Pada tanggal 3 Oktober 2020, perwakilan staf lapangan dan perwakilan kawasan model Zero Waste Cities menghadiri forum Bandung Juara Bebas Sampah (BJBS) yang digelar secara daring. Forum tersebut mengangkat seputar sistem pengangkutan terpilah dan pengelolaan sampah kawasan, seperti yang dilakukan dalam program Zero Waste Cities.
Dalam kesempatan lainnya, di tanggal 8 Oktober 2020, dua perwakilan dari YPBB diundang sebagai narasumber dalam acara Trash Talk : Solusi Reuse dalam Perspektif Bisnis & Kebijakan Pemerintah. Dalam acara tersebut, YPBB berusaha membagikan perspektif bahwa konsep reuse dalam sebuah bisnis itu mungkin. Toko Organis sebagai salah satu contoh bisnis yang mengedepankan budaya reuse, dan juga direplikasi di banyak tempat. Rekaman talk show dapat disaksikan disini.
YPBB juga diundang menjadi salah satu narasumber pada gelaran Webinar National Environment Competition 2020. Acara tersebut bertemakan "Pengolahan Limbah di Era Pandemi COVID-19". Perwakilan YPBB mempresentasikan seputar anjuran penanganan limbah medis dari rumah, serta sedikit tentang kondisi petugas pengumpul sampah.
Permasalahan sampah menarik semakin banyak perhatian dari berbagai pihak. Hal ini menyebabkan berbagai pihak mulai berkontribusi dalam mencari pemecahan masalah sampah dengan menawarkan beragam solusi. Sayangnya, beberapa solusi yang ditawarkan memiliki dampak buruk terhadap lingkungan dalam jangka panjang. Solusi seperti itu akrab disebut sebagai false solution, dan sebisa mungkin perlu dihindari demi keberlanjutan lingkungan tempat kita tinggal.
Solusi yang tidak tepat pun kerap dilakukan beberapa produsen produk berkemasan, yang dibalut dalam trik Delay, Distract, Derail. Beberapa produsen sering berjanji untuk melakukan pengurangan plastik pada produknya, juga bersedia untuk melakukan penarikan kembali pada kemasan produk pascapakai. Semua janji tersebut seringkali tak ditepati, persis mengikuti siklus yang bisa disebut Set - Miss - Repeat.
Setiap orang tentu menginginkan tempat tinggal yang layak untuk ditempati. Tempat tinggal yang layak, adalah tempat tinggal yang jauh dari segala cemaran, baik itu tanah, air, ataupun udara. Sayangnya, mereka yang tinggal dekat dengan tempat pengelolaan sampah belum dapat merasakan tempat tinggal yang layak akibat bau sampah dan air yang kerap merembes lalu mengontaminasi sumber air sekitarnya.
Keadaan tempat pengelolaan sampah, terlebih Tempat Pemrosesan Akhir (TPA), tak lepas dari sistem pengelolaan sampah yang saat ini masih bergantung pada skema kumpul-angkut-buang. Skema tersebut sudah pernah menyebabkan kerugian pada bencana longsor TPA Leuwigajah, 15 tahun yang lalu. Kejadian tersebut sudah seharusnya membuat kita sadar akan kebutuhan sistem pengelolaan sampah yang tepat. Sistem tersebut tentunya akan berjalan lebih baik jika diiringi dengan perencanaan secara menyeluruh di skala kota.
Sistem pengelolaan sampah yang tepat juga akan mengurangi cemaran udara, tanah dan air dari produk sampingan fermentasi sampah tercampur. Tidak berhenti pada pengelolaan sampah saja, bahkan usaha pengurangan polusi, terutama polusi plastik, dapat diusahakan dengan melakukan desain ulang kemasan produk. Mengingat cemaran mikroplastik kini sudah merambah hingga sayur dan buah-buahan, upaya keras untuk lepas dari plastik perlu dilakukan.
Untuk menuju Zero Waste Cities secara menyeluruh, pemuda sebagai agen perubahan juga dilibatkan dalam setiap tahapan Zero Waste Cities. Tim lapangan Zero Waste sebagian besar merupakan pemuda-pemuda yang langsung turun dan membantu berjalannya sistem pengelolaan sampah terpilah.
Selain tim lapangan, kegiatan relawan online Zero Waste Cities dapat menjadi wadah bagi pemuda yang menyebarkan semangat Zero Waste lewat media sosial. Kegiatan relawan tersebut diikuti oleh pemuda yang berasal dari hampir seluruh wilayah di Indonesia! Pandemi yang menghalangi kita beraktivitas di luar rumah, tak menghalangi para relawan untuk tetap menyebarkan semangat Zero Waste-nya.
Organisasi global GAIA telah melakukan kompilasi terhadap upaya Zero Waste Cities di Asia. Dalam kompilasi tersebut, Zero Waste Cities yang dijalankan di Kota Bandung, Cimahi dan Kabupaten Bandung Barat mendapatkan kesempatan publikasi seputar upaya Zero Waste Cities di Indonesia. Klik tautan berikut untuk melihat kompilasi tersebut.
"Setiap kita share ada yg like itu sudah senang sekali karna ada orang yg peduli dan memanfaatkan waktunya untuk membaca. Kemudian wakil rektor saya dibagian kemahasiswaan selalu ngelike postingan saya dan itu bahagia sekali, karena bapak nya sudah membacaa .."
- Putri , Bandung -
"Setelah mengikuti kegiatan kerelawanan ini, saya sangat tertarik dengan isu Zero waste dan semua postingan yang saya bagikan sangat bermanfaat bagi saya dan tentunya bagi orang lain, saya sangat senang bisa menjadi relawan Zero Waste bersama YPBB Bandung. "
-Fauziah, Sumbawa -
"Selama mengikuti kegiatan volunteer online ini banyak banget pengetahuan baru yang berguna untuk kehidupan sehari-hariku misalkan tidak lagi menyisakan makanan serta memilah sampah sesuai dengan jenisnya. Semenjak aku posting di sosial media tentang konten YPBB ada beberapa temanku yang akhirnya penasaran tentang Zero Waste Cities dan tentunya aku menjelaskan dengan senang hati. Semoga kedepannya zero waste cities semakin maju dan bisa memeberikan edukasi lebih luas lagi kepada masyarakat! "
-Ikhtiarifa , Semarang-
"Saya bisa menyebarkan informasi-informasi dan menerima feedback dari teman-teman saya, yang artinya secara tidak langsung saya bisa mempengaruhi mereka untuk peduli lingkungan. Yeaaaaaaay! "
-Annisa , Tanjungpinang-
"Saya senang menjadi bagian dari kegiatan relawan ini, besides saya bisa memberikan vibes positif pada orang di sekitar saya. Saya juga banyak belajar mengenai Zero Waste ini. "
-Sri , Pontianak-
"Hai saya suka sekali, dari sini saya tahu banyak sekali bahaya yang timbul karena sampah. Lewat volunteer ini saya belajar untuk tidak egois untuk diri sendiri dimana kita peduli untuk tempat tinggal untuk bisa terus menerus layak untuk menjadi tempat tinggal. Terima kasih :) "
-Maria, Pemalang-