1.3.b.3. Elaborasi Isi - Pembelajaran Diferensiasi dalam PJOK
1.3.b.3. Elaborasi Isi - Pembelajaran Diferensiasi dalam PJOK
Moda : Asinkron
Pengantar
Ki Hajar Dewantara telah menyampaikan bahwa maksud dari pendidikan adalah menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka sebagai manusia maupun anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya.
Sebagai pendidik, Ibu dan Bapak tentu menyadari bahwa setiap anak adalah unik dan memiliki kodratnya masing-masing yang dicerminkan juga dalam berbagai karakteristik yang telah disampaikan dalam Pembelajaran 2. Tugas kita sebagai guru adalah menyediakan lingkungan belajar yang memungkinkan setiap anak untuk dapat tumbuh dan berkembang secara maksimal sesuai dengan kodratnya masing-masing. Dengan begitu, guru dapat berpartisipasi dalam memastikan bahwa dalam proses pembelajaran, anak-anak tersebut merasa aman dan bahagia.
Setiap peserta didik yang duduk di kelas kita adalah individu yang unik dan ini seharusnya menjadi dasar dari praktik-praktik pembelajaran yang kita lakukan di kelas dan di sekolah, serta menjadi kerangka acuan saat mengevaluasi praktik-praktik pembelajaran kita. Seperti yang dibahas dalam Pembelajaran 2, setiap peserta didik di kelas Bapak/Ibu mungkin memiliki karakteristik jasmani, sosial, emosional, dan mental yang berbeda.
Untuk mengakomodir kebutuhan peserta didik yang beragam berdasarkan karakteristiknya, salah satu strategi paling efektif yang dapat digunakan adalah pembelajaran berdiferensiasi (differentiated learning).
Materi pembelajaran diferensiasi terdiri dari:
Definisi Pembelajaran Diferensiasi
Kesiapan Belajar Peserta Didik
Strategi Pembelajaran Berdiferensiasi dalam PJOK
Contoh Langkah-langkah Penerapan Pembelajaran Terdiferensiasi
Definisi Pembelajaran Berdiferensiasi
Bayangkanlah kelas yang Ibu dan Bapak ajar saat ini. Ingatlah satu persatu peserta didik di kelas:
Apa minat mereka dalam olahraga?
Bagaimanakah karakteristik setiap anak di kelas Anda?
Siapakah yang paling kencang dalam berlari dan sebaliknya?
Siapakah yang paling menyukai kegiatan kelompok?
Siapakah yang justru selalu menghindar saat bekerja kelompok?
Siapa saja yang dapat melakukan loncat paling tinggi dan sebaliknya?
Siapakah peserta didik yang masih perlu dibantu untuk melakukan roll depan dan belakang?
Siapakah anak yang selalu kesal ketika kalah dalam suatu permainan olahraga?
Setiap harinya, tanpa disadari, Ibu dan Bapak dihadapkan dengan berbagai macam keberagaman. Di saat yang bersamaan Ibu dan Bapak juga harus melakukan banyak pekerjaan atau membuat keputusan dalam satu waktu.
Ibu dan Bapak mungkin pernah berada dalam posisi ketika membantu sebagian kecil peserta didik yang mengalami kesulitan melakukan lompat jauh. Di saat yang bersamaan sebagian besar peserta didik lain dengan lancar menyelesaikan. Akibatnya, Ibu dan Bapak tidak bisa mengontrol aktivitas semua peserta didik.
Seorang guru akan senantiasa menuntun berbagai karakter anak dengan berbagai cara, sehingga kemampuan untuk melakukan banyak tugas sekaligus ini secara natural sebenarnya dimiliki oleh guru. Kemampuan ini banyak yang tidak disadari oleh para guru, karena begitu alaminya hal ini terjadi di kelas dan betapa terbiasanya guru menghadapi tantangan ini. Semua usaha tersebut tentunya dilakukan oleh guru dengan tujuan untuk memastikan setiap peserta didik di kelasnya sukses dalam proses pembelajarannya.
