1.1.b.2. Elaborasi Isi - Framework dan Model-model Refleksi
1.1.b.2. Elaborasi Isi - Framework dan Model-model Refleksi
Durasi : 1 JP
Moda : Asinkron
Tujuan Pembelajaran Khusus:
Guru PJOK dapat merefleksikan kecenderungan Orientasi Nilai yang dianut selama ini.
Guru PJOK dapat menerapkan framework dalam menulis refleksi selama menjalankan tugasnya sehari-hari.
Guru PJOK dapat menerapkan beberapa model refleksi yang ada, dan mempertahankan model refleksi yang lebih sesuai untuk dirinya.
Pengantar
Ibu/Bapak Guru PJOK hebat, setelah mempelajari apa itu refleksi dan mengapa kita melakukan refleksi sebelumnya, mari kita mulai semakin mendalami tentang menulis refleksi. Mari kita mengingat kembali dengan aktivitas terakhir setelah sesi sinkronus materi apa itu refleksi yang sebelumnya. Ibu/Bapak diminta untuk melakukan penilaian mandiri menggunakan alat ukur dengan menentukan prioritas Ibu/Bapak berdasarkan pernyataan-pernyataan yang tertera pada lembar penilaian mandiri tersebut.
Penilaian mandiri tersebut merujuk pada lima Orientasi Nilai Guru PJOK berikut ini:
Disciplinary Mastery (DM)/Penguasaan Materi/Disiplin Ilmu
Learning Process (LP)/ Proses Pembelajaran
Self Actualization (SA)/ Aktualisasi Diri
Ecological Integration (EI)/Integrasi Ekologis
Social Responsibility (SR)/ Tanggung Jawab Sosial
Selanjutnya akan dijelaskan pada halaman berikutnya.
Nilai Orientasi Guru PJOK sebagai Refleksi Pembelajaran
Disciplinary Mastery (DM)/Penguasaan Materi/Disiplin Ilmu
Disciplinary Mastery (DM) biasanya disebut juga sebagai disiplin akademik merupakan bentuk orientasi paling tradisional dalam perkembangan kurikulum dimana fokus utamanya adalah mengajarkan murid untuk menguasai materi pelajaran. Dalam pendidikan jasmani, guru dengan DM memprioritaskan mendidik murid untuk mempromosikan kemahiran mereka dalam keterampilan fisik dan kebugaran serta pemahaman konten kurikulum yang berpusat pada mata pelajaran. Konten pembelajaran mengarah pada gerakan mulai dari yang paling sederhana hingga yang lebih kompleks, seperti yang digunakan pada tarian, berenang, senam, olahraga tim, dan kegiatan kebugaran. Selain itu, pendukung DM menekankan pengetahuan fisiologis dan biomekanik.
Learning Process (LP)/ Proses Pembelajaran
Orientasi pembelajaran yang berpusat pada murid ini menyoroti prinsip-prinsip pembelajaran bagi murid untuk belajar penerapan pengetahuan dan perkembangan belajar yang sistematis di luar kinerja belajar yang terampil. Dengan demikian, orientasi LP membantu murid menerapkan prinsip-prinsip pembelajaran dalam mempelajari pengetahuan dan keterampilan baru. Dalam pendidikan jasmani, guru yang menempatkan nilai tinggi pada orientasi LP berusaha membuat lingkungan belajar menarik dan menyenangkan dengan membiarkan murid belajar bagaimana caranya belajar dan menerapkan pengetahuan sebagai pusat dari isi pendidikan jasmani daripada membiarkan mereka belajar hanya apa yang diajarkan. Kesempatan belajar tersebut memungkinkan murid untuk menerapkan pengetahuan mereka sebelumnya pada konsep/masalah pembelajaran baru.
