3.2.a.4. Eksplorasi Konsep - Modul 3.2
Moda: Mandiri
Tujuan Pembelajaran Khusus:
CGP dapat mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi ekosistem sekolah.
CGP dapat membedakan pendekatan berbasis aset dan pendekatan berbasis masalah.
CGP memahami pengelolaan sumber daya yang ada di sekolahnya dengan menggunakan pendekatan Pengembangan Komunitas berbasis Aset (Asset-Based Community Development/ABCD).
CGP dapat membedakan tujuh aset utama yang dimiliki lingkungan sekolahnya.
Bapak/Ibu Calon Guru Penggerak, kali ini kita masuk pada sesi pembelajaran 2, yaitu Eksplorasi Konsep Mandiri. Pada sesi pembelajaran kali ini, Anda akan banyak melakukan eksplorasi mandiri dengan menelaah konsep dasar tentang sekolah sebagai ekosistem, Pendekatan Berbasis Kekurangan dan Pendekatan Berbasis Aset, Sejarah Singkat Pendekatan Asset-Based Community Development, dan aset-aset dalam sebuah komunitas. Aktivitas setelah membaca mandiri dilanjutkan dengan berdiskusi bersama dengan CGP lainnya pada Forum Diskusi. Sebelum melakukan telaah materi, silakan Anda mempelajari terlebih dahulu pertanyaan pemantik berikut ini.
Sebelum melakukan telaah materi, silakan Anda mempelajari terlebih dahulu pertanyaan pemantik berikut ini:
Apabila kita menganggap sebuah sekolah adalah sebuah ekosistem dengan faktor biotik dan abiotik yang ada di dalamnya, maka faktor-faktor apa saja yang termasuk dalam kelompok biotik dan abiotik?
Bagaimanakah seharusnya seorang kepala sekolah berperan dalam mengelola ekosistem sekolahnya?
Kemampuan apa saja yang harus dimiliki oleh seorang kepala sekolah sebagai pemimpin ekosistem sekolah?
Apa yang harus dilakukan oleh seorang kepala sekolah dalam mengelola sumber daya sekolah secara efektif dan efisien?
Seberapa besar dampak sumber daya (fasilitas) yang sekolah miliki untuk memfasilitasi proses pembelajaran murid saat ini? Jelaskan!
Sejauh mana sumber daya sekolah yang kita miliki sudah kita gunakan secara efektif untuk mendukung kualitas pembelajaran di sekolah? Jelaskan!
Adakah cara alternatif yang bisa kita lakukan untuk memaksimalkan sumber daya yang sudah ada demi meningkatkan kualitas pembelajaran murid?
Sudahkah sekolah memanfaatkan apa yang ada di lingkungan sekitar? Bagaimana pemanfaatannya?
Tidak ada jawaban salah atau benar di sini, tuliskan di catatan kecil Anda sesuai dengan apa yang Anda pikirkan dan temukan saat ini. Kita akan mendiskusikan ulang semua jawaban pada forum diskusi.
SUYANTO noted on Pertanyaan Pemantik
Jawaban pertanyaan pemantik sudah saya tuliskan pada link berikut: https://docs.google.com/document/d/1Y7DKrA2BwLpfmgQu3ntvhOct1NapXGZq/edit?usp=sharing&ouid=112126105501826509292&rtpof=true&sd=true
Edit Remove Reply Like (0)
Tuesday, 26 September 2023, 5:03 AM
NI MADE KERTIANI respond:
Sangat jelas sekali jawaban yang Pak Yanto sampaikan, semoga dari jawaban itu dapat memberikan panduan dan semangat kita dalam menjalankan tugas kita sebagai pemimpin pembelajaran dalam memanfaatkan ekosistem sekolah dan sumber daya yang ada untuk pembelajaran yang lebih baik dan efektif bagi murid.
Reply Like (0)
Tuesday, 26 September 2023, 8:02 AM
NI NYOMAN ARI SUYASTINI respond:
Jawaban Pak Suyanto sudah sangat jelas terkait pengelolaan sumber daya yang ada.
Reply Like (0)
Tuesday, 26 September 2023, 8:47 AM
HAIRIL ANAM respond:
Terima kasih Pak Suyanto jawabannya sangat baik sekali
Reply Like (0)
Tuesday, 26 September 2023, 8:32 PM
Sebelum mempelajari tentang sekolah sebagai ekosistem silahkan menyimak tayangan Video Sekolah Sebagai ekosistem berikut.
Ekosistem merupakan sebuah tata interaksi antara makhluk hidup dan unsur yang tidak hidup dalam sebuah lingkungan. Sebuah ekosistem mencirikan satu pola hubungan yang saling menunjang pada sebuah teritorial atau lingkungan tertentu.
Jika diibaratkan sebagai sebuah ekosistem, sekolah adalah sebuah bentuk interaksi antara faktor biotik (unsur yang hidup) dan abiotik (unsur yang tidak hidup). Kedua unsur ini saling berinteraksi satu sama lainnya sehingga mampu menciptakan hubungan yang selaras dan harmonis. Dalam ekosistem sekolah, faktor-faktor biotik akan saling memengaruhi dan membutuhkan keterlibatan aktif satu sama lainnya. Faktor-faktor biotik yang ada dalam ekosistem sekolah di antaranya adalah:
Murid
Kepala Sekolah
Guru
Staf/Tenaga Kependidikan
Pengawas Sekolah
Orang Tua
Masyarakat sekitar sekolah
Dinas terkait
Pemerintah Daerah
Selain faktor-faktor biotik yang sudah disebutkan, faktor-faktor abiotik yang juga berperan aktif dalam menunjang keberhasilan proses pembelajaran di antaranya adalah:
Keuangan
Sarana dan prasarana
Lingkungan alam
SUYANTO noted on Sekolah Sebagai Ekosistem
Jika diibaratkan sebagai sebuah ekosistem, sekolah adalah sebuah bentuk interaksi antara faktor biotik (unsur yang hidup) dan abiotik (unsur yang tidak hidup). Kedua unsur ini saling berinteraksi satu sama lainnya sehingga mampu menciptakan hubungan yang selaras dan harmonis.
Edit Remove Reply Like (0)
Tuesday, 26 September 2023, 6:25 AM
NI PUTU EVA WAHYUNIASIH respond:
sependapat dengan pak suyanto, kedua unsur saling mempengaruhi, dan unsur abiotik akan saling mempengaruhi dan saling membutuhkan keterlibatan aktif.
Reply Like (0)
Tuesday, 26 September 2023, 7:58 AM
NI MADE KERTIANI respond:
Iya bu eva, yang di paparkan oleh pak yanto memang benar saya setuju sekali dan saya juga sangat setuju yang bu eva sampaikan. Kolaborasi dari semua pihak yang merupakan unsur penunjang inilah yang menjadi kekuatan sebuah institusi atau sekolah dalam menjalankan dan mencapai tujuan sekolah.
Reply Like (0)
Tuesday, 26 September 2023, 8:25 AM
HAIRIL ANAM respond:
Terima kasih responnya Pak Suyanto benar sekali keduanya mampu menciptakan hubungan yang selaras dan harmonis
Reply Like (0)
Tuesday, 26 September 2023, 8:51 PM
NI PUTU NOVIA ANGGRENI respond:
setuju pak bahwa unsur biotik maupun abiotik semuanya saling menunjang dan melengkapi demi baiknya sebuah ekosistem sekolah
Reply Like (0)
Tuesday, 26 September 2023, 9:31 PM
Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan menggambarkan seorang pendidik sebagai seorang yang harus memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Menurut Bpk/Ibu, bagaimana kualifikasi akademik dan kompetensi yang dimiliki oleh Bpk/Ibu dapat dikelola sebagai aset yang didayagunakan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional?
