MODUL 4 MEMPRAKTIKKAN PROSEDUR WAWANCARA
Wawancara adalah salah satu metode pengumpulan data yang sangat penting dan sering digunakan dalam berbagai bidang, seperti jurnalistik, penelitian ilmiah, psikologi, hingga bisnis. Melalui wawancara, kita dapat memperoleh informasi langsung dari narasumber, baik itu berupa pandangan, pengalaman, ataupun pengetahuan yang mereka miliki. Dibandingkan dengan metode lain seperti survei atau pengamatan, wawancara memungkinkan interaksi langsung antara pewawancara dan narasumber, sehingga dapat menggali informasi lebih dalam dan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang mungkin tidak bisa dijawab melalui metode lain.
Namun, untuk memastikan wawancara berjalan efektif dan memberikan hasil yang diinginkan, kita harus memahami bahwa wawancara tidak hanya sekadar bertanya dan menjawab. Dibutuhkan persiapan, teknik bertanya yang baik, serta kemampuan untuk menggali informasi tanpa mengarahkan jawaban narasumber. Pewawancara juga harus mampu menciptakan suasana yang nyaman agar narasumber dapat berbicara dengan terbuka dan jujur. "Menurut kalian, mengapa wawancara menjadi salah satu cara yang paling efektif untuk mendapatkan informasi langsung dari narasumber, dan bagaimana kita bisa memastikan bahwa wawancara yang dilakukan akan memberikan hasil yang akurat dan mendalam?"
Bottom of Form
Tujuan pembelajaran:
Siswa mampu memahami konsep dasar wawancara, termasuk definisi dan tujuan utamanya dalam berbagai konteks.
Siswa terampil mempersiapkan dan melaksanakan wawancara secara sistematis, mulai dari persiapan hingga pelaporan hasil.
Siswa mampu mengidentifikasi dan menerapkan langkah-langkah efektif dalam melakukan wawancara untuk memperoleh informasi yang akurat dan relevan.
A. Pengertian Wawancara
Wawancara adalah proses komunikasi antara dua pihak, di mana pewawancara (interviewer) mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang telah disiapkan kepada narasumber (interviewee) untuk mendapatkan informasi yang mendalam, akurat, dan relevan. Informasi yang diperoleh dapat digunakan untuk berbagai tujuan, seperti penelitian, investigasi, atau laporan jurnalistik.
Wawancara bisa dilakukan secara tatap muka, melalui telepon, atau dengan menggunakan media komunikasi digital seperti video call. Jenis wawancara ini bergantung pada situasi dan kebutuhan. Dalam wawancara tatap muka, pewawancara dan narasumber bisa langsung berinteraksi, memungkinkan komunikasi non-verbal seperti ekspresi wajah dan gerak tubuh, yang dapat memberikan wawasan lebih dalam. Namun, wawancara jarak jauh, seperti melalui telepon atau video call, juga dapat menjadi pilihan yang efektif, terutama jika narasumber berada di lokasi yang jauh.
B. Tujuan Wawancara
Wawancara merupakan metode yang sangat efektif untuk mengumpulkan informasi dan memiliki berbagai tujuan tergantung pada konteksnya. Berikut adalah beberapa tujuan umum dari wawancara beserta gambaran contohnya:
1. Mendapatkan Informasi Spesifik
Wawancara memungkinkan pewawancara untuk memperoleh informasi yang sangat spesifik dan detail dari narasumber yang memiliki pengetahuan atau pengalaman langsung terkait topik yang dibahas. Informasi ini sering kali tidak dapat ditemukan melalui sumber lain seperti buku atau laporan tertulis.
Contoh:
Seorang jurnalis teknologi ingin mengetahui detail tentang fitur terbaru dari sebuah produk smartphone yang akan dirilis. Untuk mendapatkan informasi yang eksklusif, jurnalis tersebut melakukan wawancara dengan salah satu insinyur yang terlibat dalam pengembangan produk. Dalam wawancara ini, pewawancara dapat mengajukan pertanyaan teknis mengenai spesifikasi kamera, prosesor, dan fitur-fitur unik yang tidak disebutkan dalam materi promosi. Wawancara ini menghasilkan informasi yang spesifik dan lebih rinci daripada yang tersedia untuk publik umum.
