2.3.a.4. Eksplorasi Konsep - Modul 2.3
Bapak/Ibu calon guru penggerak,
Saat ini kita berada pada tahap eksplorasi konsep bagian pertama. Pada tahap ini kita akan bereksplorasi secara mandiri untuk memahami konsep coaching secara umum dan konsep coaching dalam dunia pendidikan. Mengapa calon guru penggerak memerlukan pemahaman mengenai coaching akan dijelaskan pada bagian ini. Definisi coaching dan perbedaannya dengan metode pengembangan diri lainnya juga akan didiskusikan. Terakhir, konsep coaching dalam dunia pendidikan juga akan dibahas.
Bapak/Ibu calon guru penggerak,
Selain menyiapkan diri kita sebagai pemimpin pembelajaran, program Pendidikan Guru Penggerak juga menyiapkan kita untuk menjadi seorang kepala sekolah. Sebagai kepala sekolah, tentunya tidak akan terlepas dengan tugas supervisi akademik. Supervisi akademik ini dilakukan untuk memastikan pembelajaran yang berpihak pada murid sebagaimana tertuang dalam standar proses pada Standar Nasional Pendidikan Pasal 12 yaitu:
Pelaksanaan pembelajaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (2) huruf b diselenggarakan dalam suasana belajar yang:
interaktif;
inspiratif;
menyenangkan;
menantang;
memotivasi Peserta Didik untuk berpartisipasi aktif; dan
memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik, serta psikologis Peserta Didik.
Oleh karena itu, penting kiranya bagi kita memastikan bahwa supervisi akademik yang kita jalankan benar-benar berfokus pada proses pembelajaran sebagaimana yang tertuang dalam standar proses tersebut.
Selain bertujuan untuk memastikan pembelajaran yang berpihak pada murid, supervisi akademik juga bertujuan untuk pengembangan kompetensi diri dalam setiap pendidik di sekolah sebagaimana tertuang dalam standar tenaga kependidikan pada Standar Nasional Pendidikan pasal 20 ayat 2:
Kriteria minimal kompetensi pendidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional.
Rangkaian supervisi akademik ini digunakan kepala sekolah untuk mendorong ruang perbaikan dan pengembangan diri guru di sekolahnya.
Pertanyaan yang kemudian muncul adalah, kepala sekolah seperti apakah yang dapat mendorong kita sebagai warga sekolah untuk selalu mengembangkan kompetensi diri dan senantiasa memiliki growth mindset, serta keberpihakan pada murid? Jawabannya adalah pemimpin sekolah yang dapat mengidentifikasi kebutuhan pengembangan kompetensi diri dan orang lain dengan menggunakan pendekatan yang sesuai dengan kebutuhan tersebut.
Dalam hal ini, pendekatan yang digunakan adalah pendekatan yang diawali dengan paradigma berpikir yang memberdayakan. Pendekatan dengan paradigma berpikir yang memberdayakan mutlak diperlukan agar pengembangan diri dapat berjalan secara berkelanjutan dan terarah. Salah satu pendekatan yang memberdayakan adalah coaching sebagaimana Whitmore (2003) ungkapkan bahwa coaching adalah kunci pembuka potensi seseorang untuk memaksimalkan kinerjanya.
Sejalan dengan hal ini, dengan adanya program Pendidikan Guru Penggerak ini, kita diharapkan menjadi supervisor atau kepala sekolah yang memiliki paradigma berpikir dan keterampilan coaching dalam rangka pengembangan diri dan rekan sejawat. Untuk lebih jelasnya, mari simak penjelasan mengenai konsep coaching secara umum dan konsep coaching dalam konteks sekolah pada dan kaitannya dengan peran kita sebagai kepala sekolah atau supervisor.
Coaching didefinisikan sebagai sebuah proses kolaborasi yang berfokus pada solusi, berorientasi pada hasil dan sistematis, dimana coach memfasilitasi peningkatan atas performa kerja, pengalaman hidup, pembelajaran diri, dan pertumbuhan pribadi dari coachee (Grant, 1999). Sedangkan Whitmore (2003) mendefinisikan coaching sebagai kunci pembuka potensi seseorang untuk untuk memaksimalkan kinerjanya. Coaching lebih kepada membantu seseorang untuk belajar daripada mengajarinya. Sejalan dengan pendapat para ahli tersebut, International Coach Federation (ICF) mendefinisikan coaching sebagai“…bentuk kemitraan bersama klien (coachee) untuk memaksimalkan potensi pribadi dan profesional yang dimilikinya melalui proses yang menstimulasi dan mengeksplorasi pemikiran dan proses kreatif.”
Video berikut ini memberi pengetahuan tentang apa itu coaching, silakan disimak dengan seksama.
Dari beberapa definisi yang telah disebutkan, kita melihat ada elemen-elemen penting yang menjadikan sebuah proses itu disebut sebagai coaching. Untuk itu, jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut ini:
Tuliskan elemen-elemen penting dari coaching yang dapat diambil dari beberapa definisi coaching yang telah disajikan!
Sebagai guru, pernahkah Anda menerapkan prinsip-prinsip coaching tersebut di sekolah Anda baik kepada murid maupun rekan sejawat Anda? Jika jawaban anda "ya", berilah contoh dan penjelasannya!
Silahkan tuangkan jawaban Anda pada kolom NOTES yang ada dibagian YOUR NOTES AND QUESTIONS!
*) Anda juga disilahkan untuk memberikan komentar terhadap jawaban yang dikirimkan oleh CGP lain, dengan meng-klik tombol Reply pada jawabannya.
NOTES
SUYANTO noted on 2.1.1 Konsep Coaching secara Umum
1. Elemen-elemen penting dari coaching : - coaching yakni menghantarkan seseorang dari satu tempat ke tempat tujuan - coaching sebagai bentuk kemitraan antara coach dengan kliennya yang dijalankan melalui proses kreatif. seorang coach mendengarkan secara aktif, mengajukan berbobot, memancing ide - ide dan juga memfasilitasi pertumbuhan dari si cooche tersebut. - proses choching bukan memberi tahu kemudian memikirkan solusinya terlebih dagulu sebelum mendengarkan. - coaching sarana pemberdayaan potensi, tujuannya adalah mengantarkan si cooche dari kondisi yang dialami sekarang ke kondisi yang baru 2. Ya, dalam kegiatan belajar olahraga proses choching dilaksanakan setiap saat, baru baru ini mendampingi murid untuk lomba tenis meja dan sekarang berangkat ke O2SN Nasional. Awal mula murid kurang berani untuk melakukan, amun setelah dilaksanakan proses choaching murid tampil berani.
Edit Remove Reply Like (0)
Tuesday, 22 August 2023, 12:12 PM
I GUSTI AGUNG AYU PRIYANTI ANTARI respond:
Pengalaman coaching yang menarik sekali pak. Tetap semangat mengembangkan potensi murid.
Reply Like (0)
Tuesday, 22 August 2023, 9:28 PM
HAIRIL ANAM respond:
Pak Suyanto sudah mampu mengantarkan dari murid-muridnya untuk tampil lebih berani dan percaya diri
Reply Like (0)
Wednesday, 23 August 2023, 11:41 AM
NI PUTU NOVIA ANGGRENI respond:
Saya sependapat dengan apa yang Pak paparkan., luar biasa dan tetap semangat pak
Reply Like (0)
Thursday, 24 August 2023, 12:06 PM
Selain coaching, ada beberapa metode pengembangan diri yang lain yang bisa jadi sudah kita praktikan selama ini di sekolah yaitu mentoring, konseling, fasilitasi dan training. Agar lebih memahami konsep coaching secara lebih mendalam, ada baiknya kita juga menyelami perbedaan peran coaching dengan metode-metode pengembangan diri tersebut. Untuk mengetahui perbedaan peran tersebut, mari kita simak terlebih dahulu definisi dari masing-masing metode pengembangan diri tersebut:
1. Definisi mentoring
Stone (2002) mendefinisikan mentoring sebagai suatu proses dimana seorang teman, guru, pelindung, atau pembimbing yang bijak dan penolong menggunakan pengalamannya untuk membantu seseorang dalam mengatasi kesulitan dan mencegah bahaya. Sedangkan Zachary (2002) menjelaskan bahwa mentoring memindahkan pengetahuan tentang banyak hal, memfasilitasi perkembangan, mendorong pilihan yang bijak dan membantu mentee untuk membuat perubahan.
2. Definisi konseling
Gibson dan Mitchell (2003) menyatakan bahwa konseling adalah hubungan bantuan antara konselor dan klien yang difokuskan pada pertumbuhan pribadi dan penyesuaian diri serta pemecahan masalah dan pengambilan keputusan. Sementara itu, Rogers (1942) dalam Hendrarno, dkk (2003:24), menyatakan bahwa konseling merupakan rangkaian-rangkaian kontak atau hubungan secara langsung dengan individu yang tujuannya memberikan bantuan dalam merubah sikap dan tingkah lakunya.
3. Definisi Fasilitasi
Shwarz (1994) mendefinisikan fasilitasi sebagai sebuah proses dimana seseorang yang dapat diterima oleh seluruh anggota kelompok, secara substantif berdiri netral, dan tidak punya otoritas mengambil kebijakan, melakukan intervensi untuk membantu kelompok memperbaiki cara-cara mengidentifikasi dan menyelesaikan berbagai masalah, serta membuat keputusan, agar bisa meningkatkan efektivitas kelompok itu.
4. Definisi Training
Training menurut Noe, Hollenbeck, Gerhart & Wright (2003) merupakan suatu usaha yang terencana untuk memfasilitasi pembelajaran tentang pekerjaan yang berkaitan dengan pengetahuan, keahlian dan perilaku oleh para pegawai.
Dari beberapa definisi yang telah disebutkan, untuk menyelami perbedaan peran coaching dengan metode-metode pengembangan diri tersebut, jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut ini:
Setelah membaca definisi-definisi mengenai mentoring, konseling, fasilitasi dan training, tuliskan yang Anda ketahui mengenai mentoring, coaching, konseling, training dan fasilitasi.
Dalam berinteraksi di sekolah, ceritakan pengalaman Anda ketika berperan sebagai coach, mentor, konselor, fasilitator, dan trainer.
Silahkan tuangkan jawaban Anda pada kolom NOTES yang ada dibagian YOUR NOTES AND QUESTIONS!
*) Anda juga disilahkan untuk memberikan komentar terhadap jawaban yang dikirimkan oleh CGP lain, dengan meng-klik tombol Reply pada jawabannya.
NOTES
SUYANTO noted on Metode Pengembangan Diri
1. mentoring merupakan memindahkan pengetahuan tentang banyak hal, memfasilitasi perkembangan, mendorong pilihan yang bijak dan membantu mentee untuk membuat perubahan. konseling merupakan rangkaian-rangkaian kontak atau hubungan secara langsung dengan individu yang tujuannya memberikan bantuan dalam merubah sikap dan tingkah lakunya. fasilitasi sebagai sebuah proses dimana seseorang yang dapat diterima oleh seluruh anggota kelompok, secara substantif berdiri netral, dan tidak punya otoritas mengambil kebijakan, melakukan intervensi untuk membantu kelompok memperbaiki cara-cara mengidentifikasi dan menyelesaikan berbagai masalah, serta membuat keputusan, agar bisa meningkatkan efektivitas kelompok itu. Training merupakan suatu usaha yang terencana untuk memfasilitasi pembelajaran tentang pekerjaan yang berkaitan dengan pengetahuan, keahlian dan perilaku oleh para pegawai. 2. Sebagai coach, memberikan pelatihan khusus dan motivasi murid untuk siap bertanding dalam perlombaan
Edit Remove Reply Like (0)
Tuesday, 22 August 2023, 12:26 PM
I GUSTI AGUNG AYU PRIYANTI ANTARI respond:
Saya setuju dengan pak Suyanto. Pendapat bapak tentang berbagai metode pengembangan diri sangat luar biasa.