Pendekatan dapat dikatakan sebagai cara pandang atau cara berpikir kita melihat sesuatu. Dalam konteks modul ini, pendekatan berbasis aset atau berbasis defisit berarti bagaimana kita memandang sumber daya sekolah, apakah dianggap sebagai aset/kekuatan atau kekurangan/masalah.
Pendekatan berbasis kekurangan/masalah (deficit-based approach) akan memusatkan perhatian kita pada apa yang mengganggu, apa yang kurang, dan apa yang tidak berfungsi dengan baik. Kita mengeluhkan banyak fasilitas sekolah yang tidak berfungsi baik, buku ajar yang tidak lengkap, atau sekolah yang tidak tidak memiliki laboratorium. Kekurangan yang dimiliki mendorong cara berpikir negatif sehingga fokus kita adalah bagaimana mengatasi semua kekurangan atau apa yang menghalangi tercapainya kesuksesan yang ingin diraih. Semakin lama, secara tidak sadar kita menjadi seseorang yang tidak nyaman dan curiga yang dapat menjadikan kita buta terhadap potensi dan peluang yang ada di sekitar.
Pendekatan berbasis aset (asset-based approach) adalah sebuah konsep yang dikembangkan oleh Dr. Kathryn Cramer, seorang ahli psikologi yang menekuni kekuatan berpikir positif untuk pengembangan diri. Pendekatan ini merupakan cara praktis menemukenali hal-hal yang positif dalam kehidupan. Dengan menggunakan kekuatan sebagai tumpuan berpikir, kita diajak untuk memusatkan perhatian pada apa yang berjalan dengan baik, yang menjadi inspirasi, yang menjadi kekuatan ataupun potensi yang positif.
Green & Haines (2010) menjelaskan kecenderungan cara pandang yang menggunakan pendekatan berbasis kekurangan dengan pendekatan berbasis aset seperti yang dapat dilihat dari tabel di bawah ini.
Video tentang Deficit & Asset Based Approach: “Pendekatan Berbasis Kekurangan dan Berbasis Kekuatan”
Pendekatan berbasis aset ini juga digunakan sebagai dasar paradigma Inkuiri Apresiatif (IA) yang sudah dibahas sebelumnya pada modul 1.3, dimana paradigma IA ini percaya bahwa setiap orang memiliki inti positif yang dapat memberikan kontribusi pada keberhasilan. Inti positif ini merupakan potensi dan aset organisasi. Dalam implementasinya, IA dimulai dengan menggali hal-hal positif, keberhasilan yang telah dicapai dan kekuatan yang dimiliki organisasi, sebelum organisasi menapak pada tahap selanjutnya dalam melakukan perencanaan perubahan.
Menurut Cooperrider & Whitney (2005), Inkuiri Apresiatif adalah suatu filosofi, landasan berpikir, yang berfokus pada upaya kolaboratif menemukan hal positif dalam diri seseorang, organisasi, dan dunia sekitarnya, baik dari masa lalu, masa kini, maupun masa depan. Merekapun mengatakan bahwa saat ini kita hidup pada zaman yang membutuhkan mata yang dapat melihat dan mengungkap hal yang baik dan benar. Mata yang mampu membukakan kemungkinan perbaikan dan memberikan apresiasi atas hal yang sudah berjalan baik. Bila sebuah organisasi lebih banyak membangun sisi positif yang dimilikinya, maka kekuatan sumber daya manusia dalam organisasi tersebut dipastikan akan meningkat dan kemudian organisasi akan berkembang secara berkelanjutan
SUYANTO noted on Pendekatan Berbasis Kekurangan/Masalah (Deficit-Based Approach) dan Pendekatan Berbasis Aset/Kekuatan (Asset-Based Approach)
Pendekatan berbasis aset (asset-based approach) adalah menekuni kekuatan berpikir positif untuk pengembangan diri. Pendekatan ini merupakan cara praktis menemukenali hal-hal yang positif dalam kehidupan. Dengan menggunakan kekuatan sebagai tumpuan berpikir, kita diajak untuk memusatkan perhatian pada apa yang berjalan dengan baik, yang menjadi inspirasi, yang menjadi kekuatan ataupun potensi yang positif.
Edit Remove Reply Like (0)
Tuesday, 26 September 2023, 9:56 AM
NI PUTU EVA WAHYUNIASIH respond:
Setuju pak dengan pendekatan berbasis aset maka pola pikir kita akan selalu optimis untuk berkolaborasi dan mengapresiasi apa yang sudah ada.
Reply Like (0)
Tuesday, 26 September 2023, 12:33 PM
PUTU AYU PRADNYA PUSPITA respond:
Setuju pak yanto melalui pendekatan berbasis aset maka kita akan lebih fokus pada kekuatan yang kita miliki sehingga hal ini akan menjadi potensi positif kedepannya
Reply Like (0)
Tuesday, 26 September 2023, 12:41 PM
NI PUTU NOVIA ANGGRENI respond:
Saya sependapat pak bahwa pendekatan berbasis kekurangan berfokus pada masalah sedangkan pendekatan berbasis aset berfokus pada kekuatan.
Reply Like (0)
Tuesday, 26 September 2023, 9:40 PM
HAIRIL ANAM respond:
Betul sekali Pak Suyanto, bahwa Pendekatan berbasis aset adalah pendekatan yang paling praktis menemukenali hal-hal yang positif dalam kehidupan
Reply Like (0)
Tuesday, 26 September 2023, 10:42 PM
Satuan pendidikan sebagai sebuah komunitas, mempunyai hak mengatur, melaksanakan, dan mengawasi kegiatan pendidikan agar efisiensi dan efektivitas penyelenggara pendidikan dapat tercapai seperti yang diisyaratkan dalam standar pengelolaan pendidikan. Untuk dapat menyelenggarakan pendidikan secara efektif dan efisien, tentu membutuhkan peran seluruh warga sekolah. apa yang dapat dikelola dari sekolah Bpk/Ibu melalui pendekatan komunitas berbasis aset agar efisien dan efektif?
Asset-Based Community Development (ABCD) yang selanjutnya akan kita sebut dengan Pengembangan Komunitas Berbasis Aset (PKBA) merupakan suatu kerangka kerja yang dikembangkan oleh John McKnight dan Jody Kretzmann, di mana keduanya adalah pendiri dari ABCD Institute di Northwestern University, Amerika Serikat ABCD dibangun dari kemampuan, pengalaman, pengetahuan, dan hasrat yang dimiliki oleh anggota komunitas, kekuatan perkumpulan lokal, dan dukungan positif dari lembaga lokal untuk menciptakan kehidupan komunitas yang berkelanjutan (Kretzman, 2010).
Pendekatan Pengembangan Komunitas Berbasis Aset (PKBA) muncul sebagai kritik terhadap pendekatan konvensional atau tradisional yang menekankan pada masalah, kebutuhan, dan kekurangan yang ada pada suatu komunitas. Pendekatan tradisional tersebut menempatkan komunitas sebagai penerima bantuan, dan dengan demikian dapat menyebabkan anggota komunitas menjadi merasa tidak berdaya, pasif, dan selalu bergantung dengan pihak lain.
