Gereja yang Apostolik

Bertekun dalam Ajaran dan Warisan Para Rasul

Kristus mendirikan Gereja dan mempercayakan otoritas-Nya kepada para rasul yang kemudian menjadi uskup-uskup yang pertama. Ia mempercayakan otoritas khusus kepada Santo Petrus, Paus Pertama dan Uskup Roma, untuk bertindak sebagai wakil-Nya di dunia. Otoritas ini telah diwariskan melalui Sakramen Tahbisan. Pewarisan kuasa dari mereka yang sudah lebih dulu ditahbiskan kepada mereka yang akan ditahbiskan tersebut secara khusus disebut dengan istilah succesio apostolica atau suksesi apostolik. Ketika Uskup mentahbiskan imam, ia melakukannya dengan otoritas suksesi apostolik. Imam tertabis itu ikut ambil bagian dalam imamat Tuhan kita Yesus Kristus. Tak ada Uskup, Imam, atau Diakon dalam Gereja kita yang mentahbiskan dirinya sendiri atau memaklumkan dirinya sendiri. Orang yang tertahbis itu dipanggil oleh Gereja dan ditahbiskan ke dalam pelayanan apostolik yang dianugerahkan Tuhan Yesus kepada Gereja-Nya untuk dilaksanakan dalam persatuan dengan Paus.

Gereja disebut APOSTOLIK karena Gereja berasal dari para rasul dan tetap berpegang teguh pada kesaksian iman para rasul. Di bawah bimbingan Roh Kudus, Magisterium (kuasa mengajar Gereja yang dipercayakan kepada para rasul dan penerus mereka) berkewajiban untuk melestarikan, mengajarkan, membela, dan mewariskan warisan iman. Di samping itu, Roh Kudus melindungi Gereja dari kesalahan dalam otoritas mengajarnya. Petrus dan Paulus menjadi tanda keapostolikan Gereja karena dua orang itulah yang berperan besar dalam perkembangan Gereja Katolik. Petrus berperan sebagai penjaga kesatuan Gereja Katolik dan Paulus berperan sebagai pewarta iman Gereja Katolik. Dua peran ini sekarang diwakili oleh Paus dan para Uskup. Kesadaran bahwa Gereja "dibangun atas dasar para rasul dan para nabi, dengan Kristus Yesus sebagai batu penjuru" sudah ada sejak zaman Gereja Perdana (bdk. Ef 2:20, Why 21:14).

Sifat apostolik menyatakan bahwa Gereja sekarang mengaku diri sama dengan Gereja Perdana, yakni Gereja para rasul. Kesamaan antara Gereja Katolik dan Gereja Perdana ini dilihat dari keberlanjutan pewarisan iman. Kesamaan itu tampak dalam beberapa hal antara lain: 1) legitimasi fungsi dan kuasa hierarki yang sama sejak para rasul; 2) ajaran-ajaran Gereja yang diturunkan dan berasal dari kesaksian para rasul; dan 3) struktur ibadat dan organisasi Gereja yang pada dasarnya berasal dari para rasul. Meskipun mengaku sama, Gereja yang apostolik tidak berarti bahwa Gereja terpaku pada Gereja Perdana. Hidup Gereja tidak bersifat rutin, tetapi dinamis. Gereja Katolik tidak hanya mengulang-ulang ajaran dan tindakan Gereja Perdana, tetapi Gereja Katolik – digerakkan oleh Roh Kudus – mengembangkan sembari senantiasa berpegang pada ajaran para rasul dalam Gereja Perdana sebagai norma imannya.

Penghayatan akan sifat APOSTOLIK paling menyolok ditampakkan pada penggunaan KITAB SUCI dan perkembangan TRADISI dalam Gereja Katolik sampai sekarang. Kitab Suci yang kita gunakan sampai sekarang merupakan pewartaan para rasul, sedangkan Tradisi yang ada dalam Gereja merupakan pengembangan Gereja Katolik untuk menjawab tantangan setiap zaman.

Pengayaan #6

Untuk lebih memberikan kekayaan wawasan mengenai materi ini, silakan kalian mengakses link berikut ini: https://nationalgeographic.grid.id/read/13278440/napak-tilas-para-rasul?page=all, https://www.katolisitas.org/sekilas-tentang-wafatnya-para-rasul/, https://www.youtube.com/watch?v=WXtMBFH_9nE, https://www.youtube.com/watch?v=7ooCoZy4Cbs yang mengisahkan bagaimana para rasul menyebarkan kabar gembira seturut perintah yang disampaikan oleh Yesus sebelum naik ke surga.

Daftar Pustaka:

Departemen Dokumentasi dan Penerangan Konferensi Waligereja Indonesia. Dokumen Konsili Vatikan II. Jakarta: Penerbit OBOR. 1993.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Buku Guru Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti. Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. 2017.

Komisi Kateketik KWI. Perutusan Murid-murid Yesus, Pendidikan Agama Katolik untuk SMA/SMK. Yogyakarta: Kanisius. 2007.

Konferensi Waligereja Indonesia. Iman Katolik. Yogyakarta: Kanisius. 1995.

Konferensi Waligereja Indonesia. Katekismus Gereja Katolik. Ende-Flores: Nusa Indah. 1995.

Mgr. Ignatius Suharyo. The Catholic Way, Kekatolikan dan Keindonesiaan Kita. Yogyakarta: Kanisius. 2009.

Yoseph Kristianto, dkk. Menjadi Murid Yesus, Pendidikan Agama Katolik untuk SMA/K Kelas XI. Yogyakarta: Kanisius. 2010.