Pembelajaran Berdiferensiasi adalah usaha guru untuk menyesuaikan proses pembelajaran di kelas untuk memenuhi kebutuhan belajar individu peserta didik. Menurut Tomlinson (1999:14) dalam kelas yang mengimplementasikan pembelajaran berdiferensiasi, seorang guru melakukan upaya yang konsisten untuk merespon kebutuhan belajar peserta didik.
Dengan kata lain, semua peserta didik belajar materi yang serupa, tetapi strategi untuk mencapai tujuan bersama tergantung pada tingkat perkembangan individu dan gaya belajar peserta didik (Ellis, Lieberman, & LeRoux, 2010). Dalam pengajaran terdiferensiasi, tiga (3) elemen kurikulum dapat dibedakan berdasarkan kebutuhan peserta didik yaitu; konten, proses, dan produk.
Pembelajaran berdiferensiasi dapat diterapkan dalam berbagai macam kurikulum. Karena yang menjadi pertimbangan guru dalam menyajikan aktivitas pembelajaran adalah bagaimana konten dan aktivitas yang disajikan dapat mewadahi setiap karakteristik peserta didik dengan kodratnya masing-masing.
Kebutuhan Belajar peserta didik
Tomlinson (2001) dalam bukunya yang berjudul How to Differentiate Instruction in Mixed Ability Classroom menyampaikan bahwa Bapak/Ibu dapat melihat kebutuhan belajar peserta didik berdasarkan 3 aspek:
KESIAPAN BELAJAR PESERTA DIDIK (READINESS)
Kesiapan belajar peserta didik bukan diukur dari tingkat intelektualitas (IQ). Kesiapan belajar peserta didik lebih merujuk kepada informasi tentang;
apa saja pengetahuan atau keterampilan yang dimiliki peserta didik saat ini (pra-knowledge) untuk membantu memahami konsep/aktivitas yang akan dipelajari?,
dalam pembelajaran PJOK, apa saja gerak dasar dan pengalaman aktivitas olahraga yang pernah, dan/sudah dikuasai peserta didik sebagai dasar dari aktivitas pembelajaran yang akan dilakukan
Perkembangan karakteristik jasmani, sosial, emosional, dan mental untuk mendukung setiap aktivitas yang dirancang berdasarkan kurikulum
Santangelo & Tomlinson (2009) dan Joseph et.al (2013) mengisyaratkan, identifikasi Kebutuhan belajar sebelum merancang pembelajaran dapat membantu guru memastikan semua peserta didik akan mendapatkan pengalaman belajar yang menantang secara tepat dan merata.
MINAT PESERTA DIDIK
Di samping perkembangan karakteristik yang menjadi pertimbangan dalam memilih aktivitas PJOK, juga perlu guru mengetahui sifat anak yang secara alamiah memiliki keinginan-keinginan yang manusiawi, minat. Mengetahui minat peserta didik akan membantu guru untuk menyiapkan kegiatan dan pola interaksi yang dibutuhkan ketika mengajar PJOK. Mari kita lihat keinginan anak tersebut di bawah ini:
Keinginan untuk Menjadi Sehat Secara Fisik, Sehat, dan Menarik
Keinginan anak untuk menjadi bugar, sehat, dan menarik sangat penting dipertimbangkan guru PJOK. Masyarakat sadar akan perlakuan negatif dan masalah yang dihadapi individu sepanjang hidup jika mereka kelebihan berat badan, lemah, atau tidak menarik.
Orang yang sehat secara fisik merasa fit dan sehat dapat membanggakan citra positif tersebut kepada orang lain. Keberhasilan ini menambah konsep diri yang positif. Sebaliknya, orang yang kelebihan berat badan sering mengalami kesulitan dalam kegiatan sehari-hari sederhana seperti berpakaian, duduk, dan berjalan, mereka mungkin memiliki citra diri yang negatif dan sering tidak dapat berpartisipasi dalam atau ketika menikmati banyak kegiatan.
