Selamat datang di situs "Sinau Teges", semoga informasi yang tersedia bisa dimanfaatkan dan membantu Bapak/Ibu.
2.3.A. COACHING
Kita semua memahami jika murid kita bukanlah kertas kosong. Mereka datang dengan berbagai latar belakang, kemampuan, dan potensi. Tugas Anda adalah menjadikan latar belakang mereka sebagai pondasi kuat bagi Anda dalam memimpin pembelajaran. Selain itu, Anda juga bertugas meningkatkan kemampuan dan melejitkan potensi mereka. Oleh karena itu, Anda diharapkan memiliki keterampilan yang dapat mengarahkan anak didik untuk menemukan jati diri dan melejitkan potensi mereka.
Salah satu keterampilan yang diperlukan adalah keterampilan coaching sebagai bentuk pendekatan komunikasi sebagai seorang pendidik. Mengapa keterampilan coaching? Pendekatan Coaching dalam komunikasi diperlukan karena kita melihat para murid kita sebagai sosok merdeka. Sosok yang dapat menentukan arah dan tujuan pembelajarannya, serta meningkatkan potensinya sendiri. Mereka hanya memerlukan dorongan dan tuntunan dari Anda sebagai pemimpin pembelajaran untuk melejitkan potensi mereka. Tentunya ini bukan hal yang mudah karena sebagai pemimpin pembelajaran terkadang kita tergoda untuk berupaya membantu permasalahan murid secara langsung dengan memberikan solusi dan nasehat. Dengan keterampilan coaching dalam berkomunikasi, harapannya anak didik kita menjadi lebih terarah dan dapat menemukan solusinya secara mandiri yang pada akhirnya dapat meningkatkan potensi mereka.
Mampu melakukan praktik komunikasi yang memberdayakan sebagai keterampilan dasar seorang pendidik yang menerapkan pendekatan coaching.
Mampu menerapkan praktik komunikasi yang menggunakan keterampilan coaching dalam komunitas sekolahnya.
memahami konsep coaching secara umum, meliputi definisi, tujuan, dan jenis coaching serta perbedaannya dengan mentoring dan konseling
memahami konsep coaching dalam dunia pendidikan sebagai keterampilan pendekatan pendampingan dan berkomunikasi dengan murid
memahami hakikat komunikasi yang memberdayakan dan mampu menerapkannya dalam praktik coaching
memahami langkah-langkah mendengar aktif dan mampu menerapkannya dalam praktik coaching
memahami langkah-langkah bertanya efektif dan mampu menerapkannya dalam praktik coaching
memahami langkah-langkah memberi umpan balik positif dan mampu menerapkannya dalam praktik coaching
mengidentifikasi peran pendidik sebagai seorang coach di konteks sekolah
memahami pendekatan coaching sebagai pendampingan sistem among (Tut Wuri Handayani)
melakukan praktek coaching dengan menggunakan model TIRTA kepada sesama CGP, atau bersama salah seorang murid, dan atau satu rekan guru di sekolahnya
mengembangkan sikap terbuka, kritis, empati dan percaya diri dalam melakukan praktik coaching.
Konsep Coaching dalam Konteks Pendidikan
Komunikasi yang Memberdayakan
TIRTA Sebagai Coaching Model
Mulai dari diri
Pemahaman saya mengenai coaching sebagai sebuah keterampilan komunikasi yang memberdayakan,
Pengenalan kemampuan diri dalam menyelesaikan masalah
Eksplorasi konsep
Pengenalan pendampingan dengan pendekatan coaching dalam konteks pendidikan
Komunikasi yang memberdayakan (Menjadi pendengar aktif, bertanya reflektif dan memberikan umpan balik positif)
Pengetahuan dan keterampilan model coaching (model TIRTA)
Ruang kolaborasi
Analisa studi kasus dan pembentukan komuntas praktisi untuk praktek model TIRTA dalam coaching
Refleksi Terbimbing
Memahami teknik coaching yang efektif dalam optimalisasi pengembangan kompetensi pendidik yang memerdekakan murid
Demonstrasi kontekstual
Praktek coaching dalam komunitas sekolah saya
Elaborasi pemahaman
Elaborasi pemahaman konsep coaching dan peningkatan kemampuan coaching sebagai pendidik
Koneksi antar materi
Bagaimana kaitan materi ini dengan materi-materi lain?