Pendekatan PKBA menekankan pada nilai, prinsip dan cara berpikir mengenai dunia. Pendekatan ini memberikan nilai lebih pada kapasitas, kemampuan, pengetahuan, jaringan, dan potensi yang dimiliki oleh komunitas. Dengan demikian pendekatan ini melihat komunitas sebagai pencipta dari kesehatan dan kesejahteraan, bukan sebagai sekedar penerima bantuan. Pendekatan PKBA menekankan dan mendorong komunitas untuk dapat memberdayakan aset yang dimilikinya serta membangun keterkaitan dari aset-aset tersebut agar menjadi lebih berdaya guna. Kedua peran yang penting ini menurut Kretzman (2010) adalah jalan untuk menciptakan warga yang produktif.
Pendekatan PKBA menekankan kepada kemandirian dari suatu komunitas untuk dapat menyelesaikan tantangan yang dihadapinya dengan bermodalkan kekuatan dan potensi yang ada di dalam diri mereka sendiri, dengan demikian hasil yang diharapkan akan lebih berkelanjutan.
Pendekatan PKBA berfokus pada potensi aset/sumber daya yang dimiliki oleh sebuah komunitas, dimana selama ini komunitas sibuk pada strategi mencari pemecahan pada masalah yang sedang dihadapi. PKBA merupakan pendekatan yang digerakkan oleh seluruh pihak yang ada di dalam sebuah komunitas atau disebut sebagai community-driven development. Di dalam buku ‘Participant Manual of Mobilizing Assets for Community-driven Development’, Cunningham (2012) menuliskan bahwa Community-driven Development adalah proses dimana sekelompok orang (dalam suatu kegiatan, organisasi, atau lingkungan) yang dimotivasi oleh peluang yang ada akan melakukan suatu usaha hanya dengan menggunakan sumber daya mereka sendiri (minimal pada awalnya). Seorang pemimpin akan berperan sebagai fasilitator dalam menggerakkan dan memimpin komunitasnya.
SUYANTO noted on Pendekatan ABCD (Asset-Based Community Development)
Pendekatan Pengembangan Komunitas Berbasis Aset (PKBA) muncul sebagai kritik terhadap pendekatan konvensional atau tradisional yang menekankan pada masalah, kebutuhan, dan kekurangan yang ada pada suatu komunitas. Pendekatan tradisional tersebut menempatkan komunitas sebagai penerima bantuan, dan dengan demikian dapat menyebabkan anggota komunitas menjadi merasa tidak berdaya, pasif, dan selalu bergantung dengan pihak lain.
Edit Remove Reply Like (0)
Tuesday, 26 September 2023, 9:59 AM
NI PUTU NOVIA ANGGRENI respond:
Saya sependapat pak bahwa PKBA menekankan kepada kemandirian dari suatu komunitas untuk dapat menyelesaikan tantangan yang dihadapinya dengan bermodalkan kekuatan dan potensi yang ada.
Reply Like (0)
Tuesday, 26 September 2023, 9:43 PM
HAIRIL ANAM respond:
Pendekatan tradisional menempatkan komunitasnya lebih pasif dibandingkan dengan pendekatan PKBA yang dipandang lebih aktif dan dinamis
Reply Like (0)
Wednesday, 27 September 2023, 5:30 AM
Sekolah bisa kita pandang sebagai sebuah komunitas. Karena itu, sekolah dapat belajar tentang bagaimana menjadi komunitas yang sehat dan tangguh. Bank of I.D.E.A.S (2014) menyebut bahwa karakteristik komunitas yang sehat dan resilien adalah sebagai berikut:
Mempraktikkan dialog berkelanjutan dan partisipasi anggota masyarakat, yaitu perilaku yang menghargai keragaman dan mendorong dialog penduduk yang aktif, partisipasi dan kepemilikan masyarakat atas masa depan. Apabila kita aplikasikan ke sekolah bagaimana dialog berkelanjutan terjadi yang sekaligus mendorong perilaku yang menghargai keragaman antar warga sekolah demi masa depan murid-murid.
Menumbuhkan komitmen terhadap tempat, yaitu perilaku akan memperkuat koneksi warga baik komunitas, lingkungan, dan ekonomi lokal mereka. Apabila diaplikasikan ke sekolah, bagaimana memperkuat komitmen warga sekolah untuk saling bergotong royong demi kemajuan murid-murid.
Membangun koneksi dan kolaborasi, yaitu perilaku yang mendorong perencanaan dan tindakan kolaboratif, jaringan dan hubungan yang kuat antara penduduk, organisasi, bisnis, dan komunitas. Jika diaplikasikan ke sekolah, maka sekolah harus mendorong perencanaan dan tindakan dilakukan secara kolaboratif. Hubungan dan jejaring antara warga sekolah, masyarakat sekitar, organisasi yang ada, dan aset lainnya juga harus terjalin. Membangun dan membina hubungan antara warga sekolah, seperti hubungan guru-guru, guru – kepala sekolah, guru – murid – guru, guru – staf sekolah – guru, staf sekolah – murid – staf sekolah, ataupun kepala sekolah – murid – kepala sekolah menjadi sangat penting untuk membangun sekolah yang sehat dan inklusif.
Mengenal dirinya sendiri dan membangun aset yang ada, yaitu perilaku yang menemukan, memetakan, menghubungkan, dan memanfaatkan sumber daya seluruh komunitas yang ada. Sekolah harus dibangun dengan melihat pada kekuatan, potensi, dan tantangan. Kita harus bisa fokus pada pembangunan sumber daya yang tersedia, kapasitas yang kita miliki, serta kekuatan dan aspirasi yang sudah ada.
Membentuk masa depannya, yaitu perilaku yang memungkinkan visi komunitas bersama tentang masa depan, sebagaimana tercermin dalam tujuan praktis komunitas, rencana aksi, dan peringkat prioritas, ditambah dengan keinginan untuk tidak membahayakan kesejahteraan generasi mendatang. Sekolah menciptakan visi sebagai perwakilan dari cita-cita yang ingin diwujudkan pada murid-muridnya.
Bertindak dengan obsesi ide dan peluang, yaitu perilaku yang mendorong pencarian tanpa akhir untuk ide-ide baru dan tepat, kemungkinan pengembangan dan sumber daya internal dan eksternal. Dalam setiap unsur sekolah, pasti ada sesuatu yang berhasil. Dari pada menanyakan “Ada masalah apa?” dan “Bagaimana memperbaikinya?”, lebih baik bertanya “Apa yang telah berhasil dilakukan?” dan “Bagaimana mengupayakannya sehingga lebih baik lagi?”
Merangkul perubahan dan bertanggung jawab, yaitu perilaku yang memperkuat kemampuan masyarakat untuk mengatasi perubahan dan pulih dari krisis, pola pikir yang berfokus pada optimisme, harapan, dan yakin bahwa 'kita bisa melakukannya'. Titik awal perubahan pada sekolah selalu pada perubahan pola pikir (mindset) dan sikap yang positif.
Menghasilkan kepemimpinan, yaitu perilaku yang terus-menerus memperluas dan memperbaharui kapasitas kepemimpinan masyarakat. Faktor utama dalam perubahan yang berkelanjutan di sekolah adalah kepemimpinan lokal dan pengembangan dan pembaharuan kepemimpinan itu secara terus menerus.
SUYANTO noted on Karakteristik komunitas yang sehat dan resilien
Karakteristik komunitas yang sehat dan resilien adalah sebagai berikut: 1. Mempraktikkan dialog berkelanjutan dan partisipasi anggota masyarakat, 2. Menumbuhkan komitmen terhadap tempat, 3. Membangun koneksi dan kolaborasi, 4. Mengenal dirinya sendiri dan membangun aset yang ada, 5. Membentuk masa depannya, 6. Bertindak dengan obsesi ide dan peluang, 7. Merangkul perubahan dan bertanggung jawab, 8. Menghasilkan kepemimpinan
Edit Remove Reply Like (0)
Tuesday, 26 September 2023, 10:07 AM
NI MADE KERTIANI respond:
Sependapat dengan pak Yanto...bahwa ada 8 karakteristik komunitas yang sehat dan resilien.
