Gereja Katolik dan Konsili Vatikan II

Konsili Vatikan II Mengubah Gereja Katolik melalui Paham Gereja Umat Allah atau Gereja Komunio

Sejak awal, Gereja merupakan persekutuan orang-orang yang dipanggil menjadi satu keluarga Allah. Oleh karena itu, sejak awal Gereja menghayati hidupnya menurut pemahaman Gereja Umat Allah. Ada tiga ciri paham Gereja Umat Allah, yaitu 1) Berpijak pada Iman Tritunggal (Kej 1:26); 2) Bersekutu dalam ajaran Yesus Kristus (Yoh 14:6); dan 3) Mewarisi ajaran para rasul dalam persekutuan (Kis 2:41-47; 4:32-37). Paham Gereja Umat Allah ini sering diistilahkan dengan GEREJA KOMUNIO.

Istilah Umat Allah ini sebenarnya sudah digunakan sejak Perjanjian Lama. Setelah sekian lama dilupakan, paham Gereja Umat Allah dinyatakan kembali dalam Konsili Vatikan II. Konsili adalah pertemuan para Uskup dan ahli teologi dalam Gereja Katolik untuk membahas persoalan-persoalan aktual. Konsili Vatikan II diadakan antara tahun 1962-1965. Gereja Umat Allah atau Gereja Komunio adalah paham mengenai persekutuan yang dibangun antara anggota Gereja bersama Allah dan bersama dengan anggota Gereja yang lain, bahkan bersama umat manusia. Berikut ini merupakan hakikat Gereja sebagai Umat Allah:

Mengambil inspirasi dari Gereja Perdana

Konsep Gereja Umat Allah atau Gereja Komunio tidak dapat dilepaskan dari aktivitas Gereja Perdana yang hidup pada zaman para rasul. Ada beberapa kutipan Kitab Suci yang dapat kita ambil sebagai inspirasi kehidupan Gereja, antara lain “Cara Hidup Jemaat yang Pertama” (Kis 4:41-47); “Rupa-rupa Karunia, tetapi Satu Roh” (1 Kor 12:7-10); serta “Kesatuan Jemaat dan Karunia yang Berbeda-beda” (Ef 4:11-13). Dari kutipan tersebut, kita bisa mengetahui bahwa dasar Gereja Umat Allah dapat dipaparkan sebagai berikut:

Kehidupan jemaat perdana yang menjadi inspirasi kehidupan Gereja Katolik setelah Konsili Vatikan II tentu membawa berbagai konsekuensi. Adapun konsekuensi Gereja Katolik sebagai Gereja Umat Allah adalah:

Konsekuensi dalam hubungan Hierarki-Umat: 1) Hierarki harus memandang Umat sebagai partner kerja dalam membangun Gereja, bukan sebagai pelengkap penderita yang seolah-olah tidak berperan apa-apa; 2) Hierarki juga harus memperlakukan seluruh anggota Gereja sebagai satu Umat Allah yang memiliki martabat yang sama meskipun menjalankan fungsi yang berbeda-beda. 

Konsili Vatikan II menjadi tonggak sejarah penting dalam Gereja Katolik. Mengapa penting? Karena dalam peristiwa itu, Gereja Katolik melakukan banyak perubahan, terutama dalam mengelola kehidupannya. Gereja Katolik yang tadinya bersikukuh dengan pandangannya yang sempit mulai membuka pandangan untuk berkembang ke arah yang lebih baik. Pembicaraan kali ini akan  membicarakan salah satu perubahan dibawa oleh peristiwa itu sehingga Gereja menjadi persekutuan yang terbuka. 

Merevisi Kedudukan Anggota Gereja Berdasar Kitab Suci

Dalam Konsili Vatikan II, Gereja memperbarui pandangannya tentang kelompok umat. Sudah lama sebelum Konsili Vatikan II, Gereja Katolik memiliki pandangan bahwa umat beriman terbagi dalam dua kelompok, yaitu Hirarki dan Awam. Hirarki dipakai untuk menyebut mereka yang menerima tahbisan, sedangkan Awam dipakai untuk menyebut mereka yang tidak menerima tahbisan. Melengkapi pandangan tersebut, melalui Konsili Vatikan II, Gereja Katolik memberikan penjelasan lebih lanjut mengenai penggolongan umat beriman menjadi tiga kelompok, yaitu Klerus, Religius, dan Awam. Adapun penjelasannya dapat dipaparkan sebagai berikut:

Para Klerus merupakan anggota kelompok Hirarki, sedangkan Religius dan Awam merupakan anggota kelompok Awam.

Perubahan pandangan yang dibawa oleh Konsili Vatikan II membawa pengaruh terhadap pemahaman tentang keanggotaan Gereja Katolik. Pandangan baru itu kurang lebih dapat digambarkan semacam ini:

Sebelum Konsili Vatikan IIstatus Klerus dan Religius dipandang LEBIH TINGGI dari status Awam; ada pandangan bahwa panggilan Awam atau Hidup Berkeluarga bukanlah panggilan menuju kekudusan; dan Awam tidak dilibatkan dalam kehidupan Gereja

Setelah Konsili Vatikan II, status Klerus, Religius, dan Awam adalah SEDERAJAT; semua panggilan adalah SUCI dan membawa orang kepada kekudusan; serta Klerus, Religius, dan Awam bersama-sama terlibat dalam kehidupan Gereja

Sebelum Konsili Vatikan II, nuansa Gereja adalah GEREJA INSTITUSIONAL atau GEREJA HIRARKIS PIRAMIDAL. Setelah Konsili Vatikan II, nuansa Gereja adalah GEREJA KOMUNIO atau GEREJA UMAT ALLAH. Gereja Umat Allah yang berciri Komunio ini paling jelas dinyatakan dalam kutipan “Banyak Anggota tetapi Satu Tubuh” (1 Kor 12). 

