MODUL 3 MENELAAH UNSUR KEBAHASAAN DALAM TEKS BERITA
Teks berita merupakan jenis teks yang bertujuan untuk menjelaskan proses terjadinya suatu kejadian atau fenomena, termasuk sebab dan dampaknya. Teks berita menggunakan berbagai unsur kebahasaan dalam penyampaian informasinya, seperti kalimat tunggal, kalimat majemuk, konjungsi kronologis, konjungsi kausalitas, serta kata ganti non persona. Setiap unsur kebahasaan ini berperan penting untuk memastikan informasi disampaikan secara logis, terstruktur, dan mudah dipahami oleh pembaca. Dengan memahami unsur-unsur kebahasaan tersebut, kita dapat lebih terampil dalam menelaah teks berita eksplanasi dan memahami alur kejadian yang dijelaskan. Pernahkah kamu membaca berita tentang bencana alam? Bagaimana cara berita tersebut menjelaskan urutan kejadian atau penyebab bencana itu?
Tujuan Pembelajaran
Siswa mampu mengidentifikasi dan menjelaskan berbagai unsur kebahasaan yang digunakan dalam teks berita eksplanasi.
Siswa dapat menganalisis hubungan antarunsur kebahasaan untuk memahami proses terjadinya suatu peristiwa dalam teks berita eksplanasi.
A. STRUKTUR BAHASA DALAM BERITA
Teks berita adalah salah satu bentuk teks informatif yang bertujuan untuk menjelaskan bagaimana suatu kejadian atau peristiwa tertentu dapat terjadi. Penjelasan ini mencakup faktor-faktor penyebab yang melatarbelakangi peristiwa tersebut, proses terjadinya, serta dampaknya. Dalam penyusunannya, teks berita mengutamakan penggunaan bahasa yang sistematis dan terstruktur agar informasi dapat disampaikan dengan jelas dan mudah dipahami oleh pembaca.
Salah satu keunggulan teks berita terletak pada penggunaan unsur-unsur kebahasaan yang membantu menyampaikan informasi secara logis dan terorganisir. Unsur kebahasaan ini berfungsi untuk menggambarkan hubungan antara berbagai peristiwa atau fenomena, baik yang bersifat kronologis maupun sebab-akibat. Dengan adanya unsur kebahasaan ini, proses atau rangkaian kejadian yang kompleks dapat dijelaskan secara runtut dan mudah diikuti oleh pembaca.
Melalui penggunaan unsur-unsur kebahasaan yang tepat, teks berita dapat menyampaikan informasi dengan lebih efektif. Pembaca tidak hanya memahami apa yang terjadi, tetapi juga dapat mengikuti alur penyebab dan akibat dari suatu peristiwa. Dengan demikian, teks berita mampu menjadi media pembelajaran yang melatih kemampuan analisis dan pemahaman kritis, terutama dalam menghubungkan berbagai aspek dalam suatu kejadian atau fenomena.
Pemahaman tentang unsur kebahasaan dalam teks berita sangat penting, terutama untuk mendukung kemampuan siswa dalam membaca kritis dan menganalisis informasi. Sebagai pembaca, siswa tidak hanya dituntut untuk mengetahui fakta, tetapi juga memahami proses yang mendasari kejadian tersebut secara lebih mendalam. Berikut adalah beberapa unsur kebahasaan dalam teks berita yang perlu kita pahami.
B. Kalimat tunggal
Teks berita merupakan salah satu jenis teks informatif yang dirancang untuk menyampaikan informasi tentang kejadian atau peristiwa secara sistematis dan terstruktur. Salah satu komponen penting dalam teks berita adalah penggunaan kalimat tunggal, yang berfungsi untuk menyampaikan informasi dasar atau inti dari suatu kejadian dengan singkat dan jelas.
Kalimat tunggal adalah kalimat yang hanya terdiri dari satu klausa. Klausa ini memiliki elemen dasar berupa subjek (S), predikat (P), dan dapat dilengkapi dengan objek (O) atau keterangan (K). Keunggulan kalimat tunggal terletak pada kesederhanaannya, sehingga cocok digunakan untuk memberikan informasi yang langsung, padat, dan mudah dipahami oleh pembaca.
Ciri-Ciri Kalimat Tunggal:
Memiliki satu klausa dengan struktur dasar subjek dan predikat.
Menyampaikan satu informasi inti tanpa hubungan dengan kejadian lain.
Umumnya bersifat langsung, sederhana, dan tanpa unsur penghubung yang kompleks.