Self Actualization (SA)/ Aktualisasi Diri
Orientasi SA lebih berfokus pada murid dengan pendekatan humanistik dengan cara membangun harga diri yang positif, rasa keberhasilan, dan kenikmatan dalam belajar. Rencana untuk memelihara pertumbuhan pribadi murid adalah tujuan akhir dari pendidikan jasmani mereka. Murid sebagai individu bertanggung jawab untuk mengidentifikasi tujuannya sendiri, untuk mengembangkan keunikan pribadi, dan untuk membimbing pembelajaran pribadi. Guru pendidikan jasmani dengan kecenderungan berorientasi nilai SA berusaha mengembangkan karakteristik dan kemampuan murid dalam bersikap mandiri, bertanggung jawab, dan selalu mempertimbangkan kebutuhan dan minat individu.
Ecological Integration (EI)/Integrasi Ekologis
Orientasi ini didasarkan pada pendekatan holistik untuk kurikulum seimbang yang memberikan pertimbangan yang relatif sama untuk kebutuhan murid, materi pelajaran, konteks pendidikan, dan masalah sosial. Orientasi EI mendorong murid untuk mencari makna pribadi mereka melalui berpartisipasi dalam berbagai kegiatan fisik, menguasai pengetahuan gerakan, dan meningkatkan kepekaan terhadap kehidupan mereka sendiri. Dengan demikian, orientasi nilai EI pada dasarnya tumpang tindih dengan orientasi nilai SA dan SR dalam hal memenuhi potensi manusia individu dan perubahan sosial (Jewett & Ennis, 1990). Guru dengan orientasi EI lebih memfokuskan perhatian pada menjaga keseimbangan antara kebutuhan murid, kebutuhan kelompok, dan tuntutan materi pelajaran untuk mengintegrasikan materi pelajaran, pengembangan pribadi murid mereka, dan pencapaian tujuan sosial-budaya yang dapat diidentifikasi sebagai sama pentingnya dalam kurikulum.
Social Responsibility (SR)/ Tanggung Jawab Sosial
Orientasi SR berevolusi dari orientasi rekonstruksi sosial dalam kerangka teori orientasi nilai asli. SR dihipotesiskan lebih konsisten dengan tujuan guru yang dinyatakan dengan prioritas tinggi untuk kurikulum sosial daripada rekonstruksi sosial. Kurikulum berdasarkan orientasi SR diarahkan pada kebutuhan masyarakat di luar kebutuhan individu. Kurikulum yang menangani masalah sosial akan menekankan pada peningkatan kesadaran akan kebutuhan sosial dan peran peserta didik sebagai agen perubahan. Pendukung SR mengembangkan strategi untuk menciptakan lingkungan yang lebih baik yang menekankan kesetaraan dan keadilan sosial untuk berkontribusi pada perubahan sosial. Dalam orientasi ini, aktivitas fisik dan olahraga diakui sebagai sarana untuk membantu peserta didik belajar menyelaraskan kebutuhan individu mereka dengan kebutuhan masyarakat mereka.
Sebagaimana halnya dengan model pembelajaran, guru PJOK Indonesia idealnya memandang nilai orientasi model sebagai kekayaan khazanah PJOK. Marilah kita akui bahwa PJOK yang kita geluti, ternyata memiliki muatan nilai yang teramat kaya. Kita tentu harus memandang bahwa tidak ada orientasi nilai yang dianggap paling efektif, karena yang kita hadapi di kelas adalah peserta didik yang memiliki berbagai dimensi kemanusiaan. Tidak bisa kita menganut semangat one size fits all, seperti halnya gaya mengajar yang menurut Mosston tidak dianjurkan untuk dijadikan idola oleh guru PJOK. Yang harus guru lakukan adalah kuasai semuanya, pelajari secara sungguh-sungguh setiap langkah penerapannya, dan setiap guru akan menemukan peluang untuk menjadi ahli pada semua orientasi nilai di atas, terutama untuk digunakan untuk mendidik seluruh peserta didik kita.