2. Memahami Pandangan atau Pengalaman Narasumber
Melalui wawancara, pewawancara dapat menggali lebih dalam tentang pandangan, perasaan, pengalaman, dan opini narasumber yang sering kali bersifat personal atau unik. Wawancara ini membantu memahami sudut pandang subjektif narasumber yang mungkin tidak dapat ditemukan melalui data statistik atau dokumen tertulis.
Contoh:
Seorang peneliti sosial ingin memahami pengalaman seseorang yang menjadi korban bencana alam. Peneliti tersebut mewawancarai seorang warga yang mengalami langsung bencana banjir besar di desanya. Selama wawancara, narasumber menceritakan bagaimana banjir tersebut mempengaruhi kehidupannya, bagaimana perasaannya saat kehilangan harta benda, dan pandangannya terhadap upaya pemerintah dalam menangani bencana. Wawancara ini memberikan wawasan yang lebih dalam tentang aspek emosional dan pengalaman pribadi, yang tidak dapat diperoleh melalui survei atau laporan berita.
3. Mengumpulkan Data untuk Penelitian atau Dokumentasi
Wawancara sering kali digunakan dalam penelitian untuk mengumpulkan data primer dari orang-orang yang terlibat langsung dalam suatu peristiwa atau topik. Data yang diperoleh melalui wawancara dapat digunakan sebagai bahan untuk laporan, artikel, atau analisis lebih lanjut.
Contoh:
Seorang mahasiswa sedang menyusun skripsi tentang pengaruh kebijakan pendidikan terhadap prestasi siswa di daerah pedesaan. Untuk mendapatkan data yang valid, mahasiswa tersebut melakukan serangkaian wawancara dengan guru-guru sekolah dasar di daerah pedesaan. Dalam wawancara ini, para guru memberikan data tentang kondisi fasilitas sekolah, metode pengajaran yang digunakan, serta tantangan yang dihadapi dalam meningkatkan prestasi siswa. Data yang dikumpulkan melalui wawancara ini kemudian dianalisis dan dimasukkan ke dalam laporan penelitian.
4. Mengonfirmasi atau Menegaskan Informasi
Dalam beberapa situasi, wawancara dilakukan untuk mengonfirmasi informasi yang sudah ada atau menegaskan detail tertentu yang perlu diverifikasi. Wawancara semacam ini sering digunakan dalam investigasi jurnalistik atau penelitian ilmiah untuk memverifikasi data yang sudah diperoleh dari sumber lain.
Contoh:
Seorang wartawan investigasi sedang menulis artikel tentang dugaan korupsi dalam proyek pembangunan jalan raya. Wartawan tersebut sudah memiliki sejumlah dokumen dan laporan yang mengindikasikan adanya penyimpangan dalam penggunaan anggaran. Untuk memastikan keakuratan informasi ini, wartawan melakukan wawancara dengan seorang pejabat pemerintah yang terlibat dalam proyek tersebut. Dalam wawancara ini, wartawan menanyakan detail spesifik tentang anggaran dan proses pengadaan barang, untuk mengonfirmasi apakah data yang sudah dimilikinya benar adanya. Wawancara ini membantu menegaskan kebenaran informasi sebelum artikel diterbitkan.
C. Langkah-Langkah Melakukan Wawancara
Terdapat beberapa langkah yang harus diikuti untuk memastikan wawancara berjalan lancar dan mendapatkan hasil yang diinginkan. Langkah-langkah ini meliputi persiapan sebelum wawancara, pelaksanaan wawancara, dan penutupan wawancara.