Apa saja dampaknya bagi komunitas sekolah saya?
Aksi nyata
Portfolio praktek Coaching
coach : pemberi manfaat dan pelaksana kegiatan coaching
coachee : penerima kegiatan dan manfaat kegiatan coaching
coaching : kegiatan percakapan yang menstimulasi pemikiran coachee dan memberdayakan potensi coachee
community of practice : sebuah kelompok yang terbentuk dengan tujuan berlatih dan mempraktikan materi pelatihan untuk pengembangan bersama
mentee : penerima kegiatan mentoring
Tujuan Pembelajaran Khusus: mampu mengidentifikasi pengetahuan dan pengalaman yang menggambarkan peran mereka sebagai pendidik dalam berbagai situasi dan mengidentifikasi keterampilan berkomunikasi coaching di dunia pendidikan.
Mari kita mulai modul coaching ini dengan mengirimkan tanggapan dari kasus-kasus atau situasi yang mungkin terjadi di sekolah yang akan disampaikan pada forum diskusi ini. Tanggapan Anda tidak akan dinilai, melainkan digunakan sebagai pijakan para fasilitator untuk mengembangkan modul coaching ini agar sesuai dengan kebutuhan Anda.
Lama Mengajar, 15 Tahun
Anda menemui seorang murid berprestasi yang mengeluhkan tentang susah konsentrasi dan penurunan motivasi belajar yang mengakibatkan ketidakpuasan orangtuanya. Apa yang menjadi respon Anda terhadap situasi yang disampaikan.
Secara persuasif saya akan berkomunikasi dengan murid tersebut, didalamnya ada sharing terkait masalah yang dihadapi sehingga mengakibatkan susah untuk konsentrasi dan motivasi belajarnya menurun. Didalamnya saya akan menggali, apakah masalah yang ada itu berasal dari diri sendiri / orang tua / lingkungan keluarga / lingkungan sekolah / lingkungan sekitar dimana dia tinggal. Saya juga akan berusaha untuk mengarahkan / memberi semangat agar murid tersebut bisa kembali berprestasi, misalnya dengan memberikan jalan keluar dari setiap masalah yang dihadapi serta memberikan tanggapan yang positif dari semua masalah yang ada. Kemudian berkolaborasi dengan guru BP/BK untuk duduk bersama dalam memberikan pelayanan bimbingan serta penyelesaian masalah yang dihadapi. Selanjutnya juga berkomunikasi dengan orang tua/wali terkait bagaimana kondisi/proses pengalaman belajar anaknya, ini bisa menjadi pembuktian dari apa yang disampaikan oleh murid dan orang tua itu sama.
Seorang murid bertemu dengan Anda di taman sekolah dan menceritakan bahwa ia diminta oleh teman-temannya untuk menjadi ketua panitia acara pertandingan olahraga di SMP Penggerak. Terlihat murid tersebut ragu dan tidak berminat. Bagaimana Anda memberikan respon sebagai seorang guru yang mengetahui bahwa murid tersebut memiliki potensi sebagai seorang pemimpin?
Memberi semangat, motivasi dan mendorong murid tersebut untuk siap menjadi ketua panitia. misalnya dengan:
menunjukkan potensi-potensi diri yang dimiliki oleh murid,
Memotivasi dengan memberi penguatan bahwa ketika teman-teman memilihnya, pasti dinilai mampu untuk menjadi ketua, menjadi ketua bukan berarti bekerja sendiri tetapi ada tim yang bekerja bersama, menjadikan ini sebagai peluang agar kedepan sudah memiliki pengalaman.
secara pribadi memberi dukungan dengan menyampaikan siap membantu dan berkolaborasi bersama dengan Wakil Kesiswaan dan Guru Olahraga dalam kegiatan panitia pertandingan olahraga.
Apa saja harapan yang ingin Anda lihat pada diri Anda sebagai seorang pendidik setelah mempelajari modul ini.
