HARI LINGKUNGAN HIDUP SEDUNIA 2022 : HANYA ADA SATU BUMI
Only One Earth, slogan yang muncul pertama kali pada saat Konferensi di Stockholm pada tahun 1972, kini digunakan kembali dalam peringatan Hari Lingkungan Hidup Sedunia. Kenyataan bahwa Planet Bumi masih satu-satunya planet yang dapat dihuni oleh manusia tidak bisa dipungkiri. Dengan fakta tersebut, kita berkewajiban untuk menjaga kelestariannya agar tetap bisa dihuni dengan nyaman oleh para penduduknya.
YPBB mengembangkan program Zero Waste Cities sejak 2018 dan bekerjasama dengan berbagai daerah untuk mengimplementasikannya. Sudah 6 Kota dan Kabupaten yang menjadi wilayah model yang dikelola dan didampingi oleh YPBB. Sistem pengumpulan sampah terpisah dan pengomposan secara komunal terus didorong untuk semua daerah di wilayah dampingan YPBB.
Pengelolaan sampah tentu berkaitan erat dengan upaya kelestarian alam. Sebab, sampah menjadi salah satu masalah yang dampaknya langsung terhadap kerusakan alam. Pengelolaan sampah yang baik akan mengurangi potensi kerusakan alam yang terjadi dan dapat memperlambat laju pemanasan global.
Zero Waste Cities terus mendorong dan mendukung serta mengupayakan wilayah dampingannya untuk menerapkan sistem pengumpulan sampah terpisah dan juga pengomposan. Sebab kedua langkah tersebut menjadi dasar pengelolaan sampah yang baik dan juga termasuk upaya mitigasi dan adaptasi perubahan iklim yang dapat dilakukan oleh masyarakat.
ZERO WASTE CITIES ON PROGRESS
Pembinaan/Coaching Rutin Kolaborator Zero Waste Cities
Pada bulan April dan Juni 2022, Tim Zero Waste Cities YPBB menyelenggarakan pembinaan/coaching bagi para kolaborator Zero Waste Cities di berbagai kota yang tergabung dalam Aliansi Zero Waste Indonesia. Kegiatan ini diselenggarakan secara daring melalui platform zoom.
Pada kesempatan itu, YPBB sebagai tim fasilitator menyampaikan beberapa materi penting. Diantaranya yaitu bagaimana penerapan sistem pengumpulan sampah terpilah di kawasan dan bagaimana strategi advokasi ke berbagai pihak yang berwenang di Zero Waste Cities.
Pembinaan/coaching ini bertujuan untuk meningkatkan kapasitas tim pendamping implementasi Zero Waste Cities di berbagai kota. Sehingga harapannya, seluruh kolaborator sebagai tim pendamping baik di lapangan maupun di balik layar dapat bekerja dengan maksimal dan membantu terciptanya solusi persampahan yang holistik dan berkelanjutan di berbagai wilayah.
Lubang Kompos : Media Pengomposan Mudah dan Murah di Zero Waste Cities
Pengelolaan sampah yang baik, wajib memiliki media pengomposan. Sebab, sampah organik terpisah akan maksimal manfaatnya apabila dikelola secara komunal dan dimanfaatkan oleh penduduk sekitar. Berbagai macam media pengomposan dapat kita pilih dan pakai, tentunya disesuaikan dengan kapasitas dan ketersediaan lahan yang ada.
Salah satu jenis media pengomposan yang kita kenal yaitu Lubang Kompos. Media pengomposan jenis ini terbilang media yang mudah dan murah. Pembuatan lubang kompos tidak memerlukan peralatan dan bahan yang rumit. Sebab, cukup menggali lubang sedalam 1 meter, lebar dan panjang 1 meter, lubang tersebut sudah dapat dimanfaatkan.
Di Kota Bandung, Lubang Kompos merupakan media pengomposan yang jumlahnya paling banyak dibanding media pengomposan lainnya. Sebanyak 147 unit lubang kompos tersebar di berbagai daerah.
Pengelolaannya yang mudah, juga menambah nilai plus dari lubang kompos sehingga menjadi media pengomposan favorit. Selain itu, lubang kompos dapat menampung berbagai jenis sampah organik, mulai dari sampah makanan, hingga sampah kebun seperti daun dan ranting.
ZWC JALAN-JALAN : PENGOLAHAN SAMPAH MAKANAN DI KOREA SELATAN
Sejenak mari belajar pengelolaan sampah dari negeri Gingseng, tempatnya para kpop idol berasal.
Korea Selatan, selain dikenal sebagai negara produktif yang memproduksi industri hiburan paling tenar 1 dekade terakhir, negara ini juga maju dalam pengelolaan sampah makanannya.
Sebanyak 130 kg sampah makanan per orang per tahun, diproduksi. Banyaknya angka tersebut, membuat pemerintah Korea Selatan terus memikirkan cara bagaimana angka tersebut dapat terolah dan tidak memenuhi tempat pembuangan akhir.
Mulai tahun 2005, pemerintah Korea Selatan memulai langkah pasti dengan memberlakukan larangan membuang sampah makanan menuju TPA. Seiring berjalan waktu, di tahun 2013, mereka menaikkan level pengelolaannya dengan memulai pengolahan sampah makanan menjadi pupuk dan menjadikannya pakan ternak. Hal ini didukung juga sistem pewadahan menggunakan kantong biodegradable yang wajib digunakan oleh seluruh masyarakat.
Cara tersebut berhasil membawa Korea Selatan mencapai prestasi pengurangan sampah makanan yang signifikan, dari 2% di tahun 1995 hingga 95% saat ini.
Satu hal yang juga menjadi kunci keberhasilan tersebut adalah baiknya pemisahan sampah makanan sejak dari sumber. Sebab, pemisahan sampah sejak dari sumber akan mempermudah pengolahan selanjutnya, baik sampah organik maupun anorganik.
Rekrutmen YPBB
Komunitas Konsumen Belanja Curah
Rangkuman Kegiatan Zero Waste Cities di 6 Kota/Kabupaten Dampingan YPBB