1.4.a.4. Eksplorasi Konsep - Modul 1.4
Moda: Kegiatan mandiri, Forum Diskusi
Durasi: 4 JP
Bapak/Ibu CGP, Eksplorasi konsep untuk Budaya positif terdiri dari beberapa bagian yaitu.
2.1. Disiplin Positif dan Nilai-nilai Kebajikan Universal
Tujuan pembelajaran:
CGP dapat menjelaskan makna ‘kontrol’ dari paparan Teori Kontrol Dr. William Glasser serta miskonsepsi yang terjadi di kehidupan sehari-hari, serta dapat menjelaskan perubahan paradigma stimulus respon kepada teori kontrol.
CGP dapat menjelaskan makna Disiplin Positif, dan mengamati penerapannya di lingkungannya, serta kaitan Teori Kontrol dengan 3 Motivasi Perilaku Manusia.
CGP menjelaskan pentingnya memilih dan menentukan nilai-nilai kebajikan yang akan diyakini dan disepakati seluruh warga sekolah, sehingga kelak tercipta sebuah budaya positif.
2.2. Teori Motivasi, Hukuman dan Penghargaan, Restitusi
Tujuan Pembelajaran:
CGP dapat menjelaskan dan menganalisis Teori Motivasi dan Motivasi Intrinsik yang dituju, serta menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari di lingkungannya.
CGP dapat menjelaskan konsep hukuman dan penghargaan, dan konsep pendekatan restitusi.
CGP dapat melakukan pengamatan dan peninjauan atas praktik penerapan konsep-konsep tersebut di lingkungannya sendiri.
2.3. Keyakinan Kelas
Tujuan Pembelajaran Khusus:
CGP dapat menganalisis pentingnya memiliki keyakinan sekolah/kelas sebagai fondasi dan arah tujuan sebuah sekolah/kelas, yang akan menjadi landasan dalam memecahkan konflik atau permasalahan di dalam sebuah sekolah/kelas.
CGP dapat menjelaskan proses pembentukan dari peraturan-peraturan beralih ke keyakinan kelas.
CGP akan dapat berpikir kritis, kreatif, reflektif, dan terbuka dalam menggali nilai-nilai yang dituju pada peraturan yang ada di sekolah mereka masing-masing.
2.4. Kebutuhan Dasar Manusia dan Dunia Berkualitas
Tujuan Pembelajaran Khusus:
CGP dapat menjelaskan kebutuhan dasar yang menjadi motif dari tindakan manusia baik murid maupun guru
CGP dapat menganalisis dampak tidak terpenuhinya kebutuhan dasar terhadap pelanggaran peraturan dan tindakan yang tidak sesuai dengan nilai kebajikan
CGP dapat mengidentifikasi peran dan sekolah guru dalam upayanya menciptakan lingkungan belajar dan pemenuhan kebutuhan anak yang beragam.
2.5. Restitusi - Lima Posisi Kontrol
Tujuan Pembelajaran Khusus:
CGP dapat melakukan refleksi atas praktik disiplin yang dijalankan selama ini dan dampaknya untuk murid-muridnya.
CGP dapat menerapkan disiplin restitusi di posisi Manajer, minimal pemantau agar dapat menghasilkan murid yang bertanggung jawab, mandiri dan merdeka.
CGP dapat menganalisis secara kritis, reflektif, dan terbuka atas penemuan diri yang didapatkan dari mempelajari 5 posisi kontrol.
2.6. Restitusi - Segitiga Restitusi
Tujuan Pembelajaran Khusus:
CGP menjelaskan restitusi sebagai salah satu cara menanamkan disiplin positif pada murid sebagai bagian dari budaya positif di sekolah.
CGP dapat menerapkan restitusi dalam membimbing murid berdisiplin positif agar menjadi murid merdeka.
CGP dapat menganalisis dengan sikap reflektif dan kritis penerapan disiplin positif di lingkungannya.
CGP dapat menjelaskan makna ‘kontrol’ dari paparan Teori Kontrol Dr. William Glasser serta miskonsepsi yang terjadi di kehidupan sehari-hari, serta dapat menjelaskan perubahan paradigma stimulus respon kepada teori kontrol.
CGP dapat menjelaskan makna Disiplin Positif, dan mengamati penerapannya di lingkungannya, serta kaitan Teori Kontrol dengan 3 Motivasi Perilaku Manusia.
CGP menjelaskan pentingnya memilih dan menentukan nilai-nilai kebajikan yang akan diyakini dan disepakati seluruh warga sekolah, sehingga kelak tercipta sebuah budaya positif.
Anda dan teman Anda akan melakukan kegiatan ‘Cobalah Buka’. Anda adalah A , tugas Anda adalah mengepalkan salah satu tangan Anda. Coba Anda bayangkan bahwa Anda menyimpan sesuatu yang sangat berharga di dalam kepalan tangan Anda. Anda perlu menjaga benda tersebut sekuat tenaga Anda karena begitu pentingnya untuk kehidupan Anda. Tugas B (rekan Anda), adalah mencoba dengan segala cara untuk membuka kepalan tangan Anda. Teman Anda B boleh membujuk, menghardik, mengintimidasi, memarahi, menggoda, menggelitik, bahkan menawari Anda uang agar Anda bersedia membuka kepalan tangan Anda.
Cobalah lakukan kegiatan ‘Cobalah Buka’ di atas dengan B secara bergantian, masing-masing A dan B memiliki waktu 30 detik saja. Sesudah itu diskusikan kegiatan ini dan coba jawab pertanyaan-pertanyaan di bawah ini secara mandiri, dan diskusikan kembali dengan rekan Anda B. Bandingkan jawaban Anda, apakah berbeda, atau sama. Bilamana berbeda, kira-kira mengapa?
Apakah Anda atau B membuka kepalan tangan Anda? Mengapa, apa alasan Anda atau B membuka kepalan tangan Anda?
Apakah Anda atau B menutup kepalan tangan Anda? Mengapa, apa alasan Anda atau B tetap menutup kepalan tangan Anda?
Dalam kegiatan ini, sesungguhnya siapa yang memegang kendali atau kontrol untuk membuka atau menutup kepalan tangan?
Kemungkinan jawaban kita terhadap:
Pertanyaan-pertanyaan pertama dan kedua bervariasi, antara yang bersedia membuka, dan yang tetap bertahan menutup kepalan tangannya.
Pertanyaan ketiga, siapakah yang sesungguhnya memegang kontrol, yang menutup kepalan tangan atau yang berusaha dengan segala cara untuk membuka kepalan tangan rekannya? Jawabannya tentu kita sendiri yang memegang kontrol atas kepalan tangan kita, apakah kita membuka atau menutup kepalan tangan kita, itu bergantung pada diri kita masing-masing, sesuai dengan kebutuhan dasar kita saat itu.
Selanjutnya psikiater dan pendidik, Dr. William Glasser dalam Control Theory yang kemudian hari berkembang dan dinamakan Choice Theory, meluruskan beberapa miskonsepsi tentang makna ‘kontrol’.
Ilusi guru mengontrol murid.
Pada dasarnya kita tidak dapat memaksa murid untuk berbuat sesuatu jikalau murid tersebut memilih untuk tidak melakukannya. Walaupun tampaknya guru sedang mengontrol perilaku murid, hal demikian terjadi karena murid sedang mengizinkan dirinya dikontrol. Saat itu bentuk kontrol guru menjadi kebutuhan dasar yang dipilih murid tersebut. Teori Kontrol menyatakan bahwa semua perilaku memiliki tujuan, bahkan terhadap perilaku yang tidak disukai.
Ilusi bahwa semua penguatan positif efektif dan bermanfaat.
Penguatan positif atau bujukan adalah bentuk-bentuk kontrol. Segala usaha untuk mempengaruhi murid agar mengulangi suatu perilaku tertentu, adalah suatu usaha untuk mengontrol murid tersebut. Dalam jangka waktu tertentu, kemungkinan murid tersebut akan menyadarinya, dan mencoba untuk menolak bujukan kita atau bisa jadi murid tersebut menjadi tergantung pada pendapat sang guru untuk berusaha.
Ilusi bahwa kritik dan membuat orang merasa bersalah dapat menguatkan karakter.
Menggunakan kritik dan rasa bersalah untuk mengontrol murid menuju pada identitas gagal. Mereka belajar untuk merasa buruk tentang diri mereka. Mereka mengembangkan dialog diri yang negatif. Kadang kala sulit bagi guru untuk mengidentifikasi bahwa mereka sedang melakukan perilaku ini, karena seringkali guru cukup menggunakan ‘suara halus’ untuk menyampaikan pesan negatif.
Ilusi bahwa orang dewasa memiliki hak untuk memaksa.
Banyak orang dewasa yang percaya bahwa mereka memiliki tanggung jawab untuk membuat murid-murid berbuat hal-hal tertentu. Apapun yang dilakukan dapat diterima, selama ada sebuah kemajuan berdasarkan sebuah pengukuran kinerja. Pada saat itu pula, orang dewasa akan menyadari bahwa perilaku memaksa tidak akan efektif untuk jangka waktu panjang, dan sebuah hubungan permusuhan akan terbentuk.
Bagaimana seseorang bisa berubah dari paradigma Stimulus-Respon kepada pendekatan teori Kontrol? Stephen R. Covey (Principle-Centered Leadership, 1991) mengatakan bahwa,
“..bila kita ingin membuat kemajuan perlahan, sedikit-sedikit, ubahlah sikap atau perilaku Anda. Namun bila kita ingin memperbaiki cara-cara utama kita, maka kita perlu mengubah kerangka acuan kita. Ubahlah bagaimana Anda melihat dunia, bagaimana Anda berpikir tentang manusia, ubahlah paradigma Anda, skema pemahaman dan penjelasan aspek-aspek tertentu tentang realitas”.
Dalam rangka menciptakan lingkungan positif, salah satu strategi yang perlu kita tinjau kembali adalah penerapan disiplin di sekolah kita. Apakah telah efektif, apakah masih perlu ditinjau kembali? Apa sesungguhnya arti dari disiplin itu sendiri? Apa kaitannya dengan nilai-nilai kebajikan? Mari kita bahas makna disiplin dan nilai-nilai kebajikan universal dengan mengaitkan beberapa pembelajaran awal di modul 1.2 tentang perubahan paradigma teori stimulus respon ke teori kontrol serta teori 3 motivasi perilaku manusia.
Sebelumnya, mari kita tanyakan ke diri kita sendiri, bagaimana kita berperilaku? Mengapa kita melakukan segala sesuatu? Apakah kita melakukan sesuatu karena adanya dorongan dari lingkungan, atau ada dorongan yang lain? Terkadang kita melakukan sesuatu karena kita menghindari rasa sakit atau ketidaknyamanan, terkadang kita juga melakukan sesuatu untuk mendapatkan apa yang kita mau. Pernahkah Anda melakukan sesuatu untuk mendapat senyuman atau pujian dari orang lain? Untuk mendapat hadiah? Atau untuk mendapatkan uang? Apa lagi kira-kira alasan orang melakukan sesuatu?
Bapak dan Ibu calon guru penggerak,
Sekarang mari kita membahas tentang konsep disiplin positif yang merupakan unsur utama dalam terwujudnya budaya positif yang kita cita-citakan di sekolah-sekolah kita. Kebanyakan guru, sangat tertarik dengan topik pembahasan tentang disiplin. Mereka berpendapat bahwa kalau saja anak-anak bisa disiplin, pasti mereka akan bisa belajar. Para guru juga berpendapat bahwa mendisiplinkan anak-anak adalah bagian yang paling menantang dari pekerjaan mereka. Bagaimana dengan Bapak/Ibu CGP? Apakah Anda memiliki pendapat yang sama?
Marilah kita baca artikel di bawah ini:
Makna Kata Disiplin
Ketika mendengar kata “disiplin”, apa yang terbayang di benak Anda? Apa yang terlintas di pikiran Anda? Kebanyakan orang akan menghubungkan kata disiplin dengan tata tertib, teratur, dan kepatuhan pada peraturan. Kata “disiplin” juga sering dihubungkan dengan hukuman, padahal itu sungguh berbeda, karena belajar tentang disiplin positif tidak harus dengan memberi hukuman, justru itu adalah salah satu alternatif terakhir dan kalau perlu tidak digunakan sama sekali.
Dalam budaya kita, makna kata ‘disiplin’ dimaknai menjadi sesuatu yang dilakukan seseorang pada orang lain untuk mendapatkan kepatuhan. Kita cenderung menghubungkan kata ‘disiplin’ dengan ketidaknyamanan.
Bapak Pendidikan kita, Ki Hajar Dewantara menyatakan bahwa
“dimana ada kemerdekaan, disitulah harus ada disiplin yang kuat. Sungguhpun disiplin itu bersifat ”self discipline” yaitu kita sendiri yang mewajibkan kita dengan sekeras-kerasnya, tetapi itu sama saja; sebab jikalau kita tidak cakap melakukan self discipline, wajiblah penguasa lain mendisiplin diri kita. Dan peraturan demikian itulah harus ada di dalam suasana yang merdeka.
(Ki Hajar Dewantara, pemikiran, Konsepsi, Keteladanan, Sikap Merdeka, Cetakan Kelima, 2013, Halaman 470)
Disitu Ki Hajar menyatakan bahwa untuk mencapai kemerdekaan atau dalam konteks pendidikan kita saat ini, untuk menciptakan murid yang merdeka, syarat utamanya adalah harus ada disiplin yang kuat. Disiplin yang dimaksud adalah disiplin diri, yang memiliki motivasi internal. Jika kita tidak memiliki motivasi internal, maka kita memerlukan pihak lain untuk mendisiplinkan kita atau motivasi eksternal, karena berasal dari luar, bukan dari dalam diri kita sendiri.
Adapun definisi kata ‘merdeka’ menurut Ki Hajar adalah:
mardika iku jarwanya, nora mung lepasing pangreh, nging uga kuwat kuwasa amandiri priyangga (merdeka itu artinya; tidak hanya terlepas dari perintah; akan tetapi juga cakap buat memerintah diri sendiri)
Pemikiran Ki Hajar ini sejalan dengan pandangan Diane Gossen dalam bukunya Restructuring School Discipline, 2001. Diane menyatakan bahwa arti dari kata disiplin berasal dari bahasa Latin, ‘disciplina’, yang artinya ‘belajar’. Kata ‘discipline’ juga berasal dari akar kata yang sama dengan ‘disciple’ atau murid/pengikut. Untuk menjadi seorang murid, atau pengikut, seseorang harus paham betul alasan mengapa mereka mengikuti suatu aliran atau ajaran tertentu, sehingga motivasi yang terbangun adalah motivasi intrinsik, bukan ekstrinsik.
Diane juga menyatakan bahwa arti asli dari kata disiplin ini juga berkonotasi dengan disiplin diri dari murid-murid Socrates dan Plato. Disiplin diri dapat membuat seseorang menggali potensinya menuju kepada sebuah tujuan, sesuatu yang dihargai dan bermakna. Dengan kata lain, disiplin diri juga mempelajari bagaimana cara kita mengontrol diri, dan bagaimana menguasai diri untuk memilih tindakan yang mengacu pada nilai-nilai yang kita hargai.
Dengan kata lain, seseorang yang memiliki disiplin diri berarti mereka bisa bertanggung jawab terhadap apa yang dilakukannya karena mereka mendasarkan tindakan mereka pada nilai-nilai kebajikan universal. Dalam hal ini Ki Hajar menyatakan;
“...pertanggungjawaban atau verantwoordelijkheld itulah selalu menjadi sisihannya hak atau kewajiban dari seseorang yang pegang kekuasaan atau pimpinan dalam umumnya. Adapun artinya tidak lain ialah orang tadi harus mempertanggungjawabkan dirinya serta tertibnya laku diri dari segala hak dan kewajibannya.
