Gereja yang Menguduskan (Liturgia)

Menguduskan melalui Aktivitas Doa

Liturgi merupakan perayaan iman. Perayaan iman tersebut merupakan pengungkapan iman Gereja, di mana orang yang ikut dalam perayaan iman mengambil bagian dalam misteri yang dirayakan. Tentu saja bukan hanya dengan partisipasi lahiriah, tetapi yang pokok adalah hati yang ikut menghayati apa yang diungkapkan dalam doa. Kekhasan doa Gereja ini merupakan sifat resminya, sebab justru karena itu Kristus bersatu dengan umat yang berdoa. Dengan bentuk yang resmi, doa umat menjadi doa seluruh Gereja sebagai mempelai Kristus, berdoa bersama Kristus, Sang Penyelamat, sekaligus tetap merupakan doa pribadi setiap anggota jemaat. Doa dan ibadat merupakan salah satu tugas Gereja untuk menguduskan umatnya dan umat manusia.

Melalui bidang ini, Gereja menampakkan tugas menguduskan melalui kegiatan yang menampakkan sisi kekudusan, yaitu doa. Dasar bidang Liturgia adalah Kis 2: 41-47. Doa adalah tindakan kesalehan dan usaha penyatuan diri manusia dengan Allah untuk memohon karunia dari Allah serta bentuk komunikasi antara manusia dan Tuhan. Doa berakar dari kehidupan nyata. Doa selalu merupakan dialog yang bersifat pribadi antara manusia dan Tuhan dalam hidup yang nyata ini. Dalam dialog tersebut, kita dituntut untuk lebih mendengar daripada berbicara, sebab firman Tuhan akan selalu menjadi pedoman yang menyelamatkan. Bagi umat Kristiani, dialog ini terjadi di dalam Yesus Kristus, sebab Dialah satu-satunya jalan dan perantara kita dalam berkomunikasi dengan Allah. Perantara ini tidak mengurangi sifat dialog antar pribadi dengan Allah. Doa perlu dipupuk sejak dini. Paus Yohanes Paulus II mengatakan, “Orangtua Katolik harus belajar membentuk keluarga mereka sebagai Gereja domestik, Gereja rumah tangga, di mana Allah dihormati, hukum-Nya ditaati, doa menjadi sebuah kebiasaan, keutamaan diajarkan dengan perkataan dan perbuatan, serta setiap pribadi membagikan harapan, persoalan, dan beban satu sama lain.”

Ada beberapa fungsi doa, antara lain 1) mengkomunikasikan diri kita kepada Allah; 2) mempersatukan diri kita dengan Tuhan; 3) mengungkapkan cinta, kepercayaan, dan harapan kita kepada Tuhan; 4) membuat cara pandang baru terhadap hidup dan karya kita sehingga menyebabkan kita melihat hidup, perjuangan dan karya kita dengan mata iman; serta 5) mengangkat setiap karya kita menjadi karya yang bersifat apostolik atau kerasulan. Bagaimana cara syarat berdoa yang baik? Doa yang baik dapat dilakukan dengan cara didoakan dengan hati, berakar dan bertolak dari pengalaman hidup serta diucapkan dengan rendah hati. Kitab Suci memberikan cara berdoa yang baik, yaitu dengan cara berdoa secara batiniah, sederhana dan jujur seperti yang dikutip berikut ini “Tetapi jika engkau berdoa, masuklah ke dalam kamar … Lagi pula dalam doamu janganlah kamu bertele-tele …” (lih. Mat 6: 5-7).

Ada tiga jenis doa, yaitu: 1) doa pribadi; 2) doa devosi; dan 3) doa liturgis. Doa Pribadi diungkapkan secara pribadi, muncul dari kedalaman hati seseorang, dan biasanya berdasar pada pengalaman pribadi masing-masing orang. Doa pribadi didukung oleh doa-doa dasar dari berbagai buku liturgi. Doa Devosi berarti 1) suatu sikap batin yang berupa penyerahan seluruh pribadi kepada Allah dan kehendakNya sebagai perwujudan cinta kasih;  atau 2) kebaktian khusus kepada berbagai misteri iman yang dikaitkan dengan pribadi tertentu. Devosi diarahkan kepada Allah melalui orang kudus tertentu atau peristiwa yang berhubungan dengan orang kudus. Doa Liturgis adalah perayaan resmi yang digunakan oleh Gereja untuk mengungkapkan iman dalam kebersamaan dengan seluruh umat Allah. Yang termasuk doa liturgis adalah 1) Ibadat, 2) Perayaan Sakramen, dan 3) Perayaan Sakramentali.