1. Persiapan Wawancara
Tahap persiapan merupakan bagian yang sangat penting dalam wawancara. Pada tahap ini, pewawancara harus mempersiapkan segala sesuatunya dengan matang agar wawancara berjalan efektif.
a. Menentukan Tujuan Wawancara
Sebelum melakukan wawancara, penting untuk menentukan tujuan utama wawancara. Apakah wawancara dilakukan untuk mengumpulkan data penelitian, mencari tahu opini narasumber, atau mendapatkan penjelasan detail mengenai suatu peristiwa? Tujuan ini akan memandu pewawancara dalam menyusun pertanyaan yang relevan dan menentukan narasumber yang tepat.
b. Memilih Narasumber yang Tepat
Narasumber harus dipilih berdasarkan pengetahuan, pengalaman, atau keterlibatannya dalam topik yang dibahas. Narasumber yang tepat akan memberikan informasi yang relevan dan mendalam. Jika topik yang dibahas spesifik, pewawancara harus mencari orang yang memiliki pengalaman atau pengetahuan langsung mengenai topik tersebut.
c. Menyusun Daftar Pertanyaan
Pertanyaan yang disusun harus terstruktur dan berurutan, mulai dari pertanyaan yang umum hingga pertanyaan yang lebih spesifik. Gunakan pertanyaan terbuka yang memungkinkan narasumber menjelaskan jawabannya dengan lebih luas dan mendalam, bukan hanya menjawab dengan "ya" atau "tidak." Sebaiknya, pertanyaan juga dirancang untuk menggali informasi tambahan yang mungkin tidak terpikirkan sebelumnya.
d. Mengatur Waktu dan Tempat
Pewawancara dan narasumber harus menyepakati waktu dan tempat wawancara yang nyaman bagi keduanya. Tempat yang tenang dan kondusif akan mendukung kelancaran wawancara, sedangkan waktu yang tepat akan memastikan bahwa wawancara berlangsung tanpa gangguan.
2. Pelaksanaan Wawancara
Setelah semua persiapan dilakukan, tahap berikutnya adalah pelaksanaan wawancara. Pada tahap ini, pewawancara harus memastikan bahwa suasana yang tercipta mendukung narasumber untuk berbicara secara terbuka.
a. Membangun Suasana yang Nyaman
Sebelum memulai wawancara, penting untuk membangun suasana yang nyaman. Pewawancara bisa memulai dengan percakapan ringan atau memberikan apresiasi kepada narasumber atas kesediaannya untuk diwawancara. Suasana yang rileks akan membantu narasumber merasa lebih nyaman dan terbuka dalam menjawab pertanyaan.
b. Mengajukan Pertanyaan dengan Baik
Pertanyaan harus diajukan secara bertahap dan berurutan sesuai dengan daftar yang telah disiapkan. Mulailah dengan pertanyaan umum yang bersifat pengantar, lalu perlahan masuk ke pertanyaan yang lebih spesifik. Pewawancara harus berusaha menjaga alur wawancara agar tetap fokus pada topik yang telah ditentukan.
c. Mendengarkan dengan Aktif
Salah satu keterampilan penting dalam wawancara adalah kemampuan mendengarkan secara aktif. Pewawancara harus mendengarkan dengan seksama setiap jawaban yang diberikan oleh narasumber, dan menghindari interupsi. Jika ada hal yang perlu diperjelas, pewawancara dapat mengajukan pertanyaan lanjutan.
d. Mencatat atau Merekam
Selama wawancara, pewawancara harus mencatat poin-poin penting yang disampaikan oleh narasumber atau menggunakan alat perekam jika diizinkan. Mencatat atau merekam wawancara penting untuk memastikan tidak ada informasi yang hilang dan untuk referensi lebih lanjut saat menyusun laporan hasil wawancara.