Keinginan untuk Bermain
Bermain adalah perilaku penting yang menembus semua budaya dalam berbagai bentuk. Olahraga, tarian, dan berbagai jenis aktivitas fisik adalah bentuk permainan. Banyak bentuk permainan, termasuk musik, drama, dan seni, yang menjadi bagian dari masyarakat.
Bagi sebagian orang, aktivitas bermain yang menyenangkan sama berharganya dengan menjalankan pekerjaan. Bahkan, bagi banyak orang, bermain adalah aspek terpenting dalam hidup mereka. PJOK dapat memberikan kontribusi yang signifikan terhadap keinginan universal untuk bermain ini.
Hasrat akan Pengetahuan
Umat manusia terus mencari pengetahuan di semua bidang. Orang-orang ingin tahu tentang dunia di sekitar mereka. PJOK memiliki batang tubuh pengetahuan yang luas yang berasal dari berbagai sub-bidang keilmuan olahraga, termasuk fisiologi olahraga, kinesiologi, pembelajaran motorik, psikologi olahraga, dan sosiologi olahraga. Guru menjadi sentral peranannya dalam memenuhi keinginan anak untuk mengetahui ini dalam pelajaran PJOK.
Keinginan untuk Sukses, Pengakuan, dan Kepuasan
Orang cenderung mengulangi kegiatan yang memberi mereka keberhasilan. Sebaliknya, mereka akan menghindari kegiatan di mana mereka tidak berhasil. Berbagai jenis kesuksesan biasanya mengarah pada pengakuan, persetujuan, atau kepuasan diri. Orang akan cenderung berpartisipasi dalam kegiatan di mana mereka merasa sukses karena perasaan sukses mengarah pada kepuasan dan kebahagiaan. Aktivitas fisik berada dalam kategori ini dan dengan demikian memberikan kontribusi yang signifikan bagi kehidupan seseorang.
Keinginan untuk Kompetensi sosial dan emosional
Kebanyakan orang khawatir tentang bagaimana pandangan orang lain tentang mereka. Orang ingin diterima, dihormati, dan disukai. Sekolah dapat menjadi agen sosial utama dalam budaya kita. PJOK menawarkan kesempatan unik di bidang sosial-emosional ini karena sifat dan pengaturan materi pelajarannya. Situasi kompetitif (melibatkan situasi menang, kalah, dan menerima keputusan wasit) dan kegiatan co-educational (dengan penekanan pada keterampilan gerakan) menyediakan sumber pengalaman sosial dan emosional yang kaya bagi peserta didik. Guru PJOK dapat memberikan dampak dalam perkembangan sosial-emosional peserta didik.
Keinginan untuk Bersaing
Persaingan hadir di hampir semua aspek budaya kita. Di banyak liga olahraga, pemain muda mulai terlatih dalam persaingan untuk menjadi juara. Beberapa orang percaya pengalaman kompetitif awal ini bermanfaat bagi peserta didik, tetapi yang lain mempertanyakan asumsi dan praktik ini. Terlepas dari pendirian yang diambil, sifat kompetitif olahraga dan aktivitas fisik membutuhkan guru PJOK dalam membimbing dan mengambil sikap terhadap kompetisi. Program PJOK dapat memiliki pengaruh yang kuat pada kaum muda dan kemampuan mereka untuk bersaing.
Keinginan untuk Mengambil Risiko, Petualangan, dan Kegembiraan
Seiring meningkatnya urbanisasi, mekanisasi, dan gaya hidup impersonal dan serba cepat, banyak orang beralih ke kegiatan petualangan berisiko tinggi untuk bersenang-senang. Aktivitas fisik seperti panjat tebing, ski, kano, dan backpacking semakin populer dan memberi orang kesempatan untuk melakukan sesuatu yang baru, berisiko, dan mengasyikkan. Kurikulum PJOK dapat memberikan banyak pengalaman untuk memuaskan keinginan ini.