(Ki Hajar Dewantara, pemikiran, Konsepsi, Keteladanan, Sikap Merdeka, Cetakan Kelima, 2013, Halaman 469)
Sebagai pendidik, tujuan kita adalah menciptakan anak-anak yang memiliki disiplin diri sehingga mereka bisa berperilaku dengan mengacu pada nilai-nilai kebajikan universal dan memiliki motivasi intrinsik, bukan ekstrinsik.
Referensi:
Restitution: Restructuring School Discipline, Diane Chelsom Gossen, 2001, New View Publications, North Canada.
Ki Hajar Dewantara; Pemikiran, Konsepsi, Keteladanan, Sikap Merdeka,2013, UST-Press bekerjasama dengan Majelis Luhur Tamansiswa.
Bapak dan Ibu calon guru penggerak,
Indah sekali bukan pemikiran-pemikiran tentang konsep disiplin di atas. Mari kita bayangkan alangkah indahnya ketika tercipta masyarakat yang bisa saling belajar, yang saling merasa terikat dan terhubungkan satu sama lain; karena masyarakat seperti itu akan mengambil tanggung jawab untuk pembelajarannya, senantiasa berusaha untuk menjadi insan yang lebih baik dari sebelumnya. Itulah tujuan dari disiplin diri.
Bapak Ibu calon guru penggerak,
Anda telah mengikuti serangkaian pembahasan tentang makna disiplin positif yang dikemukakan oleh Ki Hadjar Dewantara maupun Diane Gossen, di mana kedua pakar pendidikan mengartikan disiplin sebagai bentuk kontrol diri, yaitu belajar untuk kontrol diri agar dapat mencapai suatu tujuan mulia. Tujuan mulia di sini mengacu pada nilai-nilai atau prinsip-prinsip mulia yang dianut seseorang. Kita namakan nilai-nilai tersebut sebagai nilai-nilai kebajikan (virtues) yang universal.
Nilai-nilai kebajikan universal sendiri telah diperkenalkan di modul 1.2 yang berarti nilai-nilai kebajikan yang disepakati bersama, lepas dari suku bangsa, agama, bahasa maupun latar belakangnya. Nilai-nilai ini merupakan ‘payung besar’ dari sikap dan perilaku kita, atau nilai-nilai ini merupakan fondasi kita berperilaku. Nilai-nilai kebajikan adalah sifat-sifat positif manusia yang merupakan tujuan mulia yang ingin dicapai setiap individu. Seperti yang telah dikemukakan oleh Dr. William Glasser pada Teori Kontrol (1984), menyatakan bahwa setiap perbuatan memiliki suatu tujuan, dan selanjutnya Diane Gossen (1998) mengemukakan bahwa dengan mengaitkan nilai-nilai kebajikan yang diyakini seseorang maka motivasi intrinsiknya akan terbangun, sehingga menggerakkan motivasi dari dalam untuk dapat mencapai tujuan mulia yang diinginkan.
Beberapa institusi/organisasi pendidikan di bawah ini telah memiliki nilai-nilai kebajikan yang diyakini dan sepakati bersama. Salah satunya adalah nilai-nilai kebajikan yang ingin dicapai oleh setiap anak Indonesia yang kita kenal dengan Profil Pelajar Pancasila, yang sebelumnya telah dibahas di modul 1.2. Bisa disimpulkan bahwa sebagian institusi/organisasi saling memiliki nilai-nilai kebajikan yang sama, karena nilai-nilai tersebut bersifat universal, dan lintas bahasa, suku bangsa, agama maupun latar belakang.
Nilai-nilai Kebajikan
Profil Pelajar Pancasila
Beriman, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan Berakhlak Mulia.
Mandiri
Bernalar Kritis
Berkebinekaan Global
Bergotong royong
Kreatif
IBO Primary Years Program (PYP)
Sikap Murid:
Toleransi
Rasa Hormat
Integritas
Mandiri
Menghargai
Antusias
Empati
Keingintahuan
Kreativitas
Kerja sama
Percaya Diri
Komitmen
Sembilan Pilar Karakter (Indonesian Heritage Foundation/IHF)
Cinta Tuhan dan segenap ciptaanNYA
Kemandirian dan Tanggung jawab
Kejujuran (Amanah), Diplomatis
Hormat dan Santun
Dermawan, Suka Menolong dan Gotong Royong
Percaya Diri, Kreatif dan Pekerja Keras
Kepemimpinan dan Keadilan
Baik dan Rendah Hati
Toleransi, Kedamaian dan Kesatuan
Petunjuk Seumur Hidup dan Keterampilan Hidup (LIfelong Gu...
Keterampilan Hidup
Dapat dipercaya
Lurus Hati
Pendengar yang Aktif
Tidak Merendahkan Orang Lain
Memberikan yang Terbaik dari Diri
Petunjuk Hidup
Peduli
Penalaran
Bekerja sama
Keberanian
Keingintahuan
Usaha
Keluwesan/Fleksibilitas
Berorganisasi
Kesabaran
Keteguhan hati
Kehormatan
Memiliki Rasa Humor
Berinisiatif
Integritas
Pemecahan Masalah
Sumber pengetahuan
Tanggung jawab
Persahabatan
The Seven Essential Virtues (Building Moral Intelligence,...
Empati
Suara Hati
Kontrol Diri
Rasa Hormat
Kebaikan
Toleransi
Keadilan
The Virtues Project (Proyek Nilai-nilai Kebajikan)
Silakan Anda membaca nilai-nilai kebajikan dari keenam institusi/organisasi yang telah disampaikan di sini, dan pilihlah salah satu yang menurut Anda paling menarik. Bandingkan dengan nilai-nilai kebajikan atau prinsip-prinsip yang Anda miliki di sekolah Anda. Adakah suatu perbedaan atau persamaan? Kemudian pikirkan bagaimana nilai-nilai kebajikan yang Anda pilih tersebut dapat disampaikan dan menjadi fondasi dari keyakinan sekolah atau keyakinan kelas yang disepakati seluruh warga sekolah. Kemudian pikirkan kegiatan-kegiatan apa saja yang dapat dilakukan agar keyakinan-keyakinan tersebut dapat dipahami, dan diterapkan seluruh warga sekolah dalam kehidupan mereka sehari-hari.
Selanjutnya, silakan jawab pertanyaan berikut.
Mungkin pada awalnya motivasi Anda mengikuti Program Guru Penggerak ini karena ingin mendapatkan suatu penghargaan tertentu. Namun seiring Anda mengikuti program ini dan kemudian menikmatinya, mungkinkah motivasi Anda berubah menjadi sebuah keinginan untuk menjadi guru dengan nilai-nilai yang Anda yakini? Bila itu terjadi, apa dampaknya untuk diri Anda? Apa yang Anda dapatkan, mengapa hal itu penting untuk Anda?
Tuliskan jawaban pada kolom NOTES yang ada di navigasi YOUR NOTES AND QUESTION.
Klik Reply pada jawaban teman untuk memberikan tanggapan
SUYANTO noted on Tugas 2.1 (1)
Awal motivasi mengikuti Program Guru penggerak yakni untuk mengembangkan karier profesi berkelanjutan. tapi seiring berjalannya waktu, banyak hal hal baru yang saya pelajari. Saya ingin lebih lagi pengetahuan dala program Guru Penggerak ini. Sampai modul ini banyak pengetahuan yang saya dapat dan memiliki dampak besar dalam pola pikir saya. Dari disiplin diri hingga mengontrol diri, ini merupakan point penting. jika kita sudah memiliki nilai tersebut, kita tidak akan memaksakan kehendak dalam proses pembelajaran di sekolah. Murid tidak akan lagi tertekan melainkan kita berikan pilihan pilihan yang terbaik untuk mencapai tujuan pribadi murid yang baik.
Edit Remove Reply Like (0)
Thursday, 29 June 2023, 6:52 PM
NI PUTU EVA WAHYUNIASIH respond:
Saya sependapat dengan bapak, niat yang tulus akan menghasilkan sebuah pencapaian yang terbaik bagi kita sebagai pendidik dan tentunya bagi murid kita
Reply Like (0)
Thursday, 29 June 2023, 8:40 PM
I KADE SUDI ARIANTA respond:
setuju pak suyanto, bahwa kita harus memberikan berbagai pilihan pilihan yang terbaik untuk mencapai tujuan pribadi murid yang baik.
Reply Like (0)
Thursday, 29 June 2023, 10:51 PM
LUH SENI UDIYANA UTAMI respond:
Betul pak, ternyata mengontrol diri harus ada dalam dirinya sendiri, sebelumnya kita yang mengotrol muird, ternyta itu tidk efektif dalamm jangka waktu panjang
Reply Like (0)
Saturday, 1 July 2023, 4:04 PM
HAIRIL ANAM respond:
Mindset setelah mengikuti PGP pembelajaran akan lebih berpihak kepada murid
Reply Like (0)
Wednesday, 5 July 2023, 5:18 AM
Selanjutnya, silakan jawab pertanyaan berikut.
Sebagai seorang pendidik, saat Anda perlu hadir di suatu pelatihan, motivasi apakah yang mendasari tindakan Anda?
Apakah Anda hadir karena tidak ingin ditegur oleh pihak panitia atau pengawas Anda, dan mendapatkan surat teguran (menghindari ketidaknyamanan dan hukuman), atau
Anda ingin dilihat dan dipuji oleh lingkungan Anda, atau mendapat penghargaan sebagai kepala sekolah berprestasi? (mendapatkan imbalan atau penghargaan dari orang lain), atau
Anda ingin menjadi pemelajar sepanjang hayat, menjadi orang yang berusaha dan bertanggung jawab serta menghargai diri Anda sendiri sebagai teladan bagi murid-murid Anda, guru-guru Anda, serta lingkungan Anda karena Anda percaya, tindakan Anda sebagai pemimpin pembelajaran akan jadi panutan oleh lingkungan Anda (menghargai nilai-nilai kebajikan diri sendiri).
Manakah motivasi yang paling kuat mendasari tindakan Anda, atau adakah suatu proses perubahan motivasi antara dua motivasi?
Tuliskan jawaban pada kolom NOTES yang ada di navigasi YOUR NOTES AND QUESTION.
Klik Reply pada jawaban teman untuk memberikan tanggapan
SUYANTO noted on Tugas 2.1 (2)
Motivasi yang paling kuat mendasari tindakan saya yakni ingin menjadi pemelajar sepanjang hayat, menjadi orang yang berusaha dan bertanggung jawab serta menghargai diri sendiri sebagai teladan bagi murid-murid, rekan guru-guru, serta lingkungan sekolah karena percaya, tindakan saya sebagai pemimpin pembelajaran akan jadi panutan oleh lingkungan. serta mengupgrade pengetahuan untuk menyesuaikan pola pendidikan yang ada saat ini.
Edit Remove Reply Like (0)
Thursday, 29 June 2023, 6:56 PM
NI PUTU EVA WAHYUNIASIH respond:
Setuju pak, motivasi bapak luar biasa dalam hal meningkatkan pengetahuan untuk dapat menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman.
Reply Like (0)
Thursday, 29 June 2023, 8:56 PM
PUTU AYU PRADNYA PUSPITA respond:
Setuju pak, bahwa kita harus selalu upgrade dengan perkembangan dunia pendidikan saat ini. Sehingga pembelajaran yang kita lakukan relevan dengan perkembangan zaman
Reply Like (0)
Friday, 30 June 2023, 9:35 PM
HAIRIL ANAM respond:
Kalau semua guru memiliki mindset yang sama seperti Pak Suyanto, Indonesia akan maju dan tumbuh menjadi negara maju karena ujung tombak pembangunan sumber daya manusia ada pada guru-guru yang terus belajar sepanjang hayat.
Reply Like (0)
Wednesday, 5 July 2023, 5:29 AM
Selanjutnya, silakan jawab pertanyaan berikut.
Bila di sekolah Anda tidak ada aturan yang memberikan surat teguran bagi karyawan yang sering datang terlambat, atau tidak ada atasan yang memberikan Anda penghargaan menjadi karyawan terbaik, karena sering tepat waktu, apakah Anda akan tetap datang tepat waktu untuk mengajar murid-murid Anda? Jelaskan alasan Anda.
Tuliskan jawaban pada kolom NOTES yang ada di navigasi YOUR NOTES AND QUESTION.
Klik Reply pada jawaban teman untuk memberikan tanggapan
SUYANTO noted on Tugas 2.1 (3)
Meskipun tidak ada penghargaan menjadi karyawan terbaik, saya akan selalu datang tepat waktu untuk mengajar murid-murid. Karena ini sudah menjadi tugas saya untuk mengajar murid tepat waktu serta berkomitmen untuk melaksanakan tugas dengan baik dari pimpinan.
Edit Remove Reply Like (0)
Thursday, 29 June 2023, 7:01 PM
NI PUTU EVA WAHYUNIASIH respond:
Setuju pak, apapun yang kita lakukan dengan komitmen akan berjalan dengan lancar
Reply Like (0)
Thursday, 29 June 2023, 9:09 PM
Selanjutnya, silakan jawab pertanyaan berikut.
Menurut Anda, dari ketiga jenis motivasi yang disebutkan pada pertanyaan sebelumnya, motivasi manakah yang saat ini paling banyak mendasari perilaku murid-murid Anda di sekolah? Jelaskan.
Tuliskan jawaban pada kolom NOTES yang ada di navigasi YOUR NOTES AND QUESTION.
Klik Reply pada jawaban teman untuk memberikan tanggapan
SUYANTO noted on Tugas 2.1 (4)
motivasi yang saat ini paling banyak mendasari perilaku murid-murid di sekolah yaitu, ingin mendapatkan perhatian lebih dari gurunya, ingin mendapatkan penghargaan. Banyak murid di sekolah saya sangat bahagia bila diberikan reward oleh gurunya.
Edit Remove Reply Like (0)
Thursday, 29 June 2023, 7:10 PM
NI PUTU EVA WAHYUNIASIH respond:
Iya pak, barangkali tergantung karakteristik peserta didik juga pak, mengingat sekolah bapak adalah sekolah dengan pendidikan khusus tentunya treatmennya juga khusus.
Reply Like (0)
Thursday, 29 June 2023, 9:22 PM
I KADE SUDI ARIANTA respond:
Benar sekali pak Suyanto, murid akan lebih senang bila diberikan reward oleh gurunya apa bila sudah menyelesaikan tugas tertentu.
Reply Like (0)
Friday, 30 June 2023, 11:59 AM
LUH SENI UDIYANA UTAMI respond:
Batul pak, motivasi murid memang beragam, karena mungkin bapak mengajar di SLB perlu reward untuk mendisiplinkan murid, entah pujian, acungan jempol, atau mungkin reward lainnya, trgantung situasi peserta didik
Reply Like (0)
Saturday, 1 July 2023, 4:26 PM
Selanjutnya, silakan jawab pertanyaan berikut.
Strategi apa yang selama ini Anda terapkan untuk menanamkan disiplin positif pada murid-murid Anda, bagaimana hasilnya pada perilaku murid-murid Anda?
Tuliskan jawaban pada kolom NOTES yang ada di navigasi YOUR NOTES AND QUESTION.
Klik Reply pada jawaban teman untuk memberikan tanggapan
SUYANTO noted on Tugas 2.1 (5)
Strategi yang selama ini saya terapkan untuk menanamkan disiplin positif pada murid-murid yakni selalu mengingatkan kembali kesepakatan kelas yang sudah kita buat. Hasilnya kebanyakan anak menerapkan kesepakatan yang sudah disepakati bersama
Edit Remove Reply Like (0)
Thursday, 29 June 2023, 7:13 PM
I KADE SUDI ARIANTA respond:
Iya pak Suyanto, dengan menerapkan pembiasaan displin positif kedepannya secara perlahan akan meningkatkan displin murid.