Reply Like (0)
Tuesday, 26 September 2023, 11:52 AM
NI PUTU NOVIA ANGGRENI respond:
Saya sependapat dengan apa yang pak suyanto sampaikan, bahwa terdapat 8 karakteristik komunitas yang sehat dan resilien.
Reply Like (0)
Tuesday, 26 September 2023, 9:57 PM
Standar sarana dan prasarana merupakan kriteria minimal yang harus dipenuhi oleh sekolah berkaitan dengan tempat belajar, tempat berolahraga, tempat ibadah, laboratorium, perpustakaan, bengkel kerja, tempat bermain, dan lainnya. Apabila sekolah Bpk/Ibu hanya memiliki kriteria minimal dari standar sarana dan prasarana, apa yang dapat dilakukan oleh Ibu/Bapak untuk tetap menghasilkan kualitas pendidikan yang optimal?
Sebagai sebuah komunitas, sekolah dapat memanfaatkan sumber daya yang dimilikinya sama seperti komunitas pada umumnya. Pemanfaatan sumber daya yang dimiliki sekolah dapat memanfaatkan konsep yang digunakan pada pendekatan pengembangan komunitas berbasis aset.
Kita dapat meminjam kerangka dari Green dan Haines (2016), yang memetakan 7 aset utama, atau di dalam buku ini disebut sebagai modal utama. Tujuh modal utama ini merupakan salah satu alat yang dapat membantu menemukenali sumber daya yang menjadi aset sekolah. Dalam pemanfaatannya, ketujuh aset ini dapat saling beririsan satu sama lain. Misalnya modal budaya dapat beririsan dengan modal agama. Selengkapnya kita bisa pelajari berikut ini.
Modal Manusia
Sumber daya manusia yang berkualitas, investasi pada sumber daya manusia menjadi sangat penting yang berhubungan dengan kesehatan, pendidikan, kesejahteraan, dan harga diri seseorang.
Pemetaan modal atau aset individu merupakan kegiatan menginventaris pengetahuan, kecerdasan, dan keterampilan yang dimiliki setiap warganya dalam sebuah komunitas, atau dengan kata lain, inventarisasi perorangan dapat dikelompokkan berdasarkan sesuatu yang berhubungan dengan hati, tangan, dan kepala.
Pendekatan lain mengelompokkan aset atau modal ini dengan melihat kecakapan seseorang yang berhubungan dengan kemasyarakatan, contohnya kecakapan memimpin sekelompok orang, dan kecakapan seseorang berkomunikasi dengan berbagai kelompok. Kecakapan yang berhubungan dengan kewirausahaan, contohnya kecakapan dalam mengelola usaha, pemasaran, yang negosiasi. Kecakapan yang berhubungan dengan seni dan budaya, contohnya kerajinan tangan, menari, bermain teater, dan bermain musik.
Modal Sosial
Modal sosial dimaknasi sebagai norma dan aturan yang mengikat warga masyarakat yang ada di dalamnya dan mengatur pola perilaku warga, juga unsur kepercayaan (trust) dan jaringan (networking) antara unsur yang ada di dalam komunitas/masyarakat.
Ini juga dapat dimaknai sebagai investasi yang berdampak pada bagaimana manusia, kelompok, dan organisasi dalam komunitas hidup berdampingan, contohnya adanya kepemimpinan, kerjasama, saling percaya, dan rasa memiliki masa depan yang sama.
Contoh-contoh yang termasuk dalam modal sosial antara lain adalah asosiasi. Asosiasi adalah suatu kelompok yang ada di dalam komunitas masyarakat yang terdiri atas dua orang atau lebih yang bekerja bersama dengan suatu tujuan yang sama dan saling berbagi untuk suatu tujuan yang sama. Asosiasi terdiri atas kegiatan yang bersifat formal maupun nonformal. Beberapa contoh tipe asosiasi adalah berdasarkan keyakinan, kesamaan profesi, atau kesamaan hobi. Terdapat beberapa macam bentuk modal sosial, yaitu fisik (lembaga), misalnya asosiasi dan institusi. Institusi adalah suatu lembaga yang mempunyai struktur organisasi yang jelas dan biasanya sebagai salah satu faktor utama dalam proses pengembangan komunitas masyarakat.
Modal Politik
Modal politik tidak hanya dimaknai sebagai sebuah aktivitas demokratis dalam tataran politik praktis tapi merupakan kemampuan kelompok untuk memengaruhi distribusi sumber daya di dalam unit sosial.
Sebagai kendaraan dalam mencapai tujuan, modal politik berkaitan dengan kekuasaan dan kebijakan. Modal politik juga menjadi sebuah instrumen melalui sumber daya manusia yang dapat memengaruhi kebijakan untuk mencapai kepentingan. Selain itu, modal politik dapat bersifat struktural apabila merujuk pada atribut-atribut dalam sistem politik yang menajamkan partisipasi dalam pengambilan keputusan.
Modal politik sebagai sebagai salah satu aset sekolah dapat digunakan untuk melahirkan kebijakan-kebijakan yang berorientasi pada peningkatan kualitas pembelajaran. Misalkan seorang kepala sekolah dengan kewenangan yang dimilikinya, menggunakan kewenangannya untuk membuat kebijakan-kebijakan yang mengakomodir kepentingan warga sekolah dan peningkatan kualitas pembelajaran yang berpihak pada murid.
Modal agama dan budaya
Agama merupakan suatu sistem berperilaku yang mendasar, dan berfungsi untuk mengintegrasikan perilaku individu di dalam sebuah komunitas, baik perilaku lahiriah maupun simbolik. Agama menuntut terbentuknya moral sosial yang bukan hanya kepercayaan, tetapi juga perilaku atau amalan.
Kebudayaan merujuk pada hasil cipta dan karya manusia yang unik yang lahir dari serangkaian ide, gagasan, norma, perilaku, serta benda. Modal budaya dijelaskan dari tiga hal, yaitu keadaan yang melekat dan mewujud, seperti nilai dan tradisi yang dianut dan berkembang dalam masyarakat; keadaan konkret hasil cipta dan karya, seperti lukisan, buku, mesin, kerajinan tangan, dan semua benda yang dihasilkan oleh manusia sebagai bentuk kreativitas; dan sebuah bentuk yang dapat dipelajari melalui kualifikasi akademik, yaitu sekolah.
Identifikasi dan pemetaan modal budaya dan agama merupakan langkah yang sangat penting untuk melihat keberadaan kegiatan dan ritual kebudayaan dan keagamaan dalam suatu komunitas, termasuk kelembagaan dan tokoh-tokoh penting yang berperan langsung atau tidak langsung di dalamnya.
Sangat penting kita mengetahui sejauh mana keberadaan ritual keagamaan dan kebudayaan yang ada di masyarakat serta pola relasi yang tercipta di antaranya dan selanjutnya bisa dimanfaatkan sebagai peluang untuk menunjang pengembangan perencanaan dan kegiatan bersama.
Modal Fisik
Terdiri atas dua kelompok utama, yaitu:
Bangunan yang bisa digunakan untuk kelas atau lokasi melakukan proses pembelajaran, laboratorium, pertemuan, ataupun pelatihan.