Keinginan untuk Ekspresi ritmis
Kebanyakan orang menikmati mendengarkan dan bergerak atas respons dan reaksi terhadap suara berirama. Banyak bentuk aktivitas ritmik telah populer dalam berbagai budaya sepanjang sejarah. Aktivitas ritmik dapat mencakup berbagai bentuk tarian, seperti tarian rakyat, tarian pergaulan, aerobik, dan aktivitas jasmani, seperti lompat tali, lari rintangan, atau berolahraga dengan musik. Ritme bisa menyenangkan dan memotivasi. Berbagai kegiatan ritmik merupakan bagian penting dari kurikulum PJOK dalam bentuk aktivitas gerak berirama.
Keinginan untuk Ekspresi Kreatif
Aktivitas fisik memberikan banyak kemungkinan sebagai alternatif dalam menyalurkan ekspresi kreatif yang terstruktur dalam aturan yang mengatur kegiatan.
Dalam bola basket, peserta didik menikmati upaya ketika mencoba mengembangkan tembakan akrobatik atau dorongan kreatif ke keranjang, operan, dan bantuan/assist. Dalam senam, kesempatan untuk mengembangkan rutinitas kreatif untuk musik atau untuk menyempurnakan gerakan baru mungkin menantang. Permainan dan pertahanan baru diciptakan dalam sepakbola. Tantangannya tidak terbatas, dan peluang untuk ekspresi kreatif menarik bagi peserta didik. Kurikulum PJOK dapat direncanakan untuk membantu memenuhi keinginan ini.
PROFIL BELAJAR PESERTA DIDIK
Berdasarkan kesiapan belajar peserta didik dan minat peserta didik yang diidentifikasi, guru PJOK dapat menyusun dokumen Profil Belajar peserta didik. Dokumen ini dapat guru buat dalam awal tahun ajaran baru bersama wali kelas. Guru PJOK dapat memperbarui profil belajar peserta didik berdasarkan observasi yang terus berjalan sepanjang tahun pembelajaran. Hal ini akan memudahkan guru dalam menyusun pembelajaran peserta didik yang sesuai dengan karakteristik peserta didik dan menghadirkan pembelajaran yang berpusat pada peserta didik.
Tabel di bawah adalah contoh dokumen yang dapat dikembangkan oleh guru PJOK untuk membuat Profil Belajar peserta didik. Ingat! Gunakan tabel ini sebagai salah satu referensi saja. Ibu dan Bapak dapat mengembangkan sendiri sesuai kebutuhan.
Panduan pengisian tabel:
Dalam kolom kesiapan belajar, Ibu dan Bapak dapat menggunakan karakteristik yang disampaikan dalam pembelajaran 2.
Dalam kolom minat, Ibu dan Bapak dapat mengobservasi apa saja minat peserta didik dari kategori minat yang disampaikan dalam sub-bab ‘Minat peserta didik’ dalam Pembelajaran 3 ini.
Untuk kolom pre-knowledge, Ibu dan Bapak dapat mengisi informasi berdasarkan riwayat belajar peserta didik sejauh ini.
Untuk mengisi pengalaman, Ibu dan Bapak dapat menanyakan sendiri kepada peserta didik. Contoh, tanyalah pengalaman mereka dalam berenang sebelum mengajak mereka berlatih berenang.
Berdasarkan dokumen profil belajar di atas, guru dapat membuat kategori peserta didik berdasarkan kemiripan profil:
Buatlah kategori peserta didik sesuai dengan jenis aktivitas pembelajaran yang sedang dirancang
Jika dalam satu kelas terdapat 40 peserta didik, guru tidak harus merancang 40 aktivitas berdasarkan 40 profil, tetapi gunakan kategori yang sudah dibuat.