Reply Like (0)
Friday, 30 June 2023, 12:03 PM
HAIRIL ANAM respond:
Penerapan aturan disiplin bermula dari kesepakatan bersama dalam membangun komitmen bersama
Reply Like (0)
Wednesday, 5 July 2023, 9:44 AM
Selanjutnya, silakan jawab pertanyaan berikut.
Nilai-nilai kebajikan apa yang Anda rasakan penting saat ini untuk ditanamkan pada murid-murid Anda di kelas/sekolah Anda? Mengapa?
Tuliskan jawaban pada kolom NOTES yang ada di navigasi YOUR NOTES AND QUESTION.
Klik Reply pada jawaban teman untuk memberikan tanggapan
SUYANTO noted on Tugas 2.1 (6)
Nilai nilai kebajikan Profil Pelajar Pancasila, karena di Sekolah selalu menanamkan nilai Beriman, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan Berakhlak Mulia, Mandiri, Bernalar Kritis, Berkebinekaan Global, Bergotong royong, Kreatif. menurut saya nilai tersebut paket lengkap kebutuhan murid untuk menjadikan pribadi yang baik.
Edit Remove Reply Like (0)
Thursday, 29 June 2023, 7:16 PM
I KADE SUDI ARIANTA respond:
saya setuju pak Suyanto, dengan Nilai nilai kebajikan Profil Pelajar Pancasila merupakan paket lengkap kebutuhan murid untuk menjadikan pribadi yang baik.
Reply Like (0)
Friday, 30 June 2023, 12:05 PM
I GUSTI AGUNG AYU PRIYANTI ANTARI respond:
Saya setuju dengan pak Suyanto. Profil pelajar pancasila adalah paket komplit.
Reply Like (0)
Friday, 30 June 2023, 8:03 PM
Dengan menjawab setiap pertanyaan, Anda telah menyelesaikan serangkaian kegiatan untuk mempelajari disiplin positif dan nilai-nilai kebajikan universal.
Jika diperlukan, Bapak/ibu juga dapat mencermati dan mengunduh bahan bacaan tentang Disiplin Positif dan Nilai-nilai Kebajikan Universal pada tautan berikut: 2.1. Disiplin Positif dan Nilai-nilai Kebajikan Universal
Standar Pendidikan Nasional:
Dalam rangka menciptakan lingkungan yang positif maka setiap warga sekolah dan pemangku kepentingan perlu saling mendukung, menghayati, dan menerapkan nilai-nilai kebajikan yang telah disepakati bersama. Untuk dapat menerapkan tujuan mulia tersebut, maka seorang pemimpin pembelajaran perlu berjiwa kepemimpinan sehingga dapat mengembangkan sekolah dengan baik agar terwujud suatu budaya sekolah yang positif sesuai dengan standar kompetensi pengelolaan yang telah ditetapkan.
Tujuan mulia dari penerapan disiplin positif adalah agar terbentuk murid-murid yang berkarakter, berdisiplin, santun, jujur, peduli, bertanggung jawab, dan merupakan pemelajar sepanjang hayat sesuai dengan standar kompetensi lulusan yang diharapkan.
CGP dapat menjelaskan dan menganalisis Teori Motivasi dan Motivasi Intrinsik yang dituju, serta menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari di lingkungannya.
CGP dapat menjelaskan konsep hukuman dan penghargaan, dan konsep pendekatan restitusi.
CGP dapat melakukan pengamatan dan peninjauan atas praktik penerapan konsep-konsep tersebut di lingkungannya sendiri
Bapak Ibu calon guru penggerak,
Mari kita tanyakan ke diri kita sendiri, bagaimana kita berperilaku? Mengapa kita melakukan segala sesuatu? Apakah kita melakukan sesuatu karena adanya dorongan dari lingkungan, atau ada dorongan yang lain? Terkadang kita melakukan sesuatu karena kita menghindari rasa sakit atau ketidaknyamanan, terkadang kita juga melakukan sesuatu untuk mendapatkan apa yang kita mau.
Bagaimana menurut Anda? Pernahkah Anda melakukan sesuatu untuk mendapat senyuman dari orang lain? Untuk mendapat hadiah? Atau untuk mendapatkan uang? Apalagi kira-kira alasan orang melakukan sesuatu? Untuk mengetahui lebih jauh lagi mengenai motivasi manusia, mari kita baca artikel ini:
Diane Gossen dalam bukunya Restructuring School Discipline, menyatakan ada 3 motivasi perilaku manusia:
Untuk menghindari ketidaknyamanan atau hukuman
Ini adalah tingkat terendah dari motivasi perilaku manusia. Biasanya orang yang motivasi perilakunya untuk menghindari hukuman atau ketidaknyamanan, akan bertanya, apa yang akan terjadi apabila saya tidak melakukannya? Sebenarnya mereka sedang menghindari permasalahan yang mungkin muncul dan berpengaruh pada mereka secara fisik, psikologis, maupun tidak terpenuhinya kebutuhan mereka, bila mereka tidak melakukan tindakan tersebut. Motivasi ini bersifat eksternal.
Untuk mendapatkan imbalan atau penghargaan dari orang lain.
Satu tingkat di atas motivasi yang pertama, disini orang berperilaku untuk mendapatkan imbalan atau penghargaan dari orang lain. Orang dengan motivasi ini akan bertanya, apa yang akan saya dapatkan apabila saya melakukannya? Mereka melakukan sebuah tindakan untuk mendapatkan pujian dari orang lain yang menurut mereka penting dan mereka letakkan dalam dunia berkualitas mereka. Mereka juga melakukan sesuatu untuk mendapatkan hadiah, pengakuan, atau imbalan. Motivasi ini juga bersifat eksternal.
Untuk menjadi orang yang mereka inginkan dan menghargai diri sendiri dengan nilai-nilai yang mereka percaya.
Orang dengan motivasi ini akan bertanya, akan menjadi orang yang seperti apabila saya melakukannya? Mereka melakukan sesuatu karena nilai-nilai yang mereka yakini dan hargai, dan mereka melakukannya karena mereka ingin menjadi orang yang melakukan nilai-nilai yang mereka yakini tersebut. Ini adalah motivasi yang akan membuat seseorang memiliki disiplin positif karena motivasi berperilakunya bersifat internal, bukan eksternal.
Pernahkan Anda berada dalam sebuah situasi dimana anda sengaja melakukan sesuatu yang menyakitkan bagi anda, bahkan bertabrakan dengan penghargaan dari orang lain? Mengapa anda tetap memilih melakukannya padahal anda tahu akibatnya akan menyakitkan, anda mungkin akan dikecam secara sosial, bahkan ada kerugian secara finansial? Apa prinsip-prinsip yang anda perjuangkan dan anda lindungi? Saat itu, anda sedang menjadi orang yang seperti apa?
Silahkan tuangkan jawaban Anda pada kolom NOTES yang ada dibagian YOUR NOTES AND QUESTIONS!
Klik Reply pada jawaban teman untuk memberikan tanggapan.
Bapak Ibu calon guru penggerak,
Tujuan dari disiplin positif adalah menanamkan motivasi yang ketiga pada murid-murid kita yaitu untuk menjadi orang yang mereka inginkan dan menghargai diri sendiri dengan nilai-nilai yang mereka percaya. Ketika murid-murid kita memiliki motivasi tersebut, mereka telah memiliki motivasi intrinsik yang berdampak jangka panjang, motivasi yang tidak akan terpengaruh pada adanya hukuman atau hadiah. Mereka akan tetap berperilaku baik dan berlandaskan nilai-nilai kebajikan karena mereka ingin menjadi orang yang menjunjung tinggi nilai-nilai yang mereka hargai. Pertanyaannya sekarang adalah bagaimana cara kita sebagai guru untuk menanamkan disiplin positif yang positif ini kepada murid-murid kita?
Sekarang, mari pikirkan tentang diri Anda sendiri. Anda sekarang mengikuti Program. Guru Penggerak, mengapa Anda mengikuti program ini? Apakah bila Anda tidak mengikuti program ini, akan ada hal yang menyakitkan yang akan terjadi pada Anda? Apakah ada hadiah atau penghargaan setelah Anda mengikuti program ini? Atau apakah Anda mengikuti program ini karena Anda ingin menjadi seorang guru dengan nilai-nilai yang Anda yakini, misalnya menjadi seorang guru pemelajar? Apa dampak ketiga motivasi tersebut pada diri Anda sebagai calon guru penggerak? Yang mana motivasi yang paling akan berdampak jangka panjang dan membuat Anda terus bersemangat secara internal?
Mungkin pada awalnya motivasi Anda mengikuti program ini karena ingin mendapat penghargaan. Namun seiring Anda mengikuti program ini dan kemudian menikmatinya, mungkinkah motivasi Anda akan berubah menjadi sebuah pemahaman untuk menjadi guru dengan nilai-nilai yang Anda yakini? Bila itu terjadi, dampaknya pada diri Anda?
Silahkan tuangkan jawaban Anda pada kolom NOTES yang ada dibagian YOUR NOTES AND QUESTIONS!
Klik Reply pada jawaban teman untuk memberikan tanggapan.
SUYANTO noted on Tugas 2.2 (1)
Motivasi awal saya mengikuti pendidikan guru penggerak adalah untuk mengembangkan kompetensi saya sebagai pendidik. Namun seiring dengan pelaksanaan pendidikan yang saya peroleh, program guru penggerak ini memberikan dampak positif ternyata sebagai guru bukan hanya mentransfer ilmu kepada murid namun kita sebagai pendidik harus mampu menuntun murid mendapatkan dalam menumbuhkan potensinya. selain itu itu saya mendapatkan banyak ilmu dan mendapatkan inspirasi untuk melakukan perubahan ke arah yang lebih baik serta mengembangkan inovasi dalam pembelajaran.
Edit Remove Reply Like (0)
Monday, 3 July 2023, 11:25 AM
Selanjutnya,
Sebagai seorang guru, saat Anda hadir mengajar di kelas tepat waktu, motivasi apakah yang mendasari tindakan Anda? Apakah Anda datang tepat waktu karena tidak ingin ditegur oleh atasan Anda dan kemudian mendapat surat peringatan (menghindari ketidaknyamanan dan hukuman) atau Anda ingin mendapatkan pujian dari atasan Anda dan mendapat penghargaan sebagai karyawan atau guru berprestasi? (mendapatkan imbalan atau penghargaan dari orang lain), atau Anda ingin menjadi orang yang menghargai waktu, menghargai diri Anda sendiri sebagai teladan bagi murid-murid Anda karena Anda percaya, tindakan Anda sebagai guru akan dicontoh oleh murid-murid Anda (menghargai nilai-nilai diri sendiri). Manakah motivasi yang paling kuat mendasari tindakan Anda? Atau bahkan kombinasi dari dua motivasi, atau bahkan ketiga-tiganya?
Silahkan tuangkan jawaban Anda pada kolom NOTES yang ada dibagian YOUR NOTES AND QUESTIONS!
Klik Reply pada jawaban teman untuk memberikan tanggapan.
SUYANTO noted on Tugas 2.2 (2)
Motivasi saya ingin menjadi orang yang menghargai waktu, menghargai diri sendiri sebagai teladan bagi murid-murid karena percaya tindakan kita sebagai guru akan dicontoh oleh murid-murid saya serta sebagai pegawai ingin mendapatkan penilaian kinerja sangat baik dari atasan dan mendapat penghargaan sebagai guru berprestasi, karena Penilaian Kinerja yang baik dari atasan adalah sabagai catatan dokumen laporan ke Dinas
Edit Remove Reply Like (0)
Selanjutnya,
Bila di sekolah Anda tidak ada peraturan yang mengharuskan guru datang tepat waktu dan tidak ada surat teguran bagi guru yang datang terlambat, dan tidak ada atasan yang memuji Anda, apakah Anda akan tetap datang tepat waktu untuk mengajar murid-murid Anda? Jelaskan alasan Anda.
Silahkan tuangkan jawaban Anda pada kolom NOTES yang ada dibagian YOUR NOTES AND QUESTIONS!
Klik Reply pada jawaban teman untuk memberikan tanggapan.
SUYANTO noted on Tugas 2.2 (3)
Saya akan datang tetap waktu untuk mengajar murid-murid, karena menjadi teladan bagi murid-murid saya untuk menghargai waktu. sesuai dengan semboyan Ki Hajar Dewantara "ing ngarso sun tulodho" memberikan contoh yang baik ketika berdiri di depan. Menanamkan kebiasaan menghargai waktu sejak dini sangatlah penting untuk mewujudkan disiplin positif murid.
Edit Remove Reply Like (0)
Monday, 3 July 2023, 11:48 AM
Selanjutnya,
Menurut Anda, dari ketiga jenis motivasi tadi, motivasi manakah yang saat ini paling banyak mendasari perilaku murid-murid Anda di sekolah? Jelaskan!
Silahkan tuangkan jawaban Anda pada kolom NOTES yang ada dibagian YOUR NOTES AND QUESTIONS!
Klik Reply pada jawaban teman untuk memberikan tanggapan.
SUYANTO noted on Tugas 2.2 (4)
Menurut saya, motivasi yang saat ini paling banyak mendasari perilaku murid-murid saya di sekolah adalah untuk mendapat imbalan / penghargaan dari orang lain. Murid saya sangat senang belajar ketika dihasil akhir waktu belajar mendapatkan reward atas hasil yang dicapai.
Edit Remove Reply Like (0)
Selanjutnya,
Strategi apa yang selama ini Anda terapkan untuk menanamkan disiplin positif pada murid-murid anda, bagaimana hasilnya pada perilaku murid-murid Anda?
Silahkan tuangkan jawaban Anda pada kolom NOTES yang ada dibagian YOUR NOTES AND QUESTIONS!
Klik Reply pada jawaban teman untuk memberikan tanggapan.
SUYANTO noted on Tugas 2.2 (5)
Strategi yang saya terapkan adalah pemberian tauladan kepada murid bagaimana dalam berfikir, bertindak dan bertutur kata yang baik. Kita Guru sebagai role model untuk murid tentunya dengan kesadaran diri murid, meniru apa yang kita lakukan. dampaknya murid berperilaku disiplin seperti apa yang kita contohkan
Edit Remove Reply Like (0)
Selanjutnya,
Nilai-nilai kebajikan apa yang Anda berusaha tanamkan pada murid-murid Anda di kelas dan sekolah Anda?
Silahkan tuangkan jawaban Anda pada kolom NOTES yang ada dibagian YOUR NOTES AND QUESTIONS!
Klik Reply pada jawaban teman untuk memberikan tanggapan.
SUYANTO noted on Tugas 2.2 (6)
Nilai nilai kebajikan Profil Pelajar Pancasila yakni Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Berakhlak Mulia, Mandiri, Bernalar Kritis, Berkebinekaan Global, Bergotong royong, Kreatif.
Edit Remove Reply Like (0)
Bacalah kasus Ibu Anas di bawah ini dan cobalah jawab pertanyaan-pertanyaan yang diberikan:
Iva kurang menguasai pelajaran Matematika, sehingga pada saat pelajaran tersebut berlangsung, dia lebih banyak berdiam diri atau menggambar di buku pelajarannya. Pada saat guru Matematikanya, Pak Seno, menanyakan pertanyaan Iva menjadi gugup, dan tak sengaja menjatuhkan tasnya dari kursi, serta tiba-tiba menjadi gagap pada saat berupaya menjawab. Seluruh kelas pun tertawa melihat perilaku Iva yang bicara tergagap dan terkejut tersebut. Pak Seno pada saat itu membiarkan teman-teman Iva menertawakan Iva yang tergagap dan malu luar biasa, dan malahan minta Iva untuk maju ke depan dan berdiri di depan kelas sambil menunjuk hidungnya karena tidak bisa menjawab pertanyaan Pak Seno. Kelas makin gaduh, dan anak-anak pun tertawa melihat Iva di depan kelas memegang ujung hidungnya.
Jawablah kedua pertanyaan ini, dan berilah minimal 2 tanggapan terhadap jawaban rekan Anda.