Infrastruktur atau sarana prasarana, mulai dari saluran pembuangan, sistem air, mesin, jalan, jalur komunikasi, sarana pendukung pembelajaran, alat transportasi, dan lain-lain.
Modal lingkungan/alam
Bisa berupa potensi yang belum diolah dan mempunyai nilai ekonomi yang tinggi dalam upaya pelestarian alam dan juga kenyamanan hidup. Modal lingkungan terdiri dari bumi, udara yang bersih, laut, taman, danau, sungai, tumbuhan, hewan, dan sebagainya.
Tanah untuk berkebun, danau atau empang untuk berternak, semua hasil dari pohon seperti kayu, buah, bambu, atau material bangunan yang bisa digunakan kembali.
Modal finansial
Dukungan keuangan yang dimiliki oleh sebuah komunitas yang dapat digunakan untuk membiayai proses pembangunan dan kegiatan sebuah komunitas.
Modal finansial termasuk tabungan, hutan, investasi, pengurangan dan pendapatan pajak, hibah, gaji, serta sumber pendapatan internal dan eksternal.
Modal finansial juga termasuk pengetahuan tentang bagaimana menanam dan menjual sayur di pasar, bagaimana menghasilkan uang dan membuat produk-produk yang bisa dijual, bagaimana menjalankan usaha kecil, bagaimana memperbaiki cara penjualan menjadi lebih baik, dan juga bagaimana melakukan pembukuan.
SUYANTO noted on Aset –aset dalam sebuah komunitas
Pemanfaatan sumber daya yang dimiliki sekolah dapat memanfaatkan konsep yang digunakan pada pendekatan pengembangan komunitas berbasis aset. Tujuh modal utama merupakan salah satu alat yang dapat membantu menemukenali sumber daya yang menjadi aset sekolah, yakni : 1). Modal manusia, 2). Modal sosial, 3). Modal politik, 4). Modal agama dan budaya, 5). Modal fisik, 6). Modal lingkungan/alam, dan 7). Modal finansial.
Edit Remove Reply Like (0)
Tuesday, 26 September 2023, 10:12 AM
NI MADE KERTIANI respond:
Setuju pak Yanto....bahwa Tujuh modal utama ini merupakan salah satu alat yang dapat membantu menemukenali sumber daya yang menjadi aset sekolah.
Reply Like (0)
Tuesday, 26 September 2023, 11:59 AM
NI PUTU NOVIA ANGGRENI respond:
saya sependapat dengan yang pak sampaikan bahwa 7 aset utama sebagai modal utama yang saling beririsan dan merupakan salah satu alat yang dapat membantu menemukenali sumber daya yang menjadi aset sekolah
Reply Like (0)
Tuesday, 26 September 2023, 10:01 PM
HAIRIL ANAM respond:
Melalui pendekatan pengembangan berbasis aset sekolah lebih memahami pengembangan tujuh modal utama
Reply Like (0)
Thursday, 28 September 2023, 9:38 PM
Untuk memperoleh gambaran lebih jelas cara berpikir dengan menggunakan pendekatan berbasis aset dan berbasis defisit, mari kita menonton video dengan judul Suasana Rapat Guru. Video berikut menunjukkan suasana rapat antara kepala sekolah dan guru yang sedang memutuskan suatu hal.
Setelah menonton video, silakan menuliskan pengalaman Bapak dan Ibu CGP melalui pertanyan berikut ini:
Apakah suasana dari video yang baru saja kita saksikan?
Tuliskan jawaban pada kolom NOTES yang ada pada YOUR NOTES AND QUESTIONS
SUYANTO noted on Studi Kasus (1) - video yang menggali sumber daya beserta implementasinya
Suasana dalam tayangan video tersebut berisi Suasana Rapat Guru yang membahas Acara Persiapan Perpisahan siswa : a) Situasi 1 berisi : Deficit Based Thinking, yaitu Pendekatan berbasis kekurangan/masalah (Deficit-Based Thinking) akan memusatkan perhatian kita pada apa yang mengganggu, apa yang kurang, dan apa yang tidak bekerja. Segala sesuatunya akan dilihat dengan cara pandang negatif. Dimana dalam persiapan perpisahan tersebut yang dipandang menghambat seperti : kurang tersedianya dana, partisifasi orang tua yang kurang, waktu yang mepet, kurangnya sarana pendukung, kurangnya kesiapan panitia dan murid dalam mengisi acara. Dengan melihat kekurangan-kekurangan yang ada maka acara perpisahan tersebut tidak jadi diadakan. b) Situasi 2 : Suasana Rapat Guru dengan menekankan Pendekatan berbasis aset (Asset-Based Thinking) yaitu : cara praktis menemukan dan mengenali hal-hal yang positif dalam mengatasi sehingga Bapak/Ibu Guru dapat menemukan ide-ide poitif dan kegiatan Perpisahan siswa dapat dilaksanakan
Edit Remove Reply Like (0)
Tuesday, 26 September 2023, 10:24 AM
I GUSTI AGUNG AYU PRIYANTI ANTARI respond:
saya setuju dengan pendapat pak suyanto
Reply Like (0)
Tuesday, 26 September 2023, 10:28 AM
NI NYOMAN ARI SUYASTINI respond:
Setuju Pak Suyanto, terkait penjelasan tentang video tersebut.
Reply Like (0)
Tuesday, 26 September 2023, 10:48 AM
NI PUTU NOVIA ANGGRENI respond:
Setuju pak bahwa dalam video itu menjelaskan perbedaan penggunaan pola berfikir berbasis masalah dan berbasis aset.
Reply Like (0)
Tuesday, 26 September 2023, 10:04 PM
HAIRIL ANAM respond:
Terima kasih Pak Suyanto atas komentarnya, dari tayangan video tersebut Pak Yanto lebih memahami perbedan antara Deficit Based Thinking dengan asset based thinking
Reply Like (0)
Thursday, 28 September 2023, 9:51 PM
Simak kembali video berikut dan jawablah pertanyaan yang menyertainya
Suasana rapat yang bagaimana yang termasuk dalam contoh pendekatan berbasis kekurangan dan yang termasuk dalam pendekatan berbasis aset/kekuatan?
Tuliskan jawaban pada kolom NOTES yang ada pada YOUR NOTES AND QUESTIONS
SUYANTO noted on Studi kasus (2) - video yang menggali sumber daya beserta implementasinya
Suasana rapat yang termasuk dalam contoh pendekatan berbasis kekurangan yaitu yang menekankan masalah dan pesimis serta menyerah begitu saja tanpa adanya mencari solusi atau jalan keluarnya. dan yang termasuk dalam pendekatan berbasis aset/kekuatan yaitu suasana rapat yang optimis dan memanfaatkan sumber daya yang ada dimana peserta rapat menyalurkan ide-idenya yang positif dan dapat menyelesaikan masalah dengan baik.
Edit Remove Reply Like (0)
Tuesday, 26 September 2023, 10:28 AM
NI NYOMAN ARI SUYASTINI respond:
Sependapat dengan Pak Suyanto terkait suasana pada kedua kegiatan tersebut.
Reply Like (0)
Tuesday, 26 September 2023, 11:05 AM
NI PUTU EVA WAHYUNIASIH respond:
Setuju pak, dengan Asset based thinking maka suasana rapat mengarah menjadi optimis dan positif.
Reply Like (0)
Tuesday, 26 September 2023, 1:26 PM
NI PUTU NOVIA ANGGRENI respond:
setuju pak bahwa dalam kegiatan tersebut terbangun rasa pesimis karena melihat hambatan/kendala yang mungkin terjadi dalam pelaksanaan kegiatan. Setiap anggota tidak melihat potensi yang ada dan cenderung fokus pada masalah. Pada kegiatan rapat ke dua terjadi pendekatan berbasis aset.