Sebagai guru PJOK, kita juga akan menyadari bahwa setiap orientasi tentu memerlukan satu kesadaran yang utuh tentang keyakinan kita terhadap PJOK, yang mana secara definitif, PJOK adalah alat untuk mendidik peserta didik menjadi lebih utuh dan total, sehingga wahana untuk mencapainya memerlukan keutuhan kompetensi dari para gurunya. Oleh karena itu, kuasai dan sadari kelebihan dan kelemahan dari setiap orientasi, memanfaatkan kelebihannya, kurangi aspek lemahnya, jadikan semuanya untuk digunakan sebesar-besarnya bagi kepentingan pendidikan anak bangsa, menjadi dewasa, menjadi berkemampuan utuh dalam menghadapi tantangan abad 21 dan abad selanjutnya. Jadikan PJOK sebagai wahana yang strategis untuk menyiapkan peserta didik kita terampil mengelola hidupnya di masa mendatang, serta mampu meraih kebahagiaan yang hakiki dalam kehidupan dewasa mereka.
Untuk kepentingan jangka pendek, marilah kita tunjukkan kepada dunia bahwa mata pelajaran PJOK bukan merupakan mata pelajaran yang dapat dipandang remeh karena keterbatasan manfaatnya bagi peserta didik. Justru, semua guru harus mampu menunjukkan bahwa PJOK adalah pelajaran esensial bagi kehidupan anak, karena melalui PJOK kita dapat membekali peserta didik dengan kemampuan yang utuh, termasuk membangun jiwa dan badan anak, sehingga memenuhi amanat yang termaktub dalam Lagu Kebangsaan kita Indonesia Raya, yaitu “bangunlah jiwanya, bangunlah badannya, untuk Indonesia Raya.” Dengan demikian, kita harus memiliki kepercayaan kuat bahwa “Pendidikan tidak utuh jika tidak dilengkapi oleh PJOK. Dan satu-satunya pendidikan yang utuh hanyalah PJOK.” Atas dasar kepercayaan itulah kita harus mengadopsi orientasi nilai pendidikan jasmani secara utuh dan menyeluruh.
Menurut Ibu/Bapak apakah kecenderungan Orientasi Nilai kita sebagai seorang Guru PJOK? Silakan tuliskan jawaban Ibu/Bapak pada tempat yang sudah disediakan, berikut dengan alasan atau hasil refleksi singkatnya.
Silahkah tuangkan jawaban Ibu/Bapak pada kolom Reply dibagian bawah.
29 Mei 2024
29 Mei at 21:24
kecenderungan orientasi kita harus lebih kompleks karena pjok nilai muatan yang kaya, tidak hanaya terbatas pada nilai saja.
PJOK merupakan pembelajaran yang holistik/menyeluruh sehingga cakupannya sangat luas.Orientasi yang saya gunakan adalah orientasi Self Actualization karena lebih berfokus pada murid dengan pendekatan humanistik dengan cara membangun harga diri yang positif, rasa keberhasilan, dan kenikmatan dalam belajar.
Edited by Ni Putu Anik Kristiari on 31 Mei at 13:26
30 Mei 2024
30 Mei at 6:25
Orientasi nilai yang saat ini saya lakukan sebagai guru PJOK adalah Ecological Integration (EI) / Integrasi Ekologis. Alasannya karena kurikulum saat ini proses pembelajaran yang dilakukan dan laksanakan harus memenuhi kebutuhan awal peserta didik yang nantinya peserta didik mengembangkan keterampilan yang meraka miliki sesuai dengan minat dan bakatnya, sesuai dengan materi pelajaran dan juga turut berpartisipasi dalam kegiatan fisik.
30 Mei 2024
30 Mei at 8:24
Menurut saya tentang kecenderungan Orientasi Nilai kita sebagai guru PJOK yang saat ini saya lakukan adalah Sistem penilaian Social Responsibility ( SR ).