Apakah Anda setuju dengan tindakan pak Seno terhadap Iva? Mengapa?
Menurut Anda, tindakan Pak Seno terhadap Iva adalah sebuah hukuman atau konsekuensi? Mengapa?
Tuliskan jawaban pada kolom NOTES yang ada di navigasi YOUR NOTES AND QUESTION.
Klik Reply pada jawaban teman untuk memberikan tanggapan
SUYANTO noted on Pertanyaan Reflektif
Saya tidak setuju dengan tindakan Pak Seno, Karena apa yang dilakukan Pak Seno justru membuat iva akan tidak menyukai pelajaran Matematika. Iva aka tekanan batin menangung rasa takut dan malu yang luar biasa. Tindakan Pak Seno terhadap Iva adalah sebuah hukuman, Iva disuruh maju dengan pengetahuan yang belum dikuasainya justru akan membuat Iva akan berdiam diri. disinilah seharus Pak Seno memberikan motivasi agar Iva lebih fokus dalam belajar matematka, sehingga motivasi diri Iva tumbuh untuk belajar Matematika, dengan begitu lambat laun Iva akan suka dengan belajar Matematika.
Edit Remove Reply Like (0)
Monday, 3 July 2023, 5:32 PM
Dalam menjalankan peraturan ataupun keyakinan kelas/sekolah, bilamana ada suatu pelanggaran, tentunya sesuatu harus terjadi. Untuk itu kita perlu meninjau ulang tindakan penegakan peraturan atau keyakinan kelas/sekolah kita selama ini. Tindakan terhadap suatu pelanggaran pada umumnya berbentuk hukuman atau konsekuensi. Dalam modul ini akan diperkenalkan program disiplin positif yang dinamakan Restitusi.
Restitusi adalah proses menciptakan kondisi bagi murid untuk memperbaiki kesalahan mereka, sehingga mereka bisa kembali pada kelompok mereka, dengan karakter yang lebih kuat (Gossen; 2004). Restitusi juga merupakan proses kolaboratif yang mengajarkan murid untuk mencari solusi untuk masalah mereka, dan membantu murid berpikir tentang orang seperti apa yang mereka inginkan, dan bagaimana mereka harus memperlakukan orang lain (Chelsom Gossen, 1996).
Sebelum kita membahas lebih mendalam tentang penerapan Restitusi, kita perlu bertanya dahulu, adakah perbedaan antara hukuman dan konsekuensi? Bila sama, di mana persamaannya? Bila berbeda, bagaimana perbedaannya? Di bawah ini Anda akan diberikan suatu gambaran perbedaan antara Hukuman, Konsekuensi, dan Restitusi itu sendiri.
Bila kita melihat bagan di bawah ini, kata disiplin tanpa tambahan kata ‘positif’ di belakangnya, sesungguhnya sudah merupakan identitas sukses dan hukuman merupakan identitas gagal. Disiplin yang sudah bermakna positif terbagi dua bagian yaitu Disiplin dalam bentuk Konsekuensi, dan Disiplin dalam bentuk Restitusi, yang selanjutnya akan dijelaskan dengan lebih rinci di pembelajaran 2.2 dan 2.6.
Berdasarkan bagan diatas, maka kita bisa menyimpulkan bahwa hukuman bersifat tidak terencana atau tiba-tiba. Anak atau murid tidak tahu apa yang akan terjadi, dan tidak dilibatkan. Hukuman bersifat satu arah, dari pihak guru yang memberikan, dan murid hanya menerima suatu hukuman tanpa melalui suatu kesepakatan, atau pengarahan dari pihak guru, baik sebelum atau sesudahnya. Hukuman yang diberikan bisa berupa fisik maupun psikis, murid/anak disakiti oleh suatu perbuatan atau kata-kata.
Sementara disiplin dalam bentuk konsekuensi, sudah terencana atau sudah disepakati; sudah dibahas dan disetujui oleh murid dan guru. Umumnya bentuk-bentuk konsekuensi dibuat oleh pihak guru (sekolah), dan murid sudah mengetahui sebelumnya konsekuensi yang akan diterima bila ada pelanggaran. Pada konsekuensi, murid tetap dibuat tidak nyaman untuk jangka waktu pendek. Konsekuensi biasanya diberikan berdasarkan suatu data yang umumnya dapat diukur, misalnya, setelah 3 kali tugasnya tidak diselesaikan pada batas waktu yang diberikan, atau murid melakukan kegiatan di luar kegiatan pembelajaran, misalnya mengobrol, maka murid tersebut akan kehilangan waktu bermain, dan harus menyelesaikan tugas karena ketertinggalannya. Peraturan dan konsekuensi yang mengikuti ini sudah diketahui sebelumnya oleh murid. Sikap guru di sini senantiasa memonitor murid.
Setelah membaca bagan tentang perbedaan Hukuman, Konsekuensi dan Restitusi, maka isilah bagan di bawah ini, kira-kira bila seorang guru/orang tua melakukan tindakan yang dinyatakan di kolom sisi kiri, apakah tindakan tersebut berupa sebuah hukuman, konsekuensi?
Hukuman atau Konsekuensi?
Lari mengelilingi lapangan basket 2 kali karena terlambat hadir di sekolah.
Sanksi/Konsekuensi
Hukuman
Membersihkan coretan yang dibuatnya di meja tulis.
Hukuman
Sanksi/Konsekuensi
Murid diminta untuk ‘push up’ 15 kali karena tidak menggunakan masker ke sekolah.
Sanksi/Konsekuensi
Hukuman
Menggantikan kertas tugas teman yang telah dicoret-coret.
Sanksi/Konsekuensi
Hukuman
Bacalah kasus Ibu Anas di bawah ini dan jawablah pertanyaan-pertanyaan yang diberikan:
Ibu Anas guru kelas 2 SD, mendapatkan masalah. Murid-muridnya tidak bisa tertib berdiri antri di depan pintu kelas, dan selalu berebutan masuk ke dalam kelas setelah jam istirahat usai. Ini tentunya sangat mengganggu proses pembelajaran dimana kelas tidak dapat mulai tepat waktu karena Ibu Anas sibuk menenangkan murid-muridnya untuk waktu cukup lama. Akhirnya Bu Anas berpikir cepat, dan mengandalkan stiker bintang. Setiap murid-muridnya akan masuk kelas usai jam istirahat, Bu Anas akan mengiming-imingi murid-muridnya dengan stiker bintang. “Siapa yang dapat berdiri lurus dan berbaris rapi antri di depan pintu, dapat bintang dari Bu Anas!” Sebagian besar murid-muridnya menyambut tantangan tersebut, dan langsung berdiri rapi di depan pintu agar mendapatkan stiker bintang. Hal ini terus dilakukan Bu Anas selama beberapa minggu, karena cukup berhasil membuat murid-muridnya berdiri rapi antri di depan pintu. Sampai pada suatu saat Bu Anas sakit, dan terpaksa digantikan Pak Heru. Pak Heru tidak mengetahui tentang stiker bintang, dan benar saja, pada saat mau masuk ke kelas usai jam istirahat murid-murid kelas 2 kembali berebutan masuk kelas. Apa yang terjadi, mengapa?
Jawablah ketiga pertanyaan ini, dan berilah minimal 2 tanggapan terhadap jawaban rekan Anda.
Berdasarkan teori motivasi yang telah Anda pelajari pada pembelajaran sebelumnya, kira-kira apa motivasi murid-murid kelas 2 untuk bersedia berdiri antri sebelum masuk kelas?
Adakah cara lain agar murid-murid kelas 2 bersedia antri di depan kelas tanpa diberi penghargaan stiker bintang? Jelaskan.
Tuliskan jawaban pada kolom NOTES yang ada di navigasi YOUR NOTES AND QUESTION.
Klik Reply pada jawaban teman untuk memberikan tanggapan
SUYANTO noted on Pertanyaan Reflektif
1. Motivasi murid kelas 2 adalah untuk mendapatkan imbalan atau penghargaan. dengan Bu Anas memberikan Stiker Bintang murid merasa senang apa yang ia dapat. ketika Pak Heru tidak memberikan stiker bintang dan murid kembali tidak rapi kembali, merasa diri murid tidak mendapatkan imbalan atau penghargaan maka kembali berebut saat masuk kelas. 2. Cara lain agar murid kembali rapi saat hendak masuk kelas yakni, membuat kesepakatan bersama bahwa pentingnya budaya antri. dengan menerapkan budaya antri murid adalah hebat bersama. sehingga motivasi diri dalam murid tumbuh kembang.
Edit Remove Reply Like (0)
Monday, 3 July 2023, 6:10 PM
“Saat kita berulang kali menjanjikan hadiah kepada anak-anak agar berperilaku bertanggung jawab, atau kepada seorang murid agar mempelajari sesuatu yang baru, atau kepada seorang karyawan agar melakukan pekerjaan yang berkualitas,kita sedang berasumsi mereka tidak dapat melakukannya, atau mereka tidak akan memilih untuk melakukannya.”
(Alfie Kohn)
Alfie Kohn (Punished by Rewards, 1993, Wawancara ASCD Annual Conference, Maret 1995) mengemukakan baik penghargaan maupun hukuman, adalah cara-cara mengontrol perilaku seseorang yang menghancurkan potensi untuk pembelajaran yang sesungguhnya. Menurut Kohn, secara ideal tindakan belajar itu sendiri adalah penghargaan sesungguhnya.
Kohn selanjutnya juga mengemukakan beberapa pernyataan dari hasil pengamatannya selama ini tentang tindakan memberikan penghargaan yang nilainya sama dengan menghukum seseorang.
Dihukum oleh Penghargaan
Pengaruh Jangka Pendek dan Jangka Panjang
Penghargaan efektif jika kita menginginkan seseorang melakukan sesuatu yang kita inginkan, dalam jangka waktu pendek.
Jika kita menggunakan penghargaan lagi, dan lagi, maka orang tersebut akan bergantung pada penghargaan yang diberikan, serta kehilangan motivasi dari dalam.
Jika kita mendapatkan penghargaan untuk melakukan sesuatu yang baik, maka selain kita senantiasa berharap mendapatkan penghargaan tersebut lagi, kita pun menjadi tidak menyadari tindakan baik yang kita lakukan.
Penghargaan Tidak Efektif
Suatu penghargaan adalah suatu benda atau peristiwa yang diinginkan, yang dibuat dengan persyaratan: Hanya jika Anda melakukan hal ini, maka Anda akan mendapatkan penghargaan yang diinginkan.
Jika saya mengharapkan suatu penghargaan dan tidak mendapatkannya, maka saya akan kecewa dan berkecil hati, serta kemungkinan lain kali saya tidak akan berusaha sekeras sebelumnya.
Jika kita memberikan seseorang suatu penghargaan untuk melakukan sesuatu, maka kita harus terus menerus memberikan penghargaan itu jika kita ingin orang tersebut meneruskan perilaku yang kita inginkan.
Orang yang berusaha berhenti merokok, atau orang yang berusaha diet menguruskan badan bila diberikan penghargaan hampir pasti tidak berhasil.
Penghargaan Merusak Hubungan
Ketika seorang diberi penghargaan atau dipuji di depan orang banyak, maka yang lain akan merasa iri, dan sebagian dari mereka akan tidak menyukai orang yang diberikan penghargaan tersebut.
Jika seorang guru sering memberikan penghargaan kepada murid-muridnya, besar kemungkinan murid-muridnya termotivasi hanya untuk menyenangkan gurunya. Mereka tidak akan bersikap jujur kepada guru tersebut.
Penghargaan menciptakan persaingan di dalam kelas, dan persaingan menciptakan kecemasan.
Mereka yang percaya bahwa mereka tidak memiliki kesempatan untuk mendapatkan penghargaan akan berhenti mencoba.
Penghargaan Mengurangi Ketepatan
Riset I: Dalam sebuah percobaan, sekelompok anak laki-laki berusia sekitar 9 tahun diminta untuk melihat gambar-gambar wajah yang ditampilkan di layar, dan mereka harus memberitahukan jika wajah-wajah tersebut sama atau berbeda. Gambar-gambar tersebut hampir sama. Beberapa dari mereka diberi penghargaan (dalam bentuk uang) pada saat mereka memberikan jawaban benar, sementara sebagian yang lain tidak.
Hasil: Anak laki-laki yang dibayar membuat lebih banyak kesalahan.
Riset II: Anak-anak diminta mengingat kata-kata tertentu, kemudian mereka diminta mengambil kartu yang berisi kata-kata yang diingat tersebut setiap kali muncul. Beberapa anak diberikan permen setiap mereka memberikan jawaban yang benar, dan sebagian yang lain hanya diberitahu saja bila jawaban mereka benar.
Hasil: Anak-anak yang mendapatkan permen jawabannya banyak yang tidak tepat dibandingkan anak-anak yang hanya diberitahu jawabannya benar
Penghargaan Menurunkan Kualitas
Pengamatan dilakukan pada sekelompok mahasiswa/i yang sedang kerja praktik di sebuah surat kabar universitas; saat itu mereka sedang belajar menuliskan sebuah artikel tentang sebuah judul berita utama. Seiring waktu mahasiswa/i tersebut semakin mampu bekerja dengan cepat. Kemudian, ada beberapa mahasiswa/i yang dibayar untuk setiap judul berita utama yang mereka mampu hasilkan, dan setelah beberapa lama mahasiswa/i yang dibayar ini hasil kinerjanya berhenti berkembang. Mereka yang tidak menerima bayaran terus berupaya mengasah diri menjadi lebih baik.
Penghargaan Mematikan Kreativitas
Murid-murid diminta berpikir mengenai hadiah atau penghargaan yang bisa mereka dapatkan bila berhasil menulis sebuah puisi. Kreatifitas kelompok murid-murid ini menjadi berkurang, dibandingkan dengan yang tidak diberitahukan tentang hadiah yang bisa mereka terima.
Penelitian menunjukkan bahwa pekerjaan seni atau sebuah penulisan cerita menjadi kurang kreatif bila dijanjikan sebuah hadiah/penghargaan.
Dalam tugas-tugas memecahkan masalah, para murid memakan waktu lebih lama dan memberikan jalan keluar kurang kreatif, saat mereka dijanjikan suatu penghargaan.
Penghargaan Menghukum
Penghargaan ‘menghukum’ mereka yang tidak mendapatkan penghargaan. Misalnya dalam sistem ‘ranking’. Mereka yang mendapatkan ranking kedua akan merasa paling ‘dihukum’.
Memberikan penghargaan dan hukuman adalah hal yang sama, karena keduanya mencoba mengendalikan perilaku seseorang.
Karena orang pada dasarnya tidak suka dikendalikan, dalam jangka waktu lama, penghargaan akan terlihat sebagai hukuman.
Jika suatu penghargaan diharapkan, namun Anda tidak mendapatkannya, Anda akan merasa dihukum.
Motivasi dari Dalam Diri (Intrinsik)
Saat seorang anak belajar untuk pertama kali, menggabungkan huruf-huruf dan kata-kata, serta menyadari bahwa ia dapat membaca, timbul pijar di matanya dan sebuah senyuman di wajahnya. Anak tersebut begitu gembira bahwa ia telah mempelajari dan menguasai suatu keterampilan baru. Kesadaran akan kemampuannya bahwa ‘dia’ sudah dapat membaca, sesungguhnya sudah merupakan sebuah penghargaan.
Jika kita memberikan penghargaan kepada seorang anak pada saat dia sedang merasa bangga dengan pencapaiannya sendiri, maka kita akan mengambil kegembiraan yang saat itu sedang dirasakan secara alamiah.
Disadur dari materi pelatihan ‘Dihukum oleh Penghargaan’, Yayasan Pendidikan Luhur-Foundation for Excellence in Education, 2006.
Bacalah kedelapan pembahasan tentang ‘Dihukum oleh Penghargaan’ yang dirangkum dalam kotak pada halaman sebelumnya. Rangkuman itu berisi pernyataan-pernyataan atau hasil penelitian yang dikumpulkan oleh pakar pendidikan Alfie Kohn.
