Selamat Datang Kembali!

Hidup selaras alam di era industri 4.0 bukan tantangan yang mudah, namun juga bukan tidak mungkin. Cita-cita tersebut terus diupayakan dengan berbagai macam cara oleh YPBB. Salah satunya dengan Zero Waste Cities.

Kampanye Zero Waste Cities sejalan dengan misi YPBB. Dimulai dari mengajak warga untuk memilah sampah dari rumah, mengompos, hingga mengurangi konsumsi plastik sekali pakai yang menjadi sampah terbanyak di dunia. Solusi zero waste terus dipromosikan untuk mewujudkan keselarasan hidup manusia di bumi dengan alam yang sudah lama tergantikan oleh perilaku konsumerisme.

Simak cerita penerapan solusi Zero Waste di berbagai daerah melalui tulisan para finalis lomba blog Zero Waste Cities di tautan ini.

1. Pilah Sampah dari Rumah

Sampah tidak akan benar-benar menjadi sampah dan berakhir di TPA (Tempat Pembuangan Akhir) bila dipilah dengan benar sejak awal.

Bayangkan bila setiap keluarga memilah sampah dengan benar, berapa banyak pengurangan timbunan sampah yang akan berakhir di TPA?

2. Mengompos

Pemilahan sampah tidak akan lengkap bila tidak melakukan pengomposan sampah organik. Sisa konsumsi akan kembali ke tanah dan menjadi media tanam yang baik apabila dikompos. Yuk mulai mengompos!

Simak juga penjelasan Waste to Food yang berjalan di Kota Bandung oleh Ibu Kamalia Purbani, M.T, Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kota Bandung tahun 2019 - 2021 pada kesempatan dialog bersama YPBB, yang tayang pada agenda International Zero Waste Cities Conference 2021 pada video berikut :

Perlu kita ingatkan kembali, bahwa bahan makanan yang penuh nutrisi berasal dari media tanam yang menyuburkan. Berangkat dari alasan inilah, Zero Waste Cities mendorong masyarakat untuk melakukan pemilahan sampah dengan baik dan benar.

Bersamaan dengan peringatan Hari Keamanan Pangan Sedunia pada 7 Juni 2021, Zero Waste Cities berbagi cara pemilahan yang baik dan benar ala Zero Waste Cities. Cara ini dapat diterapkan di rumah dengan mudah.

Salah satu dampak yang akan dirasakan apabila terus menerapkan sistem kumpul-angkut-buang dan budaya konsumerisme adalah terjadinya degradasi lahan. Berkaca pada sejarah Pulau Paskah setidaknya akan mengingatkan kita pada pola hidup kita saat ini. Degradasi lahan akan terjadi pada lingkungan kita bila kita tidak merenungkan kembali dan memperbaiki pola konsumsi masyarakat kita. Solusi Zero Waste tentu menjadi solusi yang tepat untuk mencegah hal itu terjadi.

Penelitian terbaru yang dipublikasikan pada jurnal Science of The Total Environment, bulan Mei 2021, menyebutkan bahwa lebah yang berterbangan di udara dan hinggap di bunga untuk mencari nektar, akhirnya ikut terpapar oleh mikroplastik.

Sebanyak kurang lebih 15% partikel yang ditangkap oleh lebah, baik saat terbang maupun saat hinggap, merupakan partikel mikroplastik yang didominasi oleh polyester, polyethylene, dan PVC.

Penelitian lain yang dipublikasikan oleh jurnal The Journal of Hazardous Material menyebutkan, adanya mikroplastik pada lebah tidak menjadi kontaminan yang mematikan bagi lebah. Namun, dampaknya akan lebih berbahaya bila terbawa bersama polutan lain seperti, pestisida dan zat aditif plastik.