Kegiatan penggalangan dana untuk #DonasiAPD pada bulan Maret lalu, telah menjaring dana yang melebihi dana target. Hal tersebut membuat tim pengurus Donasi membagi kegiatan #DonasiAPD menjadi 2 tahap. Pembagian donasi tahap kedua telah dilakukan di tanggal 20 April 2020 kepada 266 petugas pengumpul sampah di Bandung Raya (Kota Bandung, Kabupaten Bandung, dan Kota Cimahi). Laporan dana pengeluaran donasi tersebut dapat diakses disini.
Meski permintaan narasumber bagi Tim Zero Waste Cities ditangguhkan selama pandemi, permintaan narasumber secara daring tetap dilakukan. Dalam kurun waktu 1 bulan ke belakang, Tim Zero Waste Cities sudah menjadi narasumber pada 3 acara diskusi daring.
Pertama kali, tanggal 12 Mei 2020, perwakilan dari Tim Zero Waste Cities, Syahbani Febriana, berbagi pengalaman bersama Greeners tentang Program ZWCities di Kota Cimahi. Berselang 3 hari, Plastavfall mengundang Ismail Rayadi untuk berbagi mengenai ZWCities di Kota Bandung dan sampah organik.
Kemudian, pada tanggal 18 Mei 2020 pun perwakilan Tim Zero Waste Cities, Anilawati Nurwakhidin, menjadi pembicara pada Forum Bandung Juara Bebas Sampah yang rangkumannya bisa didapatkan disini.
Zero Waste Cities pada dasarnya adalah upaya masif untuk perbaikan sistem pengelolaan sampah yang masih bergantung pada TPA. Kebergantungan tersebut menyebabkan terjadinya perubahan pada lingkungan, salah satunya perubahan perilaku burung migrasi. Pada peringatan Hari Burung Migran tanggal 10 Mei kemarin, kami mencoba mengangkat pengaruh sampah di TPA kepada burung migran. Menurut salah satu studi oleh Flack dan koleganya (2016), burung Bangau Putih di Eropa banyak yang menunda migrasi lebih jauh karena TPA menyajikan makanan yang mereka butuhkan untuk bertahan hidup selama musim dingin. Lebih lanjut, ditemukan juga Bangau yang akhirnya bersarang dan tinggal di dekat TPA.
Di Indonesia, fenomena hampir serupa terjadi juga pada burung Kuntul di Aceh. Kerusakan habitat pesisir pantai, membuat Kuntul menemukan sumber makanan baru di TPA. Rangkumannya telah kami publikasikan melalui media sosial disini.
Pada akhir bulan April lalu, media daring Greeners.co berkunjung ke salah satu wilayah penerapan ZWCities. Mereka meliput aktivitas pengelolaan sampah di RW 07 Kelurahan Lebakgede yang masih terus berjalan meski tengah dilaksanakan kebijakan PSBB di Kota Bandung. Cuplikan liputan memperlihatkan bahwa warga setempat tetap memilah, juga material organiknya tetap dikelola dengan fasilitas komunal di daerah tersebut. Selengkapnya dapat disimak dalam video dibawah ini.
Praktik Zero Waste sudah sering diadopsi oleh individu-individu, contohnya dengan upaya mengurangi penggunaan plastik, atau dengan upaya mengompos. Para penggiat gaya hidup Zero Waste di Indonesia bahkan membukukan pengalaman mereka untuk menginspirasi lebih banyak orang melalui tulisan. Melalui buku mereka, penyadaran gaya hidup Zero Waste akan dimiliki oleh masyarakat secara masif.
Pertanyaannya, apakah untuk memperbaiki sistem pengelolaan sampah, kita cukup saja dengan pengurangan yang dilakukan individu? Untuk menjawabnya, kami mengangkat beberapa rekomendasi buku yang memperluas perspektif sehingga kita dapat mengetahui gambaran besar bagaimana barang berakhir menjadi sampah dan kaitannya dengan dimensi keilmuan lainnya. Salah satu yang kami rekomendasikan adalah buku Cradle to Cradle milik Michael Braungart dan William McDonough, dimana mereka menjelaskan bahwa barang-barang memang dibuat untuk mudah rusak, sehingga menimbulkan kesan bahwa kita konsumtif. Rekomendasi lainnya dapat dilihat melalui postingan berikut.
Secara kasat mata, plastik jelas-jelas dapat dibedakan dari organisme lain yang hidup di laut. Nah, kalau begitu, mengapa tetap ditemukan banyak serpihan plastik dalam perut penyu?
Menurut penelitian, ternyata penyu dibantu oleh indra penciuman untuk mendeteksi mangsanya, dan plastik punya aroma yang sama dengan mangsanya! Plastik yang telah lama masuk ke dalam laut, cenderung dihinggapi oleh organisme seperti algae, sehingga memiliki aroma seperti organisme laut pada umumnya. Kami juga telah merangkum informasi tersebut kedalam bentuk video yang dapat diakses disini.
Pada tahun 2018, pernah diadakan acara International Coastal Cleanup oleh organisasi internasional bernama Ocean Conservancy. Dari kegiatan tersebut, didapatkan data bahwa puntung rokok menduduki peringkat teratas sebagai pencemar lautan, yang diikuti oleh plastik sekali pakai.
Jika kita kembali ke 70 tahun yang lalu, penambahan filter pada rokok awal mulanya dimaksudkan agar perokok terhindar dari kanker (yang disebabkan oleh senyawa pada rokok). Filter tersebut dibuat dari berbagai macam material, seperti Dacron, hingga serat asbestos (Micronite). Karena dianggap filter dari beberapa bahan benar-benar menyaring racun dari tembakau, maka dipilihlah bahan Asetat Selulosa sebagai filter hingga kini. Bahan tersebut adalah bahan sintetis yang sama seperti plastik, dan jika terdegradasi, dapat menyebabkan penghambatan pertumbuhan pada tumbuhan. Kami telah merangkum informasinya di media sosial sebagai salah satu bagian dari kampanye Zero Waste.