Pilihlah dua kotak yang berisi pernyataan atau hasil penelitian yang paling menarik atau menantang untuk Anda. Tuliskan tanggapan Anda terhadap pernyataan/hasil penelitian yang Anda pilih tersebut, kemudian berilah minimal 2 tanggapan atas jawaban/tanggapan rekan Anda.
Silahkan tuangkan jawaban Anda pada kolom NOTES yang ada dibagian YOUR NOTES AND QUESTIONS!
Klik Reply pada jawaban teman untuk memberikan tanggapan.
SUYANTO noted on Tugas 2.2 (7)
Kedelapan pembahasan tentang ‘Dihukum oleh Penghargaan’ oleh Alfie Kohn, yang paling menarik bagi saya adalah Penghargaan Merusak Hubungan dan penghargaan mengurangi kualitas. Ketika seorang diberi penghargaan atau dipuji di depan orang banyak, maka yang lain akan merasa iri, dan sebagian dari mereka akan tidak menyukai orang yang diberikan penghargaan tersebut. dan ketika sudah terbiasa mendapatkan penghargaan, setelah itu tidak ada penghargaan lagi maka akan membuat malas kembali dalam bekerja. karena bekerja hanya untuk mendapatkan penghargaaan
Edit Remove Reply Like (0)
Bapak Ibu calon guru penggerak, apa yang akan Anda lakukan bila,
Dalam sebuah acara pesta ulang tahun, teman Anda memecahkan gelas. Apakah Anda akan membiarkan dia membayar harga gelas yang dipecahkannya?
Anda sudah janji bertemu dengan teman Anda, namun ternyata dia juga memiliki janji penting bertemu orang lain di tempat lain, dan Anda terpaksa naik taksi untuk menemui teman Anda di tempat itu, apakah Anda akan meminta teman Anda membayar biaya taksi Anda menuju ke tempat tersebut?
Pegawai Anda membuat kesalahan yang menyebabkan kerugian finansial pada perusahaan, pegawai tersebut menawarkan untuk bekerja lembur tanpa bayaran, apakah Anda sebagai pemilik perusahaan akan menerimanya?
Bapak dan Ibu Calon Guru Penggerak,
Bila ada seseorang berbuat salah pada Anda, ketika mereka menawarkan sebuah tindakan untuk memperbaiki kesalahan mereka, kemungkinan besar, jawaban Anda adalah akan menolak semua tawaran itu, dan akan bilang, tidak usah, tidak apa-apa. Lupakan saja.
Kebiasaan kita selama ini, bila ada orang yang berlaku salah pada kita adalah langsung memaafkan, atau bahkan kita melakukan sesuatu yang membuat mereka tidak nyaman atau merasa bersalah. Kita cenderung untuk berfokus pada kesalahan daripada mencari cara bagi orang yang berbuat kesalahan untuk memperbaiki diri. Kita lebih fokus pada pada cara mereka membayar akibat dari kesalahan mereka daripada mengembalikan harga diri mereka. Membuat kondisi menjadi impas, menjadi lebih penting daripada membuat situasi menjadi benar.
Bapak Ibu guru penggerak,
Sebagai seorang guru, ketika murid Anda melakukan kesalahan, tindakan mana yang akan Anda lakukan?
Menunjukkan kesalahannya dan memintanya melihat kesalahannya baik-baik
Mengatakan, “Kamu seharusnya tahu bagaimana kamu seharusnya bertindak”.
Mengingatkan murid Anda akan kesalahannya yang sama di waktu sebelumnya.
Bertanya padanya, “Kenapa kamu melakukan sesuatu yang seharusnya tidak kamu lakukan?”.
Mengkritik dan mendiamkannya
Kalau Anda melakukan tindakan-tindakan di atas, mungkin Anda akan membuat murid Anda merasa menjadi anak yang gagal. Pertanyaannya sekarang, bagaimana sebaiknya respon kita bila ada murid kita melakukan kesalahan? Mari kita baca artikel ini.
Demikianlah penjelasan mengenai motivasi, hukuman dan penghargaan, serta restitusi sebagai upaya-upaya yang dapat dilakukan dalam membangun budaya positif di sekolah. Tentunya, untuk mewujudkan hal ini membutuhkan proses yang yang tidak bisa dilakukan dalam waktu singkat. Selain itu, proses ini juga membutuhkan keterlibatan semua pemangku kepentingan di sekolah.
Jika diperlukan, Bapak/ibu juga dapat mencermati dan mengunduh bahan bacaan tentang Teori Motivasi, Hukuman dan Penghargaan, Restitusi pada tautan berikut: 2.2. Teori Motivasi, Hukuman dan Penghargaan, Restitusi
Selanjutnya, silakan lanjutkan untuk mempelajari materi keyakinan kelas.
CGP dapat menganalisis pentingnya memiliki keyakinan sekolah/kelas sebagai fondasi dan arah tujuan sebuah sekolah/kelas, yang akan menjadi landasan dalam memecahkan konflik atau permasalahan di dalam sebuah sekolah/kelas.
CGP dapat menjelaskan proses pembentukan dari peraturan-peraturan beralih ke keyakinan kelas.
CGP akan dapat berpikir kritis, kreatif, reflektif, dan terbuka dalam menggali nilai-nilai yang dituju pada peraturan yang ada di sekolah mereka masing-masing.
Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut:
Mengapa kita memiliki peraturan tentang penggunaan helm pada saat mengendarai kendaraan roda dua/motor?
(Kemungkinan jawaban Anda adalah untuk ‘keselamatan’).
Mengapa kita memiliki peraturan tentang penggunaan masker dan mencuci tangan setiap saat?
(Kemungkinan jawaban Anda adalah ‘untuk kesehatan dan/atau keselamatan’).
Nilai-nilai keselamatan atau kesehatan inilah yang kita sebut sebagai suatu ‘keyakinan’, yaitu nilai-nilai kebajikan universal yang disepakati secara tersirat dan tersurat, lepas dari latar belakang suku, negara, bahasa maupun agama. Seperti yang sudah disampaikan sebelumnya pada pembelajaran 2.1 tentang Nilai-nilai Kebajikan bahwa menekankan pada keyakinan seseorang akan lebih memotivasi seseorang dari dalam. Seseorang akan lebih tergerak dan bersemangat untuk menjalankan keyakinannya, daripada hanya sekedar mengikuti serangkaian peraturan tertulis tanpa makna. Murid-murid pun demikian, mereka perlu mendengarkan dan memahami arti sesungguhnya tentang peraturan-peraturan yang diberikan, apa nilai-nilai kebajikan dibalik peraturan tersebut, apa tujuan utamanya, dan menjadi tidak tertarik, atau takut sehingga hanya sekedar mengikuti serangkaian peraturan-peraturan yang mengatur mereka tanpa memahami tujuan mulianya.
Pada pembelajaran Disiplin dan Nilai-nilai Kebajikan Universal, kita telah mempelajari tentang nilai-nilai kebajikan yang dapat menjadi landasan kita dalam membuat suatu keyakinan sekolah atau menentukan visi dan misi atau tujuan dari sebuah institusi/sekolah. Seperti telah dikemukakan di modul 1.2, dalam penentuan visi sebuah institusi/sekolah kita terlebih dahulu perlu menentukan nilai-nilai kebajikan apa yang terpenting bagi institusi tersebut agar dapat mencapai tujuan mulia yang dicita-citakan. Penentuan nilai-nilai kebajikan pada sebuah institusi telah diberikan contoh-contohnya pada pembelajaran 2.1.
Selanjutnya kita akan meninjau kegiatan-kegiatan apa saja yang bisa dilakukan agar dapat menentukan keyakinan suatu sekolah atau pun keyakinan kelas pada halaman berikutnya.
Silahkan tuangkan jawaban Anda pada kolom NOTES yang ada dibagian YOUR NOTES AND QUESTIONS!
Klik Reply pada jawaban teman untuk memberikan tanggapan.
Lihat daftar kebajikan yang telah disusun bersama (contoh pada pembelajaran 2.1).
Tentukan nilai-nilai kebajikan yang ingin dijadikan perhatian utama di sekolah Anda. Curah pendapat dalam kelompok.
Sempurnakan beberapa daftar nilai-nilai kebajikan yang utama, bahas kembali dalam kelompok utama.
Buatlah poster atau muat di sosial media keyakinan sekolah/kelas Anda.
Silahkan tuangkan jawaban Anda pada kolom NOTES yang ada dibagian YOUR NOTES AND QUESTIONS!
Klik Reply pada jawaban teman untuk memberikan tanggapan.
Keyakinan kelas bersifat lebih ‘abstrak’ daripada peraturan, yang lebih rinci dan konkrit.
Keyakinan kelas berupa pernyataan-pernyataan universal.
Pernyataan keyakinan kelas senantiasa dibuat dalam bentuk positif.
Keyakinan kelas hendaknya tidak terlalu banyak, sehingga mudah diingat dan dipahami oleh semua warga kelas.
Keyakinan kelas sebaiknya sesuatu yang dapat diterapkan di lingkungan tersebut.
Semua warga kelas hendaknya ikut berkontribusi dalam pembuatan keyakinan kelas lewat kegiatan curah pendapat.
Bersedia meninjau kembali keyakinan kelas dari waktu ke waktu.
Lihatlah daftar peraturan di bawah ini kemudian tuliskan keyakinan kelas atau nilai kebajikan yang dituju dari peraturan tersebut. Adapun nilai-nilai kebajikan yang diterima secara universal lepas dari latar belakang budaya, bahasa, suku bangsa, maupun agama berupa hal-hal seperti keadilan, kehormatan, peduli, integritas, kejujuran, pelayanan, keamanan, kesabaran, tanggung jawab, mandiri, berprinsip, keselamatan, kesehatan, dan masih banyak lagi nilai-nilai kebajikan universal. Peraturan-peraturan yang tercantum di sisi kiri tidak terbatas pada peraturan yang ditemui di kelas atau sekolah, namun peraturan yang biasa kita temui di sekeliling kita.
Silahkan tuangkan jawaban Anda pada kolom NOTES yang ada dibagian YOUR NOTES AND QUESTIONS!
Klik Reply pada jawaban teman untuk memberikan tanggapan.
Mempersilakan warga sekolah atau murid-murid di sekolah/kelas untuk bercurah pendapat tentang peraturan yang perlu disepakati di sekolah/kelas.
Mencatat semua masukan-masukan para murid/warga sekolah di papan tulis atau di kertas besar (kertas ukuran poster), di mana semua anggota kelas/warga sekolah bisa melihat hasil curah pendapat.
Susunlah keyakinan kelas sesuai prosedur ‘Pembentukan Keyakinan Sekolah/Kelas’. Gantilah kalimat-kalimat dalam bentuk negatif menjadi positif.
Contoh:
Kalimat negatif: Jangan berlari di kelas atau koridor.
Kalimat positif: Berjalanlah di kelas atau koridor.
Tinjau kembali daftar curah pendapat yang sudah dicatat. Anda mungkin akan mendapati bahwa pernyataan yang tertulis di sana masih banyak yang berupa peraturan-peraturan. Selanjutnya, ajak warga sekolah/murid-murid untuk menemukan nilai kebajikan atau keyakinan yang dituju dari peraturan tersebut. Contoh: Berjalan di kelas, Dengarkan Guru, Datanglah Tepat Waktu berada di bawah 1 ‘payung’ yaitu keyakinan untuk ‘Saling Menghormati’ atau nilai kebajikan ‘Hormat’. Keyakinan inilah yang dimasukkan dalam daftar untuk disepakati. Kegiatan ini juga merupakan pendalaman pemahaman bentuk peraturan ke keyakinan sekolah/kelas.
Tinjau ulang Keyakinan Sekolah/Kelas secara bersama-sama. Seharusnya setelah beberapa peraturan telah disatukan menjadi beberapa keyakinan maka jumlah butir pernyataan keyakinan akan berkurang. Sebaiknya keyakinan sekolah/kelas tidak terlalu banyak, bisa berkisar antara 3-7 prinsip/keyakinan. Bilamana terlalu banyak, maka warga kelas akan sulit mengingatnya dan akibatnya sulit untuk dijalankan.
Setelah keyakinan sekolah/kelas selesai dibuat, maka semua warga kelas dipersilakan meninjau ulang, dan menyetujuinya dengan menandatangani keyakinan sekolah/kelas tersebut, termasuk guru dan semua warga/murid.
Keyakinan Sekolah/Kelas selanjutnya bisa dilekatkan di dinding kelas di tempat yang mudah dilihat semua warga kelas.
Agar semua warga kelas dapat memahami setiap pernyataan yang telah tercantum dalam keyakinan kelas, maka selama seminggu di awal tahun ajaran baru dapat didedikasikan untuk pendalaman setiap keyakinan dengan berbagai kegiatan.
1. Kegiatan Tampak Seperti/Tidak Tampak Seperti
Anggota kelas dibagi menjadi beberapa kelompok, dan setiap kelompok diberikan kertas. Salah satu anggota kelompok membuat huruf T kapital yang besar (Tabel T). Guru memberikan salah satu ‘keyakinan kelas’ kepada setiap kelompok. Dua kelompok bisa mendapatkan keyakinan yang sama bila ada 10 kelompok. Selanjutnya setiap kelompok diminta untuk bercurah pendapat tentang keyakinan tersebut, tampak seperti apa, tampak tidak seperti apa. Kemudian hasil curah pendapat setiap kelompok dipresentasikan pada kelompok besar, dan kertasnya ditempel di sekeliling dinding kelas untuk dapat dilihat setiap warga kelas agar menguatkan pemahaman.
Contoh
Tampak Seperti/Tidak Tampak Seperti (Tabel T) dari Keyakinan Kelas 7:
Bagan Tampak Seperti (Tabel Y) dari Keyakinan Kelas 7.
2. Kegiatan Tugas Saya-Tugas Kamu (Tugas Guru-Tugas Murid)
Salah satu kegiatan lain yang dapat dilakukan untuk memperdalam keyakinan kelas, adalah mempelajari tanggung jawab setiap warga kelas. Keyakinan bertanggung jawab serta hak seseorang adalah sesuatu yang diungkapkan oleh Ki Hadjar Dewantara tentang menumbuhkan murid yang merdeka:
“...beratlah kemerdekaan itu! bukan hanya tidak terperintah saja, akan tetapi harus juga dapat menegakkan dirinya dan mengatur perikehidupannya dengan tertib. dalam hal ini termasuklah juga mengatur tertibnya perhubungan dengan kemerdekaan orang lain (Ki Hadjar Dewantara, buku kuning, hal.4.)
Pada pekan pendalaman Keyakinan Kelas, maka murid-murid dapat diajak berdiskusi tentang tanggung jawab dan hak masing-masing warga kelas, yaitu apa Tugas Guru dan Bukan Tugas Guru serta Apa Tugas Murid atau Bukan Tugas Murid. Berikut adalah langkah yang dapat dilakukan dalam mendiskusikan hal tersebut:
Guru akan membuat bagan berisi 4 kotak.
Masing-masing kotak diisi judul: Guru-Tugasnya..., Murid-Tugasnya..., Guru-Tugasnya Bukan.., Murid-Tugasnya Bukan...
Guru bercurah pendapat dengan dua cara:
Mengajak murid berpendapat secara individu, atau
Membagi murid dalam 4 atau 8 kelompok, dan setiap kelompok diberikan tugas bercurah pendapat tentang masing-masing tugas/bukan tugas guru maupun murid.
Hasil dari curah pendapat Tugas Saya-Tugas Kamu ditempel di dinding kelas agar dapat dilihat seluruh warga kelas.
Contoh (hasil curah pendapat guru dan murid-muridnya)
Tugas Saya (Guru)-Tugas Kamu (Murid) (Kelas 4-8)
1. Kegiatan Tampak Seperti/Tidak Tampak Seperti
Use left and right arrow to change slide in that direction whenever canvas is selected.