Kalimat tunggal dalam teks berita biasanya disusun dengan pola dasar SPOK:
S: Subjek adalah benda; pelaku; atau pihak yang menjadi pokok pembahasan.
P: Predikat adalah tindakan atau keadaan yang dilakukan oleh subjek.
O: Objek adalah sesuatu yang menjadi sasaran tindakan dari subjek.
K: Keterangan adalah informasi tambahan seperti waktu, tempat, atau cara yang memberikan konteks lebih spesifik pada kalimat.
Contoh Kalimat Tunggal dalam Teks Berita
Contoh 1:
"Polisi menjaga gedung Balai Kota sejak pagi."
S: Polisi
P: Menjaga
O: Gedung Balai Kota
K: Sejak pagi
Kalimat ini menyampaikan informasi inti tentang tindakan polisi (subjek) yang menjaga gedung Balai Kota (objek) sejak pagi (keterangan waktu).
Contoh 2
"Kebakaran terjadi di pusat perbelanjaan pada sore hari."
S: Kebakaran
P: Terjadi
K: Di pusat perbelanjaan pada sore hari
Informasi ini menjelaskan kejadian kebakaran (subjek) yang berlangsung (predikat) di pusat perbelanjaan (keterangan tempat) pada sore hari (keterangan waktu).
Contoh 3
"Hujan deras mengguyur kota sejak dini hari."
S: Hujan deras
P: Mengguyur
O: Kota
K: Sejak dini hari
Kalimat ini memberikan informasi tentang fenomena hujan deras (subjek) yang mengguyur (predikat) kota (objek) sejak dini hari (keterangan waktu).
Kalimat tunggal penting dalam teks berita karena sering digunakan untuk menyampaikan fakta utama dengan cara yang sederhana dan langsung, tanpa menyertakan informasi yang terlalu kompleks. Penggunaan kalimat tunggal membantu pembaca untuk dengan cepat memahami inti dari suatu peristiwa sebelum melanjutkan ke detail lebih lanjut. Biasanya, kalimat tunggal digunakan di bagian pembuka atau sebagai penjelasan awal dalam teks berita, yang memberikan informasi yang padat dan jelas untuk membangun pemahaman awal pembaca, sehingga dapat mengikuti alur informasi yang disampaikan dalam teks berita dengan lebih mudah dan efektif.
C. KALIMAT MAJEMUK
Kalimat majemuk adalah kalimat yang terdiri dari dua klausa atau lebih yang digabungkan dengan kata penghubung (konjungsi). Dalam teks berita, khususnya berita eksplanasi, kalimat majemuk digunakan untuk menunjukkan hubungan antara beberapa kejadian atau ide yang saling terkait. Dengan menggunakan kalimat majemuk, penulis dapat menjelaskan hubungan kronologis atau sebab-akibat antara peristiwa yang terjadi. Kalimat majemuk tidak hanya memberikan informasi tentang satu kejadian, tetapi juga memperlihatkan bagaimana kejadian-kejadian tersebut saling berhubungan, yang memungkinkan pembaca untuk memahami konteks lebih luas dari peristiwa tersebut.
Terdapat dua jenis kalimat majemuk yang sering digunakan dalam teks berita, yaitu kalimat majemuk setara (koordinatif) dan kalimat majemuk bertingkat (subordinatif).
1. Kalimat Majemuk Setara (Koordinatif)
Kalimat majemuk setara menghubungkan dua klausa yang memiliki kedudukan setara, yaitu klausa pertama dan klausa kedua memiliki peran yang seimbang dalam kalimat. Konjungsi yang digunakan untuk menggabungkan klausa ini antara lain "dan", "atau", "tetapi", "namun", dan sebagainya. Kalimat ini sering digunakan untuk menggambarkan kejadian yang terjadi bersamaan atau memberikan informasi tambahan yang tidak terlalu bergantung pada klausa pertama.
Contoh 1:
"Presiden memberikan pidato, dan para pejabat daerah turut mendengarkan dengan seksama."
Kalimat ini menghubungkan dua klausa yang setara dengan konjungsi "dan", yang menunjukkan bahwa dua kejadian, yaitu pidato oleh presiden dan para pejabat yang mendengarkan, terjadi secara bersamaan tanpa saling bergantung satu sama lain.
Contoh 2:
"Para petugas mengevakuasi korban, tetapi tidak ada laporan mengenai korban jiwa."