Reply Like (0)
Tuesday, 22 August 2023, 9:44 PM
NI MADE KERTIANI respond:
Sependapat dengan pak suyanto... bahwa melalui metode-metode pengembangan diri ini sangat penting dalam memahami diri dan orang lain
Reply Like (0)
Wednesday, 23 August 2023, 7:06 PM
HAIRIL ANAM respond:
Melalui pengalaman Pak Suyanto yang pernah menjadi cooaching dan berhasil mencapai tujuan dari si cooache, maka menjadi kebanggan tersendiri bagi si cooach terhadap pencapaian prestasinya
Reply Like (0)
Wednesday, 23 August 2023, 9:24 PM
NI PUTU NOVIA ANGGRENI respond:
saya sependapat Pak.... pengalaman pak menjadi mentor, konselor, fasilitator, dan trainer ini merupakan hal luar biasa dan semoga kita dapat menerapkannya saat praktik cooachig nanti.
Reply Like (0)
Thursday, 24 August 2023, 12:31 PM
Bapak/Ibu calon guru penggerak,
Silakan menyimak perbedaan coaching pada video berikut ini.
Untuk lebih jelasnya lagi, perbedaan-perbedaan peran antara coaching dengan mentoring, konseling, fasilitasi dan training dapat dirangkum dalam tabel berikut:
Dari tabel tersebut, sekarang kita lebih memahami perbedaan peran dari masing-masing metode pengembangan diri tersebut. Tentunya sebagai guru kita telah melakukan peran-peran tersebut. Kita juga sudah mengetahui peran apa yang bisa kita pilih ketika menghadapi berbagai situasi baik ketika menghadapi murid atau rekan sejawat. Berikut kita akan menyimak bagaimana coaching diterapkan dalam konteks pendidikan.
Bapak /bu Calon Guru Penggerak,
Mari kita bersama-sama mempelajari coaching dalam konteks pendidikan.
Ki Hadjar Dewantara menekankan bahwa tujuan pendidikan itu ‘menuntun’ tumbuhnya atau hidupnya kekuatan kodrat anak sehingga dapat memperbaiki lakunya. Oleh sebab itu keterampilan coaching perlu dimiliki para pendidik untuk menuntun segala kekuatan kodrat (potensi) agar mencapai keselamatan dan kebahagiaan sebagai manusia maupun anggota masyarakat. Proses coaching sebagai komunikasi pembelajaran antara guru dan murid, murid diberikan ruang kebebasan untuk menemukan kekuatan dirinya dan peran pendidik sebagai ‘pamong’ dalam memberi tuntunan dan memberdayakan potensi yang ada agar murid tidak kehilangan arah dan menemukan kekuatan dirinya tanpa membahayakan dirinya.
Sistem Among, Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madyo Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani, menjadi semangat yang menguatkan keterampilan komunikasi guru dan murid dengan menggunakan pendekatan coaching. Tut Wuri Handayani menjadi kekuatan dalam pendekatan proses coaching dengan memberdayakan (andayani/handayani) semua kekuatan diri pada murid. Sebagai seorang Guru (pendidik/pamong) dengan semangat Tut Wuri Handayani, maka perlulah kita menghayati dan memaknai cara berpikir atau paradigma berpikir Ki Hajar Dewantara sebelum melakukan pendampingan dengan pendekatan coaching sebagai salah pendekatan komunikasi dengan semangat among (menuntun). Dalam relasi guru dengan guru, seorang coach juga dapat membantu seorang coachee untuk menemukan kekuatan dirinya dalam pembelajaran. Pendekatan komunikasi dengan proses coaching merupakan sebuah dialog antara seorang coach dan coachee yang terjadi secara emansipatif dalam sebuah ruang perjumpaan yang penuh kasih dan persaudaraan. Oleh sebab itu, empat (4) cara berpikir ini dapat melatih guru (coach/pamong) dalam menciptakan semangat Tut Wuri Handayani dalam setiap perjumpaan pada setiap proses komunikasi dan pembelajaran.
Perhatikan tabel berikut ini
Dalam ruang kemerdekaan belajar, proses coaching juga merupakan proses untuk mengaktivasi kerja otak coach dan coachee. Pertanyaan-pertanyaan reflektif dalam dapat membuat coachee melakukan metakognisi. Selain itu, pertanyaan-pertanyaan dalam proses coaching juga mendorong coachee berpikir secara kritis dan mendalam yang bermuara pada coachee dapat menemukan kekuatan diri dan potensinya untuk terus dikembangkan secara berkesinambungan atau menjadi seorang pembelajar sepanjang hayat.
Pengembangan kekuatan dan potensi diri inilah yang menjadi tugas seorang coach (pendidik/pamong). Apakah pengembangan diri seorang coachee cepat, perlahan-lahan atau bahkan berhenti adalah tanggung jawab seorang coachee. Pengembangan diri baik seorang coach atau coachee dapat dimaksimalkan dengan proses coaching.
Coaching, sebagaimana telah dijelaskan pengertiannya dari awal memiliki peran yang sangat penting karena dapat digunakan untuk menggali potensi diri sekaligus mengembangkannya dengan berbagai strategi yang disepakati bersama. Proses coaching yang berhasil akan menghasilkan kekuatan bagi coach dan coachee untuk mengembangkan diri secara berkesinambungan.
Bapak/ibu dapat mencermati dan mendalami materi dengan mengunduh materi berikut ini dan dibaca secara mandiri.
Silakan gunakan navigasi yang ada.
*) Keterangan ikon pada bahan bacaan (dari kiri ke kanan):
tanda minus untuk mengecilkan tampilan materi
tanda plus untuk memperbesar tampilan materi
tanda kotak untuk menampilkan materi fullscreen
tanda panah untuk mengunduh materi
Silahkan tuangkan ringkasan pemahaman Bapak/Ibu pada kolom NOTES yang ada dibagian YOUR NOTES AND QUESTIONS!
Bapak/Ibu juga diminta untuk memberikan komentar terhadap jawaban yang dikirimkan oleh peserta lain, dengan meng-klik tombol Reply pada jawabannya.
NOTES
SUYANTO noted on Materi 2.1
Coaching merupakan Salah satu pendekatan yang memberdayakan dengan menggunakan pertanyaan-pertanyaan reflektif dalam dapat membuat coachee melakukan metakognisi. Selain itu, pertanyaan-pertanyaan dalam proses coaching juga mendorong coachee berpikir secara kritis dan mendalam yang bermuara pada coachee dapat menemukan kekuatan diri dan potensinya untuk terus dikembangkan secara berkesinambungan atau menjadi seorang pembelajar sepanjang hayat.
Edit Remove Reply Like (0)
Tuesday, 22 August 2023, 6:17 PM
STEVEN BERNARDUS DE RUYTER respond:
Singkat namun penuh makna pak yanto, sependapat dengan yang disampaikan proses coaching akan mendorong coachee menemukan potensi dirinya.
Reply Like (0)
Tuesday, 22 August 2023, 6:56 PM
I KADE SUDI ARIANTA respond:
Benar sekali pak Suyanto bahwa potensi yang didapatkan nantinya akan terus berkembangk dan berkesinambungan
Reply Like (0)
Wednesday, 23 August 2023, 12:30 AM
HAIRIL ANAM respond:
Benar sekali Pak Suyanto melalui teknik cooaching harus mampu memberdayakan si cooache dengan pertanyaan yang reflektif dan memberdaya
Reply Like (0)
Wednesday, 23 August 2023, 10:16 PM
NI PUTU NOVIA ANGGRENI respond:
Saya sependapat pak.... pemaparan yang disampaikan pak Suyanto sudah jelas dan dapat dipahami bahwa proses coaching yang berhasil akan menghasilkan kekuatan bagi coach dan coachee untuk mengembangkan diri.
Reply Like (0)
Friday, 25 August 2023, 9:38 AM
Terima Kasih Bapak/Ibu sudah mengikuti sesi pembelajaran Eksplorasi Konsep mengenai Konsep Coaching secara Umum dan Konsep Coaching dalam Konteks Pendidikan. Mari kita bawa pemahaman yang sudah kita dapatkan pada bagian ini untuk masuk ke bagian berikutnya, yaitu Eksplorasi Konsep Paradigma Berpikir dan Prinsip Coaching.
Durasi : 1 JP
Tujuan Pembelajaran Khusus:
CGP dapat menjelaskan paradigma berpikir coaching dalam komunikasi yang memberdayakan untuk pengembangan kompetensi.
CGP dapat menjelaskan prinsip-prinsip coaching dalam komunikasi yang memberdayakan untuk pengembangan kompetensi.
CGP dapat mengaitkan antara paradigma berpikir dan prinsip-prinsip coaching dengan supervisi akademik.
CGP dapat membedakan antara coaching, kolaborasi, konsultasi, dan evaluasi dalam rangka memberdayakan rekan sejawat.
Bapak/Ibu Calon Guru Penggerak,
Mari kita bersama-sama mempelajari paradigma berpikir dan prinsip coaching. Pada sub pembelajaran sebelumnya, kita sudah belajar salah satu tujuan dari supervisi akademik adalah untuk mengembangkan kompetensi guru agar dapat melakukan pembelajaran yang berpihak pada murid. Untuk dapat melakukan itu, diperlukan paradigma berpikir bertumbuh dan keberpihakan pada murid. Apa pun pendekatan yang digunakan untuk pengembangan kompetensi, kesemuanya diawali dengan paradigma berpikir yang memberdayakan. Disebutkan di atas bahwa salah satu pendekatan yang memberdayakan adalah coaching. Mengapa coaching menjadi pendekatan yang memberdayakan, karena diawali dengan paradigma berpikir coaching.
Salah satu tujuan pengembangan kompetensi diri adalah agar guru menjadi otonom, yaitu dapat mengarahkan, mengatur, mengawasi, dan memodifikasi diri secara mandiri (self-directed, self-manage, self-monitor, self-modify). Untuk dapat membantu guru menjadi otonom, diperlukan paradigma berpikir dan prinsip coaching bagi orang yang mengembangkan.
Bapak/Ibu Calon Guru Penggerak, untuk dapat membantu rekan sejawat kita untuk mengembangkan kompetensi diri mereka dan menjadi otonom, kita perlu memiliki paradigma berpikir coaching terlebih dahulu. Paradigma tersebut adalah:
Fokus pada coachee/rekan yang akan dikembangkan
Bersikap terbuka dan ingin tahu
Memiliki kesadaran diri yang kuat
Mampu melihat peluang baru dan masa depan
Paradigma Berpikir Coaching
Fokus pada Coachee
Paradigma berpikir yang pertama adalah fokus pada coachee atau rekan sejawat yang akan kita kembangkan. Pada saat kita mengembangkan kompetensi rekan sejawat kita, kita memusatkan perhatian kita pada rekan yang kita kembangkan, bukan pada "situasi" yang dibawanya dalam percakapan. Fokus diletakkan pada topik apa pun yang dibawa oleh rekan tersebut, dapat membawa kemajuan pada mereka, sesuai keinginan mereka. Berikut adalah percakapan yang menggambarkan bagaimana kita berfokus pada rekan sejawat kita bukan pada "situasi" yang disampaikan dalam percakapan.
Coachee : Pak, bantu saya donk …. Saya kewalahan nih menghadapi salah satu murid saya di kelas. Setiap saya sedang mengajarkan sebuah konsep, ada saja yang dia lakukan untuk mengalihkan perhatian saya dan teman-temannya.
Coach : Baik Bu. Apa yang dia lakukan untuk mengalihkan perhatian Ibu dan teman-temannya? Bisa diceritakan?
Coachee : (bercerita tentang apa yang dilakukan oleh murid yang dimaksud)
Coach : Jadi itu yang dia lakukan. Lantas, situasi ideal apa yang Ibu inginkan?
Coachee : Saya ingin murid saya ini bisa fokus menyimak penjelasan saya pada saat saya mengajar.
Coach : Jadi Ibu ingin murid Ibu ini bisa fokus menyimak penjelasan Ibu pada saat Ibu mengajar. Supaya murid Ibu ini bisa fokus menyimak penjelasan Ibu pada saat Ibu mengajar, apa saja yang perlu Ibu lakukan?