Berdasarkan kurikulum yang saat ini berlaku bahwa pembelajaran berpusat pada peserta didik sedangkan pendidik sebagai pasilitator, maka semua materi pembelajaran kita sesuaikan dengan kebutuhan peserta didik. oleh karena itu pembelajaran di sesuaikan dengan bakat dan minat peserta didik agar nantinya mereka berkembang sesuai dengan bakat dan minatnya sehingga dapat menghasilkan output yang maksimal.Sebagai pendidik mendorong peserta didik untuk mengasah kemampuan baik fisik maupun mentalnya dan mengarahkan mereka berkembang sesuai dengan potensi yang mereka miliki. Sehingga dengan penerapan penilaian yang berbasis SR ( Social Responsibility ) ini bagai saya sangat penting dengan mengacu pada kurikulum saat ini yang dimana penilaian ini dengan cara mempelajari bakat yang dimiliki peserta didik, memberikan kesempatan pada peserta didik untuk mempelajari banyak keterampilan memalui kegiatan ekstrakurikuler, mencermati keunggulan peserta didik, memberikan arahan atau pasilitas yang sesuai untuk mengembangkan peserta didik juga memberikan apresiasi dan tanggapan untuk membangun semangat peserta didik untuk mengembangkan bakatnya yang berpusat pada peserta didik.
30 Mei 2024
30 Mei at 10:16
Menurut Ibu/Bapak apakah kecenderungan Orientasi Nilai kita sebagai seorang Guru PJOK? Silakan tuliskan jawaban Ibu/Bapak pada tempat yang sudah disediakan, berikut dengan alasan atau hasil refleksi singkatnya.
Jawaban:
Kecenderungan nilai orientasi saya adalah Learning Process (LP)/ Proses Pembelajaran karena saya menilai dari proses pembelajaran bukan pada hasil akhir karena saya sadar kemampuan peserta didik saya memiliki kemampuan berbeda-beda disetiap materi yang saya berikan.
Edited by I Gusti Ngurah Putu Oka Parwata Wiarsana on 31 Mei at 13:36
30 Mei 2024
30 Mei at 13:20
Penilaian mandiri yang merujuk pada Nilai orientasi Guru PJOK sebagai refleksi pembelajaran sesuai dengan yang sudah pernah saya laksanakan yaitu mencakup lima Orientasi Nilai Guru PJOK yang telah dipaparkan pada materi sebelumnya. Diantaranya :
1) Disciplinary Mastery (DM)/Penguasaan Materi/Disiplin Ilmu. Hal ini merujuk pada struktur kurikulum yang dilaksanakan pada satuan pendidikan. Khususnya mapel PJOK yang memprioritaskan mendidik murid untuk mempromosikan kemahiran mereka dalam keterampilan fisik dan kebugaran serta pemahaman konten kurikulum yang berpusat pada mata pelajaran.
2) Learning Process (LP)/ Proses Pembelajaran. Hal ini dicerminkan dari proses pembelajaran yang memberikan ruang atau kesempatan bagi murid untuk mengkontruksi pengetahuan dan perkembangan belajarnya sehingga terbangun pengetahuan dan perkembangan yang merupakan penerapan pembelajaran sebelumnya yang dikaitkan dengan pembelajaran baru yang mereka terima.
3) Self Actualization (SA)/ Aktualisasi Diri. Dengan karakteristik murid yang begitu beraneka ragam, orientasi guru dalam hal ini lebih memprioritaskan kepada pemberian ruang untuk murid dalam menyuarakan ide gagasannya, memilih dan membuat keputusan serta memperkuat rasa kepemilikan terhadap pembelajaran. Sehingga hal ini membantu mengembangkan karakteristik dan kemampuan murid dalam bersikap mandiri, bertanggung jawab, dan selalu mempertimbangkan kebutuhan dan minat individu.