Saya berharap setelah mempelajari modul ini, ada perubahan positif dalam menjalankan peran sebagai Coach dalam di sekolah dan saya bisa memahami konsep Coaching secara keseluruhan terkait definisi, tujuan, dan jenis coaching serta perbedaannya dengan mentoring dan konseling, langkah-langkah mendengar aktif, bertanya efektif, bagaimana memberi umpan balik yang positif serta mampu mengidentifikasi peran pendidik sebagai seorang coach di konteks sekolah, pendampingan sistem among (Tut Wuri Handayani). Sehingga saya dapat menerapkan/mempraktekkan pendekatan coaching dalam aktivitas saya sehari-hari baik di sekolah maupun diluar sekolah
Apa saja harapan yang ingin Anda lihat pada murid-murid Anda setelah mempelajari modul ini?
Setelah mempelajari modul ini saya berharap bagi murid-murid saya bisa lebih terbuka dengan guru terkait segala keluh kesah yang mereka alami dalam proses pembelajaran maupun dalam aktivitas mereka sehari-hari yang menjadi penghambat dalam mencapai kesuksesan (keselamatan dan kebahagiaan). Bukan memandang guru sebagai sosok yang tidak bisa diajak untuk berkolaborasi dan berbagi. Bahkan sesuai harapan kedepan para murid mampu menjadi sosok yang berkarakter sesuai Profil Pelajar Pancasila.
Apa saja kegiatan, materi, manfaat yang Anda harapkan ada dalam modul ini?
Adanya kegiatan-kegiatan simulasi / praktek coaching sehingga mampu menjalankan peran sebagai pendidik di sekolah, materi yang sederhana tapi padat dan jelas serta mudah untuk dipahami bagi semua pendidik dan bermanfaat untuk menjawab tantangan dalam pendidikan dimana menghadirkan pembelajaran yang bermakna bagi guru maupun murid serta untuk kemajuan sekolah.
A. Konsep Coaching dalam Konteks Pendidikan
Pengertian Coaching
Untuk mengawali proses memahami konsep coaching ini, mari kita simak ilustrasi berikut:
Pak Amir adalah seorang pengemudi kendaraan di Kota Tangerang. Saat ini, ia mengantarkan Pak Handoko ke tempat tujuannya. Ternyata jalanan macet dan Pak Handoko tampak panik mengingat acaranya yang akan segera dimulai. Pak Amir mengajak Pak Handoko berdiskusi dan berdialog untuk menentukan alternatif jalan yang pernah ditempuh sebelumnya. Pak Amir bertanya mengenai pengalaman yang dimiliki Pak Handoko terhadap pilihan2 jalan alternatif tersebut. Kemudian Pak Amir membantu Pak Handoko untuk melakukan analisis dari setiap jalan alternatif yang memungkinkan diambil agar bisa lebih cepat sampai ke tujuan. Dengan berbagai pertimbangan, Pak Handoko akhirnya memutuskan untuk memilih satu jalan yang ia yakini lebih cepat dan lancar. Ternyata keputusan yang diambil Pak Handoko tepat. Jalanan lancar, dan Pak Handoko sampai di tempat tujuan tepat waktu..
Ilustrasi tersebut memperlihatkan bahwa untuk sampai ke tujuan dibutuhkan tindakan (action), dan terjadi perubahan (change) tempat. Ketika dikaitkan dengan aktivitas kehidupan sehari-hari, jika Pak Amir adalah seorang coach dan Pak Handoko adalah coachee, maka Pak Amir menolong dengan cara-cara tertentu, supaya Pak Handoko sampai ke sasaran yang dia inginkan. Dalam konteks ini, coaching adalah salah satu alat untuk menolong Pak Handoko. Pak Amir yang memerankan diri sebagai coach tidak serta merta mengajukan satu solusi yang harus diikuti coachee, melainkan menawarkan beberapa alternatif dan kemudian pak Handoko memutuskan sendiri sesuai dengan kondisinya. Selanjutnya, Pak Handoko lah yang membuat keputusan dengan cara yang diyakini dapat mencapai tujuannya.