Coachee : (bercerita hal-hal yang perlu dilakukan)
Perhatikan percakapan di atas, saat seorang guru (coachee) menyampaikan situasi mengenai salah satu muridnya yang mengalihkan perhatian guru tersebut. Kemudian rekan sejawatnya (coach) memfokuskan coachee kepada apa yang perlu dilakukan. Percakapan ini berlanjut kepada hal-hal apa saja yang guru tersebut perlu lakukan berbeda, apa yang perlu diketahui atau kuasai untuk dapat mencapai tujuan yaitu, sang murid dapat fokus menyimak penjelasannya pada saat dia mengajar.
Bersikap Terbuka dan Ingin Tahu
More information
Paradigma berpikir yang kedua adalah bersifat terbuka dan ingin tahu. Kita perlu berpikiran terbuka terhadap pemikiran-pemikiran rekan sejawat yang kita kembangkan. Ciri-ciri dari sikap terbuka dan ingin tahu ini adalah:
berusaha untuk tidak menghakimi, melabel, berasumsi, atau menganalisis pemikiran orang lain;
mampu menerima pemikiran orang lain dengan tenang, dan tidak menjadi emosional;
tetap menunjukkan rasa ingin tahu (curiosity) yang besar terhadap apa yang membuat orang lain memiliki pemikiran tertentu.
Agar kita dapat bersikap terbuka, kita perlu selalu berpikir netral terhadap apa pun yang dikatakan atau dilakukan rekan kita. Jika ada penghakiman atau asumsi yang muncul di pikiran kita atas jawaban rekan kita, maka kita mengubah pikiran tersebut dalam bentuk pertanyaan untuk mengonfirmasi penghakiman atau asumsi itu secara hati-hati. Contoh kalimat yang bisa diucapkan adalah “Pada saat saya mendengarkan apa-apa yang Ibu ceritakan, saya menangkap adanya keinginan Ibu untuk terus berusaha sebisa Ibu. Apakah betul seperti itu Bu?”
Memelihara rasa ingin tahu membantu rekan kita dan diri kita untuk memahami situasi rekan kita. Contoh kalimat yang bisa diucapkan adalah “Tadi Ibu mengatakan ya sudah saya menurut saja apa yang dikatakan oleh kepala sekolah, dari mana datangnya pikiran itu?”
Cara-cara bertanya seperti di atas akan kita pelajari lagi di bagian Kompetensi Coaching dan Alur Percakapan Coaching TIRTA.
Memiliki Kesadaran Diri yang Kuat
Paradigma berpikir coaching yang ketiga adalah memiliki kesadaran diri yang kuat. Kesadaran diri yang kuat membantu kita untuk bisa menangkap adanya perubahan yang terjadi selama pembicaraan dengan rekan sejawat. Kita perlu mampu menangkap adanya emosi/energi yang timbul dan mempengaruhi percakapan, baik dari dalam diri sendiri maupun dari rekan kita. Kompetensi yang merupakan perwujudan dari paradigma berpikir ini akan kita pelajari lebih lanjut di bagian Kompetensi Coaching.
Mampu Melihat Peluang Baru dan Masa Depan
Paradigma berpikir coaching yang keempat adalah mampu melihat peluang baru dan masa depan. Kita harus mampu melihat peluang perkembangan yang ada dan juga bisa membawa rekan kita melihat masa depan. Coaching mendorong seseorang untuk fokus pada masa depan, karena apapun situasinya saat ini, yang masih bisa diubah adalah masa depan. Coaching juga mendorong seseorang untuk fokus pada solusi, bukan pada masalah, karena pada saat kita berfokus pada solusi, kita menjadi lebih bersemangat dibandingkan jika kita berfokus pada masalah.
Agar rekan sejawat kita bisa melihat peluang baru dan fokus pada masa depan, kita dapat mengajukan pertanyaan berikut kepada mereka:
Tadi Bapak/Ibu sudah ceritakan situasi Bapak/Ibu saat ini, lantas situasi ideal apa yang Bapak/Ibu inginkan di masa depan?
Tadi Bapak/Ibu sudah ceritakan tantangan/masalah yang Bapak/Ibu hadapi saat ini, lantas idealnya situasinya seperti apa?
Apa saja yang bisa dijadikan pilihan untuk dapat mewujudkan situasi ideal tersebut?
Ada peluang apa saja yang dimiliki?
Apa yang perlu dilakukan untuk dapat memiliki peluang-peluang baru?
Cara-cara bertanya seperti di atas akan kita pelajari lagi di bagian Kompetensi Coaching dan Alur Percakapan Coaching TIRTA.
“ICF defines coaching as partnering with clients in a thought-provoking and creative process that inspires them to maximize their personal and professional potential.” www.coachingfederation.org.
International Coaching Federation (ICF) mendefinisikan coaching sebagai kemitraan dengan klien dalam suatu proses kreatif dan menggugah pikiran untuk menginspirasi klien agar dapat memaksimalkan potensi pribadi dan profesional coachee.
Prinsip coaching dikembangkan dari tiga kata/frasa kunci pada definisi coaching, yaitu “kemitraan, proses kreatif, dan memaksimalkan potensi”. Dalam berinteraksi dengan rekan sejawat atau siapa saja, kita dapat menggunakan ketiga prinsip coaching tersebut dalam rangka memberdayakan orang yang sedang kita ajak berinteraksi. Berikut adalah penjelasan ketiga prinsip tersebut.
Paradigma Berpikir Coaching
Kemitraan
Prinsip coaching yang pertama adalah kemitraan. Dalam coaching, posisi coach terhadap coachee-nya adalah mitra. Itu berarti setara, tidak ada yang lebih tinggi maupun lebih rendah. Coachee adalah sumber belajar bagi dirinya sendiri. Coach merupakan rekan berpikir bagi coachee-nya dalam membantu coachee belajar dari dirinya sendiri. Coach bisa berbagi mengenai pengalamannya yang terkait dengan topik pengembangan coachee, jika diminta oleh coachee, sebagai salah satu sumber belajar bagi coachee.
Kemitraan ini diwujudkan dengan cara kita membangun kesetaraan dengan orang yang akan kita kembangkan, tidak ada yang lebih tinggi atau lebih rendah di antara keduanya. Kesetaraan dapat dibangun dengan cara menumbuhkan rasa percaya diri kita, pada saat kita akan mengembangkan rekan sejawat yang lebih tua, lebih senior, dan atau lebih berpengalaman. Sebaliknya, kita perlu menumbuhkan rasa rendah hati pada saat rekan sejawat yang akan kita kembangkan adalah rekan yang lebih muda, lebih junior, dan atau memiliki pengalaman yang lebih sedikit dari kita.
Kemitraan dalam mengembangkan rekan sejawat, juga ditunjukkan dengan cara mengedepankan tujuan rekan yang akan kita kembangkan. Tujuan pengembangan ditetapkan oleh rekan yang yang akan dikembangkan, bukan oleh kita, yang akan membantu pengembangan tersebut. Mengapa? Dengan demikian, harapannya rekan yang kita kembangkan akan lebih merasa termotivasi dan berkomitmen dalam prosesnya.
Pertanyaan yang bisa dilontarkan oleh kita kepada rekan sejawat kita untuk membangun kemitraan ini adalah sebagai berikut:
Apa yang ingin Bapak/Ibu kembangkan dalam enam bulan ke depan?
Apa yang ingin Bapak/Ibu capai di akhir semester/tahun pelajaran ini?
Di antara standar proses pembelajaran yang kita miliki, bagian mana yang menurut Bapak/Ibu paling perlu Bapak/Ibu tingkatkan/kembangkan?
Cara-cara bertanya seperti di atas akan kita pelajari lagi di bagian Kompetensi Coaching dan Alur Percakapan Coaching TIRTA.
Proses Kreatif
More information
Coaching adalah proses mengantarkan seseorang dari situasi dia saat ini ke situasi ideal yang diinginkan di masa depan. Hal ini tergambar dalam prinsip coaching yang kedua, yaitu proses kreatif. Proses kreatif ini dilakukan melalui percakapan, yang:
dua arah
memicu proses berpikir coachee
memetakan dan menggali situasi coachee untuk menghasilkan ide-ide baru
Pada saat kita menggunakan prinsip coaching dalam mengembangkan kompetensi diri rekan sejawat, maka percakapan yang berlangsung adalah dua arah. Yang kita lakukan adalah mendengarkan rekan kita dan kemudian melontarkan pertanyaan untuk membantu rekan kita untuk lebih memahami situasi dirinya, situasi ideal yang dia inginkan, serta langkah-langkah untuk membawa dia dari situasi dia saat ini ke situasi ideal yang dia inginkan.
Prinsip ini dapat membantu seseorang untuk menjadi otonom karena dalam prosesnya orang yang dikembangkan perlu untuk berpikir ke dalam dirinya untuk mendapat kesadaran diri akan situasinya dan kemudian menemukan langkah-langkah apa yang perlu dilakukan untuk mengembangkan kompetensi dirinya. Berikut adalah percakapan yang menggambarkan proses kreatif antara seorang guru yang membantu rekan sejawatnya dalam mengembangkan kompetensi dirinya.
Coach : Di antara standar proses pembelajaran yang kita miliki, bagian mana yang menurut Ibu paling perlu Ibu tingkatkan atau kembangkan?
Coachee : Saya ingin mengembangkan bagaimana saya bisa memenuhi kebutuhan belajar murid-murid saya yang berbeda-beda, Pak.
Coach : O … jadi Ibu ingin mengembangkan bagaimana Ibu bisa memenuhi kebutuhan belajar murid-murid Ibu yang berbeda-beda. Apa indikator dari Ibu sudah bisa memenuhi kebutuhan belajar murid-murid Ibu yang berbeda-beda tersebut?
Coachee : Indikatornya, semua murid saya bisa memahami konsep yang saya ajarkan dengan lebih mudah. Mereka bisa menikmati proses belajar mereka karena sesuai dengan gaya dan kecepatan belajar mereka masing-masing.
Coach : Baik, jadi indikatornya adalah semua murid Ibu bisa memahami konsep yang Ibu ajarkan dengan lebih mudah dan mereka bisa menikmati proses belajar karena sesuai dengan gaya dan kecepatan belajar mereka masing-masing ya …. Sehubungan dengan tujuan tersebut, skala 1-10, jika 10 Ibu sudah dapat memenuhi kebutuhan belajar murid-murid seperti yang Ibu sampaikan tadi, dan 0 belum memenuhi, Ibu ada di angka berapa saat ini?
Coachee : Sepertinya saya masih di angka 6 deh Pak.
Coach : Di angka 6 ya. Seperti apa itu angka 6 nya Bu? Bisa dijelaskan?
Coachee : Di angka 6 karena saat ini proses belajar saya baru mengakomodir tiga tingkatan pemahaman, mudah, sedang, dan sulit. Saya belum mempertimbangkan gaya belajar dan kecepatan belajar murid sama sekali.
Coach : Baik … Ibu ingin meningkatkannya menjadi angka berapa dalam beberapa minggu ke depan?
Coachee : Ditingkatkan ke angka 8 deh Pak.
Coach : 8 nya seperti apa itu Bu?
Coachee : Saya akan mencoba menyiapkan proses belajar yang mengakomodir gaya belajar murid-murid saya Pak.
Coach : Untuk bisa menyiapkan proses belajar yang mengakomodir gaya belajar murid-murid Ibu, apa saja yang sudah Ibu lakukan?
Coachee : (bercerita hal-hal yang sudah dilakukan)
Coach : Jadi Ibu sudah melakukan itu semua ya …. Apa lagi yang perlu ditambahkan dilakukan berbeda, supaya murid Ibu ini bisa fokus menyimak penjelasan Ibu pada saat Ibu mengajar?
Coachee : (berpikir dan mengatakan hal-hal yang perlu ditambahkan dan dilakukan berbeda)
Coach : Apa lagi?
Perhatikan contoh percakapan di atas. Guru yang menjadi coach hanya melontarkan pertanyaan untuk membantu rekan sejawatnya memetakan situasi dia saat ini dan situasi yang dia inginkan di masa depan. Dua pertanyaan terakhir adalah contoh pertanyaan untuk menghasilkan ide-ide baru. Cara-cara bertanya seperti di atas akan kita pelajari lagi di bagian Kompetensi Coaching dan Alur Percakapan Coaching TIRTA.