Sekarang tugas mandiri Anda adalah, silahkan coba melakukan pemetaan seperti kegiatan sebelumnya.
Tersedia 2 butir Keyakinan Kelas 5 (lihat contoh) yang disediakan dalam bentuk Tabel T. Tuliskan gagasan-gagasan Anda tentang contoh perwujudan dari 2 keyakinan tersebut, tampak seperti apa dan tidak tampak seperti apa?
Selanjutnya isilah bagaimana perwujudan dari Keyakinan Kelas 1 berikut: "setiap anggota kelas melakukan tugas". Tuliskan apa yang ingin Anda dengar, lihat, dan lakukan dalam format Tabel Y, seperti di bawah:
2. Kegiatan Tugas Saya-Tugas Kamu (Tugas Guru-Tugas Murid)
Coba Anda lakukan kegiatan Tugas Saya-Tugas Kamu dengan murid-murid di sekolah Anda, atau bisa juga dilakukan dengan anak-anak Anda di rumah (menjadi: Tugas Orang Tua-Tugas Anak). Bercurah pendapat tentang tugas masing-masing warga kelas atau rumah untuk membangun lingkungan positif yang aman dan nyaman, yang selanjutnya menjadi suatu budaya positif.
Demikianlah penjelasan mengenai keyakinan kelas sebagai upaya-upaya yang dapat dilakukan dalam membangun budaya positif di sekolah. Tentunya, untuk mewujudkan hal ini membutuhkan proses yang yang tidak bisa dilakukan dalam waktu singkat. Selain itu, proses ini juga membutuhkan keterlibatan semua pemangku kepentingan di sekolah.
Jika diperlukan, Bapak/ibu juga dapat mencermati dan mengunduh bahan bacaan tentang keyakinan kelas pada tautan berikut: 2.3. Keyakinan Kelas
Selanjutnya, silakan lanjutkan untuk mempelajari materi Kebutuhan Dasar Manusia dan Dunia Berkualitas.
Durasi : 1 JP
Moda: Kegiatan mandiri, Forum Diskusi
CGP dapat menjelaskan kebutuhan dasar yang menjadi motif dari tindakan manusia baik murid maupun guru
CGP dapat menganalisis dampak tidak terpenuhinya kebutuhan dasar terhadap pelanggaran peraturan dan tindakan yang tidak sesuai dengan nilai kebajikan
CGP dapat mengidentifikasi peran dan sekolah guru dalam upayanya menciptakan lingkungan belajar dan pemenuhan kebutuhan anak yang beragam.
Pertanyaan Pemantik:
Ibu Ambar, guru wali kelas kelas 2A di SD Pelita Hati, sedang bingung menghadapi ulah salah satu murid di kelasnya, Doni. Beberapa anak di kelas 2A telah datang padanya dan mengeluhkan Doni yang seringkali meminta bekal makan siang mereka dengan paksa. Jika Anda menghadapi situasi seperti Ibu Ambar, apa yang akan anda lakukan? Menurut anda, kira-kira apa alasan Doni melakukan hal itu?
Bapak dan Ibu Calon Guru Penggerak,
Merujuk pada situasi yang sedang dihadapi Ibu Ambar di atas, dalam konteks penegakan disiplin positif, Ibu Ambar sebaiknya mencari tahu alasan Doni melakukan tindakan tersebut agar mengetahui kebutuhan mana yang sedang berusaha dipenuhi oleh Doni.
Pada modul 1.2, nilai dan peran guru penggerak, telah dibahas mengenai 5 kebutuhan dasar manusia. Di modul 1.4 ini, kita akan menghubungkan konsep tersebut dengan disiplin positif yang berdasarkan pada teori kontrol dimana dinyatakan bahwa ada suatu tujuan dibalik sebuah perilaku manusia. Kita juga percaya bahwa murid memiliki ‘tujuan’ dibalik perilaku mereka, salah satunya adalah untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka.
Mari kita menonton video tentang konsep 5 Kebutuhan Dasar Manusia menurut Dr. William Glasser dalam “Choice Theory”.
Setelah Anda menonton video, mari kita perdalam pemahaman Anda terhadap konsep 5 Kebutuhan Manusia dengan membaca artikel di bawah ini.
Bapak Ibu Calon Guru Penggerak,
Semua orang senantiasa berusaha untuk memenuhi kebutuhannya dengan berbagai cara. Bila mereka tidak bisa mendapatkan kebutuhannya dengan cara yang positif, mereka bisa melanggar peraturan atau melakukan hal-hal yang tidak sesuai dengan nilai-nilai kebajikan.
Seorang murid yang tidak begitu berhasil secara akademik mungkin kebutuhannya akan penguasaan tidak terpenuhi di sekolah. Oleh karena itu, mungkin dia akan mencoba untuk memenuhi kebutuhannya akan penguasaan, dengan mencoba mengatur orang lain di lapangan bermain, atau bahkan menyakiti mereka secara fisik. Sebagai guru, kita dapat melibatkannya dalam kegiatan yang memberi peluang murid tersebut membuat pencapaian yang berarti.
Seorang yang tidak merasa diterima oleh teman-temannya, kebutuhannya akan kasih sayang dan rasa diterima tidak terpenuhi, oleh karena itu dia mungkin akan memiliki satu teman dan memisahkan diri yang lain. Sebagai guru, kita bisa membangun hubungan yang bisa membangun kepercayaan dan keintiman dengan anak ini.
Konsep 5 kebutuhan dasar manusia tidak hanya berlaku bagi anak-anak atau murid-murid, namun juga bagi manusia dewasa, dalam setting sekolah adalah para tenaga pendidik dan kependidikan. Lihatlah para guru di sekolah Anda. Dapatkan Anda memprediksi kira-kira guru mana yang memiliki kebutuhan dasar yang tinggi akan penguasaan, kebebasan, kesenangan, atau kasih sayang dan rasa diterima? Kebutuhan dasar mana yang sedang berusaha dipenuhi oleh guru ketika mereka melakukan sebuah tindakan tertentu? Kalau begitu, apa yang dapat dilakukan oleh seorang pemimpin sekolah berdasarkan konsep 5 kebutuhan dasar ini dalam rangka mewujudkan lingkungan dan budaya sekolah yang positif?
Glasser menyatakan bahwa kapasitas untuk berubah ada di dalam diri kita. Jika kita dapat mengidentifikasi kebutuhan apa yang mendorong perilaku kita, maka perubahan perilaku positif dapat dimulai dengan mencari solusi untuk memenuhi kebutuhan tertentu dengan cara yang positif.
Tugas Mandiri 1
Bapak Ibu Calon Guru Penggerak,
Semua orang senantiasa berusaha untuk memenuhi kebutuhannya dengan berbagai cara. Bila mereka tidak bisa mendapatkan kebutuhannya dengan cara yang positif, mereka akan mencoba mendapatkannya dengan cara yang negatif.
Seorang murid yang tidak begitu berhasil secara akademik mungkin kebutuhannya akan kekuasaan tidak terpenuhi di sekolah. Oleh karena itu, mungkin dia akan mencoba untuk memenuhi kebutuhan kekuasaannya, dengan mencoba mengatur orang lain di lapangan bermain, atau bahkan menyakiti mereka secara fisik. Sebagai guru, kita dapat melibatkannya dalam kegiatan yang memberi peluang murid tersebut membuat pencapaian yang berarti.
Seorang yang tidak merasa diterima oleh teman-temannya, kebutuhannya akan cinta dan kasih sayang tidak terpenuhi, oleh karena itu dia mungkin akan memiliki satu teman dan memisahkan diri yang lain. Sebagai guru, kita bisa membangun hubungan yang bisa membangun kepercayaan dan keintiman dengan anak ini.
Bagaimana Bapak Ibu, apakah sekarang sudah paham perbedaan dari kelima kebutuhan dasar?
Coba pikirkan bagaimana selama ini Anda memenuhi kebutuhan dasar Anda.
Isilah setiap bagian lingkaran dengan nama orang, benda atau apapun yang dapat memenuhi setiap kebutuhan dasar itu, dari cinta, penguasaan, kesenangan, atau kebebasan.
Selanjutnya,
Sebutkan Kebutuhan apa yang sedang berusaha dipenuhi oleh anak-anak ini.
Bimo, seorang anak TK B, selalu berlari keluar kelas menuju jalan raya di depan sekolahnya yang ramai dengan kendaraan. Tingkahnya membuat guru, Bu Ani, bingung dan seringkali lari mengejarnya. Ada beberapa kemungkinan jawaban yang diberikan Bimo.
Identifikasi kebutuhan yang ingin dipenuhi oleh Bimo jika respon Bimo seperti di kolom sebelah kiri.
Slide 1 of 5
“Aku senang main kejar-kejaran dengan ibu guru, seru!”
Kesenangan
Kebebasan
Penguasaan
Cinta dan Kasih sayang
Dinda, seorang anak kelas 3 SD, begitu tiba di rumah sepulang dari sekolah, menangis dan mengadu pada ibunya bahwa dia benci pada Ibu Rani, gurunya.
Menurut Anda, kebutuhan apa yang berusaha dipenuhi oleh Dinda, jika jawabannya seperti ini?
Slide 1 of 5
“Ibu guru bilang, aku tidak boleh bersenandung sewaktu mengerjakan tugas, katanya kelas harus tenang, tidak ada suara. Kan enggak seru jadinya”
Cinta dan Kasih sayang
Penguasaan
Kebebasan
Kesenangan
Tahun ini Dimas genap berusia 17 tahun. Ia senang sekali ketika ayahnya mulai mengajarkan cara menyetir mobil. Setiap akhir pekan ia berlatih menyetir. Ia terlihat senang sekali berlatih sampai akhirnya ia bisa menyetir mobil dengan baik dan lancar. Ketika Ibunya bertanya pada Dimas, apa yang membuat dia ingin bisa menyetir mobil, ketika jawaban Dimas adalah seperti ini, kebutuhan apa yang ingin dia penuhi?
Slide 1 of 5
“Menyetir mobil itu seru.”
Penguasaan
Kebebasan
Cinta dan Kasih sayang
Kesenangan
Ichsan, siswa kelas 10A, SMA Karakter Mulia. Ia anak yang pendiam dan pemalu. Selama jam istirahat, ia lebih banyak membaca buku di perpustakaan atau berdiam diri di kelas. Hari itu adalah hari technical meeting lomba debat antar SMA yang juga diikuti oleh tim debat SMA Karakter Mulia. Tiba-tiba ada kabar bahwa Adit, anak kelas 10B, yang sudah didaftarkan mengikuti lomba debat mewakili sekolah, sakit demam berdarah dan dirawat di Rumah Sakit sehingga tidak bisa menghadiri acara technical meeting lomba debat di hari itu.
Kepala sekolah bertanya pada guru-guru, siapa yang sebaiknya menggantikan Adit. Guru-guru sepakat merekomendasikan Ichsan karena kinerjanya yang bagus di pelajaran Bahasa Inggris dan pengetahuannya yang luas. Ichsan akhirnya menghadiri technical meeting hari itu. Setelah itu ia berlatih debat bersama anggota tim debat yang lain, Shinta dan Indra, di bawah bimbingan Pak Frans, guru pelatih debat. Mereka mewakili sekolah, dan tim debat SMA Karakter Mulia menjadi juara umum. Sejak saat itu Ichsan berubah menjadi anak yang lebih percaya diri, tidak pemalu dan pendiam lagi.
Semua murid dan guru mengenalnya sebagai Ichsan si juara kompetisi debat. Pada jam istirahat ia banyak menghabiskan waktu bersama teman-temannya. Ia juga semakin rajin berlatih debat dan mengikuti berbagai lomba debat. Ia menjadi ketua klub debat di sekolahnya. Ia giat mempromosikan klub debat agar anggotanya bertambah dan ia juga bersemangat melatih juniornya di klub debat sekolah.
Kira-kira kebutuhan dasar mana yang terpenuhi pada Ichsan sehingga membuatnya berubah? Jelaskan.
Cobalah isi kuesioner ini berdasarkan situasi yang sesuai dengan diri Anda. Setelah itu, jumlahkan hasil dari masing-masing kategori dalam tabel berikutnya.
Silakan unduh kuesioner pada tautan ini: Kuesioner
Lihatlah skor jawaban Anda di LMS untuk masing-masing kelompok nomor di bawah ini:
Menurut Anda, pertanyaan nomor 1 sampai 10 mencerminkan kebutuhan apa? Bagaimana dengan pertanyaan nomor 11 sampai 20? 21 sampai 30? dan 31-40?
Lihatlah hasil Anda, yang mana yang paling besar angkanya? Kebutuhan mana yang paling tinggi? Apakah hasilnya sesuai dengan yang Anda rasakan selama ini?
Apakah Anda telah bisa memenuhi kebutuhan dasar Anda sesuai dengan tingkatan yang Anda butuhkan? Apa yang Anda rasakan bila kebutuhan Anda tidak terpenuhi? Pernahkah Anda berusaha memenuhi kebutuhan dasar Anda dengan cara yang negatif?
Use left and right arrow to change slide in that direction whenever canvas is selected.
Mintalah murid-murid Anda mengisi kuesioner di atas dan kelompokkan hasilnya berdasarkan skor tinggi pada kebutuhan dasar; kasih sayang dan rasa diterima (nomor 1-10), kekuasaan (11-20) kebebasan (21-30), dan kesenangan 31-40). Dari hasil tersebut, apakah ada kesadaran-kesadaran baru yang Anda dapatkan tentang murid-murid Anda? Apa yang Anda akan lakukan setelah ini?
Mintalah izin kepada Kepala Sekolah Anda untuk menyampaikan teori 5 Kebutuhan Dasar Manusia ini pada rekan-rekan guru pada saat rapat guru. Guru-guru juga diminta mengisi kuesioner ini, setelah itu analisis jawabannya bersama-sama. Kebutuhan mana yang paling tinggi skornya, mana yang paling rencah. Bagaimana para guru melihat informasi tentang kebutuhan dasar mereka sendiri dan dihubungkan dengan motivasi mereka dalam melakukan sesuatu. Adakah hal yang menarik yang mereka temukan?
Bapak dan Ibu Calon Guru Penggerak,
Setelah belajar tentang 3 Motivasi Perilaku Manusia di modul 1.2 dan 5 Kebutuhan Dasar Manusia untuk memahami alasan-alasan yang mendasari tindakan manusia, mari kita belajar tentang Dunia Berkualitas dengan membaca deskripsi di bawah ini:
Dunia Berkualitas
Dunia Berkualitas Anda adalah tempat khusus dalam pikiran Anda, tempat Anda menyimpan gambaran representasi dari semua yang Anda inginkan: bisa berisi orang-orang, hal-hal dan apa saja yang terbaik dalam hidup Anda dan membuat Anda merasa bahagia dan terpenuhi kebutuhan dasar Anda. Dr. William Glasser menyebutnya seperti semacam album foto sehingga isinya tidak akan terlalu banyak, hanya akan terdiri dari beberapa hal saja yang sangat signifikan dan benar-benar terbaik dalam hidup Anda yang membuat hidup Anda menjadi lebih bermakna. Kebutuhan dasar bersifat lebih umum dan universal, sedangkan dunia berkualitas lebih unik dan personal.
Orang, tempat, benda, nilai-nilai, dan kepercayaan yang penting bagi Anda akan termasuk di sana. Untuk masuk ke dunia berkualitas, syaratnya adalah bahwa sesuatu itu harus terasa sangat baik bagi Anda dan memenuhi setidaknya satu atau lebih kebutuhan dasar Anda. Dalam menentukan segala sesuatu yang masuk dalam dunia berkualitas, tidak perlu kita terlalu mempertimbangkan standar masyarakat tentang apa saja yang penting dan yang tidak. Gambaran dunia berkualitas adalah unik dan spesifik untuk setiap orang. Jika Anda bisa hidup di dunia berkualitas Anda, hidup akan sempurna buat Anda, tapi sayangnya, Anda tidak bisa tinggal di sana.