4) Ecological Integration (EI)/Integrasi Ekologis. Orientasi guru PJOK dalam hal ini menekankan pada melaksanakan struktur kurikulum yang ada namun tetap memperhatikan kebutuhan belajar murid.
5) Social Responsibility (SR)/ Tanggung Jawab Sosial. Dalam hal ini orientasi guru PJOK menekankan pada bagaimana kolaborasi dalam pembelajaran sebagai bentuk memperkuat rasa sosial atau kepedulian terhadap rekan sesamanya untuk bersama-sama berkembang dengan baik dalam proses belajar.
30 Mei 2024
30 Mei at 21:53
Orientasi kita sebagai seorang guru PJOK adalah mengajarkan murid untuk mengetahui pola gerak dasar dalam beraktivitas, menumbuhkan karakter yang kuat kepada murid serta mengajarkan bagaimana menjadi manusia yang sehat, sehingga dengan pembelajaran PJOK diberikan di sekolah maka akan dapat membekali peserta didik dengan kemampuan yang utuh, termasuk membangun jiwa dan badan anak.
31 Mei 2024
31 Mei at 8:52
Ada tiga hal penting yang bisa menjadi sumbangan unik dari pendidikan jasmani, yaitu: meningkatkan kebugaran jasmani dan kesehatan peserta didik, meningkatkan terkuasainya keterampilan fisik yang kaya, serta meningkatkan pengertian peserta didik dalam prinsip-prinsip gerak serta bagaimana menerapkannya dalam praktek.
31 Mei 2024
31 Mei at 12:51
Kecenderungan Orientasi Nilai yang dominan yang saya lakukan sebagai guru PJOK adalah Disciplinary Mastery (DM), kenapa? karena menggunakan orientasi ini adalah hal yang paling sering yang saya gunakan terhadap peserta didik karena fokus utama saya, peserta didik dapat menguasai tahapan gerak dengan baik dan benar
31 Mei 2024
31 Mei at 21:54
Orientasi nilai saya selama ini yaitu ada pada proses pembelajaran (LP) Karena dalam pendapat saya untuk mengetahui seberapa kemajuan dari pada peserta didik kita bisa dicermati dari prosesnya, kemampuan anak berbeda jadi tidak semata-mata melihat pada nilai akhir saja. Pada proses sebagai guru harus menghadirkan pembelajaran yang menyenangkan sehingga murid selalu tertarik untuk aktif dalam pembelajaran.
Sunday
2 Jun at 20:05
Sebagai seorang guru PJOK, orientasi nilai saya cenderung berfokus pada tiga aspek utama: kesehatan, inklusivitas, dan pengembangan holistik siswa. Berikut adalah alasan dan refleksi singkat mengenai kecenderungan orientasi nilai tersebut: 1. Kesehatan : fisik dan mental merupakan fondasi penting bagi perkembangan siswa secara keseluruhan. Aktivitas fisik yang teratur membantu mencegah berbagai penyakit, meningkatkan kebugaran, dan memperbaiki suasana hati serta konsentrasi siswa.
2. Refleksi : Saya selalu berupaya menyusun program yang seimbang antara latihan fisik dan edukasi kesehatan untuk menanamkan kebiasaan hidup sehat sejak dini. Hal ini terlihat dari peningkatan kebugaran siswa dan kesadaran mereka akan pentingnya kesehatan dalam kehidupan sehari-hari.
3. Inskusivitas Alasan : Setiap siswa memiliki kemampuan dan kebutuhan yang berbeda-beda. Penting bagi saya untuk menciptakan lingkungan yang inklusif di mana semua siswa merasa diterima dan mendapatkan kesempatan yang sama untuk berpartisipasi.
Refleksi : Saya selalu berusaha menyesuaikan kegiatan agar sesuai dengan berbagai tingkat kemampuan siswa dan memberikan dukungan khusus bagi mereka yang membutuhkan. Hasilnya, siswa menunjukkan rasa percaya diri yang lebih tinggi dan partisipasi yang lebih aktif dalam setiap kegiatan.
