Highlight kegiatan Zero Waste Cities bulan November 2021
COP26 2021 : Pengelolaan Sampah dan Perubahan Iklim
Event global yang diadakan setiap 5 tahun sekali sempat menyita perhatian dunia. Sebab, para pemimpin dunia dan industri serta para aktivis lingkungan berkumpul membahas kondisi bumi kaitannya dengan perubahan iklim.
Conference of parties (COP) tahun ini merupakan event yang ke-26 dan diadakan di Glasgow, Inggris setelah sebelumnya sempat tertunda di tahun 2020.
Lalu, apa hubungannya dengan pengelolaan sampah?
Dalam pertemuan ini, para pemimpin dunia berdiskusi bersama menentukan langkah-langkah yang bisa dilakukan untuk menahan laju kenaikan suhu dunia. Tentu saja salah satunya adalah bagaimana agar persoalan sampah sebagai salah satu sumber polusi, dapat diselesaikan.
Kini, COP26 sudah berlalu. Kesepakatan sudah tertulis dan tertuang dalam THE GLASGOW CLIMATE PACT. Tinggal menunggu aksi nyata dari para pihak untuk mewujudkannya. Sehingga kita bisa menciptakan dunia yang nyaman untuk ditinggali bagi kita dan anak cucu kita di masa depan.
Perubahan iklim menuntut adanya inovasi dalam segala bidang termasuk pengelolaan sampah. Sampai saat ini, berbagai macam inovasi sudah dikembangkan oleh para pihak. Berikut ini 2 inovasi yang dapat membantu menyelesaikan persoalan sampah di Zero Waste Cities :
Inovasi teknologi : Gerobak Pengangkut Sampah Terpilah
Gerobak sampah menjadi alat yang vital bagi pengelolaan sampah. Tanpa adanya gerobak, sampah-sampah tidak akan bisa terangkut dari rumah ke rumah. Di Zero Waste Cities, gerobak sampah yang tadiya mengangkut sampah tercampur kini ditransformasikan menjadi gerobak sampah terpilah, yang menyediakan tempat khusus untuk sampah organik dan anorganik sehingga dapat mengakomodasi warga yang sudah memilah sampahnya.
Inovasi pada Peraturan dan Kebijakan di Tingkat Daerah
Hal lain yang dapat membantu mengatasi persoalan sampah adalah adanya peraturan dan kebijakan yang jelas di masing-masing daerah, khususnya terkait dengan pengelolaan sampah. Peraturan dan kebijakan ini akan mendorong masyarakat untuk melaksanakan apa yang tertera dalam peraturan tersebut. Sebagai contoh ada Kota Bandung dan Kota Cimahi yang sudah memiliki Peraturan Daerah tentang Pengelolaan Sampah. Hal ini dapat dikatakan sebagai inovasi karena membantu mensukseskan tujuan perbaikan lingkungan di Indonesia.
Dokumen RTPS (Rencana Teknis Pengelolaan Sampah) dan Manfaatnya bagi Kota
Rencana Teknis Pengelolaan Sampah (RTPS) merupakan dokumen laporan yang dimiliki oleh kelurahan/desa yang berisi rencana teknis dalam pengelolaan sampah dalam lingkup kewilayahan (kelurahan/desa).
RTPS disusun oleh Dinas Lingkungan Hidup Kota/Kabupaten bersama Tim Konsultan, salah satunya YPBB yang telah menyusun beberapa RTPS Kelurahan di wilayah Kota Bandung dan Cimahi.
Dokumen ini akan membantu wilayah/kelurahan atau desa dalam implementasi upaya pengurangan sampah, khususnya dalam menerapkan sistem pengumpulan sampah terpilah.
Kemudahan dalam Implementasi Pemilahan Sampah Sejak dari Sumber bagi Wilayah
Zero Waste Cities selalu mendorong wilayah dampingannya untuk menerapkan sistem pengumpulan sampah terpilah sejak dari sumber. Sebab, sampah yang terpilah sejak dari sumber akan membawa kemudahan bagi para pihak yang mengelolanya.
Wilayah yang menerapkan pengumpulan sampah secara terpilah akan mendapatkan 3 kemudahan, yaitu :
Pengomposan lebih mudah dilakukan
Menghindari kontaminan pada kompos
Meringankan beban petugas sampah
Baca selengkapnya di artikel berikut bit.ly/kemudahanzwcities.