Murid kita juga mempunyai gambaran dunia berkualitas mereka. Tentunya sebagai guru kita ingin mereka memasukkan hal-hal yang bermakna dan nilai-nilai kebajikan yang hakiki ke dalam dunia berkualitas mereka. Bila guru dapat membangun interaksi yang memberdayakan dan memerdekakan murid, maka murid akan meletakkan dirinya sendiri sebagai individu yang positif dalam dunia berkualitas karena mereka menghargai nilai-nilai kebajikan.
Disarikan dari Berbagai Sumber
Dalam lingkaran di bawah ini, buatlah gambar atau kata-kata yang menggambarkan hal-hal yang Anda miliki dalam Dunia Berkualitas Anda saat ini.
Untuk membantu Anda, jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini:
Siapakah orang-orang yang paling penting dalam hidup Anda?
Nilai-nilai kebajikan apa yang terpenting dalam hidup Anda?
Kalau Anda menjadi orang yang ideal, karakter atau sifat apa yang Anda paling inginkan ada pada diri Anda?
Apa pencapaian Anda yang Anda sangat banggakan?
Apa pekerjaan ideal bagi Anda?
Ceritakan bagian perjalanan hidup Anda, dimana Anda merasa itulah titik puncak hidup Anda?
Apa yang paling bermakna dalam hidup Anda?
Setelah belajar mengenai dunia berkualitas, mari kita pikirkan, bagaimana kira-kira murid-murid kita dan guru-guru di sekolah kita selama ini meletakkan sekolah dan pengalaman mereka di sekolah sehubungan dengan dunia berkualitas? Apakah di dalamnya atau di luar dunia berkualitas?
Bila anda berada dalam posisi sebagai pemimpin di sekolah Anda, bagaimana Anda akan menggunakan informasi tentang kegiatan dunia berkualitas yang dilakukan oleh murid-murid dan guru-guru di sekolah Anda dalam proses pembentukan budaya positif?
Silahkan tuangkan jawaban Anda pada kolom NOTES yang ada dibagian YOUR NOTES AND QUESTIONS!
NOTES
SUYANTO noted on Tugas 2.4 (1)
1) Keluarga; 2) Beriman, Bertakwa pada Tuhan yang Maha Esa dan akhlak mulia serta mandiri; 3) Jujur, tidak putus asa dan sabar; 4) Pencapaian yang paling saya banggakan adalah ketika menjadi guru yang selalu ditunggu kehadiran oleh murid; 5) Pekerjaan ideal adalah sebagai pendidik; 6) Ketika saya menjadi guru yang dicintai murid-murid 7) Dalam hidup yang paling bermakna adalah kebahagiaan keluarga Setelah mempelajari dunia berkualitas, maka jika dilihat dari nilai-nilai kebajikan yang telah tertanam di sekolah seperti budaya 5S, Saling Menghargai dan Menghormati, aktif dan terlibat dalam kegiatan keagamaan (Bertakwa kepada Tuhan) dapat dikatakan murid dan guru yang ada di sekolah telah berada di dalam lingkaran (dunia berkualitas) dalam hal bertindak dan bertutur kata yang baik. Jika sebagai kepala sekolah, maka saya akan membuat program yang mendukung terwujudnya budaya positif.
Edit Remove Reply Like (0)
Tuesday, 4 July 2023, 12:06 AM
Demikianlah penjelasan mengenai kebutuhan dasar manusia dan dunia berkualitas sebagai upaya-upaya yang dapat dilakukan dalam membangun budaya positif di sekolah. Tentunya, untuk mewujudkan hal ini membutuhkan proses yang yang tidak bisa dilakukan dalam waktu singkat. Selain itu, proses ini juga membutuhkan keterlibatan semua pemangku kepentingan di sekolah.
Jika diperlukan, Bapak/ibu juga dapat mencermati dan mengunduh bahan bacaan tentang kebutuhan dasar manusia dan dunia berkualitas pada tautan berikut: 2.4. Kebutuhan Dasar Manusia dan Dunia Berkualitas
Selanjutnya, silakan lanjutkan untuk mempelajari materi keyakinan kelas.
CGP dapat melakukan refleksi atas praktik disiplin yang dijalankan selama ini dan dampaknya untuk murid-muridnya.
CGP dapat menerapkan disiplin restitusi di posisi Manajer, minimal pemantau agar dapat menghasilkan murid yang bertanggung jawab, mandiri dan merdeka.
CGP dapat menganalisis secara kritis, reflektif, dan terbuka atas penemuan diri yang didapatkan dari mempelajari 5 posisi kontrol.
Bacalah kasus-kasus di bawah ini, dan cobalah jawab pertanyaan-pertanyaan yang tersedia:
Tisa dan Hana dipanggil masuk ke ruangan Ibu Dewi, kepala sekolah SMA Makmur. Ibu Dewi baru saja mendapatkan pengaduan dari ibunda Tisa, bahwa Hana menggunakan kata-kata kasar, dan merendah-rendahkan Tisa di sosial media.
Anto jarang sekali hadir di pembelajaran jarak jauh, dan pada saat hadir pun, Anto seringkali menggunakan kata-kata kasar di kolom chat mengejek teman-temannya. Hal ini sudah sangat mengganggu dan beberapa orang tua murid yang mengikuti pembelajaran daring mengeluhkan tentang perilaku Anto di pembelajaran jarak jauh.
Bila Anda adalah seorang kepala sekolah, penerapan disiplin apakah yang akan Anda lakukan untuk kasus Hana dan kasus Anto? Mengapa?
Bahas dengan rekan CGP Anda, dan bandingkan jawaban Anda, apakah berbeda, atau sama? Bila berbeda, utarakan masing-masing pandangan Anda.
Tuliskan jawaban pada kolom NOTES yang ada di navigasi YOUR NOTES AND QUESTION.
Klik Reply pada jawaban teman untuk memberikan tanggapan
Bapak dan Ibu Calon Guru Penggerak,
Berikut ini akan disampaikan suatu program disiplin positif yang berpusat pada murid, yang dikembangkan oleh Diane Gossen dengan pendekatan Restitusi, yang disebut dengan 5 Posisi Kontrol.
Diane Gossen dalam bukunya Restitution-Restructuring School Discipline (1998) mengemukakan bahwa guru perlu meninjau kembali penerapan disiplin di dalam ruang-ruang kelas mereka selama ini. Apakah telah efektif, apakah berpusat, memerdekakan, dan memandirikan murid, bagaimana dan mengapa? Melalui serangkaian riset dan berdasarkan pada teori Kontrol Dr. William Glasser, Gossen berkesimpulan ada 5 posisi kontrol yang diterapkan seorang guru, orang tua ataupun atasan dalam melakukan kontrol. Kelima posisi kontrol tersebut adalah Penghukum, Pembuat Rasa Bersalah, Teman, Pemantau dan Manajer.
Mari kita tinjau lebih dalam kelima posisi kontrol ini. Dibagian bawahnya adalah contoh peragaan yang dikutip dari Yayasan Pendidikan Luhur (2007) di mana ada seorang murid yang melanggar suatu peraturan sekolah. Selanjutnya ada dialog antara seorang guru dengan murid tersebut, serta bagaimana guru tersebut menjalankan disiplin dengan menggunakan kelima posisi kontrol untuk kasus yang sama: Adi yang terlambat hadir di sekolah .
Lima Posisi Kontrol
Penghukum
Seorang penghukum bisa menggunakan hukuman fisik maupun verbal. Orang-orang yang menjalankan posisi penghukum, senantiasa mengatakan bahwa sekolah memerlukan sistem atau alat yang dapat lebih menekan murid-murid lebih dalam lagi. Guru-guru yang menerapkan posisi penghukum akan berkata:
“Patuhi aturan saya, atau awas!”
“Kamu selalu saja salah!”
“Selalu, pasti selalu yang terakhir selesai”
Guru seperti ini senantiasa percaya hanya ada satu cara agar pembelajaran bisa berhasil, yaitu cara dia.
Penghukum (Nada suara tinggi, bahasa tubuh: mata melotot, dan jari menunjuk-nunjuk menghardik):
“Terlambat lagi, pasti terlambat lagi, selalu datang terlambat, kapan bisa datang tepat waktu?”
Tanyakan kepada diri Anda:
Bagaimana perasaan murid bila guru berbicara seperti itu pada saat muridnya datang terlambat?
Hasil:
Kemungkinan murid marah dan mendendam atau bersifat agresif. Bisa jadi sesudah kembali duduk, murid tersebut akan mencoret-coret bukunya atau meja tulisnya. Lebih buruk lagi, sepulang sekolah, murid melihat motor atau mobil bapak/ibu guru dan akan menggores kendaraan tersebut dengan paku.
Pembuat Merasa Bersalah
Pada posisi ini biasanya guru akan bersuara lebih lembut. Pembuat rasa bersalah akan menggunakan keheningan yang membuat orang lain merasa tidak nyaman, bersalah, atau rendah diri. Kata-kata yang keluar dengan lembut akan seperti:
“Ibu sangat kecewa sekali dengan kamu”
“Berapa kali Bapak harus memberitahu kamu ya?”
“Gimana coba, kalau orang tua kamu tahu kamu berbuat begini?”
Di posisi ini murid akan memiliki penilaian diri yang buruk tentang diri mereka, murid merasa tidak berharga, dan telah mengecewakan orang-orang disayanginya.
Pembuat Merasa Bersalah (Nada suara memelas/halus/sedih, bahasa tubuh: merapat pada anak, lesu):
“Adi, kamu ini bagaimana ya? Kamu sudah berjanji dengan ibu tidak akan terlambat lagi. Kamu kenapa ya senang sekali mengecewakan Ibu. Ibu benar-benar kecewa sekali.”
Bagaimana perasaan murid bila ditegur seperti cara ini?
Hasil:
Murid akan merasa bersalah. Bersalah telah mengecewakan ibu atau bapak gurunya. Murid akan merasa menjadi orang yang gagal dan tidak sanggup membahagiakan orang lain. Kadangkala sikap seperti ini lebih berbahaya dari sikap penghukum, karena emosi akan tertanam rapat di dalam, murid menahan perasaan. Tidak seperti murid dalam dengan guru penghukum, di mana murid bisa menumpahkan amarahnya walaupun dengan cara negatif. Murid tertekan seperti inilah yang tiba-tiba bisa meletus amarahnya, dan bisa menyakiti diri sendiri atau orang lain.
Teman
Guru pada posisi ini tidak akan menyakiti murid, namun akan tetap berupaya mengontrol murid melalui persuasi. Posisi teman pada guru bisa negatif ataupun positif. Positif di sini berupa hubungan baik yang terjalin antara guru dan murid. Guru di posisi teman menggunakan hubungan baik dan humor untuk mempengaruhi seseorang. Mereka akan berkata:
“Ayo bantulah, demi bapak ya?”
“Ayo ingat tidak bantuan Bapak selama ini?”
“Ya sudah kali ini tidak apa-apa. Nanti Ibu bantu bereskan”.
Hal negatif dari posisi teman adalah bila suatu saat guru tersebut tidak membantu maka murid akan kecewa dan berkata, “Saya pikir bapak/Ibu teman saya”. Murid merasa dikecewakan, dan tidak mau lagi berusaha. Hal lain yang mungkin timbul adalah murid hanya akan bertindak untuk guru tertentu, dan tidak untuk guru lainnya. Murid akan tergantung pada guru tersebut.
Teman (nada suara: ramah, akrab, dan bercanda, bahasa tubuh: merapat pada murid, mata dan senyum jenaka)
“Adi, ayolah, bagaimana sih kamu. Kemarin kamu sudah janji ke bapak bukan, kenapa terlambat lagi? (sambil tertawa ringan). Ya, sudah tidak apa-apa, duduk dulu sana. Nanti Pak Guru bantu. Kamu ini.” (sambil senyum-senyum).
Bagaimana perasaan murid dengan sikap guru seperti ini?
Hasil:
Murid akan merasa senang dan akrab dengan guru. Ini termasuk dampak yang positif, hanya saja di sisi negatif murid menjadi tergantung pada guru tersebut. Bila ada masalah, dia merasa bisa mengandalkan guru tersebut untuk membantunya. Akibat lain dari posisi teman, Adi hanya akan berbuat sesuatu bila yang menyuruh adalah guru tersebut, dan belum tentu berlaku yang sama dengan guru atau orang lain.
Pemantau
Memantau berarti mengawasi. Pada saat kita mengawasi, kita bertanggung jawab atas perilaku orang-orang yang kita awasi. Posisi pemantau berdasarkan pada peraturan-peraturan dan konsekuensi. Dengan menggunakan sanksi/konsekuensi, kita dapat memisahkan hubungan pribadi kita dengan murid, sebagai seseorang yang menjalankan posisi pemantau. Pertanyaan yang diajukan seorang pemantau:
“Peraturannya apa?”
“Apa yang telah kamu lakukan?”
“Sanksi atau konsekuensinya apa?”
Seorang pemantau sangat mengandalkan penghitungan, catatan, data yang dapat digunakan sebagai bukti atas perilaku seseorang. Posisi ini akan menggunakan stiker, slip catatan, daftar cek. Posisi pemantau sendiri berawal dari teori stimulus-respon, yang menunjukkan tanggung jawab guru dalam mengontrol murid.
Pemantau (nada suara datar, bahasa tubuh yang formal):
Guru: “Adi, tahukah kamu jam berapa kita memulai?”
Adi: “Tahu Pak!”
Guru: “Kamu terlambat 15 menit, apakah kamu sudah mengerti konsekuensi yang harus dilakukan bila terlambat?”
Adi: “Paham Pak, saya harus tinggal kelas pada jam istirahat nanti dan mengerjakan tugas ketertinggalan saya.”
Guru: “Ya, benar, nanti pada saat jam istirahat kamu harus tinggal di kelas untuk menyelesaikan tugas yang tertinggal tadi. Saya tunggu”
Bagaimana perasaan murid diperlakukan seperti ini?
Hasil:
Murid memahami konsekuensi yang harus dijalankan karena telah melanggar salah satu peraturan sekolah. Guru tidak menunjukkan suatu emosi yang berlebihan, menjadi marah atau membuat merasa berbuat salah. Murid tetap dibuat tidak nyaman yaitu dengan harus tinggal kelas pada waktu jam istirahat dan mengerjakan tugas. Guru tetap harus memantau murid pada saat mengerjakan tugas di jam istirahat karena murid tidak bisa ditinggal seorang diri.
Manajer
Posisi terakhir, Manajer, adalah posisi di mana guru berbuat sesuatu bersama dengan murid, mempersilakan murid mempertanggungjawabkan perilakunya, mendukung murid agar dapat menemukan solusi atas permasalahannya sendiri. Seorang manajer telah memiliki keterampilan di posisi teman maupun pemantau, dan dengan demikian, bisa jadi di waktu-waktu tertentu kembali kepada kedua posisi tersebut bila diperlukan. Namun bila kita menginginkan murid-murid kita menjadi manusia yang merdeka, mandiri dan bertanggung jawab, maka kita perlu mengacu kepada Restitusi yang dapat menjadikan murid kita seorang manajer bagi dirinya sendiri. Di manajer, murid diajak untuk menganalisis kebutuhan dirinya, maupun kebutuhan orang lain. Disini penekanan bukan pada kemampuan membuat konsekuensi, namun dapat berkolaborasi dengan murid bagaimana memperbaiki kesalahan yang ada. Seorang manajer akan berkata
“Apa yang kita yakini?” (kembali ke keyakinan kelas)
“Apakah kamu meyakininya?”
“Jika kamu meyakininya, apakah kamu bersedia memperbaikinya?”
“Jika kamu memperbaiki ini, hal ini menunjukkan apa tentang dirimu?”