Reply Like (0)
Tuesday, 26 September 2023, 10:07 PM
HAIRIL ANAM respond:
Betul sekali Pak Suyanto tampak dari suasana rapat 1 dengan rapat 2 yang sangat berbeda
Reply Like (0)
Thursday, 28 September 2023, 10:07 PM
Tuliskan pengalaman rapat yang pernah terjadi!
Selama kita berada di sekolah, pada saat rapat antar guru atau dengan kepala sekolah, biasanya apa yang dibahas? Apakah membahas apa yang menjadi kekurangan sekolah selama ini? Atau membahas soal kekuatan yang dimiliki oleh sekolah?
Tuliskan jawaban pada kolom NOTES yang ada pada YOUR NOTES AND QUESTIONS
SUYANTO noted on Pertanyaan: Pengalaman rapat
Berkaitan dengan rapat yang ada di sekolah sifatnya fleksibel atau biasanya mengikuti program yang telah ditetapkan dalam RKAS, selebihnya terkadang ada yang insidentil, baik itu membicarakan defisit atau aset. Ketika kita berada di sekolah, apabila kita mendiskusikan seorang peserta didik bersama sesama rekan guru lainnya atau Kepala Sekolah biasanya mendiskusikan tentang hal-hal yang berkesan dari peserta didik. Secara umum, yang dibicarakan adalah tentang kekuatan, potensi, dan bakat peserta didik. Terkadang membahas kenakalan maupun kekurangan, dari murid dan bagaimana cara mengatasinya. Jika yang dibahas adalah kekurangan atau kenakalan peserta didik, kadang juga diimbangi dengan menyampaikan potensi, bakat, dan kebaikan yang pernah dilakukan murid tersebut.
Edit Remove Reply Like (0)
Tuesday, 26 September 2023, 10:47 AM
NI NYOMAN ARI SUYASTINI respond:
Pembahasan yang Pak Yanto sampaikan hampir sama dengan apa yang dilakukan di sekolah saya.
Reply Like (0)
Tuesday, 26 September 2023, 11:18 AM
I GUSTI AGUNG AYU PRIYANTI ANTARI respond:
Luar biasa sekali pak, berarti di sekolah bapak telah menerapkan pendekatan berbasis aset.
Reply Like (0)
Tuesday, 26 September 2023, 11:46 AM
NI PUTU NOVIA ANGGRENI respond:
Setuju pak.... bahwa pembahasan yang mengarahkan anggota rapat untuk berfikir berbasis aset maka akan memunculkan ide atau gagasan baru.
Reply Like (0)
Tuesday, 26 September 2023, 10:13 PM
HAIRIL ANAM respond:
Mungkin di sekolah inklusi lebih cenderung membahas topik masalah yang terjadi di dalam dunia siswa. menemu kenali potensi maupun kekurangan yang ada pada siswa inklusi. dengan ini secara tidak langsung sudah memanfaatkan pendekatan berbasis masalah maupun berbasis aset
Reply Like (0)
Thursday, 28 September 2023, 10:21 PM
Tuliskan pengalaman mendiskusikan murid yang pernah terjadi!
Apabila kita mendiskusikan seorang murid bersama sesama rekan guru, biasanya apakah yang kita bahas? Kekurangan atau kenakalan dari murid kita atau kebaikan atau kekuatan yang dimiliki murid kita?
Tuliskan jawaban pada kolom NOTES yang ada pada YOUR NOTES AND QUESTIONS
SUYANTO noted on Pertanyaan: Mendiskusikan murid
Ketika saya berbincang-bincang dengan rekan sejawat, saya selalu mendapatkan masukan bahwa banyak murid yang kurang bahkan nakal namun saya sendiri memberikan masukan itu sesuatu yang wajar karena setiap anak didik perlu masukan dan bimbingan dari kita, dengan kekurangannya kita harus memberikan masukan atau arahan dan dengan kelebihannya kita harus bisa mengapresiasi.
Edit Remove Reply Like (0)
Tuesday, 26 September 2023, 10:49 AM
NI NYOMAN ARI SUYASTINI respond:
Setuju Pak Suyanto, dengan kekurangannya kita harus memberikan masukan atau arahan dan dengan kelebihannya kita harus bisa mengapresiasi.
Reply Like (0)
Tuesday, 26 September 2023, 11:25 AM
NI PUTU NOVIA ANGGRENI respond:
saya sependapat dengan yang pak sampaikan bahwa ketika kita mendiskusikan seorang murid bersama sesama rekan guru, biasanya yang kita bahas tergantung dari siapa murid yang dibicarakan.
Reply Like (0)
Tuesday, 26 September 2023, 10:16 PM
HAIRIL ANAM respond:
Luar biasa Pak Suyanto tugas guru utamanya adalah mendidik agar anak berkarakter mulia
Reply Like (0)
Thursday, 28 September 2023, 10:30 PM
Durasi: 2 JP
Moda: Forum Diskusi Asinkronous
Tujuan Pembelajaran Khusus:
CGP dapat memahami potensi sumber daya yang dimiliki lingkungan sekolahnya.
CGP mengomunikasikan ide, pikiran dan gagasannya dalam forum diskusi asinkronus bersama para CGP lainnya.
Setelah kita membaca penjelasan tentang pendekatan Pengembangan Komunitas Berbasis Aset, ayo kita lihat ulang jawaban dari pertanyaan pemantik sebelumnya. Selanjutnya mari kita jawab pertanyaan yang disajikan.
Klik tombol Answer the question untuk menjawab pertanyaan.
You have already filled out this questionnaire for us. Thank you.
Respondent: SUYANTO Submitted on: Tuesday, 26 September 2023, 10:58 AM
Question #1
Response is required
Apakah kita bisa menggunakan Pendekatan Pengembangan Komunitas Berbasis Aset untuk mengelola sumber daya sekolah kita? Bisakah kita mengganti kata komunitas menjadi sekolah, Pendekatan Pengembangan Sekolah Berbasis Aset? Mengapa?
Kita sangat bisa menggunakan penedekatan pengembangan komunitas berbasis aset untuk mengelola sumber daya sekolah. Kita sangat bisa mengganti kata komunitas menjadi sekolah karena sekolah juga merupakan komunitas, karena lingkungan sekolah sebetulnya adalah miniatur sebuah tatanan masyarakat di suatu daerah. Dengena pebdekatan pengembangan sekolah berbasis aset maka kita lebih menggunakan kekuatan kita sebagai aset untuk mengatasi solusi yang dihadapi, bukan membicarakan kelemahan, kekurangan yang membuat kita pesimis dan kurang kreatif.
Question #2
Response is required
Apa contoh pengelolaan sumber daya sekolah kita dengan pendekatan PKBA?
Pendekatan Pengembangan Komunitas Berbasis Aset menekankan kepada kemandirian dari suatu komunitas untuk dapat menyelesaikan tantangan yang dihadapinya dengan bermodalkan kekuatan dan potensi yang ada di dalam diri mereka sendiri, dengan demikian hasil yang diharapkan akan lebih berkelanjutan. Misal pada sekolah, kita harus dapat mendata kekuatan yang dimiliki oleh sekolah kita, dari sumber daya manusia yaitu Guru dan TU. Kalau kita ingin membangun sekolah dengan maju maka kita harus mendata potensi- potensi yang dimiliki oleh semua Guru, semua murid, dan tentunya kita bisa memanfaatkan kelebihan atau muatan lokal untuk mendukung kemajuan sekolah. Dan aset yang lainnya yang paling berharga adalah keharmonisan dalam hubungan antara kepala sekola dengan Guru dengan TU dengan murid, sehingga dapt kompak bersatu membangun sekolah.