Berangkat dari ilustrasi di atas, mari kita simak beberapa pengertian mengenai coaching. Para ahli mendefinisikan coaching sebagai:
sebuah proses kolaborasi yang berfokus pada solusi, berorientasi pada hasil dan sistematis, dimana coach memfasilitasi peningkatan atas performa kerja, pengalaman hidup, pembelajaran diri, dan pertumbuhan pribadi dari coachee (Grant, 1999)
kunci pembuka potensi seseorang untuk untuk memaksimalkan kinerjanya. Coaching lebih kepada membantu seseorang untuk belajar daripada mengajarinya (Whitmore, 2003)
Selain definisi-definisi yang diungkapkan oleh para ahli yang telah disebutkan di atas, International Coach Federation (ICF) mendefinisikan coaching sebagai:
“…bentuk kemitraan bersama klien (coachee) untuk memaksimalkan potensi pribadi dan profesional yang dimilikinya melalui proses yang menstimulasi dan mengeksplorasi pemikiran dan proses kreatif.”
Dari definisi ini, Pramudianto (2020) menyampaikan tiga makna yaitu:
Kemitraan. Hubungan coach dan coachee adalah hubungan kemitraan yang setara. Untuk membantu coachee mencapai tujuannya, seorang coach mendukung secara maksimal tanpa memperlihatkan otoritas yang lebih tinggi dari coachee.
Memberdayakan. Proses inilah yang membedakan coaching dengan proses lainnya. Dalam hal ini, dengan sesi coaching yang ditekankan pada bertanya reflektif dan mendalam, seorang coach dapat menggali, memetakan situasinya sehingga menghasilkan pemikiran atau ide-ide baru.
Optimalisasi. Selain menemukan jawaban sendiri, seorang coach akan berupaya memastikan jawaban yang didapat oleh coachee diterapkan dalam aksi nyata sehingga potensi coachee berkembang.
Menyelami makna-makna yang terkandung dalam definisi coaching membawa kita pada pertanyaan, “Apakah dengan demikian coaching ini bisa diterapkan di dunia pendidikan sehingga bisa mengoptimalkan sumber daya yang ada, baik guru maupun murid?” Apakah guru dapat berperan sebagai coach? Mari kita sama-sama membahas bagaimana coaching ini diterapkan dalam konteks sekolah dan bagaimanakah peran guru guru dalam menerapkan keterampilan coaching sebagai coach.
Tuliskan prinsip-prinsip coaching yang dapat Anda ambil dari beberapa pengertian coaching yang telah disajikan!
Dari cerita antara Pak Amir (Coach) dan Pak Handoko (Coachee), tidak serta merta mengajukan satu solusi yang harus diikuti coachee melainkan menawarkan beberapa alternatif dan kemudian pak Handoko memutuskan sendiri sesuai dengan kondisinya. Selanjutnya, Pak Handokolah yang membuat keputusan dengan cara yang diyakini dapat mencapai tujuannya.
Setelah membaca dua pengertian Coaching dari Grant dan Whitmore, prinsip-prinsip Coaching:
Coaching merupakan sebuah proses kolaborasi antara Coach dan Coachee didalamnya ada solusi yang sistematis sehingga mendapatkan hasil yang diharapkan.
Dengan bantuan Coach, Coachee dapat meningkatkan performa kerja, pengalaman hidup, pembelajaran diri, dan pertumbuhan pribadi.
Coaching membantu seseorang untuk belajar dari pada mengajarinya, seperti apa yang dialami oleh Pak Amir sebagai Coach dan Pak Handoko sebagai Coachee.
Sebagai guru, pernahkah Anda menerapkan prinsip-prinsip coaching tersebut di sekolah Anda? Jika jawaban Anda "ya", berilah contoh dan penjelasannya!
