Kok, berani?

Kalau peranan militer bagaimana?

Ini khan dibikin seperti di Amerika Latin, (seperti di Chile, Pak?). Yang mana saja sama. Jadi dengan kekuasaan militer nggak ada demokrasi, jadi rakyat dan sumber daya alam lebih mudah dieksploitasi Amerika Serikat. Ini terakhir ya, ada tulisan tentang: “Kenapa Kennedy tidak boleh datang ke Indonesia?” Untuk menghalangi supaya ia tidak datang ke Indonesia, ia dibunuh. Jadi cia, waktu itu dikepalai oleh Allan Dulles yang dipecat sama Kennedy. Allan Dulles punya hubungan dengan istri PM Belanda, yang adalah raja dan ratu minyak. Dan Dulles adalah sahabat Soekarno. Ia mau datang ke Indonesia, bicara dengan Soekarno tentang kemungkinan kerja sama eksplorasi minyak di Irian Jaya. Minyak Irian, paling bagus sedunia. Jadi untuk menghalangi kerjasama dengan Soekarno ia (Kennedy) dibunuh. Jadi, ada permainan antara Allan Dulles dengan PM Belanda.

Kalau menurut anda kalau bukan kapitalisme yang ideal, apa alternatifnya?

Sekarang yang berharga kapitalnya atau manusianya? Pilih saja. Pokoknya asal manusia dihargai, manusia harus dapat tempatnya di dunia. Ya, orang ada yang mengatakan sosialisme, komunisme, sosial demokrat. Terserah orang mau bilang apa, yang penting manusianya harus dapat tempat.

Ada pesan buat teman-teman di Yogya?

Dalam hidup kita, cuma satu yang kita punya, yaitu keberanian. Kalau tidak punya itu, lantas apa harga hidup kita ini?

* * *

[1]Sintesa: “Indonesia (c)Emas,” no.10, viii, 1995.