Memaksimalkan Potensi
Prinsip coaching yang ketiga adalah memaksimalkan potensi. Untuk memaksimalkan potensi dan memberdayakan rekan sejawat, percakapan perlu diakhiri dengan suatu rencana tindak lanjut yang diputuskan oleh rekan yang dikembangkan, yang paling mungkin dilakukan dan paling besar kemungkinan berhasilnya. Selain itu juga, percakapan ditutup dengan kesimpulan yang dinyatakan oleh rekan yang sedang dikembangkan.
Pertanyaan yang bisa dilontarkan oleh kita kepada rekan sejawat kita untuk bergerak maju adalah sebagai berikut:
Jadi apa yang akan Bapak/Ibu lakukan setelah sesi ini dari alternatif-alternatif tadi?
Kapan Bapak/Ibu akan melakukannya?
Bagaimana Bapak/Ibu memastikan ini bisa berjalan?
Siapa yang perlu dimintai dukungan?
Pertanyaan yang bisa dilontarkan oleh kita kepada rekan sejawat kita untuk meminta mereka menyimpulkan adalah sebagai berikut:
Apa yang bisa Bapak/Ibu simpulkan dari percakapan kita barusan?
Apa yang menjadi pandangan baru dari percakapan kita barusan?
Cara-cara bertanya seperti di atas akan kita pelajari lagi di bagian Kompetensi Coaching dan Alur Percakapan Coaching TIRTA.
Kegiatan Refleksi Diri Paradigma Berpikir dan Prinsip Coaching
Dalam kehidupan sehari-hari, kemungkinan besar Bapak/Ibu sudah memiliki paradigma berpikir coaching dan memegang prinsip coaching dalam berkomunikasi dengan siapa saja. Mari kita lakukan refleksi diri sehubungan dengan paradigma berpikir coaching dan prinsip dengan menjawab pertanyaan berikut ini:
Di antara paradigma berpikir dan prinsip coaching di bawah ini, manakah yang sudah Anda miliki?
Skala 1-10, jika 10 sudah dimiliki dan diterapkan setiap hari, dan 1 belum dimiliki. Ada di angka berapakah Anda?
Di akhir Program Guru Penggerak, Anda ingin meningkatkannya ke angka berapa?
Apa yang akan Anda lakukan untuk meningkatkan ke angka tersebut?
Silahkan tuangkan jawaban Anda pada kolom NOTES yang ada dibagian YOUR NOTES AND QUESTIONS!
*) Anda juga disilahkan untuk memberikan komentar terhadap jawaban yang dikirimkan oleh CGP lain, dengan meng-klik tombol Reply pada jawabannya.
NOTES
SUYANTO noted on Refleksi Diri Paradigma Berpikir dan Prinsip Coaching
https://www.youtube.com/watch?v=qil-0xXpDyI
Edit Remove Reply Like (0)
Wednesday, 23 August 2023, 7:02 AM
STEVEN BERNARDUS DE RUYTER respond:
Mantabs pak Yanto, saya yakin bapak dapat meningkatkan skala nilai tersebut.
Reply Like (0)
Wednesday, 23 August 2023, 9:49 AM
HAIRIL ANAM respond:
Semoga dengan Pak Suyanto mampu terus meningkatkan level dari waktu ke waktu
Reply Like (0)
Wednesday, 23 August 2023, 10:52 PM
NI PUTU NOVIA ANGGRENI respond:
mantap pak.... tetap semangat dan semoga kita bisa meningkatkan skala nilai paradigma berfikir dan prinsip coaching
Reply Like (0)
Friday, 25 August 2023, 12:33 PM
Bapak/Ibu Calon Guru Penggerak,
Kita sudah mempelajari paradigma berpikir coaching agar kita bisa memberdayakan rekan sejawat kita. Kita juga sudah mempelajari tiga prinsip coaching yang perlu kita pegang pada saat kita melakukan percakapan dengan rekan sejawat dalam rangka membantu mereka untuk mengembangkan kompetensi diri mereka dan menjadi otonom. Seperti kita ketahui bersama, di sekolah kita melakukan supervisi akademik untuk mengembangkan kompetensi mengajar guru yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas proses belajar di kelas. Prinsip dan paradigma berpikir coaching ini sangat bisa digunakan dalam proses supervisi ini, agar semangat yang lebih mewarnai proses supervisi adalah semangat yang memberdayakan, bukan mengevaluasi.
Kita ketahui bersama bahwa supervisi akademik memiliki tujuan untuk mengevaluasi kompetensi mengajar guru dan proses belajar di kelas. Pertanyaannya, apakah kita bisa mengevaluasi dan juga sekaligus memberdayakan? Costa dan Garmston (2016) menyampaikan bahwa kita bisa memberdayakan guru melalui coaching, kolaborasi, konsultasi, dan evaluasi, yang interaksinya bergantung kepada tujuan dan hasil yang diharapkan. Namun, posisi awal yang kita ambil adalah posisi sebagai seorang coach, sebelum kita mengetahui tujuan dan hasil yang diharapkan oleh guru yang akan kita berdayakan. Oleh sebab itu, prinsip dan paradigma berpikir coaching ini perlu selalu ada sebelum kita memberdayakan seseorang.
Bagaimana coaching digunakan dalam supervisi akademik akan kita pelajari secara lengkap di sub pembelajaran berikut. Tabel berikut memberikan gambaran perbedaan antara coaching, kolaborasi, konsultasi, dan evaluasi, dalam rangka memberdayakan guru.
Dari Tabel tersebut kita telah mengetahui perbedaan fungsi pendukung dalam usaha kita memberdayakan setiap potensi yang ada dalam komunitas sekolah.
Setelah mempelajari prinsip dan paradigma berpikir coaching, apa yang sudah Bapak/Ibu lakukan yang selaras dengan prinsip dan paradigma tersebut dalam mengembangkan kompetensi rekan sejawat?
Silahkan tuangkan jawaban Anda pada kolom NOTES yang ada dibagian YOUR NOTES AND QUESTIONS!
*) Anda juga disilahkan untuk memberikan komentar terhadap jawaban yang dikirimkan oleh CGP lain, dengan meng-klik tombol Reply pada jawabannya.
NOTES
SUYANTO noted on Refleksi
Untuk mengembangkan kompetensi diri dan menjadi otonom, kita perlu memiliki paradigma berpikir coaching terlebih dahulu. Paradigma tersebut adalah: fokus pada coachee/rekan yang akan dikembangkan, bersikap terbuka dan ingin tahu, memiliki kesadaran diri yang kuat dan mampu melihat peluang baru dan masa depan. Di sekolah untuk melakukan supervisi akademik dalam mengembangkan kompetensi mengajar guru yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas proses belajar di kelas. Prinsip dan paradigma berpikir coaching ini sangat bisa digunakan dalam proses supervisi ini, agar semangat yang lebih mewarnai proses supervisi adalah semangat yang memberdayakan, bukan mengevaluasi. Dalam memberdayakan guru melalui coaching, kolaborasi, konsultasi, dan evaluasi, yang interaksinya bergantung kepada tujuan dan hasil yang diharapkan.
Edit Remove Reply Like (0)
Wednesday, 23 August 2023, 12:51 PM
I GUSTI AGUNG AYU PRIYANTI ANTARI respond:
Luar biasa Pak. Bapak telah mampu menerapkan ketiga paradigma dalam coaching dan saya yakin akan mampu memberdayakan rekan guru di sekolah bapak.
Reply Like (0)
Wednesday, 23 August 2023, 4:52 PM
HAIRIL ANAM respond:
Paradigma berpikir coaching menjadi sebuah fenomena dalam mengembangkan kompetensi diri dan menjadi otonom
Reply Like (0)
Wednesday, 23 August 2023, 11:26 PM
NI NYOMAN ARI SUYASTINI respond:
Saya setuju dengan yang disampaikan Pak Suyanto.
Reply Like (0)
Thursday, 24 August 2023, 12:57 AM
NI PUTU NOVIA ANGGRENI respond:
Benar pak.... Saya sependapat dengan apa yang bpk paparkan...
Reply Like (0)
Friday, 25 August 2023, 12:41 PM
Terima Kasih Bapak/Ibu sudah mengikuti sesi pembelajaran Eksplorasi Konsep mengenai Paradigma Berpikir dan Prinsip Coaching.. Mari kita bawa pemahaman yang sudah kita dapatkan pada bagian ini untuk masuk ke bagian berikutnya, yaitu Eksplorasi Konsep Kompetensi Inti Coaching dan TIRTA sebagai Alur Percakapan Coaching
Durasi : 1 JP
Tujuan Pembelajaran Khusus:
CGP dapat melakukan percakapan coaching dengan alur TIRTA.
CGP dapat mempraktikkan tiga kompetensi inti coaching, presence, mendengarkan aktif, dan mengajukan pertanyaan berbobot dalam percakapan coaching.
CGP dapat menjelaskan jalannya percakapan coaching untuk membuat rencana, melakukan refleksi, memecahkan masalah, dan melakukan kalibrasi.
Bapak/Ibu Calon Guru Penggerak,
Setelah memahami bagaimana paradigma berpikir dan prinsiap yang dibutuhkan agar dapat menjalankan percakapan coaching maka kali ini Bapak/Ibu Calon Guru Penggerak akan belajar kompetensi inti dalam coaching.
Berdasarkan ICF (International Coaching Federation) ada 8 kompetensi inti namun untuk kebutuhan Pendidikan Guru Penggerak, kita mempelajari 3 kompetensi inti yang penting dipahami, diterapkan, dan dilatih secara terus menerus saat melakukan percakapan coaching kepada teman sejawat di sekolah.
Kompetensi inti coaching:
Kehadiran Penuh/Presence
Mendengarkan Aktif
Mengajukan Pertanyaan Berbobot
Mendengarkan dengan RASA
Kehadiran penuh/presence adalah kemampuan untuk bisa hadir utuh bagi coachee, atau di dalam coaching disebut sebagai coaching presence sehingga badan, pikiran, hati selaras saat sedang melakukan percakapan coaching. Kehadiran penuh ini adalah bagian dari kesadaran diri yang akan membantu munculnya paradigma berpikir dan kompetensi lain saat kita melakukan percakapan coaching.
Menghadirkan diri sepenuhnya atau presence penting dilatih agar kita bisa selalu fokus untuk bersikap terbuka, sabar, ingin tahu lebih banyak tentang coachee. Kompetensi ini penting untuk dihadirkan sebelum dan selama percakapan coaching dilakukan
.
Contoh kegiatan untuk melatih menghadirkan presence yang bisa kita lakukan adalah dengan melakukan kegiatan STOP dan Mindful Listening yang telah kita pelajari pada modul 2.2 Pembelajaran Sosial Emosional yang lalu.
Penting diingat tidak ada satu cara yang terbaik untuk semuanya karena setiap orang memiliki caranya masing-masing untuk dapat menghadirkan presence. Untuk itu temukan cara yang paling efektif untuk Bapak/Ibu agar bisa terus melatih diri dan menerapkannya sebelum dan selama melakukan percakapan coaching.
Pertanyaan Refleksi :
Tuliskan pengalaman Bapak/Ibu saat berhasil menghadirkan fokus selama melakukan percakapan dengan seseorang
Apa hal-hal yang biasanya dilakukan untuk menghadirkan fokus sebelum dan selama berkegiatan?
Tuliskan pengalaman Bapak/Ibu saat hilang fokus di saat sedang melakukan percakapan dengan seseorang
Apa yang biasanya menyebabkan hilangnya fokus?
Apa yang dilakukan untuk mengembalikan fokus?
Silahkan tuangkan ringkasan pemahaman Bapak/Ibu pada kolom NOTES yang ada dibagian YOUR NOTES AND QUESTIONS!