Dalam kalimat ini, konjungsi "tetapi" menunjukkan adanya pertentangan atau kontras antara dua klausa. Klausa pertama menyatakan tindakan evakuasi oleh petugas, sementara klausa kedua menyampaikan informasi yang berlawanan dengan harapan, yaitu tidak ada korban jiwa.
2. Kalimat Majemuk Bertingkat (Subordinatif)
Kalimat majemuk bertingkat mengandung dua klausa, yaitu satu klausa utama dan satu klausa anak yang bergantung pada klausa utama. Konjungsi yang digunakan untuk menghubungkan kedua klausa ini antara lain "karena", "ketika", "meskipun", "sehingga", "apabila", dan sebagainya. Kalimat ini sering digunakan untuk menjelaskan hubungan sebab-akibat, waktu, atau kondisi yang membatasi klausa utama.
Contoh 1:
"Penyelidikan terus dilakukan, karena kejadian ini menyebabkan kerugian yang cukup besar."
Kalimat ini menghubungkan klausa utama "Penyelidikan terus dilakukan" dengan klausa anak "karena kejadian ini menyebabkan kerugian yang cukup besar" menggunakan konjungsi "karena", yang menunjukkan hubungan sebab-akibat antara kedua klausa. Klausa pertama menjelaskan tindakan yang dilakukan, sementara klausa kedua memberikan alasan mengapa tindakan tersebut dilakukan.
Contoh 2:
"Masyarakat diminta tetap waspada, meskipun cuaca tampak cerah."
Di sini, klausa pertama menunjukkan tindakan yang diminta (masyarakat diminta waspada), sementara klausa kedua memberikan kondisi yang tampaknya tidak memerlukan kewaspadaan (cuaca cerah). Konjungsi "meskipun" menunjukkan adanya pertentangan antara dua pernyataan yang ada dalam klausa pertama dan klausa kedua.
Mari kita cermati lebih lanjut perbedaan anatar kalimat majemuk setara dan kalimat majemuk bertingkat. Kalimat majemuk setara dan kalimat majemuk bertingkat memiliki perbedaan mendasar dalam hubungan antar klausa yang menyusunnya. Pada kalimat majemuk setara, kedua klausa memiliki kedudukan yang sejajar dan masing-masing klausa dapat berdiri sendiri sebagai kalimat yang utuh. Sebaliknya, dalam kalimat majemuk bertingkat, hanya klausa utama yang dapat berdiri sendiri, sementara klausa lainnya merupakan klausa anak yang bergantung pada klausa utama untuk membentuk makna yang lengkap.
Contoh Kalimat Majemuk Setara:
1. "Tim pemadam kebakaran tiba di lokasi, dan warga segera dievakuasi."
Penjelasan:
Klausa 1: Tim pemadam kebakaran tiba di lokasi, Klausa 2: Warga segera dievakuasi. Keduanya bisa berdiri sendiri.
2. "Hari sudah larut malam, tetapi para siswa masih belajar di perpustakaan."
Penjelasan:
Klausa 1: Hari sudah larut malam, Klausa 2: Para siswa masih belajar di perpustakaan. Keduanya dapat berdiri sendiri.
Contoh Kalimat Majemuk Bertingkat:
1. "Kegiatan dihentikan karena hujan deras turun sepanjang hari."
Penjelasan:
Klausa utama: Kegiatan dihentikan. Klausa anak: Karena hujan deras turun sepanjang hari. Klausa anak bergantung pada klausa utama.
2. "Ia tetap pergi ke sekolah meskipun tubuhnya sedang demam."
Penjelasan:
Klausa utama: Ia tetap pergi ke sekolah. Klausa anak: Meskipun tubuhnya sedang demam. Klausa anak tidak dapat berdiri sendiri.
Kalimat majemuk memegang peran penting dalam teks berita eksplanasi karena mampu menunjukkan hubungan yang jelas antara satu kejadian dengan kejadian lainnya. Fungsi utama dari kalimat majemuk dalam berita adalah untuk menghubungkan berbagai informasi secara lebih kompleks, seperti sebab-akibat, waktu, atau urutan peristiwa. Dengan kata lain, kalimat majemuk tidak hanya menyampaikan informasi terpisah, tetapi juga membantu menggambarkan bagaimana satu kejadian berhubungan dengan kejadian lainnya, baik secara langsung maupun tidak langsung. Ini sangat berguna dalam teks berita eksplanasi yang bertujuan untuk menjelaskan suatu fenomena atau kejadian secara lebih rinci dan terperinci.