3. Penutupan Wawancara
Setelah semua pertanyaan diajukan dan informasi yang diinginkan diperoleh, wawancara harus diakhiri dengan baik.
a. Mengakhiri dengan Sopan:
Pewawancara harus mengakhiri wawancara dengan mengucapkan terima kasih kepada narasumber atas waktu dan informasi yang telah diberikan. Jika ada pertanyaan yang belum sempat diajukan, pewawancara dapat bertanya apakah narasumber bersedia dihubungi lagi di lain waktu untuk klarifikasi atau tambahan informasi.
b. Mengonfirmasi Informasi Penting:
Sebelum mengakhiri wawancara, pewawancara dapat menegaskan kembali beberapa poin penting yang telah disampaikan oleh narasumber untuk memastikan tidak ada kesalahpahaman atau informasi yang terlewatkan.
4. Menyusun Laporan Hasil Wawancara
Setelah wawancara selesai, langkah selanjutnya adalah menyusun laporan hasil wawancara. Laporan ini biasanya berfungsi sebagai dokumentasi resmi dari hasil wawancara yang dilakukan, dan harus disusun dengan jelas serta sistematis. Berikut adalah langkah-langkah menyusun laporan hasil wawancara:
a. Pendahuluan:
Bagian pendahuluan berisi latar belakang wawancara, tujuan wawancara, dan profil singkat narasumber. Pendahuluan juga bisa mencakup alasan mengapa topik ini penting dan bagaimana wawancara ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pada pemahaman atau penelitian lebih lanjut.
b. Isi Laporan:
Di bagian ini, pewawancara memaparkan hasil wawancara dalam bentuk narasi. Jawaban dari narasumber bisa dirangkum atau disajikan dalam bentuk kutipan langsung jika dianggap penting. Isi laporan bisa dibagi menjadi beberapa subtema sesuai dengan topik yang dibahas selama wawancara.
c. Kesimpulan:
Kesimpulan berisi ringkasan dari poin-poin utama yang diperoleh selama wawancara. Pewawancara juga dapat memberikan refleksi pribadi mengenai hasil wawancara dan bagaimana informasi tersebut relevan dengan tujuan awal wawancara.
d. Lampiran (opsional):
Jika ada, lampirkan transkrip wawancara atau catatan penting lainnya yang relevan dengan wawancara. Transkrip ini akan sangat membantu jika laporan hasil wawancara akan digunakan sebagai bahan penelitian atau dokumentasi formal.
5. Mempraktikkan Wawancara
Perhatikan contoh agenda wawancara berikut.
a. Agenda Wawancara
AGENDA WAWANCARA
Topik : Tantangan Pendidikan Generasi Z di Kota Balikpapan
Narasumber : Pak Wawan, Guru Penggerak SMPN 3 Balikpapan
Pewawancara : Andi Laela
Waktu : Selasa, 17 September 2024
Tempat : SMPN 3 Balikpapan
Tujuan Wawancara:
Menggali pandangan dan wawasan Pak Wawan terkait tantangan pendidikan yang dihadapi oleh Generasi Z di Kota Balikpapan, serta solusi yang dapat diterapkan untuk mengatasinya.
Daftar Pertanyaan Wawancara:
Apa pandangan Bapak terkait tantangan-tantangan pendidikan yang dihadapi oleh Generasi Z di Kota Balikpapan?
Apa perbedaan utama yang Bapak lihat antara Generasi Z dengan generasi sebelumnya dalam hal pendidikan?
Bagaimana Bapak sebagai Guru Penggerak menyikapi hal ini? Adakah pendekatan atau metode pembelajaran yang berbeda untuk mengatasi tantangan tersebut?
Ada isu yang menyebutkan bahwa tantangan lainnya yang sering dibahas terkait Generasi Z adalah mengenai disiplin belajar dan konsentrasi mereka. Bagaimana Bapak menanggapi isu ini?
Bagaimana dengan dukungan orang tua terhadap pendidikan Generasi Z? Apakah ini juga menjadi tantangan di Kota Balikpapan?
Apa harapan Bapak terkait pendidikan Generasi Z di masa depan, khususnya di Balikpapan?
