Sekilas Zero Waste Cities di 2022
Sepanjang 2022, Zero Waste Cities melangkah dan berprogress mendorong para pihak untuk saling bersinergi menciptakan kota/kabupaten yang bebas dari sampah. Kota Bandung, Kabupaten Bandung, Kota Cimahi, Kabupaten Sumedang, Kabupaten Karawang, dan Kabupaten Purwakarta menjadi 6 kota dan kabupaten utama yang Zero Waste Cities dampingi dibawah naungan Yaksa Pelestari Bumi Berkelanjutan.
Apa saja progres dan capaian-capaian yang telah berhasil dilakukan? Yuk simak kaleidoskop berikut!
Highlight Kegiatan Zero Waste Cities Bulan Januari 2023
International Zero Waste Cities Conference 2023
Zero Waste Cities di Asia
Global Alliance for Incinerator Alternative (GAIA) Asia Pacific menyelenggarakan International Zero Waste Cities Conference (IZWCC) selama 2 hari, 26 dan 27 Januari 2023. Event ini merupakan event akbar yang berjalan setiap tahun sejak tahun 2018. Berlokasi di Seda Hotel, Quezon City, acara ini dihadiri oleh berbagai pemangku kepentingan, mulai dari Wali Kota hingga lembaga swadaya masyarakat yang bergerak di bidang persampahan.
YPBB yang diwakilkan oleh David Sutasurya (Direktur Eksekutif YPBB), berkesempatan membagikan pengalaman dan pencapaiannya dalam mendampingi kota-kota di Indonesia dalam memperjuangkan tercapainya Zero Waste Cities.
Terdapat 5 negara yang berkesempatan untuk menceritakan progres Zero Waste Cities, yaitu Filipina, Indonesia, Korea Selatan, Vietnam, dan India. Masing-masing negara memiliki keunikan dan tantangan tersendiri dalam mengimplementasikan solusi Zero Waste di wilayahnya.
Di Indonesia, seperti yang disampaikan oleh David, tantangannya ada pada pengolahan sampah plastik yang hingga saat ini masih sulit dilakukan karena biaya yang mahal.
Selain itu, pemerintah saat ini juga tengah gencar mendorong penggunaan insineretor, tidak hanya skala besar namun juga skala kecil. Dimana penggunaan insinerator ini masih menimbulkan banyak pertentangan dan disebut termasuk ke dalam solusi yang semu.
Oleh karenanya, dirinya bersama ALiansi Zero Waste Indonesia (AZWI) masih terus memperjuangkan pembatasan penggunaan plastik sekali pakai (PSP) di berbagai kota serta melakukan advokasi solusi Zero Waste yang holistik dan berkelanjutan melalui Zero Waste Academy dan Zero Waste Cities Network. Saat ini, sudah terdapat 75 kota di Indonesia yang memiliki peraturan pelarangan PSP dan 7 pasar yang mengimplementasikan pasar bebas plastik.
Neglasari Mendunia
Selain YPBB, perwakilan dari Zero Waste Cities di Indonesia yang berkesempatan juga hadir yaitu Kelurahan Neglasari.
Indra Bayu Kamajaya, Lurah Neglasari secara langsung menyampaikan bagaimana Kelurahan Neglasari mulai menerapkan solusi Zero Waste dan bermacam-macam tantangan yang dihadapinya.
"Tantangannya ada pada merubah kebiasaan, yang tadinya ga memilah dan mengolah sampah menjadi memilah dan mengolah sampah. Bagi kami, pemerintah di tingkat paling bawah, tantangannya ada pada kemauan untuk menerapkannya." Faktor kemauan inilah yang akhirnya mengantarkan Neglasari pada pencapaian pengurangan sampah hingga 50.9%.
Sama halnya dengan Kota Siquijor dan San Fernando. Dua kota di Filipina juga menghadapi tantangan yang sama. Ketaatan masyarakat dalam memilah menjadi tantangan yang terus mereka hadapi. Bedanya, di Kota San Fernando sudah didukung oleh adanya peraturan daerah mengenai pemilahan sampah yang akhirnya membuat Kota tersebut sukses mencapai angka pengurangan sampah hingga 87%.
Pencapaian-pencapaian tersebut tidaklah akan mencapai sempurna tanpa adanya dukungan dari berbagai pihak. Tetap dibutuhkan sinergisitas peran antar pemangku kepentingan untuk mencapai Zero Waste.
Pendanaan pada Zero Waste
Kesuksesan Zero Waste Cities tentu perlu dukungan dari berbagai aspek, salah satunya pendanaan.
Di hari kedua, Rap Villavicencio (Mother Earth Foundation) bersama dengan David Sutasurya (YPBB) berbagi mengenai pendanaan pada sistem Zero Waste.
Rap mengungkap bahwa di beberapa lokasi di Filipina pemerintah daerahnya menjalankan program zero waste di level kewilayahan. Menurut Rap, ada beberapa hal yang mendukung pendanaan program Zero Waste bagi sebuah daerah.