Pengambangan holistik Alasan : Pendidikan jasmani bukan hanya tentang kebugaran fisik, tetapi juga mencakup aspek mental, sosial, dan emosional. Melalui PJOK, siswa dapat mengembangkan keterampilan sosial, disiplin, dan kepemimpinan.
Refleksi : Saya merancang aktivitas yang tidak hanya menekankan keterampilan fisik tetapi juga kerjasama tim, sportivitas, dan pengembangan karakter. Siswa menunjukkan peningkatan dalam kemampuan berinteraksi, memimpin, dan bekerja sama dengan orang lain.
Hasil refleksi singkat, melalui refleksi rutin setelah setiap sesi pengajaran, saya terus menilai efektivitas pendekatan saya dan mencari cara untuk meningkatkan pengalaman belajar siswa. Saya juga mengumpulkan umpan balik dari siswa dan rekan guru untuk memahami perspektif mereka dan menyesuaikan metode pengajaran saya sesuai kebutuhan. Fokus pada kesehatan, inklusivitas, dan pengembangan holistik membantu saya memberikan dampak positif yang menyeluruh pada perkembangan siswa, baik di dalam maupun di luar kelas.
Dengan terus mengembangkan diri melalui refleksi dan inovasi, saya berupaya menjadi guru PJOK yang tidak hanya mengajarkan keterampilan fisik, tetapi juga membimbing siswa untuk menjadi individu yang sehat, inklusif, dan berkembang secara holistik.
Sunday
2 Jun at 20:19
orientasi menurut saya pada pengembangan peserta didik dalam pembelajaran lebih mengedepankan proses pembelajaran dimana dalam kegiatan pembelajaran dalam pembelajaran di PJOK sehingga dalam pembelajaran tersebut pengetahuan terbaru terkait pembelajaran sehingga peserta didik dapat belajar lebih baik dimulai dari proses pembelajaran sehingga peserta didik lebih paham dan lebih mengerti akan pembelajaran yang diperoleh. hasil refleksinya karena pada saya khususnya pada pembelajaran SD peserta didik akan lebih ditekankan dalam proses pembelajarannya contoh saat passing bawah pserta diddik mengetahui dan paham dan akhirnya dapat melahsanakan pembelajaran dasi dasarnya dari sikap berdiri proses tangan saat akan passing dan akhirannya meskipun setiap kegiatan tetap melihat hasil akhir yang diperoleh dari tahapan awal hingga akhirannya
Monday
3 Jun at 8:39
Nilai Orientasi : Self Actualization (SA)/ Aktualisasi Diri
Karena saya berfokus pada murid dengan pendekatan humanistik dengan cara membangun harga diri yang positif, rasa keberhasilan, dan kenikmatan dalam belajar.
Framework dalam menulis refleksi
Refleksi didefinisikan sebagai proses berpikir, merasakan, membayangkan, dan belajar mempertimbangkan apa yang telah terjadi di masa lalu, apa yang mungkin bisa terjadi jika sesuatu dilakukan dengan cara yang berbeda, apa yang saat ini terjadi, dan apa yang mungkin terjadi di masa depan (Rolfe, jasper, & Freshwater, 2011).
Untuk bisa melakukan proses refleksi yang baik itu setara dengan metode dalam sebuah penelitian. Rolf mendefinisikan kerangka kerja ini sebagai panduan yang bisa digunakan untuk membuat sebuah refleksi (Rolfe, jasper, & Freshwater, 2011). Dari framework yang ada ini, ada banyak tokoh dan peneliti yang menurunkan menjadi banyak model refleksi yang akan kita pelajari selanjutnya. Dua framework yang paling banyak mempengaruhi model refleksi yang berkembang adalah Framework Borton dan Framework Gibbs (Grant, McKimm, & Murphy, 2017).