Doa Liturgis #1: Ibadat

Doa Liturgis yang pertama adalah Ibadat. Ibadat adalah bentuk doa resmi yang diselenggarakan sebagai perayaan bersama dan dihadiri jemaat beriman yang ikut serta secara aktif. Ada tiga jenis Ibadat Gereja menurut waktu pelaksanannya, yaitu 1) Ibadat menurut Lingkaran Harian; 2) Ibadat menurut Lingkaran Mingguan; dan 3) Ibadat menurut Lingkaran Tahunan. 

Menurut Lingkaran Harian, ada tujuh macam ibadat, yaitu 1) Ibadat Bacaan; 2) Ibadat Pagi; 3) Ibadat Siang yang terdiri dari tiga waktu pelaksanaan: Menjelang Siang (pukul 09.00), Siang (pukul 12.00), Menjelang Sore (pukul 15.00); 4) Ibadat Sore; dan 5) Ibadat Penutup. Hal ini disesuaikan dengan kebiasaan Gereja awal yang mempunyai tata waktu dalam pengaturan doa.  Para imam, bruder dan suster sampai sekarang masih memiliki kebiasaan doa harian ini dengan cara mendasarkan Ibadat Harian. Ibadat Harian ini seringkali dikenal dengan Doa Brevir.

Ibadat menurut Lingkaran Mingguan  dilaksanakan pada hari Minggu sebagai pengganti Perayaan Ekaristi Mingguan. Di tempat-tempat yang tidak terjangkau pelayanan imam secara rutin setiap hari Minggu atau tidak dapat mengikuti Perayaan Ekaristi Mingguan, sebaiknya diadakan Ibadat Mingguan ini. Ada banyak tempat yang tidak terjangkau oleh pelayanan Perayaan Ekaristi Mingguan. Untuk menggantikan Ekaristi itu, umat kemudian dapat melaksanakan Ibadat Lingkaran Mingguan yang biasanya dipimpin oleh pemuka jemaat setempat.

Ibadat menurut Lingkaran Tahunan dilaksanakan sesuai dengan tata waktu liturgi yang ada dalam Gereja Katolik. Lingkaran Tahunan merupakan “wadah” pelaksanaan penyelamatan Allah. Ada beberapa masa dalam Lingkaran Tahunan, yaitu Masa Adven, Masa Natal, Masa Prapaska, Masa Paska, dan Masa Biasa. Buku Puji Syukur menyediakan doa-doa yang bisa digunakan selama masa-masa khusus tersebut. Doa-doa tersebut menandai bahwa umat sedang mengalami masa yang dikhususkan oleh Gereja Katolik.

Doa Liturgis #2: Sakramen

Doa Liturgis yang kedua adalah Sakramen. Sakramen berarti tanda kelihatan yang ditetapkan oleh Kristus dalam memberikan rahmat dari Allah untuk menyelamatkan manusia. Ada tujuh perayaan sakramen, yaitu 1) Baptis, 2) Ekaristi, 3) Penguatan, 4) Tobat, 5) Perkawinan, 6) Imamat, dan 7) Pengurapan Orang Sakit. 

Jumlah tujuh pada sakramen pertama kali ditetapkan oleh keputusan Konsili Lyon II (1274). Jumlah tujuh ini ditetapkan kembali oleh keputusan Konsili Florenz atau Firenze (1439) dan diteguhkan oleh keputusan Konsili Trente (1547). Sakramen merupakan karya penyelamatan Allah dalam hidup manusia. Penjelasan yang paling baik untuk memahami hubungan sakramen dan perjalanan hidup  manusia diungkapkan oleh Thomas Aquinas (1225-1274). Berikut ini adalah pendapat Thomas Aquinas tentang sakramen, yaitu: 1) Sakramen diadakan Tuhan untuk menyempurnakan dan menyembuhkan jiwa manusia; 2) Sakramen dilihat dalam rangka pertumbuhan dan kehidupan manusia yang setiap kali perlu disempurnakan dan disembuhkan; 3) Sakramen bermakna bagi kehidupan manusia. Hubungan sakramen dengan hidup manusia dapat dilihat sebagai berikut:

