Malpraktek Pendidikan Berawal dari Lembaga Pendidikan (Formal/Non-Formal) Tidak Terakreditasi dan SDM Pendidik Tidak Tersertifikasi

Malpraktek pendidikan sering kali berakar dari keberadaan lembaga pendidikan atau pelatihan yang tidak terakreditasi serta tenaga pendidik atau pelatih yang tidak tersertifikasi. Akreditasi merupakan standar mutu yang menjamin kualitas suatu institusi pendidikan, baik dari segi kurikulum, fasilitas, maupun manajemen. Lembaga yang tidak terakreditasi cenderung mengabaikan standar tersebut, sehingga berpotensi memberikan layanan pendidikan yang tidak berkualitas. Kurikulum yang tidak terstruktur, metode pengajaran yang kurang efektif, serta minimnya evaluasi pembelajaran menjadi beberapa indikator malpraktek yang merugikan peserta didik.

Selain itu, keberadaan tenaga pendidik atau pelatih yang tidak tersertifikasi memperparah kondisi ini. Sertifikasi merupakan bukti kompetensi profesional yang memastikan bahwa seorang pendidik memiliki kemampuan pedagogik, profesionalisme, dan etika yang sesuai dengan standar pendidikan. Tanpa sertifikasi, tenaga pendidik mungkin tidak memiliki pemahaman mendalam tentang strategi pembelajaran, penilaian, dan pengelolaan kelas yang efektif. Akibatnya, peserta didik bisa mengalami kesulitan dalam memahami materi, mendapatkan informasi yang tidak akurat, atau bahkan kehilangan motivasi dalam belajar akibat metode pengajaran yang kurang tepat.

Dampak dari malpraktek pendidikan ini bisa sangat luas, mulai dari rendahnya kualitas sumber daya manusia hingga lemahnya daya saing di dunia kerja. Untuk mencegahnya, regulasi terkait akreditasi lembaga pendidikan dan sertifikasi tenaga pendidik harus diperketat serta diawasi dengan baik. Pemerintah, lembaga pendidikan, dan masyarakat perlu bekerja sama dalam memastikan bahwa setiap institusi pendidikan memenuhi standar yang telah ditetapkan. Dengan demikian, pendidikan yang diberikan dapat benar-benar mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas generasi masa depan.