Sebagai contoh, dalam berita mengenai bencana alam seperti gempa bumi atau banjir, kalimat majemuk bisa digunakan untuk menghubungkan penyebab terjadinya bencana dengan dampak yang ditimbulkan. Misalnya, penulis bisa menggunakan kalimat majemuk bertingkat untuk menunjukkan hubungan sebab-akibat, seperti "Gempa bumi terjadi di wilayah selatan, karena adanya pergeseran lempeng tektonik yang sangat kuat." Dalam contoh ini, klausa pertama menjelaskan kejadian (gempa bumi), sementara klausa kedua mengungkapkan penyebabnya (pergeseran lempeng tektonik). Kalimat ini memberikan gambaran yang lebih jelas tentang bagaimana suatu peristiwa dapat terjadi, serta apa yang menyebabkan peristiwa tersebut.
Kalimat majemuk juga dapat digunakan untuk menggambarkan rangkaian peristiwa yang terjadi dalam urutan waktu. Misalnya, dalam melaporkan kejadian kebakaran, kalimat majemuk bisa digunakan untuk menghubungkan berbagai kejadian yang terjadi dalam urutan waktu yang kronologis: "Api mulai membesar pada pukul 10 pagi, dan petugas pemadam kebakaran segera tiba di lokasi untuk memadamkan api." Kalimat ini menunjukkan dua kejadian yang saling berhubungan, yaitu kebakaran yang membesar dan kedatangan petugas pemadam kebakaran, yang terjadi berurutan. Pembaca dapat dengan mudah mengikuti alur kejadian berkat kalimat majemuk yang menyusun peristiwa dalam urutan yang jelas.
D. KONJUNGSI KRONOLOGIS
Konjungsi kronologis adalah kata penghubung yang digunakan untuk menunjukkan urutan waktu atau alur kejadian dalam teks. Dalam teks berita, terutama berita eksplanasi, konjungsi kronologis sangat penting untuk menyampaikan peristiwa-peristiwa yang saling berhubungan secara berurutan. Penggunaan konjungsi kronologis yang tepat membantu pembaca mengikuti alur kejadian dengan jelas, serta memahami sebab-akibat yang menyertai setiap langkah dalam proses yang dijelaskan.
Jenis-Jenis Konjungsi Kronologis:
1. Kemudian
Konjungsi ini digunakan untuk menghubungkan peristiwa yang terjadi setelah peristiwa sebelumnya. Biasanya, "kemudian" menyatakan kelanjutan dari tindakan atau kejadian yang lebih mendalam.
Contoh: "
Petugas tiba di lokasi, kemudian mereka mulai melakukan evakuasi."
Konjungsi "kemudian" dalam kalimat tersebut mengindikasikan langkah yang diambil setelah petugas tiba di lokasi, menunjukkan langkah logis selanjutnya dalam proses kejadian tersebut.
2. Setelah itu
Konjungsi ini digunakan untuk menunjukkan kejadian atau langkah yang terjadi setelah peristiwa sebelumnya. "Setelah itu" memberikan gambaran urutan kejadian yang lebih terstruktur.
Contoh:
"Petugas menyelamatkan korban dari reruntuhan, setelah itu mereka memberi pertolongan pertama."
Konjungsi “setelah itu” dalam kalimat tersebut digunakan untuk menggambarkan urutan kejadian yang berkelanjutan, dimana langkah pertama adalah menyelamatkan korban, diikuti dengan langkah kedua, yaitu memberikan pertolongan medis.
3. Lalu
Kata "lalu" digunakan untuk menyatakan urutan kejadian yang terjadi berturut-turut, menunjukkan hubungan langsung antara dua kejadian yang saling berhubungan.
Contoh:
"Para relawan bekerja keras membersihkan sisa-sisa banjir, lalu mereka mengevakuasi warga yang masih terjebak."
Konjungsi "lalu" dalam kalimat tersebut digunakan untuk menghubungkan dua peristiwa yang saling berkaitan secara kronologis dan memberi informasi tentang langkah-langkah yang diambil setelah tindakan pertama.
4. Pada akhirnya
Konjungsi ini digunakan untuk menunjukkan hasil akhir atau kesimpulan dari rangkaian kejadian yang telah terjadi sebelumnya. "Pada akhirnya" sering digunakan untuk menggambarkan hasil dari semua langkah yang diambil dalam proses tersebut.
Contoh: "
Pencarian korban dilakukan dengan sangat hati-hati, pada akhirnya semua korban berhasil ditemukan."