Ada pertanyaan yang sering diajukan kepada Gereja Katolik tentang hubungan Yesus Kristus dan Sakramen, yaitu Apakah Yesus menetapkan sakramen-sakramen? Melalui pertanyaan ini, ada orang yang mempermasalahkan penetapan sakraman-sakramen Gereja oleh Yesus karena Kitab Suci tidak menyebut secara eksplisit bahwa Yesus menghendaki sakramen-sakramen kecuali Ekaristi dan Baptisan. Bagaimana kita bisa menjawab pertanyaan tersebut? Kitab Suci memberikan jawaban karena Kitab Suci mewartakan apa yang dikatakan dan dilakukan oleh Yesus. Perkataan dan perbuatan Yesus menjadi latar belakang dan pangkal tolak sakramen Gereja. Beberapa kutipan Kitab Suci yang mendasari penetapan sakramen-sakramen dapat dilihat sebagai berikut:

Setiap sakramen selalu melibatkan unsur Manusia (Pelayan dan Penerima); Sarana-sarana (Unsur dan Tindakan); serta Kata-kata (Rumusan Resmi). 

Sakramen selalu dilakukan dalam suatu tata liturgi atau perayaan tertentu karena perayaan sakramen merupakan peristiwa perjumpaan dan komunikasi antara Allah dan manusia yang terwujud dalam perjumpaan pelayan, penerima, sarana-sarana yang digunakan, dan kata-kata yang diucapkan. Pelayanan sakramen terjadi dalam dialog dan hubungan kesalingan. Pelayan dan penerima harus mempunyai pemahaman yang benar terhadap suatu sakramen agar sakramen itu sah dan berdayaguna. Pelayan Utama sakramen adalah Kristus. Pelayan manusiawi bertindak atas nama Gereja yang diberi kuasa oleh Kristus sendiri. Pelayanan sakramen terjadi di tengah jemaat dan sakramen dirayakan bersama dengan umat beriman. Iman menduduki peran penting dalam sakramen karena iman memampukan sakramen itu membawa keselamatan kepada manusia yang menerimanya. 

Dalam sakramen, ada istilah Simbol Sakramental. Simbol Sakramental adalah benda, tindakan, maupun kata-kata yang digunakan dalam sebuah sakramen. Ada dua Simbol Sakramental, yaitu Materia Sacramenti dan Forma Sacramenti. Materia Sacramenti terdiri dari 1) Materia Remota dan 2) Materia Proxima. Materia Remota adalah unsur-unsur alami yang digunakan dalam sakramen-sakramen. Materia Proxima adalah tindakan manusia yang digunakan dalam sakramen-sakramen. Pembedaan ini sudah ada sejak tahun 1150 dan dikembangkan lagi oleh Johannes Duns  Scotus (1265-1308). Salah satu materia dalam sakramen adalah minyak. Dalam tradisi Gereja, ada 3 jenis minyak: 1) Oleum Cathecumenorum (OC) atau Oleum Sanctorum (OS) untuk keperluan pembaptisan; 2) Sanctum Chrisma (SC) untuk sakramen krisma, tahbisan, serta pemberkatan benda-benda suci dalam Gereja, misalnya altar, lonceng, dan dinding; 3) Oleum Infirmorum (OI) untuk keperluan sakramen pengurapan orang sakit. Pemakaian unsur dan tindakan manusia (Materia) dalam sakramen harus disertai dengan Forma Sacramenti. Forma Sacramenti adalah kata-kata tertentu sebagai rumusan resmi hasil penetapan tradisi Gereja yang diucapkan untuk meneguhkan penerimaan suatu sakramen.

Setiap sakramen memiliki peran dan makna tersendiri. Oleh karena sakramen dalam Gereja Katolik menduduki tempat penting dalam kehidupan manusia, penerimaan sakramen-sakramen tersebut harus didahului persiapan. Berikut ini adalah pengelompokan sakramen-sakramen dalam Gereja Katolik:

Sakramen Inisiasi adalah sakramen yang menandai bergabungnya seseorang dalam Gereja Katolik secara penuh. Sakramen-sakramen ini menjadi dasar hidup bagi orang Katolik. Yang termasuk Sakramen Inisiasi adalah Baptis, Ekaristi, dan Penguatan.

Baptis

Ekaristi

Penguatan

Sakramen Penyembuhan adalah sakramen yang memberikan penyembuhan bagi jiwa-jiwa dalam Gereja Katolik. Sakramen-sakramen ini memberikan penyembuhan dan kehidupan baru bagi orang Katolik. Yang termasuk Sakramen Penyembuhan adalah Tobat dan Pengurapan Orang Sakit.