Catatan Tambahan:
Wawancara ini diharapkan dapat memberikan gambaran yang komprehensif tentang tantangan pendidikan bagi Generasi Z di Kota Balikpapan, serta bagaimana peran guru, teknologi, dan orang tua dapat mendukung perkembangan pendidikan mereka.
b. Contoh Hasil Wawancara
HASIL WAWANCARA
Topik : Tantangan Pendidikan Generasi Z di Kota Balikpapan
Narasumber : Pak Wawan, Guru Penggerak SMPN 3 Balikpapan
Pewawancara : Andi Laela
Waktu : Selasa, 17 September 2024
Tempat : SMPN 3 Balikpapan
Pewawancara:
Selamat pagi, Pak Wawan. Terima kasih sudah meluangkan waktu untuk wawancara ini. Hari ini, kami ingin membahas mengenai tantangan pendidikan yang dihadapi oleh Generasi Z, khususnya di Kota Balikpapan. Sebagai Guru Penggerak, apa pandangan Bapak terkait tantangan-tantangan tersebut?
Pak Wawan:
Selamat pagi, senang sekali bisa berbagi pandangan. Tantangan pendidikan bagi Generasi Z di Kota Balikpapan memang cukup beragam, terutama karena mereka tumbuh di era digital yang sangat cepat. Salah satu tantangan utama adalah bagaimana menyesuaikan kurikulum dan metode pembelajaran dengan kebutuhan serta karakteristik mereka yang sangat berbeda dari generasi sebelumnya.
Pewawancara:
Bisa dijelaskan lebih lanjut, Pak, apa perbedaan utama yang Bapak lihat antara Generasi Z dengan generasi sebelumnya dalam hal pendidikan?
Pak Wawan:
Generasi Z ini lahir di tengah perkembangan teknologi yang pesat, mereka sangat akrab dengan gadget dan internet sejak usia dini. Pola pikir mereka lebih dinamis dan mereka cenderung lebih cepat bosan jika pembelajaran dilakukan dengan cara yang monoton. Mereka juga lebih mandiri dalam mencari informasi, tapi di sisi lain, hal ini bisa menjadi tantangan karena tidak semua informasi yang mereka dapatkan itu valid atau sesuai dengan kebutuhan pendidikan mereka. Selain itu, Generasi Z lebih tertarik pada pembelajaran yang interaktif, visual, dan berbasis teknologi.
Pewawancara:
Menarik sekali, Pak. Bagaimana Bapak sebagai Guru Penggerak menyikapi hal ini? Adakah pendekatan atau metode pembelajaran yang berbeda untuk mengatasi tantangan tersebut?
Pak Wawan:
Tentu. Sebagai Guru Penggerak, saya selalu mencoba menerapkan pendekatan yang lebih inovatif dalam pembelajaran. Kami menggunakan teknologi secara maksimal, seperti menggunakan aplikasi pembelajaran interaktif, video, dan media sosial sebagai bagian dari proses belajar. Salah satu metode yang sering kami gunakan adalah metode flipped classroom, di mana siswa belajar materi secara mandiri di rumah melalui video atau bahan ajar online, kemudian di kelas, kami lebih banyak berdiskusi atau mengerjakan proyek bersama.
Selain itu, kami juga mendorong pengembangan keterampilan abad 21, seperti berpikir kritis, kolaborasi, komunikasi, dan kreativitas. Tantangan terbesar adalah bagaimana mengarahkan mereka untuk menggunakan teknologi ini dengan bijak dan tetap fokus pada tujuan pendidikan.
Pewawancara:
Ada isu yang menyebutkan bahwa tantangan lainnya yang sering dibahas terkait Generasi Z adalah mengenai disiplin belajar dan konsentrasi mereka. Bagaimana Bapak menanggapi isu ini?