Dalam hal ini, konjungsi "pada akhirnya" dalam kalimat tersebut digunakan untuk menunjukkan hasil dari proses pencarian yang panjang dan penuh tantangan.
5. Selanjutnya
Konjungsi "selanjutnya" digunakan untuk menunjukkan langkah berikutnya setelah tindakan yang telah disebutkan sebelumnya, menunjukkan kesinambungan dalam urutan kejadian.
Contoh: "
Penyelidikan dimulai pada pagi hari, selanjutnya polisi memeriksa rekaman CCTV."
Konjungsi “selanjutnya” dalam kalimat ini mengindikasikan tindakan yang dilakukan setelah langkah pertama (penyelidikan dimulai) dan memberi gambaran lebih lanjut mengenai apa yang terjadi setelahnya.
6. Sebelumnya
Konjungsi ini digunakan untuk menghubungkan kejadian yang terjadi lebih awal dalam urutan waktu, yang memberikan gambaran konteks sebelum kejadian yang sedang dibahas.
Contoh: "
Sebelumnya, para ahli sudah mengingatkan bahaya tanah longsor, namun peringatan itu diabaikan."
Konjungsi “sebelumnya” dalam kalimat ini menunjukkan adanya peristiwa yang terjadi lebih awal yang memberikan konteks sebelum kejadian yang lebih besar, yaitu tanah longsor.
Konjungsi kronologis memberikan struktur yang jelas dalam berita, yang memungkinkan pembaca untuk memahami bagaimana peristiwa berkembang dari waktu ke waktu. Dengan demikian, teks berita tidak hanya menjadi lebih teratur tetapi juga memudahkan pembaca dalam menggambarkan kejadian dalam pikiran mereka. Penggunaan konjungsi kronologis bermanfaat untuk memudahkan pembaca untuk melihat bagaimana peristiwa terjadi secara berurutan, sehingga mereka dapat memahami setiap langkah yang diambil dan konsekuensi dari setiap kejadian yang terjadi. Konjugsi kronologis juga membantu penulis untuk menghubungkan setiap peristiwa dengan jelas, tanpa membingungkan pembaca. Pembaca dapat dengan mudah mengikuti perjalanan peristiwa dari awal hingga kesimpulan tanpa kesulitan, karena informasi tersebut disusun secara teratur dan sistematis.
E. KONJUNGSI KAUSALITAS (SEBAB-AKIBAT)
Konjungsi kausalitas adalah elemen penting dalam teks berita eksplanasi karena berfungsi untuk menghubungkan sebab dan akibat dari suatu peristiwa. Dengan menggunakan konjungsi kausalitas, penulis dapat menjelaskan alasan di balik suatu kejadian atau menggambarkan dampak yang dihasilkan dari peristiwa tersebut. Hal ini memberikan pemahaman yang lebih mendalam kepada pembaca, memungkinkan mereka untuk melihat hubungan logis antara peristiwa yang satu dengan yang lainnya.
Contoh Penggunaan Konjungsi Kausalitas:
1. Karena
"Kebakaran terjadi karena korsleting listrik di salah satu rumah warga."
Kata "karena" menjelaskan penyebab langsung dari kebakaran, yaitu korsleting listrik.
2. Oleh sebab itu
"Banjir meluas ke daerah pemukiman, oleh sebab itu pemerintah segera mengerahkan bantuan logistik."
Konjungsi "oleh sebab itu" menghubungkan dampak banjir dengan tindakan yang diambil untuk mengatasinya.
3. Sebab
"Produksi padi menurun drastis sebab musim kemarau yang berkepanjangan."
Konjungsi "sebab" menjelaskan hubungan langsung antara musim kemarau dan penurunan produksi padi.
Penggunaan konjungsi kausalitas sangat penting dalam teks berita eksplanasi karena memberikan penjelasan yang terstruktur tentang mengapa sesuatu terjadi dan apa akibatnya. Ini membantu pembaca memahami tidak hanya apa yang terjadi, tetapi juga latar belakang dan konsekuensi dari peristiwa tersebut.
Konjungsi kausalitas juga digunakan untuk menjelaskan dinamika kejadian yang kompleks dalam teks berita. Misalnya, ketika membahas bencana, konjungsi ini dapat menghubungkan penyebab bencana dengan dampaknya pada masyarakat. Begitu pula, dalam berita politik atau ekonomi, konjungsi kausalitas membantu pembaca memahami alasan di balik suatu keputusan dan konsekuensinya bagi berbagai pihak. Dengan demikian, informasi yang disampaikan menjadi lebih kaya dan mudah dipahami.