Question #3
Response is required
Bagaimanakah selama ini kita mengelola sumber daya? Apakah sudah menggunakan pendekatan PKBA?
selama ini yang saya lihat, di sekolah saya masih sering membicarakan kekurangan, kelemahan, berfokus pada penyelesaian masalah jadi lupa kalau sebenarnya kita mempunyai kekuatan yang merupakan aset untuk kita bisa bangun. Pendekatan Pengembangan Komunitas Berbasis Aset berfokus pada potensi aset/sumber daya yang dimiliki oleh sebuah komunitas. Selama ini komunitas sibuk pada strategi mencari pemecahan pada masalah yang sedang dihadapi. Dalam menghadapi masalah pun di sekolah lebih mengacu terhadap masalah utama tidak membayangkan bagaiman masa depan nantinya. Ketika mengahadapi suatu problematika pertanyaan yang muncul biasanya "ada masalah apa? Pertanyaan yang mengarah terhadap pencarian kekurangan dan kesalahan. Pertanyaan selanjutnya yang muncul adalah "terus bagaimana cara menyelesaikannya?". Pertanyaan yang menciptakan kondisi pasif dan hanya menerima tanpa berusaha terlebih dahulu mengerahkan segala kekuatan untuk menyelesaikannya dan memaksimalkan segala potensi yang dimiliki, yang menjadikan lingkungan aktif responsive. Sehingga harus ada usaha mengubah paradigma yang berkembang di lingkungan tatkala menghadapi problematika dengan mengubah pertanyaan awal. Pertanyaan yang dapat membangkitkan kekuatan, melejitkan potensi dan memunculkan kreativitas seperti "apa yang telah berhasil dilakukan?" dan "bagaimana mengupayakan lebih banyak hasil lagi?"
Bahkan kita pun sering disibukkan dengan mencari bala bantuan dan pendukung ketika kita dihadapkan dengan suatu kondisi yang tidak enak atau terpojok. Sangat jarang berusaha untuk mencoba menggali potensi dan kekuatan sendiri yang dimiliki untuk menghadapi kondisi yang tidak nyaman. Berusaha mandiri untuk memaksimalkan kekuatan yang dimiliki untuk merubah keterpojokan dan ketidaknyaman menjadi situasi yang aman, damai, nyaman dan kondusif. Jadi selama ini yang kita lakukan belum mengarah terhadap melakukan sebuah upaya dengan menggunakan Pendekatan Pengembangan Komunitas Berbasis Aset.
Question #4
Response is required
Jika belum, bagaimana caranya kita mengelola dengan pendekatan pengembangan sekolah berbasis aset?
Sebagai pembelajar sepanjang hayat dan pemimpin pembelajaran seyogyanya pendidik harus belajar dan berupaya untuk menggunakan pendekatan sekolah berbasis asset. Begitu pun seluruh elemen yang terdapat di sekolah harus melakukan Pendekatan Pengembangan Sekolah Berbasis Aset untuk mengelola sumber daya yang dimiliki dengan cara :
Fokus pada aset dan kekuatan
Membayangkan masa depan
Berpikir tentang kesuksesan yang telah diraih dan kekuatan untuk mencapai kesuksesan tersebut.
Mengorganisasikan kompetensi dan sumber daya (aset dan kekuatan
Merancang sebuah rencana berdasarkan visi dan kekuatan
Melaksanakan rencana aksi yang sudah diprogramkan
Keenam cara tersebut merupakan pendekatan yang dilakukan Sekolah dengan Berbasis Aset untuk mengelola sumber daya yang tersedia di sekolah.
Ketujuh cara tersebut merupakan pendekatan yang dilakukan Sekolah dengan Berbasis Aset untuk mengelola sumber daya yang tersedia di sekolah.
Silakan klik tombol Submit questionnaire untuk mengirimkan jawaban.
Namun jika belum selesai menjawab semua pertanyaan atau masih ragu dengan jawabannya, Bapak/Ibu dapat meng-klik tombol Save untuk menyimpan jawaban sementara.
Done: Make forum posts: 1
Durasi: 2 JP
Moda: Forum Diskusi Asinkronous
Tujuan Pembelajaran Khusus:
CGP dapat memahami potensi sumber daya yang dimiliki lingkungan sekolahnya.
CGP mengomunikasikan ide, pikiran dan gagasannya dalam forum diskusi asinkronus bersama para CGP lainnya.
Kegiatan selanjutnya, Bapak/Ibu diminta untuk mengerjakan studi kasus di bawah ini. Hubungkan dengan materi pendekatan berbasis masalah dan pendekatan berbasis aset, serta Pengembangan Komunitas Berbasis Aset.
Studi kasus di bawah ini merupakan kejadian yang diambil dari pengalaman guru yang sebenarnya, namun kami mengganti nama guru, sekolah, atau daerah mana kasus ini terjadi.
Studi Kasus 1
Ibu Lilin adalah salah satu guru di SMP favorit yang selalu diincar oleh para orang tua. Sekolah tersebut juga selalu menduduki peringkat I rerata perolehan nilai UN. Murid-murid begitu kompetitif memperoleh nilai ulangan dan prestasi lainnya, dan dalam keseharian proses belajar mengajar, murid terlihat sangat patuh dan tertib. Bahkan, ada yang bergurau bahwa murid di sekolah favorit tersebut tetap antusias belajar meskipun jam kosong.
Keadaan berubah semenjak regulasi PPDB Zonasi digulirkan. Ibu Lilin mulai sering marah-marah di kelas karena karakter dan tingkat kepandaian murid-muridnya yang heterogen. Sering terdengar, meja guru digebrak oleh Ibu Lilin karena kondisi kelas yang susah dikendalikan. Apalagi, jika murid-murid tidak kunjung paham terhadap materi pelajaran yang Ibu Lilin jelaskan. Seringkali, begitu keluar dari kelas, raut muka Ibu Lilin merah padam dan kelelahan. Suatu hari, ada laporan berupa foto dari layar telepon genggam yang menunjukkan tulisan tentang Ibu Lilin menjadi bulan-bulanan murid-murid di grup WhatsApp.
Beberapa murid dipanggil oleh Guru BK. Ibu Lilin juga berada di ruang konseling saat itu, beliau marah besar dan tidak terima penghinaan yang dilontarkan lewat pesan WA murid-muridnya. Bahkan, beliau memboikot, tidak akan mengajar jika murid-murid yang terlibat pembicaraan tersebut tidak dikeluarkan dari sekolah. Kasus tersebut terdengar pula oleh guru-guru sekolah non favorit. “Saya mah sudah biasa menghadapi murid nakal dan bebal.” Kata Bu Siti, yang mengajar di sekolah non favorit.
Pertanyaan
Bagaimana Anda melihat kasus Ibu Lilin ini?
Hubungkan dengan segala aspek yang bisa didiskusikan dari materi modul ini, apa yang akan Anda lakukan apabila Anda sebagai Kepala Sekolah.
Studi Kasus 2
Pak Pupur, guru yang dicintai para muridnya. Cara mengajarnya hebat, ramah, dan menyayangi murid layaknya anak sendiri. Suatu ketika, Dinas Pendidikan daerah membuka lowongan pengawas sekolah. Kepala Sekolah merekomendasi Pak Pupur untuk mendaftar seleksi calon pengawas sekolah. Kepala sekolah memilih Pak Pupur untuk mengikuti seleksi karena selain berkualitas, dewan gurupun begitu antusias mendukung Pak Pupur mengikuti seleksi calon pengawas sekolah.