Sesuaikan kategori jika untuk aktivitas yang berbeda
Strategi Pembelajaran Berdiferensiasi dalam PJOK
Setelah mengetahui kebutuhan belajar peserta didik, guru dapat merencanakan dan melakukan sebuah pembelajaran yang harapannya dapat merespon atau memenuhi kebutuhan belajar peserta didik-peserta didiknya, sehingga dapat mencapai tujuan pembelajaran dan kualitas pembelajaran yang optimal.
Apa saja yang didiferensiasikan agar pembelajaran sesuai dengan karakteristik peserta didik dan berpusat pada peserta didik?
Pembelajaran Berdiferensiasi
DIFERENSIASI KONTEN
Konten adalah apa yang kita ajarkan kepada peserta didik. Konten merupakan materi/bahan ajar dan materi belajar dapat berupa pengetahuan, konsep atau keterampilan yang harus dikuasai oleh peserta didik, sesuai dengan standar kurikulum.
Diferensiasi konten merujuk pada:
Tujuan pembelajaran tetap sama untuk semua peserta didik.
Strategi pengorganisasian konten.
Format penyampaian konten. Contohnya: berlari 1 kilometer dapat dilakukan dengan sprint, lari estafet, atau halang rintang.
Contoh Penerapan Diferensiasi Konten
Sesuai dengan penjelasan di atas bawah konten adalah apa yang akan kita ajarkan kepada peserta didik, yang bentuknya bisa berupa materi/bahan ajar seperti pengetahuan, konsep atau keterampilan yang harus dikuasai oleh peserta didik. Karena pembelajaran PJOK yang utama berupa pembelajaran keterampilan motorik, maka yang didiferensiasi pada konten ini adalah gerak, keterampilan atau teknik dasar yang harus dikuasai peserta didik, terutama dengan membeda-bedakan tingkat kesulitannya.
Sebagai petunjuk bagi Ibu dan Bapak, mendiferensiasikan konten, dapat dilakukan dengan cara menyajikan materi dengan sedikitnya dua cara, yaitu intra-task dan inter-task. Intra-task berarti di dalam tugas yang sama. Artinya, konten yang sama (satu gerakan) dibeda-bedakan menjadi beberapa sub-gerakan berdasarkan tingkat kesulitannya atau berdasarkan konsep gerak (tubuh, ruang, usaha, dan keterhubungan) yang digunakan. Sedangkan inter-task berarti di dalam tugas yang berbeda. Artinya, guru menyediakan beberapa tugas gerak yang berbeda, yang level kesulitannya sama, untuk dipilih oleh anak berdasarkan minat dan kegemaran anak. Untuk diferensiasi konten di jenjang Sekolah Dasar (SD), bisa jadi setiap konten tersebut dipelajari atau dilakukan oleh anak dengan memasukkan konsep gerak yang sama. Penetapan tahapan dapat dilakukan dengan menggunakan prinsip metode pengajaran, apakah melalui metode global, metode bagian, atau metode bagian progresif. Tahapan yang dihasilkan tentu dapat berbeda hasilnya.
Dengan demikian, pada intra-task ini, guru memilih satu konten (gerakan atau keterampilan atau teknik dasar) yang akan dipelajari peserta didik, tetapi dipisah menjadi beberapa tahap yang berbeda didasarkan pada tingkat kesulitannya. Penyusunan tahapan tugas gerak ini bisa dilakukan dengan cara yang sama ketika guru akan mengajar satu teknik dasar yang akan dipelajari dengan cara membagi-baginya dalam beberapa tahapan, di mana masing-masing tahap dibedakan tingkat kesulitannya, tetapi setiap tahapan tersebut diarahkan pada penguasaan keterampilan yang sama. Bedanya, setiap tahap ini disajikan dalam waktu yang bersamaan, sehingga setiap sub-tahapan atau sub-konten tersebut dipilih oleh satu kelompok anak tertentu. Dengan demikian, setiap kelompok anak akan mempelajari masing-masing sub-konten secara bersamaan tetapi di kelompok yang berbeda-beda.