Pertama, dinas-dinas di pemerintah daerah perlu mendukung sistem yang dikerjakan, tidak mempersulit. Kedua, perlu mengumpulkan data dan mengolahnya untuk membuat aturan-aturan lain yang mendukung program. Dan yang ketiga, perlunya partisipasi masyarakat luas secara transparan dan inklusif.
Pemerintah perlu menghilangkan pendanaan untuk solusi-solusi semu seperti: insinerator, RDF, pengelolaan sampah tersentralisasi, kontrak yang buruk dengan perusahaan pengelola sampah yang tidak terkontrol dengan baik, truk-truk yang tidak diperlukan, aksi clean-up yang tidak berkelanjutan, TPA, dan solusi-solusi semu lainnya.
Sebaliknya, pendanaan perlu diivestasikan pada pembangunan infrastruktur yang mendukung Zero Waste seperti TPS3R, fasilitas pengomposan, refill dan reuse, fasilitas perbaikan barang, cleanup dengan brand audit, pelatihan petugas untuk bisa mengakses dana, dan membuat aturan.
Dalam kesempatan yang sama, David Sutasurya dari YPBB menyampaikan bahwa anggaran persampahan masih sangat rendah. Jauh dibawah angka yang direkomendasikan Bank Dunia untuk membiayai persampahan.
"Mengacu data pemasukan di PD Kebersihan Kota Bandung yang saat ini sudah tidak berjalan, salah satu ironi di aspek pendanaan adalah dimana PD Kebersihan yang seharusnya memberikan pemasukan, suntikan dana terbesarnya justru dari pemerintah." Ujar David.
David dan Tim YPBB melakukan riset perbandingan skenario pendanaan untuk pengelolaan sampah tercampur (BAU), Insinerator, daur ulang dan sistem Zero Waste penanganan dari sumber. Hasilnya, pendanaan untuk insinerator membutuhkan dana paling besar dibanding dengan skenario lainnya. Sedangkan penerapan sistem zero waste membutuhkan biaya paling sedikit.
Maka dari itu, solusi Zero Waste terus didorong untuk diimplementasikan di berbagai daerah agar pemerintah bisa lebih menghemat dan investasi dapat berkelanjutan.
Ingin menyimak lebih lengkap Kegiatan International Zero Waste Cities 2023 ?
Berikut rekaman yang dapat diakses:
IZWCC Day 1: https://tinyurl.com/IZWCC2023Day1
IZWCC Day 2: https://tinyurl.com/IZWCC2023Day2
📚Resources: https://izwcc.zerowaste.asia/resources/
Zero Waste Cities dari, oleh, dan untuk Masyarakat
Zero Waste Cities dan Kaitannya dengan Bencana Iklim
Sekitar 84% (rata-rata) emisi gas rumah kaca berkurang jika strategi zero waste diterapkan. Mulai dari pemisahan sampah sejak dari rumah hingga pengolahan sampah organik sedekat mungkin dari sumber bisa menjadi langkah kita bersama untuk mengurangi emisi.
Bencana iklim kini kian menghantui seluruh dunia, tak terkecuali Indonesia. Namun kita tak bisa tinggal diam. Dalam hal ini, zero waste sama dengan menjalankan peran dan fungsi mitigasi dan adaptasi perubahan iklim bagi sebuah kota.
Pengelolaan sampah secara desentralisasi, yang terpusat pada kawasan setingkat kelurahan atau desa membantu dalam upaya mitigasi. Sedangkan pengomposan sampah organik, hasilnya bisa dimanfaatkan sebagai media tanam yang mendukung usaha adaptasi perubahan iklim.
Peran Zero Waste dalam mengatasi perubahan iklim dapat anda simak selengkapnya di
Laporan : bit.ly/LaporanZWZE
Ringkasan Eksekutif : bit.ly/ringkasaneksekutifZWZE
Dalam rangka International Zero Waste Month, Zero Waste Cities yang didukung oleh Global Alliance for Incinerator Alternative Asia Pacific, menyelenggarakan Lomba Menulis Artikel Zero Waste yang bertajuk "Kurangi Emisi Gas Rumah Kaca dengan Zero Waste". Dari banyaknya tulisan yang masuk, terpilihlah 3 pemenang terbaik.
Simak artikel pemenang melalui link berikut :
Juara 1 : Tri Wahyu Handayani (bit.ly/Juara1-WC-ZWZE)
Juara 2 : Tanti Amelia (bit.ly/Juara2-WC-ZWZE)
Juara 3 : Khoirun Nikmah (bit.ly/Juara3-WC-ZWZE)
Terima kasih kepada para pemenang dan peserta yang telah mencurahkan ide dan pendapatnya pada tulisan yang sudah dibuat untuk menciptakan dunia rendah emisi melalui Zero Waste. Nantikan kompetisi Zero Waste Cities lainnya!
Zero Waste Cities Quote