“Apa rencana kamu untuk memperbaiki hal ini?”
Tugas seorang manajer bukan untuk mengatur perilaku seseorang. Kita membimbing murid untuk dapat mengatur dirinya. Seorang manajer bukannya memisahkan murid dari kelompoknya, tapi mengembalikan murid tersebut ke kelompoknya dengan lebih baik dan kuat.
Bisa jadi dalam praktik penerapan disiplin sehari-hari, kita akan kembali ke posisi Teman atau Pemantau, karena murid yang ditangani belum siap diajak berdiskusi atau diundang melakukan restitusi. Namun perlu disadari tujuan akhir dari 5 posisi kontrol seorang guru adalah pencapaian posisi Manajer, di mana di posisi inilah murid dapat menjadi pribadi yang mandiri, merdeka, dan bertanggung jawab atas segala perilaku dan sikapnya, yang pada akhirnya dapat menciptakan lingkungan yang positif, nyaman, dan aman.
Manajer (nada suara tulus, bahasa tubuh tidak kaku, mendekat ke murid):
Guru: “Adi, apakah kamu mengetahui jam berapa sekolah dimulai?”
Adi: “Tahu Pak, jam 7:00!”
Guru: “Ya, jadi kamu terlambat, kira-kira bagaimana kamu akan memperbaiki masalah ini?”
Adi: “Saya bisa menanyakan teman saya Pak, untuk mengejar tugas yang tertinggal.”
Guru: “Baik, itu bisa dilakukan. Apakah besok akan ada masalah untuk kamu agar bisa hadir tepat waktu ke sekolah?”
Adi: “Tidak Pak, saya bisa hadir tepat waktu.”
Guru: “Baik. Saya hargai usahamu untuk memperbaiki diri”
Bagaimana perasaan murid diperlakukan seperti ini?
Pada posisi Manajer maka suara guru sebaiknya tulus. Tidak perlu marah, tidak perlu meninggikan suara, apalagi menunjuk-nunjuk jari ke murid, berkacak pinggang, atau bersikap seolah-olah menyesal, tampak sedih sekali akan perbuatan murid ataupun bersenda gurau menempatkan diri sebagai teman murid.
Fokus ada pada murid, bukan untuk membahagiakan guru atau orang tua. Murid sudah mengetahui adanya suatu masalah, dan sesuatu perlu terjadi. Bila guru mengambil posisi Pemantau, guru akan melihat apa konsekuensinya apa peraturannya? Namun pada posisi Manajer, guru akan mengembalikan tanggung jawab pada murid untuk mencari jalan keluar permasalahannya, tentu dengan bimbingan guru.
Selanjutnya, silakan Anda melihat video tentang kasus murid yang terlambat dengan kelima posisi kontrol Restitusi - Diane Gossen. Diharapkan setelah Anda melihat video tersebut Anda memiliki pemahaman yang lebih baik tentang Restitusi - 5 Posisi Kontrol, seperti tertera di tabel di bawah ini:
Silakan Anda melakukan kegiatan di bawah ini secara mandiri, berdasarkan pemahaman Anda setelah membaca tentang 5 posisi kontrol.
Isilah kolom “Siapa yang Mengatakan” dengan posisi kontrol mana yang sering mengucapkan pernyataan-pernyataan yang tersedia.
Slide 1 of 5
“Saya kecewa sekali dengan kamu…”
Lihatlah kedua garis posisi kontrol di bawah ini. Garis yang pertama adalah posisi kontrol Anda di rumah, mungkin sebagai seorang ibu/ayah/kakak/paman/bibi, dan garis kedua adalah posisi kontrol Anda di tempat kerja sebagai guru/kepala sekolah.
Bagaimana posisi kontrol Anda selama ini menjalankan disiplin positif di kedua tempat tersebut. Isi dan refleksikan posisi Anda selama ini di kedua garis tersebut.
Setelah mengisi di mana posisi kontrol Anda selama di rumah maupun di sekolah, tanyakan diri, “Apakah saya berbeda menghadapi anak/keponakan dengan menghadapi murid-murid saya?” Mengapa berbeda?
Setelah pelatihan ini, cobalah mengisi garis posisi kontrol ini, dan bandingkan dengan posisi Anda setelah mengikuti pelatihan. Adakah perbedaan? Mengapa? Bagaimana untuk sampai di posisi Manajer, apa yang perlu terjadi?
Demikianlah penjelasan mengenai Restitusi - Lima Posisi Kontrol sebagai upaya-upaya yang dapat dilakukan dalam membangun budaya positif di sekolah. Tentunya, untuk mewujudkan hal ini membutuhkan proses yang yang tidak bisa dilakukan dalam waktu singkat. Selain itu, proses ini juga membutuhkan keterlibatan semua pemangku kepentingan di sekolah.
Jika diperlukan, Bapak/ibu juga dapat mencermati dan mengunduh bahan bacaan tentang Restitusi - Lima Posisi Kontrol pada tautan berikut: 2.5. Restitusi - Lima Posisi Kontrol
Selanjutnya, silakan lanjutkan untuk mempelajari materi Restitusi - Segitiga Restitusi.
CGP menjelaskan restitusi sebagai salah satu cara menanamkan disiplin positif pada murid sebagai bagian dari budaya positif di sekolah.
CGP dapat menerapkan restitusi dalam membimbing murid berdisiplin positif agar menjadi murid merdeka.
CGP dapat menganalisis dengan sikap reflektif dan kritis penerapan disiplin positif di lingkungannya
Bapak/Ibu calon guru penggerak,
Setelah Anda mengetahui tentang apa itu restitusi, tentunya Anda ingin mengetahui bagaimana cara melakukannya. Diane Gossen dalam bukunya Restitution; Restructuring School Discipline, (2001) telah merancang sebuah tahapan untuk memudahkan para guru dan orangtua dalam melakukan proses untuk menyiapkan anaknya untuk melakukan restitusi, bernama segitiga restitusi/restitution triangle. Sebelumnya marilah kita tonton dahulu video sebuah penanganan kasus yang dilakukan guru dengan menggunakan pendekatan Segitiga Restitusi.
Setelah melihat video tersebut silakan Anda melihat bagan berikut tentang 3 sisi dari Segitiga Restitusi. Proses tiga tahapan tersebut didasarkan pada prinsip-prinsip utama dari Teori Kontrol, yaitu:
Ketiga strategi tersebut direpresentasikan dalam 3 sisi segitiga restitusi. Langkah-langkah tersebut tidak harus dilakukan satu persatu secara kaku. Banyak guru yang sudah menggunakannya dalam berbagai versi menurut gaya mereka masing-masing bahkan tanpa mengetahui tentang teori restitusi.
Segitiga Restitusi
Sisi 1. Menstabilkan Identitas (Stabilize the Identity)
Bagian dasar dari segitiga bertujuan untuk mengubah identitas anak dari orang yang gagal karena melakukan kesalahan menjadi orang yang sukses. Anak yang melanggar peraturan karena sedang mencari perhatian adalah anak yang sedang mengalami kegagalan. Dia mencoba untuk memenuhi kebutuhan dasarnya namun ada benturan. Kalau kita mengkritik dia, maka kita akan tetap membuatnya dalam posisi gagal. Kalau kita ingin ia menjadi reflektif, maka kita harus meyakinkan si anak, dengan cara mengatakan kalimat-kalimat ini:
Berbuat salah itu tidak apa-apa.
Tidak ada manusia yang sempurna
Saya juga pernah melakukan kesalahan seperti itu.
Kita bisa menyelesaikan ini.
Bapak/Ibu tidak tertarik mencari siapa yang salah, tapi Bapak/Ibu ingin mencari solusi dari permasalahan ini.
Kamu berhak merasa begitu.
Apakah kamu sedang menjadi teman yang baik buat dirimu sendiri?
Kalau kita mengatakan kalimat-kalimat diatas, akan sangat sulit, bahkan hampir tidak mungkin, buat anak untuk tetap membangkang. Para guru yang bertugas mengawasi anak-anak saat mereka bermain di halaman sekolah, menyatakan bahwa bila mereka mengatakan kalimat tersebut yang mungkin hanya butuh 30 detik, bisa mengubah situasi yang sulit menjadi kooperatif.
Ketika seseorang merasa sedih dan emosional, mereka tidak bisa mengakses bagian otak yang berfungsi untuk berpikir rasional, seperti yang Bapak Ibu CGP telah pelajari di modul 1.2 tentang konsep otak 3-in-1 (Triune). Saat itulah ketika kita harus menstabilkan identitas anak. Sebelum terjadi hal-hal lain yang bisa memperburuk keadaan, kita sebaiknya membantu anak untuk tenang dan kembali ke suasana hati dimana proses belajar dan penyelesaian masalah bisa dilakukan.
Tentu akan sulit melakukan restitusi bila, anak yang berbuat salah terus berfokus pada kesalahannya. Ada 3 alasan untuk ini, pertama rasa bersalah menguras energi. Rasa bersalah membutuhkan energi yang sama dengan energi yang dibutuhkan untuk mencari penyelesaian masalah. Kedua, ketika kita merasa bersalah, kita mengalami identitas kegagalan. Dalam kondisi ini, orang akan cenderung untuk menyalahkan orang lain atau mempertahankan diri, daripada mencari solusi. Ketiga, perasaan bersalah membuat kita terperangkap pada masa lalu dimana kita sudah tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Kita hanya bisa mengontrol apa yang akan terjadi di masa kini dan masa datang.
Sisi 2. Validasi Tindakan yang Salah (Validate the Misbeh...
Setiap tindakan kita dilakukan dengan suatu tujuan, yaitu memenuhi kebutuhan dasar. Kalau kita memahami kebutuhan dasar apa yang mendasari sebuah tindakan, kita akan bisa menemukan cara-cara paling efektif untuk memenuhi kebutuhan tersebut.
Menurut Teori Kontrol semua tindakan manusia, baik atau buruk, pasti memiliki maksud/tujuan tertentu. Seorang guru yang memahami teori kontrol pasti akan mengubah pandangannya dari teori stimulus response ke cara berpikir proaktif yang mengenali tujuan dari setiap tindakan. Kita mungkin tidak suka sikap seorang anak yang terus menerus merengek, tapi bila sikap itu mendapat perhatian kita, maka itu telah memenuhi kebutuhan anak tersebut. Kalimat-kalimat di bawah ini mungkin terdengar asing buat guru, namun bila dikatakan dengan nada tanpa menghakimi akan memvalidasi kebutuhan mereka.
“Padahal kamu bisa melakukan yang lebih buruk dari ini ya?”
“Kamu pasti punya alasan mengapa melakukan hal itu”
“Kamu patut bangga pada dirimu sendiri karena kamu telah melindungi sesuatu yang penting buatmu”.
“Kamu boleh mempertahankan sikap itu, tapi kamu harus menambahkan sikap yang baru.”
Biasanya guru menyuruh anak untuk menghentikan sikap yang tidak baik, tapi teori kontrol menyatakan bahwa resep itu tidak manjur. Mungkin tindakan guru dengan memvalidasi sikap yang tidak baik seperti bertentangan dengan aturan yang ada, namun sebetulnya tujuannya untuk menunjukkan bahwa guru memahami alasan di balik tindakan murid.
Restitusi tidak menyarankan guru bicara ke murid bahwa melanggar aturan adalah sikap yang baik, tapi dalam restitusi guru harus memahami alasannya, dan paham bahwa setiap orang pasti akan melakukan yang terbaik di waktu tertentu. Sebuah pelanggaran aturan seringkali memenuhi kebutuhan anak akan penguasaan/power walaupun seringkali bertabrakan dengan kebutuhan yang lain, yaitu kebutuhan akan kasih sayang dan rasa diterima/love and belonging. Kalau kita tolak anak yang sedang berbuat salah, dia akan tetap menjadi bagian dari masalah, namun bila kita memahami alasannya melakukan sesuatu, maka dia akan merasa dipahami.
Para guru yang telah menerapkan strategi ini mengatakan bahwa anak-anak yang tadinya tidak terjangkau, menjadi lebih terbuka pada mereka. Strategi ini menguntungkan bagi murid dan guru karena guru akan berada dalam posisi siswa, dan karena itu akan memiliki perspektif yang berbeda.
Sisi 3. Menanyakan Keyakinan (Seek the Belief)
Teori kontrol menyatakan bahwa kita pada dasarnya termotivasi secara internal. Ketika identitas sukses telah tercapai (langkah 1) dan tingkah laku yang salah telah divalidasi (langkah 2), maka anak akan siap untuk dihubungkan dengan nilai-nilai yang dia percaya, dan berpindah menjadi orang yang dia inginkan. Pertanyaan-pertanyaan di bawah ini menghubungkan keyakinan anak dengan keyakinan kelas atau keluarga.
Apa yang kita percaya sebagai kelas atau keluarga?
Apa nilai-nilai umum yang kita telah sepakati?
Apa bayangan kita tentang kelas yang ideal?
Kamu mau jadi orang yang seperti apa?
Penting untuk menanyakan ke anak, kehidupan seperti apa nantinya yang mereka inginkan?
Apakah kamu ingin menjadi orang yang sukses, bertanggung jawab, atau bisa dipercaya?
Kebanyakkan anak akan mengatakan “Iya,” Tapi mereka tidak tahu bagaimana caranya menjadi orang seperti itu. Guru dapat membantu dengan bertanya, seperti apa jika mereka menjadi orang seperti itu. ketika anak sudah mendapat gambaran yang jelas tentang orang seperti apa yang mereka inginkan, guru dapat membantu anak-anak tetap fokus pada gambaran tersebut.
Bacalah skrip di bawah ini dan jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawahnya:
Mario dan Adi merupakan murid kelas 8 di SMP Tunas. Pada jam istirahat makan siang, saat semua anak lain bermain di luar kelas, mereka diajak bicara oleh guru wali kelas mereka, Bapak Joko, di ruang kelas.
Setelah tiga tahap itu dilakukan, guru dapat menanyakan pada anak-anak, apa yang ingin mereka lakukan untuk memperbaiki situasi saat itu. Disinilah restitusi dapat dilakukan.
Tugas Anda
Dari 5 posisi kontrol, posisi mana yang dipraktikkan oleh guru? Jelaskan!
Silahkan tuangkan jawaban Anda pada kolom NOTES yang ada dibagian YOUR NOTES AND QUESTIONS!
Bacalah skrip di bawah ini dan jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawahnya:
Mario dan Adi merupakan murid kelas 8 di SMP Tunas. Pada jam istirahat makan siang, saat semua anak lain bermain di luar kelas, mereka diajak bicara oleh guru wali kelas mereka, Bapak Joko, di ruang kelas.
Bacalah skrip di bawah ini dan jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawahnya:
Mario dan Adi merupakan murid kelas 8 di SMP Tunas. Pada jam istirahat makan siang, saat semua anak lain bermain di luar kelas, mereka diajak bicara oleh guru wali kelas mereka, Bapak Joko, di ruang kelas.
Bacalah skrip di bawah ini dan jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawahnya:
Mario dan Adi merupakan murid kelas 8 di SMP Tunas. Pada jam istirahat makan siang, saat semua anak lain bermain di luar kelas, mereka diajak bicara oleh guru wali kelas mereka, Bapak Joko, di ruang kelas.
Demikianlah penjelasan mengenai restitusi - segitiga restitusi sebagai upaya-upaya yang dapat dilakukan dalam membangun budaya positif di sekolah. Tentunya, untuk mewujudkan hal ini membutuhkan proses yang yang tidak bisa dilakukan dalam waktu singkat. Selain itu, proses ini juga membutuhkan keterlibatan semua pemangku kepentingan di sekolah.
Jika diperlukan, Bapak/ibu juga dapat mencermati dan mengunduh bahan bacaan tentang Restitusi - Segitiga Restitusi pada tautan berikut: 2.6. Restitusi - Segitiga Restitusi.