Dua framework yang paling banyak mempengaruhi model refleksi yang berkembang adalah
Framework Borton
Pada tahun 1970, Borton mulai mengenalkan konsep “Model Proses Pendidikan” pada pendidikan anak usia sekolah (SD – SMA). Framework Borton memiliki 3 tahapan mulai dari What – So What – Now What.
Gambar 1. Framework Borton
Pada tahap What?, peserta didik akan menuliskan pengalaman mereka dan mengeksplorasi respon mereka terhadap pengalaman tersebut. Peserta didik menggambarkan apa yang terjadi, bagaimana perasaan mereka dan tindakan apa yang mereka lakukan. Pada tahap so what?, peserta didik akan menganalisis sebuah kejadian dan akan menggunakan pemikiran kritisnya. Ada dua cara yang direkomendasikan disini, yaitu analitis dan perenungan. Saat peserta didik melakukan proses analitis memang sangat bermanfaat, namun ada beberapa pengalaman yang berhubungan dengan nilai dan perasaan hanya akan bisa didapatkan lebih dalam jika peserta didik melakukan perenungan bukan sekedar dianalisis. Pada tahap Now what?, peserta didik akan dibantu oleh guru untuk mengidentifikasi proses yang dapat membantu mereka menyelesaikan kekhawatiran dan tantangan yang mereka hadapi, baik dari sisi keterampilan, pengetahuan, sumber belajar, dan pemahaman mereka.
Fokus framework ini ada pada peserta didik, dimana guru lebih memfasilitasi daripada menginstruksikan. Disini Borton mengambil sudut pandang guru pada frameworknya yang akan memfasilitasi pembelajaran peserta didik. Framework ini sangat mempengaruhi bagaimana sebuah refleksi dilakukan.
Framework Gibbs
Graham Gibbs adalah tokoh Pendidikan yang terkenal dengan bukunya yang berjudul Learning By Doing, dimana beliau mengatakan bahwa seseorang itu belajar berdasarkan pengalaman yang terjadi pada dirinya. Pada frameworknya, Gibbs mengenalkan 6 tahapan mulai dari description, feelings, evaluation, analysis, conclusion, dan action plan.
Gambar 2. Framework Gibbs
1. Deskripsi
Siklus ini dimulai dengan pengalaman konkrit, karena Gibbs percaya bahwa belajar harus datang dari pengalaman. Hampir sama dengan framework Borton pada tahap What?, Gibbs menyarankan kita untuk menggambarkan apa yang terjadi saja, bukan untuk membuat penilaian ataupun membuat kesimpulan. Dalam tahap deskriptif ini, prosesnya adalah mengidentifikasi satu peristiwa yang dialami seseorang saat itu.
2. Perasaan
Pada tahap kedua adalah mengidentifikasi apa yang menjadi pikiran dan perasaan seseorang. Pentingnya mengenali dan mengakui perasaan dan emosi yang muncul saat sesuatu terjadi menjadi tahapan penting untuk melanjutkan ke tahap siklus berikutnya. Jika hal ini tidak dilakukan maka perasaan akan mendominasi dan bisa jadi akan menghambat pembelajaran selanjutnya. Pada tahap ini, hanya perlu untuk membuat daftar perasaan saja dan tidak untuk menganalisisnya.
3. Evaluasi
Tahap ketiga adalah evaluasi, disini mencari apa yang baik atau buruk dari pengalaman tersebut. Biasanya ada kecenderungan untuk fokus pada hal-hal buruk, jadi usaha perlu dilakukan untuk memikirkan hal baik apa yang didapatkan dari pengalaman tersebut sebelum berfokus pada hal buruk, karena tidak semua hal dalam suatu kejadian itu mungkin buruk.