Bapak/Ibu juga diminta untuk memberikan komentar terhadap jawaban yang dikirimkan oleh peserta lain, dengan meng-klik tombol Reply pada jawabannya
NOTES
SUYANTO noted on Kehadiran Penuh/Presence
1. Beberapa hari yang lalu saya dengan salah seorang rekan melakukan percakapan dimana rekan yang menceritakan salah satu permasalahannya tentang permasalahan murid, dan Percakapan itu dilakukan di ruang Guru di waktu istirahat, 2. Bercerita tentang hal-hal yang lucu, cerita ringan atau sederhana, menanyakan aktifitas sebelumnya dan hal-hal menarik lainnnya dan lain sebagainya. 3.a. Percakapan yang dilakukan dengan tema yang sudah berulang kali di sampaikan, Ada rekan lain yang mempunyai kepentingan mendesak yang harus segera diselesaikan, Waktu senggang habis, Ada tamu datang, Ada masalah penting yang urgen yang harus segera diselesaikan, Lingkungan kurang kondusif (terlalu ramai) dan HP berdering. 3.b. Mendengarkan dan memberi respon positif, Meminta waktu jeda sebentar untuk menyelesaikan kepentingan rekan lain yang lebih mendesak, Meminta waktu melanjutkan di waktu senggang nanti setelah jam istirahat berikutnya dan silent HP.
Edit Remove Reply Like (0)
Thursday, 24 August 2023, 6:50 AM
HAIRIL ANAM respond:
Tanpa kehadiran penuh maka proses percakapan tidak bisa terkoneksi dengan baik, untuk itu konsentrasi dalam mendengarkan serta jauhi aktivitas lain yang mengganggu
Reply Like (0)
Thursday, 24 August 2023, 9:58 AM
NI PUTU NOVIA ANGGRENI respond:
Benar pak... Saya sependapat dengan apa yang bpk paparkan sudah sangat jelas....
Reply Like (0)
Friday, 25 August 2023, 1:12 PM
Salah satu keterampilan utama dalam coaching adalah keterampilan mendengarkan dengan aktif atau sering kita sebut dengan menyimak. Seorang coach yang baik akan mendengarkan lebih banyak dan lebih sedikit berbicara. Dalam percakapan coaching, fokus dan pusat komunikasi adalah pada diri coachee, yakni mitra bicara. Dalam hal ini, seorang coach harus dapat mengesampingkan agenda pribadi atau apa yang ada di pikirannya termasuk penilaian terhadap coachee.
Kemampuan mendengarkan aktif atau menyimak perlu dilatih untuk fokus pada apa yang dikatakan oleh coachee dan memahami keseluruhan makna yang bahkan tidak terucapkan.
Pengantar
Salah satu keterampilan utama dalam coaching adalah keterampilan mendengarkan dengan aktif atau sering kita sebut dengan menyimak. Seorang coach yang baik akan mendengarkan lebih banyak dan lebih sedikit berbicara. Dalam percakapan coaching, fokus dan pusat komunikasi adalah pada diri coachee, yakni mitra bicara. Dalam hal ini, seorang coach harus dapat mengesampingkan agenda pribadi atau apa yang ada di pikirannya termasuk penilaian terhadap coachee.
Kemampuan mendengarkan aktif atau menyimak perlu dilatih untuk fokus pada apa yang dikatakan oleh coachee dan memahami keseluruhan makna yang bahkan tidak terucapkan.
Asumsi
More information
Asumsi, sudah mempunyai anggapan tertentu tentang suatu situasi yang belum tentu benar. Perhatikan contoh berikut ini:
ada saat coachee mengatakan bahwa dia sedang merasa “buntu”, kita memiliki gambaran tertentu tentang situasi “buntu” tersebut. Padahal gambaran “buntu” kita sangat mungkin berbeda dengan “buntu” yang dimaksud oleh coachee.
Pada saat asumsi muncul di kepala kita, yang perlu kita lakukan adalah menyadari bahwa pikiran itu ada, dan kemudian mengkonfirmasinya kepada coachee. Sebagai contoh:
“Barusan Ibu katakan kalau Ibu merasa buntu. Buntu yang seperti apa yang Ibu maksud? Bisa diceritakan?”
Melabel/Judgment
Melabel/Judgment, memberi label/penilaian pada seseorang dalam situasi tertentu. Memberi label/penilaian bisa terjadi sebelum dan pada saat coaching dilakukan.
Sebelum coaching
Pada saat kita akan melakukan coaching kepada rekan yang kita anggap “vokal”, “dominan”, “irit bicara”, “tertutup”, “bossy” dan lain sebagainya, itu semua adalah label yang kita berikan kepada dia. Walaupun rekan tersebut di banyak kesempatan menunjukkan perilaku yang membuat kita dan orang lain melabel dia seperti di atas, kita perlu menghilangkan atau setidaknya meminimalkan pikiran tersebut sebelum dan selama coaching.
Jika pelabelan ini masih tetap muncul pada saat coaching, yang bisa kita lakukan agar kita bisa bebas dari pelabelan tersebut adalah dengan cara kita memfokuskan pada apa yang coachee lakukan dan katakan pada saat coaching.
Pada saat coaching:
Pada saat coachee kita menceritakan sebuah kejadian yang dia alami, kemudian muncul pikiran yang bersifat melabel/menilai, seperti “dari ceritanya sepertinya dia orang yang tidak tangguh/antusias/rajin/dlsb”.
Jika penilaian seperti itu muncul, yang bisa kita lakukan adalah menyadarinya dan kemudian kembali fokus mendengarkan coachee kita. Karena penilaian kita terhadap kejadian itu tidak penting. Yang penting adalah bagaimana coachee menilai dirinya sendiri.
Jika kita merasa bahwa penilaian kita ini penting untuk disampaikan kepada coachee, maka kita perlu mengkonfirmasinya dengan sangat berhati-hati. Sebagai contoh:
“Dari apa yang barusan Bapak ceritakan dan juga cara Bapak menceritakannya, saya menangkap ada antusiasme/rasa putus asa/dan lain sebagainya di sana. Apakah betul seperti itu Pak?”
Asosiasi
Asosiasi: mengaitkan dengan pengalaman pribadi.
Pada saat coachee menceritakan sebuah kejadian yang dia alami, kemudian kita teringat dengan kejadian yang kita alami, pada saat itu potensi asosiasi muncul. Potensi tersebut dapat menjadi asosiasi pada saat kita mulai mengaitkannya dengan pengalaman pribadi kita. Pada saat kita terbawa pada asosiasi kita, percakapan kita dengan coachee akan berpotensi mengacu kepada pengalaman kita. Perilaku yang muncul pada kita bisa jadi dalam bentuk pertanyaan yang mengarahkan atau kecenderungan untuk menasehati.
Pada saat asosiasi muncul, yang perlu kita lakukan adalah menyadarinya dan kemudian kembali fokus kepada coachee dengan cara mengingatkan diri kita bahwa percakapan ini adalah tentang coachee, kejadian yang pernah kita alami, tidak penting/relevan dalam percakapan ini.
Selain itu, yang perlu kita sadari juga adalah asosiasi ini bisa membuat kita menjadi terbawa emosi yang sedang dirasakan oleh coachee. Pada saat ini terjadi, maka kita perlu “melepaskan” diri dari emosi tersebut dan berusaha mengembalikan emosi kita ke posisi netral, agar kita tetap bisa menjadi rekan berpikir coachee kita.
Saat menyimak atau mendengarkan aktif, elemen pertama yang perlu diperhatikan adalah menangkap kata kunci yang terucap oleh coachee. Kata Kunci biasanya mengandung makna yang tidak terucapkan dan perlu digali agar coachee dapat terbantu untuk lebih memahami situasi yang sedang dihadapinya. Ciri-ciri kata kunci biasanya:
Diucapkan dengan intonasi tertentu: Tinggi, rendah, melambat, lebih cepat atau dengan tekanan
Kadang diucapkan berulang kali: Jika satu kata, apalagi berupa kata sifat, diucapkan berulang, ini kata kunci, misal “Saya bingung/ragu/tidak tahu”
Diwakili oleh metafora atau analogi atau kata unik dalam bahasa asing, misal: “Saya tidak ingin seperti katak dalam tempurung”, “Saya merasa stuck”
Tidak jarang disertai emosi
Pertanyaan Refleksi dan Pengalaman Berada di 3 Situasi di atas:
Tuliskan pengalaman Anda pada saat berbicara dengan orang kemudian Anda merasa di-label/dinilai oleh orang tersebut.
Apa yang Anda rasakan/pikirkan pada saat mendengarkan itu?
Apa yang Anda lakukan setelah mendengarkannya?
Tuliskan pengalaman Anda pada saat berbicara dengan orang kemudian Anda merasa/berpikir kalau orang tersebut salah mengartikan apa yang Anda sampaikan tanpa mengonfirmasinya terlebih dahulu .
Apa yang Anda rasakan/pikirkan pada saat mendengarkan itu?
Apa yang Anda lakukan setelah mendengarkannya?
Tuliskan pengalaman Anda pada saat berbicara dengan orang kemudian orang tersebut balik bercerita tentang pengalamannya/menasehati atau memberi saran berdasarkan pengalaman dia, tanpa Anda minta.
Apa yang Anda rasakan/pikirkan pada saat mendengarkan itu?
Apa yang Anda lakukan setelah mendengarkannya?
Silahkan tuangkan ringkasan pemahaman Bapak/Ibu pada kolom NOTES yang ada dibagian YOUR NOTES AND QUESTIONS!
Bapak/Ibu juga diminta untuk memberikan komentar terhadap jawaban yang dikirimkan oleh peserta lain, dengan meng-klik tombol Reply pada jawabannya
NOTES
SUYANTO noted on Mendengarkan Aktif
1.a. yang saya rasakan/pikirkan pada saat mendengarkan saat dilabeli "Sok pinter", saya terkejut dan bingung. 1.b. Setelah mendengarkan apa yang mereka sampaikan, saya menguatkan diri dan menenangkan diri, saya memiliki dasar untuk melakukan hal itu karena diminta langsung oleh kepala sekolah untuk membantu secara pribadi. 2.a. Saya rasakan/pikirkan pada saat mendengarkan itu sedikit merasakan kecewa 2.b. Yang saya lakukan setelah mendengarkannya adalah mengkonfirmasi kembali, dan menceritakan kembali sampai mereka paham yang saya maksud. 3.a. Saya rasakan/pikirkan pada saat mendengarkan itu, yakni mencoba menerima dengan baik. 3.b. Yang saya lakukan setelah mendengarkannya adalah mengambil hikmah dari pengelaman mereka untuk dijadikan solusi untuk permasalahan yang saya hadapi
Edit Remove Reply Like (0)
Thursday, 24 August 2023, 10:28 AM
HAIRIL ANAM respond:
Terkadang label yang disematkan kepada kita hanyalah orang-orang yang iri dan mereka tidak mampu untuk bekerja sesuai dengan petunjuk dari pimpinan sabar, ikhlas, serta berefleksi diri agar kita bisa semakin baik di dalam bekerja
Reply Like (0)
Thursday, 24 August 2023, 11:15 AM
NI PUTU NOVIA ANGGRENI respond:
Benar pak.... Saya sependapat dengan apa yang bpk paparkan sudah sangat jelas....
Reply Like (0)
Friday, 25 August 2023, 1:27 PM
NI NYOMAN ARI SUYASTINI respond:
Tetap semangat Pak, walaupun ada yang menilai kita negatif ataupun kurang baik.
Reply Like (0)
Friday, 25 August 2023, 9:59 PM
Dalam melakukan percakapan coaching ketrampilan kunci lainnya adalah mengajukan pertanyaan dengan tujuan tertentu atau pertanyaan berbobot. Pertanyaan yang diajukan seorang coach diharapkan menggugah orang untuk berpikir dan dapat menstimulasi pemikiran coachee, memunculkan hal-hal yang mungkin belum terpikirkan sebelumnya, mengungkapkan emosi atau nilai dalam diri dan yang dapat mendorong coachee untuk membuat sebuah aksi bagi pengembangan diri dan kompetensi.
Pertanyaan berbobot memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
Hasil mendengarkan aktif: Menggunakan kata kunci yang didapat dari mendengarkan
Membantu coachee: Membuat coachee mengingat, merenung, dan merangkai fakta sehingga dapat memahami apa yang terjadi pada dirinya
Bersifat terbuka dan eksploratif: Struktur kalimat terbuka, membuat coachee harus menjawab sambal berpikir
Diajukan di momen yang tepat: Tidak terburu-buru dalam mengajukan pertanyaan dan ditanyakan di waktu yang coachee sudah siap memprosesnya
Setelah kita mengetahui ciri-ciri pertanyaan berbobot, tentunya kita perlu mengetahui bagaimana kiat-kiat untuk mengajukan pertanyaan berbobot. Kiat-kiat yang dapat kita coba adalah sebagai berikut:
Merangkum pernyataan-pernyataan coachee dari hasil mendengarkan aktif.