GEREJA INSTITUSIONAL atau GEREJA HIRARKIS PIRAMIDAL

Dalam pandangan Gereja Institusional, tata penggembalaan Gereja Katolik tampak lebih kaku. Komunikasi bersifat dari atas ke bawah. Ada kesan bahwa para pemimpin Gereja Katolik tidak menerima masukan dari umat. Inilah yang kira-kira terjadi sebelum Konsili Vatikan II.

GEREJA KOMUNIO atau GEREJA UMAT ALLAH

Dalam pandangan Gereja Komunio, tata penggembalaan Gereja Katoli tampak lebih luwes. Komunikasi bersifat dua arah, bisa dari atas ke bawah atau dari bawah ke atas. Ada kesan bahwa para pemimpin Gereja Katolik mulai terbuka dengan masukan dari umat. Inilah yang diharapkan terjadi setelah Konsili Vatikan II.

Menjadi Komunio yang Terbuka 

Sejalan dengan pandangan Gereja Komunio, Konsili Vatikan II juga mengubah cara pandang Gereja terhadap dunia. Sebelum Konsili Vatikan II, Gereja tertutup dan menutup diri untuk pintu dialog dengan paham “di luar Gereja (Katolik) tidak ada keselamatan.” Pandangan itu diubah setelah Konsili Vatikan II sehingga Gereja Katolik membuka pintu-pintu dialog antar agama dan kebudayaan untuk membangun dunia sesuai kehendak Tuhan seperti yang dinyatakan dalam dokumen Gaudium et Spes berikut ini:

“Kegembiraan dan harapan, duka dan kecemasan orang-orang zaman sekarang, terutama kaum miskin dan siapa saja yang menderita, merupakan kegembiraan dan harapan, duka dan kecemasan para murid Kristus juga. Tiada sesuatu pun yang sungguh manusiawi, yang tak bergema di hati mereka. Sebab persekutuan mereka terdiri dari orang-orang, yang dipersatukan dalam Kristus, dibimbing oleh Roh Kudus dalam peziarahan mereka menuju Kerajaan Bapa, dan telah menerima warta keselamatan untuk disampaikan kepada semua orang. Maka persekutuan mereka itu mengalami dirinya sungguh erat berhubungan dengan umat manusia serta sejarahnya” (Gaudium et Spes 1)

Dokumen itu menyatakan bahwa Gereja hadir di dunia ini bukan untuk dirinya sendiri, tetapi Gereja hadir bagi dunia. Oleh karena itu, Gereja juga harus membawa keselamatan bagi dunia.

Sesuai visi Konsili Vatikan II, Gereja Katolik bercita-cita menjadi Komunio yang Terbuka. Keterbukaan dalam Gereja dinyatakan lewat tindakan melibatkan seluruh anggota Gereja, baik Awam, Religius maupun Klerus. Gereja juga mengundang semakin banyak orang untuk terlibat dalam Gereja sekalipun mereka tidak beragama Katolik. Beberapa cara yang dapat disebutkan sebagai usaha Gereja Katolik untuk menjadi Komunio yang Terbuka dapat dipaparkan berikut ini:

Pengayaan #2 

Untuk lebih memberikan kekayaan wawasan mengenai materi ini, silakan kalian mengakses link berikut ini: https://www.youtube.com/watch?v=wnFlp0N_dTI. Video ini kurang lebih menggambarkan Paus Fransiskus yang mewakili Gereja Katolik menjalin hubungan dengan berbagai pemimpin agama lain untuk mengatasi persoalan sosial.

Daftar Pustaka:

Departemen Dokumentasi dan Penerangan Konferensi Waligereja Indonesia. Dokumen Konsili Vatikan II. Jakarta: Penerbit OBOR. 1993.

Ignatius L. Madya Utama. “Klerus, Religius dan Awam dalam Terang Konsili Vatikan II dan Sesudahnya” dalam Melintas Vol. 22 No. 1. 2006. journal.unpar.ac.id/index.php/ Diakses 27 Februari 2019.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Buku Guru Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti. Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. 2017.

Komisi Kateketik KWI. Perutusan Murid-murid Yesus, Pendidikan Agama Katolik untuk SMA/SMK. Yogyakarta: Kanisius. 2007.

Konferensi Waligereja Indonesia. Iman Katolik. Yogyakarta: Kanisius. 1995.

Konferensi Waligereja Indonesia. Katekismus Gereja Katolik. Ende-Flores: Nusa Indah. 1995.

Y.B. Mangunwijaya, Pr. Gereja Diaspora. Yogyakarta: Kanisius. 1999.

Yoseph Kristianto, dkk. Menjadi Murid Yesus, Pendidikan Agama Katolik untuk SMA/K Kelas XI. Yogyakarta: Kanisius. 2010.