Sedangkan pada cara inter-task, guru menyediakan konten utama yang berbeda-beda, yang ditawarkan untuk dipilih dan dipelajari oleh kelompok-kelompok anak secara bersamaan dalam pos yang berbeda-beda. Misalnya ada kelompok anak yang mempelajari gerak dasar lari, gerak dasar lompat, gerak dasar galloping, gerak dasar sliding, dan gerak dasar skipping. Agar anak mendapat kesempatan mempelajarai setiap gerak dasar yang ditugaskan, tentu setiap kelompok boleh berpindah pos, untuk mencoba gerak dasar yang berbeda.
DIFERENSIASI PROSES
Diferensiasi Proses merujuk pada strategi membedakan proses yang harus dijalani oleh peserta didik. Proses di sini juga mengacu pada bagaimana peserta didik akan memahami atau memaknai apa informasi atau aktivitas yang dipelajari.
Ketika guru telah memperhatikan kebutuhan belajar peserta didik, pertanyaan selanjutnya adalah;
bagaimana kebutuhan tersebut dapat dipenuhi?
proses seperti apa yang perlu disiapkan untuk memastikan setiap peserta didik belajar?
seberapa banyak jumlah bantuan yang guru berikan kepada peserta didik?
siapa saja peserta didik yang memerlukan banyak bantuan?
siapa saja peserta didik yang cukup diberikan bantuan dalam bentuk pertanyaan pemandu dan mereka kemudian bisa bekerja dengan mandiri?
apakah peserta didik akan bekerja secara individu atau dalam kelompok?
Semua hal di atas perlu dipertimbangkan ketika merancang pembelajaran yang berpusat pada peserta didik.
Ingat. Tujuan pembelajaran yang sama diberlakukan untuk semua peserta didik. Namun ada beberapa cara yang dapat guru lakukan untuk mendiferensiasi proses.
Menggunakan kegiatan berjenjang di mana semua peserta didik akan berupaya membangun pemahaman dan keterampilan yang sama, tetapi dilakukan dengan berbagai tingkat dukungan, tantangan atau kompleksitas yang berbeda-beda sesuai dengan profil peserta didik.
Memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk dapat menentukan cara mereka bekerja, bisa bekerja secara mandiri, berpasangan, atau berkelompok.
Memvariasikan kecepatan atau lama waktu yang peserta didik butuhkan untuk menyelesaikan tugas, hal ini dilakukan untuk memberikan dukungan tambahan bagi peserta didik-peserta didik yang kesulitan, atau sebaliknya mendorong peserta didik yang cepat untuk mempelajari topik secara lebih mendalam.
Contoh Penerapan Diferensiasi Proses
Diferensiasi proses dapat dilakukan dengan menerapkan pembelajaran dengan menggunakan metode, pendekatan, strategi, dan gaya mengajar yang berbeda. Jika di tahap diferensiasi konten materi yang akan ditawarkan kepada peserta didik berupa konten yang dibeda-bedakan dengan cara intra-task dan inter-task,
Misalnya dalam memilih gaya mengajar untuk mengajar gerak atau konten yang sudah ditentukan di atas (dalam diferensiasi konten) guru dapat melakukannya dengan gaya mengajar inklusi (bisa juga memilih gaya mengajar lain seperti latihan, periksa diri, berbalasan, bahkan gaya mengajar problem solving dan guided discovery), di mana peserta didik bisa diatur dalam pos-pos yang berbeda (strategi berpangkalan). Di setiap pos tersebut anak memilih tingkat keterampilan yang dipandangnya paling sesuai dengan tingkat kemampuannya, dan mereka boleh mencoba-coba untuk pindah ke pos lain untuk menguji tingkat yang paling sesuai dengan dirinya.