F. KATA GANTI NON PERSONA (PROMINA)
Kata ganti non persona atau promina merupakan unsur kebahasaan yang penting dalam teks berita eksplanasi. Kata ganti ini digunakan untuk merujuk pada objek, fenomena, atau peristiwa yang sudah disebutkan sebelumnya, tanpa merujuk pada individu atau orang tertentu. Fungsi utama promina adalah untuk menghindari pengulangan kata yang sama, sehingga alur informasi dalam teks menjadi lebih lancar dan nyaman dibaca.
Jenis dan Fungsi Kata Ganti Non Persona:
1. Ini
Kata ganti “ini” digunakan untuk merujuk pada sesuatu yang sudah dijelaskan sebelumnya dan masih dekat dalam konteks waktu atau tempat.
Contoh:
"Tanah longsor terjadi di Desa Sukamaju akibat hujan deras. Ini menyebabkan akses jalan utama terputus."
Kata "ini" merujuk pada peristiwa tanah longsor yang telah disebutkan sebelumnya.
2. Itu
Kata ganti “itu” digunakan untuk merujuk pada objek atau kejadian yang disebutkan sebelumnya tetapi berada lebih jauh dalam konteks waktu atau tempat.
Contoh:
"Kebakaran besar melanda pasar tradisional di Kota Bandung. Itu menjadi salah satu insiden kebakaran terbesar tahun ini."
Kata "itu" merujuk pada kebakaran besar yang telah dijelaskan sebelumnya.
3. Tersebut
Kata "tersebut" digunakan untuk merujuk pada suatu objek, peristiwa, atau fenomena yang telah disebutkan sebelumnya secara lebih formal dan cenderung netral.
Contoh:
"Korban dari kecelakaan tersebut segera dilarikan ke rumah sakit terdekat."
Kata "tersebut" merujuk pada kecelakaan yang dijelaskan sebelumnya.
Penggunaan kata ganti non persona dalam teks berita sangat membantu dalam menjaga kelancaran alur cerita, penulis dapat menghindari pengulangan kata atau frasa yang sama dengan penggunaan promina, sehingga teks menjadi lebih ringkas dan efisien. Selain itu, promina juga membantu menciptakan keterpaduan antar kalimat, yang mempermudah pembaca untuk mengikuti dan memahami isi berita. Sebagai contoh, dalam berita bencana alam, promina seperti "ini", "itu", dan "tersebut" sering digunakan untuk merujuk pada fenomena yang sudah dibahas sebelumnya, misalnya dampak, penyebab, atau respons terhadap bencana tersebut. Dengan promina, pembaca dapat dengan mudah memahami hubungan antara peristiwa yang dijelaskan dalam teks tanpa merasa repetitif atau bingung.
LEMBAR ELABORASI DAN REFLEKSI
Selamat belajar! Kali ini kita akan mendalami unsur kebahasaan yang ada dalam teks berita. Pemahaman terhadap unsur kebahasaan, seperti struktur kalimat, penggunaan konjungsi, dan kata ganti, sangat penting agar kamu mampu menyampaikan informasi secara jelas, runtut, dan menarik. Melalui pertanyaan-pertanyaan berikut, kamu diajak untuk mengelaborasi materi dan menghubungkannya dengan praktik nyata dalam penulisan dan analisis teks berita.
a. Elaborasi
Jelaskan perbedaan antara kalimat tunggal dan kalimat majemuk dalam teks berita! Bagaimanakah peran kalimat tunggal dan kalimat majemuk dalam teks berita! Berikan masing-masing contoh yang kalian temukan dalam teks berita!
Apakah yang dimaksud dengan konjungsi kronologis dan konjungsi kausalita? Jelaskan bagaimana konjungsi tersebut membantu menyusun alur peristiwa dalam teks berita! Berikan contohnya yang kalian temukan dalam teks berita!
Dalam teks berita, kata ganti non persona seperti "ini" dan "itu" sering digunakan. Jelaskan fungsi kata ganti ini dalam menyampaikan informasi kepada pembaca! Kemudian temukan contohnya yang kalian temukan dalam teks berita
b. Refleksi
Setelah mempelajari materi ini, hal apa yang menurutmu paling penting untuk diperhatikan ketika membaca atau menulis teks berita? Jelaskan alasannya!