Kegiatan daring masih terus mendapatkan perhatian tinggi di masa peralihan setelah pandemi. Melalui kegiatan-kegiatan daring, Tim Zero Waste Cities tetap dapat menginspirasi lebih banyak kalangan.
Di tanggal 13 Agustus 2020, dua perwakilan dari YPBB telah menghadiri kegiatan daring yang diadakan oleh SITH ITB. Tema yang diangkat adalah "Bekerja Multi-Disiplin : Cerita Alumni Bekerja di Tatakelola Persampahan Kota Bandung". Kedua perwakilan, yakni David Sutasurya dan Fictor Ferdinand, telah menyampaikan materi seputar permasalahan sampah dan bentuk kemungkinan kontribusi yang bisa dilakukan para alumni biologi. Ringkasan kegiatan dapat diakses disini.
Pada kesempatan lain di tanggal 18 Agustus 2020, David Sutasurya kembali menghadiri kegiatan daring sebagai penanggap pemateri. Kegiatan tersebut diselenggarakan oleh IDKP dengan topik "Tantangan dan Peluang Pelaksanaan Pengurangan Kantong Plastik di Kota Bandung Menuju #MerdekaDariPlastik". Tanggapan yang disampaikan dalam acara tersebut yaitu pengurangan sebaiknya juga diaplikasikan pada barang selain plastik, khususnya barang-barang sekali pakai serta perlunya penegakan hukum dalam menghadapi permasalahan pengelolaan sampah. Ringkasan kegiatan dapat diakses disini.
Setelah berhasil melakukan pelatihan dari ZWL di bulan Juli, kali ini dibuka kembali pelatihan serupa pada tanggal 30 Agustus 2020.
Pelatihan ini berisi tentang prinsip-prinsip permasalahan sampah beserta dengan solusi yang dapat dilakukan, salah satunya solusi yang dilakukan di rumah. Dibawakan oleh trainer-trainer handal yang juga praktisi Zero Waste di bidangnya, pelatihan ini bertujuan agar lebih banyak orang menyadari kunci dari pengelolaan sampah.
Beberapa peserta ZWL pun sudah memberikan testimoni dari pelatihan ZWL sebelumnya, dan mendapatkan pandangan baru tentang pengelolaan sampah.
Penggalangan dana donasi telah dilakukan sejak pandemi menyebar di Bandung Raya. Kini, distribusi donasi APD kepada petugas pengumpul sampah sudah memasuki tahap ketiga. Sebanyak 228 petugas di Bandung Raya telah mendapatkan donasi berupa sepatu boots dan beberapa kebutuhan pokok.
Sejatinya, kegiatan donasi ini dilakukan karena petugas sampah masih didominasi oleh pekerja informal yang menggantungkan hidup dari iuran bersama oleh warga. Dengan upah minim, mereka mesti berhadapan dengan sampah yang pemilahannya belum optimal. Dengan kondisi tersebut, petugas sampah adalah pihak yang paling rentan terkena ancaman penyakit, ditambah lagi dalam masa pandemi, mereka tidak dapat bekerja dari rumah.
Donasi ini membantu mengangkat potret petugas informal yang belum mendapat pertimbangan untuk menjadi bagian formal dalam sistem pengelolaan sampah. Dengan menyalurkan donasi ini, terlihat juga bahwa beberapa dari mereka belum terlindungi dengan APD dasar, seperti masker, sarung tangan, dan sepatu boots.
Melalui wawancara singkat, petugas informal penerima APD mengaku mulai membutuhkan cairan hand-sanitizer dan sabun cuci tangan untuk terhindar dari bahaya pandemi yang belum mereda.
Konservasi alam biasanya lebih identik pada konservasi satwa langka dan flora endemik di suatu kawasan. Jika ditelaah lebih dalam, Zero Waste juga merupakan salah satu bentuk upaya konservasi terhadap alam.
Dalam pembuatan suatu produk, tentu terdapat tahapan ekstraksi sumber daya alam, dimana dilakukan pengambilan sumber daya alam untuk kebutuhan bahan dasar produk. Di tahap ekstraksi, keseimbangan alam dapat terganggu, apalagi jika dilakukan ekstraksi berlebihan karena terjadi peningkatan permintaan pasar terhadap suatu produk.
Zero Waste memberikan konsep agar suatu barang atau material dapat dipakai selama mungkin, hingga habis masa pakainya. Jika hal tersebut diaplikasikan, maka tahap ekstraksi sumber daya alam akan berkurang, juga membantu mengendalikan jumlah sampah yang harus berakhir menggunduk di TPA.
Memperpanjang masa pakai suatu material dapat beragam cara. Untuk material organik, manfaatnya dapat diperpanjang dengan memisahkannya dari sampah lain, lalu menjadikannya kompos atau makanan ternak. Hal ini seperti yang dilakukan RW 7 Padasuka dan RW 4 Baros di Program Zero Waste Cities.
Bulan Agustus merupakan bulan yang spesial bagi Indonesia, dimana terdapat hari peringatan Kemerdekaan Republik Indonesia yang jatuh pada tanggal 17 Agustus. Tagline yang diusung di tahun ini memecut Indonesia untuk lebih maju dalam segala bidang, termasuk bidang pengelolaan sampah.
Pemerintah selayaknya memegang peran dominan dalam sistem pengelolaan sampah, yang dalam perjalanannya dapat dibantu oleh lembaga non-formal dan masyarakat luas. Hal ini perlu dikembangkan di Indonesia, dengan terlebih dahulu mengembangkan regulasi sistem pengelolaan sampah, diikuti dengan penegakan hukum tersebut.
Menuju Zero Waste Cities, peran pemerintah merupakan salah satu kunci tercapainya pengelolaan sampah yang optimal. Di Bandung Raya, pemerintah setempat bahkan sudah mengerahkan pasukan untuk penegakan peraturan pengelolaan sampah.
Di samping itu, dalam pengembangan sistem pengelolaan sampah, perlu juga dilibatkan sejumlah tim yang membantu edukasi warga serta edukasi sistem pengelolaan sampah. Dalam hal ini, dikerahkanlah anak-anak muda usia remaja, yang mulai dapat mengenal pengelolaan sampah menuju Zero Waste Cities.
"Seru banget, bisa ketemu banyak orang dan belajar bagaimana cara menghadapi orang yang berbeda-beda sifatnya"
-Atin, 20 tahun-
"Awalnya deg degan, tapi seru juga. Belajar biar pembawaannya lebih natural dengan merhatiin Kang Aris (Ini bener ga namanya ya? ehe). Fasih berbahasa sunda merupakan nilai ++++ dalam sosialisasi"
-Lala, 23 tahun-
"Ketemu sama orang orang yang satu visi emang paling mantap"
-Alif, 19 tahun-