Rekonsiliasi atau Tobat

Pengurapan Orang Sakit

Sakramen Pelayanan Persekutuan dan Perutusan adalah sakramen yang memberikan rahmat khusus untuk melayani dan membangun umat Allah dalam Gereja Katolik. Sakramen ini memberikan sumbangan atas pelayanan jemaat dan pembangunan jemaat dalam Gereja Katolik. Yang termasuk Sakramen Pelayanan Persekutuan dan Perutusan ini adalah Perkawinan dan Imamat.

Perkawinan

Tahbisan

Dari ketujuh sakramen tersebut, ada tiga sakramen yang hanya diterima sekali seumur hidup, yaitu Baptis, Penguatan, dan Imamat. Ketiga sakramen ini memiliki materai kekal sehingga tidak dapat terhapus dari diri seseorang. Sekali menerima sakramen-sakramen ini, selamanya dia menerima materai dari sakramen tersebut. 

Dari ketujuh sakramen-sakramen tersebut, Sakramen Ekaristi merupakan puncak tujuan dan sumber kekuatan kegiatan Gereja. Dalam Ekaristi, umat menimba kekuatan untuk menjalani kehidupan mereka dan menyatukan segala jerih payah yang mereka alami dalam hidup sehari-hari. Dengan demikian, Ekaristi pada hari Minggu dimaknai sebagai wahana untuk mempersembahkan segala jerih payah yang telah dilalui selama seminggu sebelumnya dan untuk memohon rahmat bagi perjuangan hidup di minggu selanjutnya.

Doa Liturgis #3: Sakramentali

Doa Liturgis yang ketiga adalah Sakramentali. Sakramentali adalah tanda-tanda suci, yang memiliki kemiripan dengan sakramen-sakramen, berfungsi mendoakan barang atau orang yang akan digunakan oleh Gereja untuk memohon hal-hal khusus yang bermanfaat bagi kehidupan Gereja, menandakan kurnia-kurnia, terutama yang bersifat rohani, yang diperoleh berkat doa permohonan Gereja. Beberapa contoh sakramentali adalah Pemberkatan dengan tanda salib pada dahi anak-anak; Pemberkatan atas makanan dan minuman; Doa untuk orang sakit; dan Upacara tunangan. Pelayan upacara sakramentali tidak harus klerus atau orang yang tertahbis. Kaum awam dapat memberikan pelayanan sakramentali karena awam memiliki imamat umum yang diperoleh dalam Sakramen Baptis dan Penguatan. 

Adapun penjelasan mengenai 3 jenis Sakramentali tersebut akan dipaparkan sebagai berikut:

Benedictiones Invocativae

Ini merupakan pemberkatan yang tidak mengubah status atau tujuan penggunaan dari yang diberkati, misalnya: pemberkatan alat pertanian, bangunan, kendaraan, benih, sawah, jenazah, orang sakit, dll.

Benedictiones Constitutivae

Ini merupakan pemberkatan yang mengubah status atau tujuan penggunaan dari yang diberkati, misalnya: pemberkatan rosario, busana liturgi, perlengkapan misa, altar, dan lain-lain.

Eksorsisme

Ini merupakan tatacara pengusiran setan. Ada dua jenis Eksorsisme, yaitu Eksorsisme Imprekatoris (dilakukan oleh Imam yang ditunjuk dengan rumusan resmi Gereja) dan Eksorsisme Deprekatoris (dilakukan oleh siapapun dengan doa permohonan)

Daftar Pustaka:

E. Martasudjita, Pr. Sakramen-sakramen Gereja, Tinjauan Teologis, Liturgis, dan Pastoral. Yogyakarta: Kanisius. 2003.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Buku Guru Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti. Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. 2017.

Komisi Liturgi Konferensi Waligereja Indonesia. Puji Syukur, Buku Doa dan Nyanyian Gerejawi Edisi Induk. Jakarta: Penerbit Obor dan Komisi Liturgi KWI. 1994. Cet. ke-III.

Konferensi Waligereja Indonesia. Iman Katolik, Buku Informasi dan Referensi. Jakarta-Yogyakarta: Penerbit Kanisius & Penerbit OBOR. 1996.

Thomas P. Rausch. Katolisisme, Teologi bagi Kaum Awam. Yogyakarta: Kanisius. 2001.

Yoseph Kristianto, dkk. Menjadi Murid Yesus, Pendidikan Agama Katolik untuk SMA/K Kelas XI. Yogyakarta: Kanisius. 2010.