Pemilahan sampah sejak dari sumber telah dirasakan manfaatnya di berbagai kota dan negara yang telah berhasil menerapkan sistem tersebut.
Di Benua Asia, ada Kota Kamikatsu di Jepang yang telah berhasil mengkampanyekan sistem Zero Waste kepada warganya, hingga kota tersebut dijuluki sebagai Zero Waste Cities. Di Benua Eropa, ada Kota Kiel yang memiliki toko tanpa kemasan pertama di Jerman. Lalu di wilayah pasifik, ada Negara Selandia Baru yang telah berhasil menerapkan hirarki pengelolaan sampah dengan baik dan berhasil mengkampanyekan penolakan sekali pakai.
Perlu diingat bagi kita semua, bahwa pentingnya memilah sampah sejak dari rumah tak hanya berdampak pada kebersihan lingkungan, tetapi juga kesehatan. Beberapa kelompok seperti petugas sampah, penduduk yang tinggal di wilayah yang pembuangan limbahnya tidak baik, akan sangat berisiko terhadap kesehatan.
Memanfaatkan Kompos di Wilayah
Setelah memilah sampah, pengomposan menjadi alternatif populer yang dapat dilakukan untuk mengolah sampah organik baik secara individu ataupun komunal.
Bermacam-macam metode pengomposan pun tersedia. Kita hanya perlu untuk menyesuaikan apa yang kita miliki untuk memilih media pengomposan mana yang tepat bagi kita.
Sebagian besar metode pengomposan memerlukan waktu yang cukup lama, sekitar 1 - 3 bulan untuk bisa dimanfaatkan hasilnya.
Setelah panen, banyak orang yang masih belum mengetahui pemanfaatan kompos, sehingga dirasa sulit dan merepotkan. Berikut ini beberapa pemanfaatan pengomposan :
Penyubur tanaman hias di rumah
Membuat kebun mikro di rumah
Diberikan kepada tetangga sekitar yang membutuhkan
Diberikan kepada lembaga atau komunitas yang menerima kompos siap pakai.
Ketika sudah dipilah, bagi kami mudah mengolahnya. Seperti yang organik dapat diolah untuk kompos atau magot. Sementara anorganik bisa dijual ke industri yang menerima sampah anorganik. Yang paling utama sih tentu saja pemilahan.
Dudi Prayudi - Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kota Bandung
Pengelolaan Sampah di Metro Bandung
Sampah di Bandung Raya saat ini masih menumpuk. Salah satu penyebabnya karena TPA Sarimukti yang menampung sampah Kota Bandung, Kota Cimahi, Kabupaten Bandung dan Kabupaten Bandung Barat sempat tidak bisa beroperasi. Hal ini terjadi karena pengelolaan sampah masih dilakukan secara sentralisasi. Sebagai alternatif, kita bisa mulai mengelola sampah secara desentralisasi alias dikelola sejak dari sumber sampah.
Seperti apa hambatan, kendala dan peluangnya?
Simak jawabannya dalam diskusi yang diselenggarakan oleh FTSL ITB bersama David Sutasurya, Direktur Eksekutif YPBB sebagai salah satu pemantik diskusi dan juga para pegiat lingkungan di Kota Bandung.
EVERYONE CAN BE A HERO !
Dalam rangka memperingati Hari Pahlawan pada 10 November 2021, Zero Waste Cities mengadakan kompetisi Hari Pahlawan yang berlangsung dari 10 November s.d 27 November 2021 dan terbuka seluruh masyarakat Indonesia. Zero Waste Cities mengajak netizen untuk mengenang tokoh yang menginspirasi dan memotivasi mereka untuk peduli pada lingkungan khususnya memotivasi melakukan pemilahan sampah di rumah. Netizen diajak berbagi cerita tentang tokoh tersebut di akun instagram masing-masing untuk menginspirasi teman-teman lainnya.
Dari seluruh peserta yang ikut serta dalam kompetisi ini, terpilihlah 2 peserta terbaik dengan konten yang inspiratif :
Pemenang 1 : @rio_de_jaenaro
Pemenang 2 : @ikesusanti2020
SELAMAT!