Menggunakan kata: Apa, Bagaimana, Seberapa, Kapan dan Dimana, dalam bentuk pertanyaan terbuka
Menghindari penggunaan kata tanya “mengapa” - karena bisa terasa ada “judgement”. Ganti kata “mengapa” dengan “apa sebabnya” atau “apa yang membuat”
Mengajukan satu pertanyaan pada satu waktu, jangan memberondong
Mengizinkan ada “jeda” atau “keheningan” setelah coachee selesai bicara, tidak buru-buru bertanya. Juga izinkan ada keheningan saat coachee memproses pertanyaan
Menggunakan nada suara yang positif dan memberdayakan
Kegiatan Refleksi
Bayangkan Anda berada di empat situasi di bawah ini:
Anda tidak dapat memenuhi target pekerjaan, lalu kepala sekolah/rekan kerja Anda mengajukan pertanyaan berikut:
Mengapa target tidak tercapai?
Kelihatannya Anda tidak merencanakannya dengan baik ya?
Memangnya Anda tidak mencoba cara A, B, C, D?
Apakah tidak diperhitungkan sebelumnya bahwa ini tidak akan terpenuhi?
Anda sedang bingung bagaimana mengimplementasikan apa yang Anda pelajari dalam 10 hari ini. Lalu, Anda menghubungi instruktur Anda, dan ini yang ia tanyakan:
Apakah Anda mengerjakan semua tugas selama 10 hari?
Apakah setiap ada sesi sinkronus Anda hadir? (saat Anda selesai menjawab, ia melanjutkan?) Betul?
Mengapa Anda bisa bingung kalau Anda hadir terus?
Apakah Anda tidak mencoba mencari tahu saat di kelas?
Anda tidak memahami suatu materi pelatihan, lalu meminta rekan Anda menjelaskan. Lalu ini yang ia tanyakan:
Kenapa Anda tidak mengerti?
Apa Anda tidak memperhatikan saat dijelaskan di depan?
Coba rasakan Anda ditanya seperti ini:
Sudah berapa lama Anda berada di posisi ini?
Apa tanggung jawab utama Anda?
Anda ingin “A” atau “B”?
Apakah tugasnya sudah diselesaikan?
Dia berbakat atau tidak?
Dari empat situasi di atas, jawablah pertanyaan berikut ini:
Apa yang terjadi dalam diri Anda pada saat ditanya dengan pertanyaan-pertanyaan seperti di atas?
Apa yang Anda pikirkan?
Apa yang Anda rasakan?
Apa respon Anda?
Silahkan tuangkan jawaban Anda pada kolom NOTES yang ada dibagian YOUR NOTES AND QUESTIONS!
*) Anda juga disilahkan untuk memberikan komentar terhadap jawaban yang dikirimkan oleh CGP lain, dengan meng-klik tombol Reply pada jawabannya.
NOTES
SUYANTO noted on Mengajukan Pertanyaan Berbobot
Apa yang terjadi dalam diri Anda pada saat ditanya dengan pertanyaan-pertanyaan seperti di atas? Saya merasa menjadi pribadi yang gagal, tugas yang diberikan sampai tidak selesai Apa yang Anda pikirkan? Kenapa saya merasa seperti ini, apa yang harus saya perbuat agar mampu mengimplementasikan apa yang dipelajari dalam 10 hari ini. Mencari solusi, dengan menenangkan diri menggunakan tehnik STOP agar konsisi siap kembali mengerjakan. Apa yang Anda rasakan? Saya merasakan rendah diri, karena tidak mampu memahami suatu materi pelatihan yang sudah dijelaskan. Apa respon Anda? Saya merespon dengan baik atas pertanyaan yang disampaikan, menjelaskan kembali apa yang menjadi tanggung jawab saya dan terselesainya tugas tugas yang diberikan kepada saya
Edit Remove Reply Like (0)
Thursday, 24 August 2023, 10:51 AM
HAIRIL ANAM respond:
Semangat Pak Suyanto bangkit dan bangkit agar lebih baik jangan larut dengan kegagalan, karena kegagalan merupakan kesuksesan yang tertunda
Reply Like (0)
Thursday, 24 August 2023, 9:59 PM
NI PUTU NOVIA ANGGRENI respond:
Benar pak.... Saya sependapat dengan apa yang bpk paparkan sudah sangat jelas dan tetap semangat....
Reply Like (0)
Friday, 25 August 2023, 1:30 PM
Setelah mempelajari bagaimana mendengarkan aktif, berikut ini adalah salah satu referensi yang dapat kita gunakan untuk mengajukan pertanyaan berbobot hasil dari mendengarkan aktif yaitu RASA yang diperkenalkan oleh Julian Treasure.
RASA merupakan akronim dari Receive, Appreciate, Summarize, dan Ask yang akan dijelaskan sebagai berikut:
R (Receive/Terima), yang berarti menerima/mendengarkan semAskua informasi yang disampaikan coachee. Perhatikan kata kunci yang diucapkan.
A (Appreciate/Apresiasi), yaitu memberikan apresiasi dengan merespon atau memberikan tanda bahwa kita mendengarkan coachee. Respon yang diberikan bisa dengan anggukan, dengan kontak mata atau melontarkan “oh…” “ya…”. Bentuk apresiasi akan muncul saat kita memberikan perhatian dan hadir sepenuhnya pada coachee tidak terganggu dengan situasi lain atau sibuk mencatat.
S (Summarize/Merangkum), saat coachee selesai bercerita rangkum untuk memastikan pemahaman kita sama. Perhatikan dan gunakan kata kunci yang diucapkan coachee. Saat merangkum bisa gunakan potongan-potongan informasi yang telah didapatkan dari percakapan sebelumnya. Minta coachee untuk konfirmasi apakah rangkuman sudah sesuai
Setelah merangkum apa yang disampaikan coachee bagian terakhir adalah
A (Ask/Tanya). Sama dengan apa yang sudah disampaikan sebelumnya terkait kiat mengajukan pertanyaan berbobot berikut ini adalah hal-hal yang perlu diperhatikan saat mengajukan pertanyaan:
ajukan pertanyaan berdasarkan apa yang didengar dan hasil merangkum (summarizing)
ajukan pertanyaan yang membuat pemahaman coachee lebih dalam tentang situasinya
pertanyaan harus merupakan hasil mendengarkan yang mengandung penggalian atas kata kunci atau emosi yang sudah dikonfirmasi
dalam format pertanyaan terbuka: menggunakan apa, bagaimana, seberapa, kapan, siapa atau di mana
Hindari menggunakan pertanyaan tertutup: “mengapa” atau “apakah” atau “sudahkah”
Bapak/Ibu, setelah sebelumnya kita sudah bersama-sama mendengar dan merangkum apa yang disampaikan coachee sekarang mari kita latihan untuk mengajukan pertanyaan dari apa yang sudah dirangkum sebelumnya.
Kegiatan Latihan Mendengarkan, Merangkum, dan Bertanya dengan RASA
Simak video latihan mendengarkan dan merangkum berikut ini.
Simak baik-baik apa yang dikatakan oleh coachee dalam video tersebut.
Temukan kata kunci dari perkataan coachee.
Rangkum perkataan coachee setiap setelah coachee berbicara.
Ajukan pertanyaan berbobot, menggunakan kata kunci yang disampaikan oleh coachee.
Rekam latihan tersebut dalam bentuk audio atau video.
Simak rekaman tersebut dan reviu rangkuman dan pertanyaan Anda.
Apakah Anda sudah merasa bahwa Anda sudah mendapatkan kata kunci yang tepat?
Apakah pertanyaan Anda sudah berbobot?
Anda boleh mengulangi latihan ini satu kali lagi agar lebih terlatih dalam mendengarkan dan mengajukan pertanyaan.
Bandingkan hasil latihan pertama dan kedua Anda. Bagian mana yang sudah menjadi lebih baik?
Silahkan tuangkan ringkasan latihan Bapak/Ibu pada kolom NOTES yang ada dibagian YOUR NOTES AND QUESTIONS!
Bapak/Ibu juga diminta untuk memberikan komentar terhadap jawaban yang dikirimkan oleh peserta lain, dengan meng-klik tombol Reply pada jawabannya
NOTES
SUYANTO noted on Mendengarkan dengan RASA
Dalam kegiatan Demo coaching antara Mbak Dita dan Ira menerapkan percakapan Coaching mendengarkan dengan RASA, sehingga selama percakapan berlangsung sangat menarik dan menyenangkan. Pertanyaan yang diajukan oleh coach sangat menyenangkan dan berbobot, coachee mampu menyampaikan permasalahannya dengan baik.
Edit Remove Reply Like (0)
Thursday, 24 August 2023, 12:35 PM
I GUSTI AGUNG AYU PRIYANTI ANTARI respond:
Benar pak. Dari video tersebut telah terlihat coach telah menerapkan RASA dan pertanyaan yang diajukan sudah mendalam.
Reply Like (0)
Thursday, 24 August 2023, 1:50 PM
HAIRIL ANAM respond:
Kesimpulannya teknik bertanya dari si coach perlu dicontoh dan diterapkan pada ruang kolaborasi dengan teknik coachingnya
Reply Like (0)
Thursday, 24 August 2023, 10:33 PM
NI PUTU NOVIA ANGGRENI respond:
Benar pak.... Saya sependapat dengan apa yang bpk paparkan sudah sangat jelas dan luar biasa....
Reply Like (0)
Friday, 25 August 2023, 1:34 PM
NI NYOMAN ARI SUYASTINI respond:
Saya setuju dengan penjelasan Bapak bahwa demo coaching telah menerapkan percakapan Coaching mendengarkan dengan RASA.
Reply Like (0)
Friday, 25 August 2023, 10:27 PM
Bapak/Ibu Calon Guru Penggerak,
Terima kasih Anda masih meluangkan waktu untuk bereksplorasi secara mandiri mengenai konsep coaching di konteks pendidikan, paradigma berpikir dan prinsip coaching, dan kompetensi inti coaching. Sekarang, saatnya Anda mempelajari tentang percakapan coaching yang menjadi acuan interaksi antara Pemimpin Pembelajaran dan Kepala Sekolah (disebut sebagai coach) dan Rekan Sejawat (disebut sebagai coachee). Dibutuhkan kemampuan seorang coach untuk dapat menavigasi tujuan dan arah percakapan yang dibutuhkan coachee dengan menggunakan acuan interaksi berikut ini (Costa dan Garmston, 2016):
Percakapan untuk perencanaan mungkin terjadi sebelum coachee (teman sejawat) akan memulai/ terlibat dalam suatu kegiatan atau melakukan suatu tugas. Selain itu percakapan untuk perencanaan bisa dilakukan sebelum memulai pendampingan kepada rekan sejawat. Pendampingan bersifat suatu pengembangan jangka pendek. Tujuan dari percakapan ini adalah merencanakan apa yang ingin dikembangkan coachee
Percakapan untuk pemecahan masalah biasanya terjadi saat coachee menghadapi masalah, merasa buntu, merasa tidak jelas, merasa tidak berdaya, merasa tidak mampu, mengalami krisis, dan membutuhkan bantuan dari luar
Percakapan untuk berefleksi terjadi setelah ada aktivitas yang dilakukan oleh coachee atau setelah coachee menyelesaikan tugas, dan saat coachee sedang ingin merefleksikan diri
Percakapan untuk kalibrasi terjadi saat coachee ingin melakukan swanilai kinerja/perkembangannya terhadap suatu standar/kriteria dan saat perlu melakukan penyesuaian ulang atas rencana terhadap standar/kriteria tersebut.
Drag kata yang tepat untuk tipe percakapan coaching berikut
Percakapan untuk terjadi setelah ada aktivitas yang dilakukan oleh coachee atau setelah coachee menyelesaikan tugas, dan saat coachee sedang ingin merefleksikan diri
Percakapan untuk mungkin terjadi sebelum coachee (teman sejawat) akan memulai/ terlibat dalam suatu kegiatan atau melakukan suatu tugas. Selain itu percakapan untuk perencanaan bisa dilakukan sebelum memulai pendampingan kepada rekan sejawat. Pendampingan bersifat suatu pengembangan jangka pendek. Tujuan dari percakapan ini adalah merencanakan apa yang ingin dikembangkan coachee.