Pak Wawan:
Benar, disiplin dan konsentrasi memang menjadi tantangan lain. Karena mereka terbiasa dengan konten cepat dan mudah diakses, Generasi Z sering kali sulit untuk berkonsentrasi pada satu tugas dalam waktu yang lama. Kami mencoba menyiasatinya dengan memberikan tugas yang lebih variatif dan menarik, seperti proyek kolaboratif, presentasi visual, atau simulasi. Selain itu, kami juga menerapkan pembelajaran berbasis proyek (project-based learning) yang membuat siswa lebih terlibat dalam proses belajar karena mereka merasa memiliki tanggung jawab terhadap hasil akhir proyek tersebut.
Pewawancara:
Bagaimana dengan dukungan orang tua terhadap pendidikan Generasi Z? Apakah ini juga menjadi tantangan di Kota Balikpapan?
Pak Wawan:
Ya, peran orang tua sangat penting, namun tidak semua orang tua memiliki pemahaman yang baik mengenai bagaimana mendukung anak-anak mereka yang hidup di era digital. Beberapa orang tua merasa kesulitan untuk memahami teknologi yang digunakan anak-anaknya, sehingga tidak bisa mendampingi mereka dalam belajar. Ada juga yang khawatir dengan waktu yang dihabiskan anak-anak di depan layar. Kami terus mengadakan sosialisasi dan memberikan panduan kepada orang tua tentang bagaimana mereka bisa mendukung anak dalam menggunakan teknologi secara positif.
Pewawancara:
Apa harapan Bapak terkait pendidikan Generasi Z di masa depan, khususnya di Balikpapan?
Pak Wawan:
Saya berharap pendidikan di Kota Balikpapan semakin adaptif terhadap perkembangan zaman, khususnya dalam menghadapi tantangan-tantangan yang dihadapi Generasi Z. Kita harus terus berinovasi, baik dalam hal teknologi maupun metode pengajaran, agar bisa menghasilkan generasi yang tidak hanya cerdas secara akademis, tetapi juga memiliki karakter yang kuat, mampu berpikir kritis, dan kreatif. Semoga kolaborasi antara guru, orang tua, dan pemerintah terus berjalan dengan baik untuk mewujudkan hal ini.
Pewawancara:
Terima kasih banyak, Pak Wawan, atas wawasan dan waktu yang telah diberikan. Semoga upaya Bapak sebagai Guru Penggerak dapat terus membawa perubahan positif dalam pendidikan di Balikpapan.
Pak Wawan:
Sama-sama.
c. Laporan Hasil Wawancara
LAPORAN HASIL WAWANCARA
Tantangan Pendidikan Generasi Z di Kota Balikpapan
Disusun oleh: Andi Laela
Pada tanggal 17 September 2024 di SMPN 3 Balikpapan, kami melakukan wawancara dengan Pak Wawan, seorang Guru Penggerak yang berpengalaman mengajar di SMPN 3 Balikpapan. Topik dalam wawancara ini adalah tantangan-tantangan yang dihadapi dalam pendidikan Generasi Z di Kota Balikpapan. Wawancara ini bertujuan untuk mendapatkan wawasan mendalam mengenai bagaimana Generasi Z menghadapi dunia pendidikan yang semakin digital, serta strategi dan solusi yang diterapkan oleh para pendidik untuk mengatasi tantangan tersebut.
Pak Wawan menyatakan bahwa tantangan pendidikan bagi Generasi Z di Kota Balikpapan cukup kompleks. Generasi ini tumbuh di tengah pesatnya perkembangan teknologi, yang mengubah cara mereka berinteraksi dan belajar. Salah satu tantangan utama yang dihadapi adalah bagaimana menyesuaikan kurikulum dan metode pembelajaran agar sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik mereka. Generasi Z dikenal sangat akrab dengan gadget dan internet, memiliki pola pikir yang dinamis, dan cenderung cepat bosan dengan metode pembelajaran yang monoton.