Ya, saat sharing bersama dengan murid yang mengalami permasalahan terkait kesulitan belajarnya dan pelanggaran yang dilakukan oleh murid di sekolah yang tidak taat tata tertib sekolah, secara tidak langsung ternyata saya sudah melakukan Coaching. Walaupun masih belum benar-benar memahami penerapan prinsip-prinsip Coaching. Contohnya, saat pembelajaran di masa pandemi ada murid yang sebelum pandemi sangat aktif dalam proses pembelajaran tetapi ketika belajar daring murid tersebut mengalami penurunan motivasi belajar. Setelah melakukan percakapan personal dengan murid tersebut ternyata, si murid ini tidak bisa fokus belajar di rumah karena kondisi lingkungan belajar yang ramai, kemudian saya memberikan beberapa alternatif solusi kepada murid tersebut. Pertama, berkomunikasi dengan orang tua, jika saat pembelajaran daring harap difasilitasi dengan lingkungan belajar yang tenang. Kedua, berinisiatif untuk mencari lokasi di sekitar rumah yang punya tingkat gangguan rendah dan bisa digunakan untuk belajar daring. Ketiga, harus berpikir positif dalam menghadapi berbagai permasalahan, karena tidak ada permasalahan yang tidak bisa diselesaikan.
B. Coaching dalam Konteks Sekolah
Dalam proses coaching, murid diberi kebebasan namun pendidik sebagai ‘pamong’ dalam memberi tuntunan dan memberdayakan potensi yang ada agar murid tidak kehilangan arah dan membahayakan dirinya.
Dalam konteks pendidikan Indonesia saat ini, pendekatan coaching menjadi salah satu proses ‘menuntun’ kemerdekaan belajar murid dalam pembelajaran di sekolah. Pendampingan dengan pendekatan Coaching menjadi proses yang sangat penting dilakukan di sekolah terutama dengan diluncurkannya program Merdeka Belajar oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia. Program ini dapat membuat murid menjadi lebih merdeka dalam mengeksplorasi diri dan mengoptimalisasikan potensi guna mencapai tujuan pembelajaran. Harapannya, pendampingan murid melalui pendekatan coaching dapat menjadi salah satu langkah tepat bagi guru untuk membantu murid mencapai tujuannya yaitu kemerdekaan dalam belajar.
Sistem Among, Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madyo Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani, menjadi semangat yang menguatkan keterampilan komunikasi guru dan murid dengan menggunakan pendekatan Coaching. Tut Wuri Handayani menjadi kekuatan dalam pendekatan proses Coaching. Sebagai seorang Guru dengan semangat Tut Wuri Handayani, maka perlulah kita menghayati dan memaknai cara berpikir atau mindset Ki Hajar Dewantara sebelum melakukan pendampingan dengan pendekatan coaching. Pendekatan komunikasi dengan proses coaching merupakan sebuah dialog antara guru dan murid yang terjadi secara emansipatif dalam sebuah ruang perjumpaan yang penuh kasih dan persaudaraan. Oleh sebab itu, empat (4) cara berpikir ini dapat melatih guru dalam menciptakan semangat Tut Wuri Handayani dalam setiap perjumpaan pada setiap proses komunikasi dan pembelajaran.
Tut Wuri Handayani Mindset
Murid adalah Mitra Belajar, Memberikan apresiasi kepada murid sebagai mitra belajar. Guru sejatinya memiliki sebuah cara berpikir bahwa dalam proses coaching keduanya memiliki kesepahaman yang sama tentang belajar. Ketika mendengarkan murid, guru belajar mengenali kekuatan dirinya juga mengenali muridnya secara mendalam. Demikian pula sebaliknya, tuntunan yang diberikan guru memberikan ruang bagi siswa untuk menemukan kekuatan dirinya sebagai murid dan sebagai manusia.
Emansipatif, Proses coaching membuka ruang emansipatif bagi guru dan siswa untuk merefleksikan kebebasan mereka melalui kesepakatan dan pengakuan bersama terhadap norma-norma yang mengikat mereka. Ruang emansipatif memberi peluang bagi murid untuk menemukan kekuatan kodratnya, potensi dirinya, dan kekuatan yang dimilikinya.
Kasih dan Persaudaraan, Proses coaching sebagai sebuah latihan menguatkan semangat Tut Wuri Handayani yaitu mengikuti/mendampingi/mendorong kekuatan kodrat murid secara holistik berdasarkan cinta kasih dan persaudaraan tanpa pamrih, tanpa keinginan menguasai dan memaksa. Murid adalah seorang manusia yang memiliki kebebasan untuk mendapatkan cinta kasih.