Percakapan untuk terjadi saat coachee ingin melakukan swanilai kinerja/perkembangannya terhadap suatu standar/kriteria dan saat perlu melakukan penyesuaian ulang atas rencana terhadap standar/kriteria tersebut.
Percakapan untuk masalah biasanya terjadi saat coachee menghadapi masalah, merasa buntu, merasa tidak jelas, merasa tidak berdaya, merasa tidak mampu, mengalami krisis, dan membutuhkan bantuan dari luar
kalibrasi
1 of 4 draggables.
perencanaan
2 of 4 draggables.
pemecahan
3 of 4 draggables.
berefleksi
4 of 4 draggables.
Check
Seorang coach perlu memiliki kesadaran terhadap tujuan percakapan yang dibutuhkan coachee sesuai konteks dan ketersediaan waktu saat percakapan terjadi. Sehingga dalam satu percakapan bisa mencakup beberapa tujuan. Contoh: setelah melakukan percakapan kalibrasi, coachee memulai percakapan untuk membahas rencana kegiatan yang akan dilakukan. Di saat itu coach perlu menyesuaikan dan mengubah arah alur percakapan menjadi sebuah percakapan perencanaan. Atau di sebuah percakapan refleksi, coachee terlihat frustrasi atau bingung. Saat itu coach dapat membuat keputusan menggunakan alur percakapan untuk memecahkan masalah dan membantu menggali coachee memahami situasi/kondisi yang sedang dihadapi sehingga bisa membuat keputusan-keputusan yang sesuai untuk mengatasi situasi/kondisinya.
Sebelum membahas dan memberikan contoh alur yang spesifik dari setiap percakapan coaching di atas, kami perkenalkan acuan umum sebuah alur percakapan coaching yang akan membantu peran coach dalam membuat percakapan coaching menjadi efektif dan bermakna yaitu alur TIRTA.
TIRTA dikembangkan dari satu model umum coaching yang dikenal sangat luas dan telah banyak diaplikasikan, yaitu GROW model. GROW adalah kepanjangan dari Goal, Reality, Options dan Will.
Pada tahapan 1) Goal (Tujuan): coach perlu mengetahui apa tujuan yang hendak dicapai coachee dari sesi coaching ini,
2) Reality (Hal-hal yang nyata): proses menggali semua hal yang terjadi pada diri coachee,
3) Options (Pilihan): coach membantu coachee dalam memilah dan memilih hasil pemikiran selama sesi yang nantinya akan dijadikan sebuah rancangan aksi.
4) Will (Keinginan untuk maju): komitmen coachee dalam membuat sebuah rencana aksi dan menjalankannya.
Alur percakapan coaching TIRTA dikembangkan dengan semangat merdeka belajar yang membuat kita memiliki paradigma berpikir, prinsip dan keterampilan coaching untuk memfasilitasi rekan sejawat agar dapat belajar dari situasi yang dihadapi dan membuat keputusan-keputusan bijaksana secara mandiri. Hal ini penting mengingat tujuan coaching yaitu untuk pengembangan diri dan membangun kemandirian. Melalui alur percakapan coaching TIRTA, kita diharapkan dapat melakukan pendampingan baik kepada rekan sejawat maupun muridnya.
Dari segi bahasa, TIRTA berarti air. Air mengalir dari hulu ke hilir. Jika kita ibaratkan murid kita adalah air, maka biarlah ia merdeka, mengalir lepas hingga ke hilir potensinya.
Sebagai seorang coach salah satu peran terpentingnya adalah membantu coachee menyadari potensi yang dimiliki untuk mengembangkan kompetensi dirinya, dan menjadi mandiri melalui pendampingan yang mengedepankan semangat memberdayakan
Tujuan Umum (Tahap awal dimana kedua pihak coach dan coachee menyepakati tujuan pembicaraan yang akan berlangsung. Idealnya tujuan ini datang dari coachee)
Dalam tujuan umum, beberapa hal yang dapat coach rancang (dalam pikiran coach) dan yang dapat ditanyakan kepada coachee diantaranya:
Apa rencana pertemuan ini?
Apa tujuannya?
Apa tujuan dari pertemuan ini?
Apa definisi tujuan akhir yang diketahui?
Apakah ukuran keberhasilan pertemuan ini?
Seorang coach menanyakan kepada coachee tentang sebenarnya tujuan yang ingin diraih
Identifikasi (Coach melakukan penggalian dan pemetaan situasi yang sedang dibicarakan, dan menghubungkan dengan fakta-fakta yang ada pada saat sesi)
Beberapa hal yang dapat ditanyakan dalam tahap identifikasi ini diantaranya adalah:
Kesempatan apa yang Bapak/Ibu miliki sekarang?
Dari skala 1 hingga 10, dimana posisi Bapak/Ibu sekarang dalam pencapaian tujuan Anda?
Apa kekuatan Bapak/Ibu dalam mencapai tujuan tersebut?
Peluang/kemungkinan apa yang bisa Bapak/Ibu ambil?
Apa hambatan atau gangguan yang dapat menghalangi Bapak/Ibu dalam meraih tujuan?
Apa solusinya?
Rencana Aksi (Pengembangan ide atau alternatif solusi untuk rencana yang akan dibuat)
Apa rencana Ibu/bapak dalam mencapai tujuan?
Adakah prioritas?
Apa strategi untuk itu?
Bagaimana jangka waktunya?
Apa ukuran keberhasilan rencana aksi Bapak/Ibu?
Bagaimana cara Bapak/Ibu mengantisipasi gangguan?
Tanggungjawab (Membuat komitmen atas hasil yang dicapai dan untuk langkah selanjutnya)
Apa komitmen Bapak/Ibu terhadap rencana aksi?
Siapa dan apa yang dapat membantu Bapak/Ibu dalam menjaga komitmen?
Bagaimana dengan tindak lanjut dari sesi coaching ini?
Dengan menjalankan alur TIRTA ini, harapannya seorang kepala sekolah dapat dapat menjalankan percakapan berbasis coaching dengan lebih efektif dan bermakna.
Percakapan untuk Perencanaan
Di tahap ini, tidak perlu menggali secara detail. Dapatkan informasi yang cukup spesifik tapi tidak terlalu detail karena akan lebih digali saat berefleksi atau kalibrasi. Saat melakukan percakapan perencanan jangan minta coachee mengisi form tapi dapatkan jawaban melalui percakapan.
T (Tujuan):
Tanyakan tujuan perencanaan: apa yang ingin dicapai dengan program pengembangan/kegiatan
I (Identifikasi) & R (Rencana):
Tentukan ukuran keberhasilan program pengembangan/kegiatan
Identifikasi hal-hal yang harus disiapkan/dikembangkan
Identifikasi hal-hal yang sudah ada yang bisa membantu keberhasilan
Identifikasi dukungan yang diperlukan
TA (Tanggung Jawab):
Sepakati kapan akan melakukan sesi untuk refleksi/kalibrasi
Percakapan untuk Refleksi
Percakapan ini dilakukan setelah coachee selesai beraktivitas, menyelesaikan tantangan, atau menyelesaikan suatu tugas. Tujuan percakapan membantu coachee merefleksikan pengalamannya dan mengambil makna serta pembelajaran untuk menjadi lebih baik di kesempatan lain. Saat melakukan percakapan untuk refleksi upayakan untuk memberi banyak ruang hening untuk coachee. Izinkan coachee mengungkapkan refleksinya dengan bebas. Jaga presence untuk membantu menjaga “ruang” percakapan yang aman dan nyaman bagi coachee.
T (Tujuan)
Bangun suasana tenang saat melakukan refleksi
Menyepakati tujuan refleksi dari kegiatan yang dialami coachee
Menyepakati hasil percakapan
I & R (Identifikasi & Rencana Aksi)
Mulai dengan menanyakan apa yang didapat/dirasakan dari event/kegiatan/situasi yang direfleksikan
Tanyakan inspirasi apa yang timbul dari pengalaman/perasaan tersebut
Tanyakan apa yang sekarang jadi diketahui/dipahami/disadari oleh coachee
Tanyakan dari kesadaran itu apa yang akan dilakukan kedepannya
TA (Tanggung Jawab)
Tanyakan apa yang didapatkan dari percakapan?
Percakapan untuk pemecahan masalah
Percakapan ini dapat terjadi saat coachee menghubungi kita karena menghadapi masalah, merasa buntu, merasa tidak jelas, merasa tidak berdaya, merasa tidak mampu, atau saat coachee mengalami krisis dan membutuhkan bantuan dari luar. Saat melakukan percakapan untuk pemecahan masalah coach perlu menjaga sikap terbuka, netral, dan ingin tahu. Jangan terbawa dalam “masalah coachee”. Sering-sering mengajak coachee melihat dari area yang netral. Apabila perlu gunakan gambar/mindmap untuk membantu coachee bisa melihat dengan lebih jelas kondisi yang sedang dihadapi.
T (Tujuan)
Menyepakati tujuan percakapan dan hasil percakapan
I (Identifikasi)
Ajak coachee menggambarkan/menjelaskan/mengungkapkan masalahnya
Lalu ajak coachee melihat apa yang ingin dicapainya jika masalah hilang
Ajak coachee melihat faktor-faktor yang menyebabkan itu terjadi dan faktor-faktor yang bisa membuat hal itu hilang
(Rencana Aksi)
Ajak coachee memikirkan apakah memiliki gagasan untuk mengatasinya
Coach dan coachee bisa menggunakan sesi brainstorming
TA (Tanggung Jawab)
Sebelum percakapan berakhir, coachee menyimpulkan apa yang didapat dari percakapan
Percakapan untuk kalibrasi
Kalibrasi artinya adalah mengukur dan menyesuaikan kinerja diri dengan standar yang ditentukan. Percakapan kalibrasi dibangun untuk membimbing coachee melakukan kalibrasi terhadap standar yang berlaku dengan menyesuaikan tingkat keterampilan coachee dari standar tersebut. Percakapan ini dilakukan saat membicarakan kemajuan perkembangan diri coachee, saat coachee melakukan swanilai kinerja atau perkembangannya, atau saat perlu melakukan penyesuaian ulang atas rencana terhadap standar/kriteria tersebut. Percakapan dimulai dengan membahas hal-hal yang sudah baik. Lalu gunakan hal yang sudah baik untuk meningkatkan atau mengebangkan hal-hal yang belum sesuai target atau keinginan coachee. Berikan umpan balik sesuai data dan positif.
T (Tujuan)
Pastikan coach dan coachee dalam keadaan mental positif, siap untuk berpikir bersama, mampir hadir sepenuhnya
Pastikan memiliki intensi yang tepat yaitu ingin terkoneksi bukan mengoreksi dan ingin memahami bukan memberi tahu
I & R (Identifikasi dan Rencana Aksi)
Mulai dengan mengajak coachee menilai apa hal-hal yang sudah baik
Lanjutkan dengan swa-nilai area yang menurut coachee dapat dikembangkan lagi
Sampaikan sudut pandang coach sebagai pengamat
TA (Tanggung Jawab)
Tanyakan kesimpulan dan apa yang akan dilakukan berbeda di kemudian hari
Pengantar
Bapak/Ibu Calon Guru Penggerak,
Seperti yang sudah dibahas sebelumnya bahwa prinsip dan paradigma berpikir coaching dapat membuat proses supervisi akademik fokus kepada pemberdayaan untuk mengembangkan kompetensi diri dan kemandirian. Sementara pemahaman umum terhadap supervisi akademik adalah sebuah proses evaluasi yang sering kali bersifat satu arah tanpa ada ruang untuk dialog apalagi menyepakati hasil supervisi akademik bersama dengan pimpinan.