Pak Wawan menjelaskan bahwa Generasi Z lebih mandiri dalam mencari informasi dan lebih tertarik pada pembelajaran yang interaktif, visual, dan berbasis teknologi. Namun, hal ini juga membawa tantangan tersendiri, seperti validitas informasi yang mereka terima dan risiko terjebak dalam konten yang tidak relevan atau salah. Untuk mengatasi hal ini, Pak Wawan dan timnya menerapkan metode pembelajaran inovatif, seperti flipped classroom. Dalam metode ini, siswa mempelajari materi secara mandiri di rumah melalui video dan bahan ajar online, kemudian di kelas, mereka berdiskusi dan mengerjakan proyek bersama.
Masalah disiplin dan konsentrasi juga menjadi tantangan besar. Generasi Z sering kali mengalami kesulitan untuk fokus pada satu tugas dalam waktu yang lama karena kebiasaan mereka dengan konten yang cepat dan mudah diakses. Pak Wawan menjelaskan bahwa mereka mengatasi hal ini dengan memberikan tugas yang variatif dan menarik, seperti proyek kolaboratif dan presentasi visual. Metode pembelajaran berbasis proyek juga diterapkan untuk membuat siswa lebih terlibat dan bertanggung jawab terhadap hasil akhir proyek.
Dukungan orang tua juga merupakan faktor penting dalam pendidikan Generasi Z. Pak Wawan mengungkapkan bahwa tidak semua orang tua memiliki pemahaman yang memadai tentang teknologi dan bagaimana mendampingi anak-anak mereka dalam era digital. Beberapa orang tua kesulitan memahami teknologi dan merasa khawatir tentang waktu yang dihabiskan anak-anak di depan layar. Untuk mengatasi hal ini, sekolah secara aktif mengadakan sosialisasi dan memberikan panduan kepada orang tua tentang penggunaan teknologi secara positif.
Pak Wawan menutup wawancara dengan harapan bahwa pendidikan di Kota Balikpapan akan semakin adaptif terhadap perkembangan zaman. Ia menginginkan inovasi yang berkelanjutan dalam teknologi dan metode pengajaran, agar Generasi Z tidak hanya cerdas secara akademis, tetapi juga memiliki karakter yang kuat dan kemampuan berpikir kritis serta kreatif. Pak Wawan berharap kolaborasi antara guru, orang tua, dan pemerintah akan terus berjalan dengan baik untuk mewujudkan tujuan tersebut. Dengan komitmen dan upaya bersama, diharapkan tantangan-tantangan pendidikan Generasi Z dapat diatasi dan membawa perubahan positif bagi masa depan pendidikan di Balikpapan.
Tugas Kegiatan Belajar Melakukan Wawancara
a. Tujuan Pembelajaran:
Siswa mampu mempraktikkan prosedur wawancara.
Siswa mampu menyusun agenda, membuat daftar pertanyaan, melakukan wawancara, dan menyusun laporan.
b. Instruksi Tugas:
1) Agenda Wawancara
Tentukan narasumber, topik, waktu, dan tempat wawancara.
Jelaskan tujuan wawancara.
2) Membuat Daftar Pertanyaan
Susun minimal 5 pertanyaan terkait topik wawancara yang telah kalian tentukan.
3) Melakukan Wawancara
Laksanakan wawancara sesuai agenda dan catat atau rekam jawaban narasumber.
4) Menyusun Laporan
Pendahuluan (latar belakang, identitas narasumber, tujuan).
Isi Hasil wawancara (ringkasan jawaban).
Kesimpulan.
c. Refleksi
Apa tantangan yang kamu hadapi selama proses wawancara? Bagaimana kamu mengatasi tantangan tersebut?
Apa yang akan kamu lakukan secara berbeda untuk menyempurnakan prosedur wawancara jika melakukan wawancara lagi?
Sumber Referensi
Amalia, L. (2019). Teknik Dasar Wawancara. Jakarta: Pustaka Pendidikan.
Kusumaningtyas, D. (2021). Jurnalistik Praktis: Teori dan Aplikasi Wawancara. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia.
Sugiarto, B. (2017). Teknik Wawancara: Seni Mendapatkan Informasi. Gadjah Mada University Press.