Secara portofolio, penghargaan kejuaraan perlombaan guru, karya alat peraga berbahan limbah yang Pak Pupur ikuti selalu bisa sampai mendapatkan penghargaan lomba tingkat nasional. Kecerdasannya pun juga luar biasa di mana nilai Uji Kompetensi Gurunya (UKG) bisa mencapai nilai 90, Namun, Pak Pupur justru merasa sedih direkomendasikan kepala sekolahnya mengikuti seleksi calon pengawas sekolah.
Pertanyaan
Bagaimana pendapat Anda mengenai sikap Pupur?
Apabila Anda sebagai Kepala Sekolah, apa yang bisa Anda lakukan?
Silakan membaca kedua studi kasus tersebut, lalu jawab tiap pertanyaan dari studi kasus tersebut. Cara menjawab tiap studi kasus, diawali dengan ‘Jawaban Studi kasus (no):’.
Contoh Jawaban:
Jawaban Studi Kasus 1: Saya melihat kasus Ibu Lilin…
Jawaban Studi Kasus 2: Menurut Saya, Pak Pupur seharusnya dapat…
Petunjuk penggunaan forum diskusi:
Klik add new discussion topic/Tambah topik diskusi baru untuk menjawab.
Klik Reply pada topik diskusi yang diberikan peserta lain untuk memberikan komentar.
This forum allows each person to start one discussion topic.
Status
Subscribe
Actions
Eksplorasi Konsep - Forum Diskusi
6
Unsubscribe from this discussion
Eksplorasi Konsep - Forum Diskusi
7
Unsubscribe from this discussion
Eksplorasi Konsep-Forum Diskusi
3
Subscribe to this discussion
3
Subscribe to this discussion
3.2.a.4.2. Eksplorasi Konsep - Forum Diskusi
4
Subscribe to this discussion
Eksplorasi Konsep-Forum Diskusi
5
Unsubscribe from this discussion
Eksplorasi Konsep - Forum Diskusi
5
Unsubscribe from this discussion
Eksplorasi Konsep - Forum Diskusi
5
Unsubscribe from this discussion
Eksplorasi Konsep - Forum Diskusi
I GUSTI AGUNG AYU PRIYANTI ANTARI
4
by SUYANTO - Tuesday, 26 September 2023, 11:07 AM
Number of replies: 5
Jawaban Studi Kasus 1: Saya melihat kasus Ibu Lilin merupakan pendekatan berbasis masalah, karena Bu Lilin terlalu berkonsentrasi dengan masalah yang dihadapi, mencoba mencari solusi dengan caranya sendiri, jadi hanya melihat kekurangan- kekurangan yang dimiliki oleh para murid, sehingga bu lilin sendiri yang merasa kewalahan dan pastinya dengan emosi dan amarah yang berlebih dalam menghadapi permasalahan dengan murid- muridnya. Seandainya saya menjadi Kepala Sekolah saya akan mengajak ngobrol bu Lilin, menanyakan keluhan bu Lilin dalam mengajar dan menanyakan kekuatan- kekuatan yang dimiliki oleh Bu Lilin, dan juga kemungkinan kekuatan yang dimiliki oleh para murid yang spesial tersebut, Dengan begitu akan bertemu suatu keepakatan bersama, dan mudah-mudahan kekuatan yang dimiliki oleh Bu lilin dan murid- murid nya.
Jawaban Studi Kasus 2: Menurut Saya, Pak Pupur seharusnya dapat menjadi pengawas sekolah karena secara portofolio adalah guru berprestasi mendapatkan penghargaan kejuaraan perlombaan guru, memliki karya alat peraga berbahan limbah dan nilai Uji Kompetensi Gurunya (UKG) bisa mencapai nilai 9
Bagaimana pendapat Anda mengenai sikap Pupur?
Pendapat saya mengenai sikap pak Pupur, saya memaklumi apa yang membuat pak Pupur sedih, karena saya pun akan merasa hal yang sama dengan pak Pupur. Saya adalah seorang Guru yang sangat mencintai profesi saya sebagai Guru, maka pada saat saya di promosikan untuk menjadi pengawas sekolah saya akan sedih, karena pengawas berarti tidak bisa lagi mengajar murid-murid. Begitu kiranya yang saya tangkap dari kasus pak Pupur.
Apabila Anda sebagai Kepala Sekolah, apa yang bisa Anda lakukan?
Senadainya saya Kepala sekolah saya akan mengajak mengobrol pak Pupur menanyakan baik- baik mengapa bersedih jika di promosikan sebagai calon Pengawas Sekolah? Saya akan memberikan saran kepada pak Pupur untuk memahami bahwa pak Pupur mempunyai aset kekuatan yang sangat bagus sebagai Guru, tetapi akan lebih baik lagi jika aset yang pak Pupur miliki di sebarluaskan atau di tularkan kepada banyak Guru, salah satu cara untuk berbagi adalah menjadi Pengawas sekolah. Karena salah satu tugas pengawas sekolah adalah mengarahkan Guru untuk menjadi Guru yang baik dalam Kegiatan Belajar Mengajar. Jadi Pak Pupur dapat menjadi salah satu aset ppenting dalam kemajuan komunitas sekolah.
339 words
by STEVEN BERNARDUS DE RUYTER - Tuesday, 26 September 2023, 11:36 AM
Apa yang dijelaskan pak yanto sudah sangat jelas dan mudah dipahami. Terkait rekomendasi yang disampaikan sungguh sangat menginspirasi.
18 words
by NI NYOMAN ARI SUYASTINI - Tuesday, 26 September 2023, 11:42 AM
Luar biasa apa yang telah Pak Yanto jelaskan terkait analisis 2 kasus yang ada.
14 words
by NI PUTU NOVIA ANGGRENI - Tuesday, 26 September 2023, 10:23 PM
saya sependapat dengan yang pak suyanto sampaikan dan yang ibu sampaikan sungguh luar biasa terkait pemaparan tentang kasus 1 dan 2 yang sudah sangat jelas dengan teknik coaching seorang kepala sekolah akan mampu membantu guru menemukan potensi dalam dirinya yang akan menjadi aset untuk pengembangan berikutnya.
46 words
by NI PUTU EVA WAHYUNIASIH - Wednesday, 27 September 2023, 8:26 AM
Saya sependapat dengan apa yang bapak sampaikan, sebagai guru memang seharusnya kita melihat diri lebih kepada asset based thinking sehingga dapat menemukenali aset yang ada di dalam diri dan pada murid untuk selanjutnya dijadikan kekuatan menuju kemajuan yang berkesinambungan.
39 words
by HAIRIL ANAM - Tuesday, 3 October 2023, 6:48 PM
Terima kasih analisisnya Pak Suyanto, baik kasus 1 dan kasus 2 mampu menemukenali kasus perkasus dengan pendekatan berbasis masalah. Pada kasus 1 dan 2 Pak Suyanto lebih melakukan pendekatan secara komunikatif kepada kedua guru tersebut dengan mengajak diskusi serta mampu memaksimalkan kembali potensi-potensi modal manusia baik kepada Ibu Lilin maupun kepada Pak Pupur. Salah satunya dengan menggunakan metode coaching dalam memberdayakan kedua guru tersebut. Dengan metode ini potensi-potensi yang ada akan kembali tampak dan semakin bergairah.
76 words