DIFERENSIASI PRODUK
Diferensiasi produk adalah cara peserta didik menunjukkan apa yang telah mereka ketahui, pahami dan mampu lakukan selama periode pembelajaran tertentu. Produk merupakan hasil pekerjaan atau unjuk kerja yang harus ditunjukkan oleh peserta didik kepada kita. Produk adalah sesuatu yang berwujud. Bisa berbentuk karangan atau tulisan, hasil tes, pertunjukan, presentasi, pidato, rekaman, diagram dan lain sebagainya.
Yang paling penting, produk harus mencerminkan pemahaman peserta didik dan berhubungan dengan tujuan pembelajaran yang diharapkan. Diferensiasi produk merujuk pada strategi membedakan produk hasil belajar peserta didik, hasil latihan, penerapan, dan pengembangan apa yang telah dipelajari.
Walaupun kita dapat mendiferensiasi produk dengan berbagai cara, tetapi tetap mengarah/menunjukkan tujuan pembelajarannya. Tujuan dari membedakan produk adalah agar peserta didik dapat secara optimal menunjukkan pemahaman atau keterampilannya sehingga mereka mencapai tujuan belajar yang diharapkan. Oleh karena itu, meskipun peserta didik boleh saja memilih bagaimana caranya, peserta didik tetap harus tahu bahwa yang harus mereka tunjukkan lewat produk tersebut adalah pemahaman atau keterampilan mereka terkait dengan apa yang sedang menjadi fokus penilaian.
Sangat penting bagi guru untuk menentukan apa sebenarnya ekspektasi yang diharapkan dari peserta didik. Kualitas pekerjaan seperti apa yang diinginkan. Konten apa yang harus ada dalam produk mereka dan bagaimana mereka harus mengerjakannya dan apa sifat dari produk akhir yang diharapkan.
Contoh penerapan diferensiasi produk:
Diferensiasi produk merupakan salah satu penerapan tes atau asesmen otentik, di mana peserta didik diminta menunjukkan hasil pembelajaran yang diperoleh oleh peserta didik masing-masing. peserta didik tentu tidak akan mencapai hasil yang seragam, yang bisa jadi sangat ditentukan oleh kemampuan dan gaya belajar mereka juga. Bahkan jika memungkinkan guru dapat menyediakan instrumen tes yang berbeda juga, sejauh dapat diterima dari sisi prinsip-prinsip evaluasi pembelajaran.
Hal lain yang harus diyakini dalam penyediaan capaian dan instrumen yang berbeda tersebut adalah bahwa hasil tersebut harus merupakan hasil terbaik dari proses pembelajaran mereka setelah secara optimal didorong untuk belajar sebaik-baiknya melalui tawaran konten dan proses yang didiferensiasikan oleh guru dalam batas yang optimal pula. Oleh karena itu, guru boleh menyediakan sebuah LKPD (Lembar Kerjas Peserta Didik) yang lebih menekankan pada hasil atau capaian yang dapat dijadikan tujuan pembelajaran oleh peserta didik. Untuk itu, LKPD tersebut harus memasukkan capaian-capaian yang juga bertingkat, tetapi dapat menumbuhkan perasaan berhasil (feeling of success) pada peserta didik yang mengalaminya.
CATATAN
Perlu diingat bahwa Penerapan pembelajaran terdiferensiasi dalam pembelajaran praktik gerak atau keterampilan olahraga dapat dilakukan dengan banyak cara, tergantung pada basis diferensiasi apa yang ditekankan. Penerapan ketiga diferensiasi tersebut tentu dapat ditempuh dengan dua cara, yaitu pertama, dengan memilih ketiga aspek tersebut dalam cara berdiri sendiri-sendiri pada setiap diferensiasinya, sedangkan yang kedua adalah dengan meramu ketiganya untuk dapat dijalankan dalam satu kali tindakan pengajaran menyeluruh.