Umpan Balik
More information
Bapak/Ibu kita akan membahas lebih jauh proses supervisi akademik yang sesuai dengan paradigma berpikir dan prinsip coaching di pembelajaran selanjutnya. Saat ini kita akan membahas salah satu proses penting yang dilakukan saat supervisi akademik yaitu pemberian umpan balik. Apa yang perlu diperhatikan untuk membuat pemberian umpan balik yang efektif dan memberdayakan sesuai prinsip dan paradigma berpikir coaching?
Umpan balik yang efektif haruslah bersifat netral sehingga tidak subjektif dan tanpa dasar (Costa dan Garmston, 2016). Umpan balik akan memiliki lebih besar kesempatan untuk diterima apabila berbasis data kuantitatif dari indikator pencapaian yang sebelumnya sudah disepakati. Perlu disadari bahwa setiap orang membutuhkan umpan balik sehingga apabila umpan balik tidak diberikan dengan efektif maka kecenderungannya orang akan berasumsi terhadap hasil capaian sendiri tanpa data yang valid. Pembelajaran dapat terjadi di saat kita memiliki kesempatan untuk bisa mengolah data yang di dapat dari internal maupun eksternal. Data eksternal termasuk umpan balik dari rekan sejawat, guru, pendamping, pengalaman pribadi sementara data internal yang didapat dari umpan balik dan refleksi diri. Tidak satupun data yang didapat dari internal maupun eksternal akan bermanfaat untuk pengembangan diri kecuali adanya umpan balik konstruktif yang diberikan secara rutin dan berkesinambungan. Umpan balik akan efektif apabila berbasis data dan disampaikan secara langsung tidak lama setelah kejadian/pembelajaran/situasi terjadi.
Kesempatan dan kemampuan untuk melakukan evaluasi diri dan mengolah data penting untuk memberdayakan dan memandirikan guru/rekan sejawat/coachee sehingga penting bagi coachee untuk memahami bagaimana bisa mengukur kemampuan dan performa saat ini dari performa yang terdahulu. Selain itu perlu kemampuan untuk bisa menganalisis kemampuan dan performa diri dengan standar yang berlaku. Berikut ini adalah hal-hal yang perlu diperhatikan saat memberikan umpan balik dengan prinsip coaching:
Tujuan pemberian umpan balik adalah untuk membantu pengembangan diri coachee
Tanpa umpan balik, orang tidak akan mudah untuk berubah
Sesuai prinsip coaching, pemberian umpan balik tetap menjaga prinsip kemitraan
Selalu mulai dengan memahami pandangan/pendapat coachee
Menurut Costa dan Garmston (2016) dalam Cognitive Coaching: Developing Self-directed Leaders and Learners, ada beberapa jenis umpan balik balik yang mendukung kemandirian untuk penerima umpan balik.
Umpan Balik dengan Pertanyaan Reflektif
Pertanyaan reflektif akan membuat coachee menggunakan data sendiri hasil dari observasi internal dan eksternal. Menjawab pertanyaan-pertanyaan reflektif akan mendorong coachee untuk mengembangkan kemandirian karena membangun kesadaran coachee untuk menggunakan data yang akan memvalidasi evaluasi dirinya, untuk memproses umpan balik, untuk mendapatkan pembelajaran dari umpan balik, dan menentukan capaian yang perlu diselaraskan di kemudian hari. Contoh pertanyaan reflektif yang bisa diajukan saat memberikan umpan balik:
Apa indikator yang menunjukkan bahwa murid-murid di kelas mendapatkan pemahaman dari pembelajaran yang diberikan?
Apa yang melandasi keputusan Anda saat mengubah metode penyampaian materi di kelas tadi?
Apa yang Anda gunakan sebagai data umpan balik dari murid-murid di kelas untuk menentukan kesiapan mereka melanjutkan pembelajaran ke tingkatan yang lebih kompleks?
Apa yang Anda rasakan saat murid-murid di kelas menyatakan kepuasannya dari topik yang tadi Anda berikan?
Saat Anda merefleksikan capaian pembelajaran hari ini, apa indikator yang menunjukkan ketercapaian pembelajaran yang diharapkan?
Pada saat coaching:
Pada saat coachee kita menceritakan sebuah kejadian yang dia alami, kemudian muncul pikiran yang bersifat melabel/menilai, seperti “dari ceritanya sepertinya dia orang yang tidak tangguh/antusias/rajin/dlsb”.
Jika penilaian seperti itu muncul, yang bisa kita lakukan adalah menyadarinya dan kemudian kembali fokus mendengarkan coachee kita. Karena penilaian kita terhadap kejadian itu tidak penting. Yang penting adalah bagaimana coachee menilai dirinya sendiri.
Jika kita merasa bahwa penilaian kita ini penting untuk disampaikan kepada coachee, maka kita perlu mengkonfirmasinya dengan sangat berhati-hati. Sebagai contoh:
“Dari apa yang barusan Bapak ceritakan dan juga cara Bapak menceritakannya, saya menangkap ada antusiasme/rasa putus asa/dan lain sebagainya di sana. Apakah betul seperti itu Pak?”
Umpan Balik menggunakan data yang valid
Tujuan umpan balik dengan prinsip dan paradigma berpikir coaching yang artinya bebas dari penilaian akan mendorong coachee untuk melakukan identifikasi, observasi dan mengumpulkan dari datanya sendiri. Peran coach bisa membantu coachee untuk memberikan umpan balik berdasarkan data sesuai yang dibutuhkan coachee untuk pengembangan dirinya. Percakapan untuk mendapatkan data yang perlu diobservasi dilakukan saat melakukan perencanaan observasi. Saat memberikan umpan balik, coachee menggunakan data sesuai kebutuhan coachee untuk mengajak coachee mendapatkan pembelajaran dari melakukan pengukuran, menganalisis, menarik kesimpulan secara mandiri untuk dijadikan landasan perbaikan dan melakukan modifikasi yang dibutuhkan untuk performa yang lebih baik. Contoh data hasil observasi:
Anda mengajukan pertanyaan sebanyak 3 x di 10 menit pertama kelas dimulai
Berikut ini adalah 5 nama murid yang Anda ingin saya observasi, Warih menjawab 2 kali pertanyaan, Ayu menjawab 1 kali pertanyaan, sementara Simon, Shirley, dan Irra tidak menjawab
Agar proses umpan balik bisa dilakukan dengan efektif dan bermakna berikut ini tips pemberian umpan balik yang dapat diingat:
Pastikan coach dalam suasana hati positif apabila sedang marah/jengkel jangan memberi umpan balik
Dapatkan dulu pandangan coachee tentang situasi yang akan diberi umpan balik
Dengarkan, dapatkan kata kunci, perdalam dari situ
Jangan lupa memberikan umpan balik apresiatif, jika ada hal-hal baik yang ditunjukkan coachee
Mari kita refleksikan bersama pengalaman Anda saat memberikan dan menerima umpan balik:
Pengalaman proses umpan balik yang bagaimana membantu pengembangan diri dan mendorong perubahan diri Anda?
Menurut Anda, bagaimana umpan balik yang disampaikan dapat mempengaruhi kemampuan seseorang untuk mengembangkan dirinya secara mandiri?
Silahkan tuangkan ringkasan pemahaman Bapak/Ibu pada kolom NOTES yang ada dibagian YOUR NOTES AND QUESTIONS!
Bapak/Ibu juga diminta untuk memberikan komentar terhadap jawaban yang dikirimkan oleh peserta lain, dengan meng-klik tombol Reply pada jawabannya
NOTES
SUYANTO noted on Umpan Balik Berbasis Coaching
1. Pengalaman proses umpan balik yang bagaimana membantu pengembangan diri dan mendorong perubahan diri Anda? Umpan balik yang positif, saya meyakini bahwa masukan dan umpan balik yang diberikan orang lain kepada saya adalah bagian dari upaya peningkatan kapasitas diri dan profesionalisme saya 2. umpan balik yang disampaikan dapat mempengaruhi kemampuan seseorang untuk mengembangkan dirinya secara mandiri adalah umpan balik positif, seseorang akan cenderung merubah dengan umpan balik yang menarik hati
Edit Remove Reply Like (0)
Thursday, 24 August 2023, 1:20 PM
I GUSTI AGUNG AYU PRIYANTI ANTARI respond:
Benar pak, umpan balik yang positif dan menjaga prinsip kemitraan akan mampu mengembangkan diri kita secara mandiri.
Reply Like (0)
Thursday, 24 August 2023, 3:10 PM
NI PUTU NOVIA ANGGRENI respond:
Benar pak.... Saya sependapat dengan apa yang bpk paparkan sudah sangat jelas dan luar biasa....
Reply Like (0)
Friday, 25 August 2023, 1:37 PM
HAIRIL ANAM respond:
Umpan balik positif adalah umpan balik mampu meningkatkan potensi dan profesionalitas si coachee
Reply Like (0)
Saturday, 26 August 2023, 2:56 PM
Bapak/ibu dapat mencermati dan mendalami materi dengan mengunduh materi berikut ini dan dibaca secara mandiri.
Silakan gunakan navigasi yang ada.
*) Keterangan ikon pada bahan bacaan (dari kiri ke kanan):
tanda minus untuk mengecilkan tampilan materi
tanda plus untuk memperbesar tampilan materi
tanda kotak untuk menampilkan materi fullscreen
tanda panah untuk mengunduh materi
Silahkan tuangkan ringkasan pemahaman Bapak/Ibu pada kolom NOTES yang ada dibagian YOUR NOTES AND QUESTIONS!
Bapak/Ibu juga diminta untuk memberikan komentar terhadap jawaban yang dikirimkan oleh peserta lain, dengan meng-klik tombol Reply pada jawabannya.
NOTES
SUYANTO noted on Materi 2.3
Dalam percakapan coaching dengan alur TIRTA, diawali dengan menentukan tujuan dari percakapan yang akan berlangsung dilanjutkan dengan Identifikasi masalah yang dihadapi coachee, setelah mengetahui secara detail masalah yang dihadapi coachee dapat membuat rencana aksi yang didalamnya terdapat strategi untuk mencapai tujuannya, rencana aksi sudah tersusun selanjutnya bertanggung jawab dan membuat komitmen untuk melaksanakan rencana tersebut.
Edit Remove Reply Like (0)
Thursday, 24 August 2023, 1:35 PM
I GUSTI AGUNG AYU PRIYANTI ANTARI respond:
Benar pak, alur percakapan TIRTA dapat dijadikan acuan dalam coaching agar berjalan efektif.
Reply Like (0)
Thursday, 24 August 2023, 4:03 PM
NI PUTU NOVIA ANGGRENI respond:
Benar pak.... Saya sependapat dengan apa yang bpk paparkan sudah sangat jelas dan luar biasa.... semoga kita dapat mewujudkannya
Reply Like (0)
Friday, 25 August 2023, 1:39 PM
Terima Kasih Bapak/Ibu sudah mengikuti sesi pembelajaran Eksplorasi Konsep mengenai . Kompetensi Inti Coaching dan TIRTA sebagai Alur Percakapan Coaching. Mari kita bawa pemahaman yang sudah kita dapatkan pada bagian ini untuk masuk ke bagian berikutnya, yaitu Eksplorasi Konsep Supervisi Akademik dengan Paradigma Berpikir Coaching.
SUYANTO noted on Penutup
setelah sesi pembelajaran Eksplorasi Konsep mengenai Kompetensi Inti Coaching dan TIRTA sebagai Alur Percakapan Coaching. semoga saya dapat mempraktikkan tiga kompetensi inti coaching yaitu presence, mendengarkan aktif, dan mengajukan pertanyaan berbobot dalam percakapan coaching dan dapat menjelaskan jalannya percakapan coaching untuk membuat rencana, melakukan refleksi, memecahkan masalah, dan melakukan kalibrasi.
Edit Remove Reply Like (0)
Thursday, 24 August 2023, 1:41 PM
NI PUTU NOVIA ANGGRENI respond:
Benar pak.... Saya sependapat dengan apa yang bpk paparkan sudah sangat jelas dan luar biasa.... semoga kita dapat mewujudkannya
Reply Like (0)
Friday, 25 August 2023, 1:46 PM
HAIRIL ANAM respond:
Benar sekali Pak Suyanto agar kompetensi coaching bisa maksimal perlu dilatih secara rutin
Reply Like (0)
Saturday, 26 August 2023, 3:09 PM