Sejumlah Koleksi Pramoedya Ananta Toer Dicuri

Senin, 10 Maret 2003

Sejumlah Koleksi Pramoedya Ananta Toer Dicuri

Jakarta, Kompas - Rumah sastrawan Pramoedya Ananta Toer di Jalan Multi Karya II Nomor 26, Utan Kayu, Jakarta Timur, Minggu (9/3) sekitar pukul 11.00 dibobol pencuri. Komplotan pencuri yang diduga naik tiga sepeda motor menggasak sejumlah barang, di antaranya emas 70 gram, uang tunai Rp 3,65 juta, dan puluhan pena buatan luar negeri yang dikoleksi istri Pram, Ny Maemunah Thamrin.

Menurut Yudistira (37), putra bungsu Pramoedya yang sehari-hari tinggal di rumah tersebut, pada hari Minggu kemarin semua penghuni rumah tersebut pergi ke rumah Pram di Bojonggede, Bogor. Pengarang Bumi Manusia itu memang tinggal di Bojonggede dan hanya menginap di Utan Kayu kalau akan memeriksakan kesehatannya.

"Saat kami berada di Bogor, ada telepon dari tetangga mengabarkan kalau rumah ini kecurian," ujarnya.

Setibanya di rumah, ternyata delapan kamar di rumah dua lantai itu terlihat sudah diobrak-abrik. Kawanan pencuri diperkirakan masuk melalui samping kiri rumah dengan mencongkel pintu.

Yudistira menduga, pencuri sudah mengintai rumah sejak Sabtu. Sepanjang Sabtu, katanya, ada puluhan panggilan telepon yang tiap kali diangkat langsung dimatikan. "Mungkin dia cari tahu, di rumah lagi ada orang atau tidak," ujarnya.

Akibat pencurian itu, Ny Maemunah sangat berduka mengingat di antara benda yang dicuri itu adalah puluhan pena buatan luar negeri yang dikoleksinya sejak tahun 1970-an. Pena itu dicuri dengan tempatnya masing-masing, yang sebagian besar terbuat dari kayu dan berupa ukir-ukiran. Menurut istri mantan tahanan politik Orde Baru itu, ada sebagian pena yang berlapis emas.

"Kalau dinilai harganya, bagi saya tak terhitung. Karena itu kenang-kenangan dari kunjungan Pak Pram ke luar negeri, antara lain dari Jerman, Australia, dan Belanda. Jadi mayoritas pemberian orang atau lembaga," ujarnya.

Anak keempat Pram, Ny Titik, telah mengabarkan pencurian itu kepada ayahnya, tetapi Pramoedya hanya tersenyum. "Buat Bapak, kehilangan barang itu biasa. Sebab, beliau biasa kehilangan sesuatu. Naskahnya hilang, tanahnya hilang, kemerdekaannya juga pernah dirampas," ujarnya. (ADP)