Info Pelatihan/ToT & Sertifikasi Instruktur BNSP bagi Umum & Pelatih Pramuka bach 5-2025>>
Sejarah Asdospram Indonesia
Perkuliahan Pendidikan Kepramukaan di berbagai perguruan tinggi telah dimulai pasca terbitnya Permendibud tentang ekskul wajib pramuka pada tahun 2014. Hal ini yang kemudian mendorong kebutuhan akan tenaga pendidik profesional dari kalangan mahasiswa calon guru yang memiliki kemampuan membina dan mendidik siswa melalui kegiatan kepramukaan di sekolah atau madrasah. Seiring berjalannya waktu, perkuliahan ini semakin berkembang di banyak kampus Indonesia, yang tentunya dengan dukungan oleh berbagai kapasitas dosen pengampunya. Kemudian, hal ini memicu munculnya gagasan untuk melakukan kerjasama antar dosen/akademisi, baik dalam pengembangan materi perkuliahan maupun dalam penelitian bersama.
Pada pertengahan tahun 2022, sejumlah dosen dari beberapa perguruan tinggi akhirnya menggagas terbentuknya Asosiasi Dosen Pendidikan Kepramukaan Indonesia (Asdospram Indonesia). Kegiatan awalnya meliputi webinar dan lokakarya yang membahas isu-isu terkait materi, kurikulum, silabus, dan Rencana Pembelajaran Semester (RPS), serta upaya kolaboratif lainnya dalam penyelenggaraan pendidikan kepramukaan. Menyadari pentingnya peningkatan kapasitas dosen dan kampus penyelenggara, perkumpulan ini akhirnya secara resmi dideklarasikan oleh para dosen pendiri sebagai wujud kontribusi bagi pembangunan nasional berkelanjutan.
Melawan Lupa Sejarah Kepanduan Indonesia
Kehadiran kepanduan di Indonesia, yang kini dikenal sebagai kepramukaan atau pramuka, bukanlah warisan kolonial Belanda, melainkan bagian dari perjuangan bangsa Indonesia dalam meraih kemerdekaan. Kepanduan di Indonesia bermula sebagai bentuk perlawanan terhadap kolonialisme Belanda, dengan tujuan membentuk generasi muda yang mandiri, patriotik, dan cinta tanah air. Istilah "Pandu" menjadi bagian penting dari lagu kebangsaan Indonesia Raya yang dikumandangkan pertama kali pada Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober 1928. Sebelum Indonesia merdeka dan sebelum militer Indonesia dibentuk pada tahun 1945, kelompok kepanduan memainkan peran yang signifikan sebagai pejuang kemerdekaan. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya tokoh penting dari gerakan kepanduan, seperti H. Agus Salim, Soetomo (Bung Tomo), dan Jenderal Besar Soedirman (Bapak ABRI/TNI), yang kemudian menjadi pahlawan nasional Indonesia.
Meskipun aktivitas kepanduan diperkenalkan di bawah pemerintahan kolonial Belanda, keterlibatan kaum bumiputra sangat dibatasi, karena Belanda menganggap gerakan ini telah memicu semangat nasionalisme di kalangan pemuda Indonesia. Menyadari potensi ini, H. Agus Salim memperkenalkan istilah "kepanduan" sebagai pengganti istilah "Padvinderij" Belanda yang dilarang bagi pribumi. Dengan demikian, Kepanduan Indonesia berkembang menjadi gerakan mandiri yang berakar pada semangat perlawanan anti penjajahan dan cita-cita kemerdekaan, berbeda dari kebanyakan negara lain yang menjadikan kepramukaan sebagai adopsi langsung dari gerakan Inggris atau warisan dari kolonialisme bangsa penjajahnya. Bahkan, Baden Powell, yang dikenal sebagai pendiri gerakan kepramukaan dunia itu, tidak memiliki relevansi yang signifikan dalam perspektif sejarah kepramukaan di Indonesia dan sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia. Kehadiran beliau yang pernah berkunjung ke bumi nusantara Indonesia pada pra-kemerdekaan itu dinilai tidak lebih dari sekedar kepentingan sekutu penjajah terhadap negara jajahannya.
H Agus Salim, tokoh kepanduan SIAP (Sarekat Islam Afdeling Pandoe) 1928
Jenderal Besar Soedirman
Kunjungan Baden Powel (4-7 Desember 1934 / semasa Indonesia masih dijajah Belanda) sebagai bagian dari misi sekutu penjajah terhadap negara jajahannya di bumi Indonesia (lihat gambar orang yang ada disekitar BP bukanlah dari kelompok kepanduan pribumi bangsa Indonesia)
Summary How was Baden Powel was inspired to found scouting
Baden-Powell terinspirasi untuk mendirikan scouting Inggris melalui pengalaman militernya, terutama saat bertugas sebagai prajurit Inggris dalam Perang Boer di Afrika Selatan (baca sejarah perang Boer, dan mengapa kerajaan Inggris yang berada di benua Eropa itu datang memerangi kerajaan Boer yang terletak di Afrika Selatan). Bukunya Aids to Scouting, yang awalnya ditulis untuk prajurit Inggris, secara tak terduga menjadi populer di kalangan pemuda Inggris, yang kemudian mendorong mereka untuk mengembangkan semangat kewarganegaraan (nasionalisme/heroik) bangsa Inggris. Model pendidikan/pelatihan yang membakar semangat seperti ini yang kemudian ditiru oleh bangsa-bangsa di eropah, termasuk bangsa Belanda yang saat itu sedang menjajah bumi Indonesia, untuk mengembangkan Padvinderij bagi anak-anak bangsa keturunan Belanda yang ada di bumi nusantara Indonesia.
Pendidikan Kepramukaan dan Kepanduan di Masa Kini dan Depan
Dalam konteks Kurikulum Merdeka sejak 2024, kepramukaan dan/atau kepanduan diselenggarakan sebagai kegiatan ekstrakurikuler pilihan di sekolah dan madrasah di Indonesia. Program ini bertujuan menumbuhkan semangat bela negara melalui pengalaman belajar berbasis karakter, kedisiplinan, dan kepedulian sosial. Selain itu, kepramukaan/kepanduan berperan dalam mengembangkan keterampilan kepemimpinan serta kompetensi abad ke-21, seperti berpikir kritis, kreativitas, komunikasi, dan kolaborasi. Kegiatan ini dilaksanakan melalui berbagai aktivitas berbasis proyek dan kegiatan pengalaman lapangan edukatif, yang memberikan peserta didik kesempatan untuk mengasah kemampuan problem-solving, ketahanan diri, serta adaptasi terhadap perubahan. Integrasi nilai-nilai kebangsaan dengan keterampilan praktis menjadikan pendidikan kepramukaan/kepanduan sebagai wadah yang tidak hanya memperkuat rasa cinta tanah air, tetapi juga mempersiapkan generasi muda agar lebih tangguh menghadapi dinamika sosial, budaya, dan teknologi di masa depan.
Sejalan dengan itu, diperlukan pembina dan pelatih yang kompeten serta memenuhi standar sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan terkait. Dengan demikian, mereka dapat memastikan bahwa kegiatan kepramukaan dan kepanduan di sekolah/madrasah berjalan secara efektif, selaras dengan tujuan pendidikan nasional, serta relevan dengan kebutuhan zaman.
Benang Merah penyelenggaraan Pendidikan Kepramukaan/Kepanduan sebagai ekstra kurikuler pilihan di sekolah/madrasah dan Pramuka sebagai organisasi non-formal
Kepanduan Hizbul Wathan dengan struktur organisasi tersendiri