4. Analisis
Ini adalah tahapan kunci dimana waktunya untuk menanyakan apa yang sebenarnya terjadi dalam situasi tersebut. Tahap ini hampir sama dengan framework Borton So What?, bagaimana seseorang mencari beberapa pemikiran kritis dan berhenti sejenak untuk mempertimbangkan pengalaman jika memungkinkan dilihat dari perspektif yang berbeda. Pada tahap ini juga memasukkan ide dan perspektif dari luar pengalaman untuk membantu analisis, misal pengalaman dari orang lain yang sudah pernah mengalami, atau pendapat orang lain dengan sudut pandang yang berbeda. Tahap ini bisa diartikan sangat luas, karena tidak membatasi individu untuk menganalisis dengan cara tertentu dan diberi kebebasan untuk melakukan apa yang diinginkan. Terlepas dari bagaimana itu dapat ditafsirkan, pada tahap ini mendorong seseorang menganalisis secara menyeluruh tentang apa yang mungkin atau mungkin tidak terjadi dalam pengalaman tersebut.ebut.
5. Kesimpulan
Setelah menganalisis situasinya, tahap kelima adalah sesuatu yang dapat disimpulkan, dimana tahap ini juga hampir sama dengan tahap So What? Pada framework Borton. Ada tingkatan cara membuat kesimpulan, yang pertama dalam pengertian secara umum dan kedua pada tingkatan individu. Setiap kesimpulan yang dicapai diharapkan akan lebih terinformasikan dengan lebih baik.
6. Rencana Tidak Lanjut
Tahap keenam dan terakhir, setelah belajar dari pengalaman, dan mempertimbangkan apa yang akan dilakukan, jika situasi serupa muncul lagi, apakah ada hal-hal yang akan dilakukan berbeda atau sama? Pada tahapan ini, proses reflektif tidak akan lengkap tanpa menyatakan rencana tindak lanjutnya. Tahap ini hampir sama dengan tahapan Now What? dalam framework Borton
Berikut ini adalah beberapa contoh pertanyaan yang dapat dijadikan acuan untuk menulis sebuah refleksi. Ibu/Bapak dapat menggunakan dan memodifikasi pertanyaan yang ada sesuai dengan kebutuhan saat melakukan proses menulis refleksi nantinya.
(*Klik pada teks > Contoh pertanyaan... di bawah untuk membuka detail pertanyaan)
Beberapa model penulisan refleksi
Ada banyak sekali model-model refleksi sebagai alat yang akan membantu seseorang berpikir dan menuliskan refleksinya. Berikut ini adalah beberapa model yang bisa Ibu/Bapak gunakan. Selain apa yang tertulis di bawah ini, Ibu/Bapak juga dapat mencari tahu dan mengeksplorasi sendiri model-model refleksi lainnya. Ibu/Bapak juga bisa memperhatikan model refleksi yang digunakan oleh setiap penulis modul yang berbeda. Silakan dicoba lalu Ibu/Bapak akan menemukan model refleksi yang paling sesuai dengan Ibu/Bapak. Semua penjelasan dan templat refleksi di bawah ini bisa dilihat dalam dokumen terpisah sebagai lampiran.
Segitiga Refleksi
Deal
Refleksi 6 Topi
Empat C (4C)
Model Cuaca
Empat F (4F/P):
Papan Bercerita
Setelah mempelajari semua model penulisan refleksi yang ada, silakan Ibu/Bapak menjawab pertanyaan berikut ini. Tuliskan jawabannya pada tempat yang disediakan.
Submitted 3 Jun at 8:48
Soal 1
Hal penting apa yang paling bermakna selama saya mempelajari modul ini?
Your answer:
Mengenal lebih mendalam tentang Refleksi, framework dan model refleksi.
Soal 2
Bagaimana saya akan melakukan refleksi selanjutnya? model apa yang akan saya gunakan terlebih dahulu dan apa yang membuat saya tertarik menggunakannya?
Your answer:
Saya akan melakukan refleksi dengan memperhatikan framekwork dan model model refleksi.
Saya akan menggunakan model Empat F (4F/P):