Ruang Perjumpaan Pribadi, Proses coaching merupakan sebuah ruang perjumpaan pribadi antara guru dan murid sehingga keduanya membangun rasa percaya dalam kebebasan masing-masing. Kebebasan tercipta melalui pertanyaan-pertanyaan reflektif untuk menguatkan kekuatan kodrat murid.
Keterampilan berkomunikasi yang bagaimanakah yang sudah Anda kuasai?
Bagi saya keterampilan adalah sebuah kemampuan yang harus diasah, termasuk di dalamnya kemampuan berkomunikasi. Secara umum kemampuan berkomunikasi ada komunikasi lisan (oral communication), komunikasi tulisan (written communication), dan komunikasi non-verbal (non-verbal communication). Tentu saja sebagai pendidik harus mampu menguasai semua keterampilan berkomunikasi dan sampai saat ini terus berusaha untuk mengembangkan semua keterampilan berkomunikasi.
https://www.komunikasipraktis.com/2014/10/keterampilan-komunikasi-pengertian.html
Keterampilan manakah yang perlu Anda asah agar dapat menjalankan coaching dengan baik?
Bagi saya keterampilan komunikasi lisan yang harus terus diasah dan secara berkelanjutan menerapkan sistem Among serta mempraktikkan Tut Wuri Handayani Mindset
Simaklah video animasi mengenai konsep coaching berikut dan jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini:
https://youtu.be/0R2yJW4mudA
Bagaimana cara burung hantu membantu sang kancil menyeberang sungai?
Menggali informasi dengan bertanya usaha apa saja yang sudah Kancil lakukan untuk menyeberangi sungai. Di sini Burung ingin mencari tahu seberapa besar keinginan Kancil untuk menyeberangi sungai. Dari usaha yang sudah kancil lakukan kemudian Burung Hantu membantu Kancil untuk sadar bahwa Kancil tidak bisa menjadi Ikan dan Burung, untuk menyeberangi sungai. Kancil harus sadar dan yakin dengan kemampuannya sendiri bahwa Kancil merupakan binatang yang cerdas dan pengamat yang baik. Serta meyakinkan Kancil untuk menggunakan dengan baik kemampuan yang dimilikinya.
Bagaimana cara burung hantu menanggapi pernyataan sang kancil tentang ketidakmampuannya?
Burung hantu menanggapi dengan sabar dan penuh perhatian dengan mencari tahu apakah Kancil masih memiliki keinginan untuk menyeberang, kemudian Burung Hantu menggali potensi diri yang dimiliki oleh Kancil dan meyakinkan Kancil untuk menggunakan kemampuan yang dimiliki.
Pertanyaan-pertanyaan seperti apakah yang diajukan oleh burung hantu untuk membantu sang kancil?
Pertanyaan reflektif untuk membangkitkan kesadaran Kancil. Pertanyaan yang secara sistematis membantu Kancil untuk menemukan ide menyelesaikan masalahnya yaitu menyeberangi sungai kecil.
Jika Anda menjadi sang kancil, apa yang Anda rasakan ketika dibantu dengan cara demikian?
Tentu saja sangat senang, karena dengan bantuan itu saya menjadi yakin akan kemampuan/potensi yang saya miliki
Jika Anda adalah sang burung hantu dan kancil adalah murid Anda, apakah Anda cukup sabar? Mengapa?
Ya, Tentu saja Kompetensi Sosial Emosi seseorang itu semakin bertambahnya usia pasti menjadi pribadi yang sabar. Begitu juga dengan saya, ketika di awal-awal menjadi guru sering tidak sabar dalam menghadapi murid yang tidak sesuai Ekspektasi dan seiring berjalannya waktu dan dengan pengembangan diri yang saya lakukan membantu saya untuk menjadi pendidik yang mampu mengendalikan diri.
Paradigma Pendampingan Coaching Sistem Among - ARTI
C. Coaching, Konseling, dan Mentoring
Sebagai guru, Anda diharapkan menjadi pemimpin pembelajaran. Sebagai pemimpin pembelajaran, Anda tentunya harus memainkan banyak peran. Terkadang, untuk menghadapi murid, Anda harus menjadi seorang konselor. Suatu saat Anda juga diharapkan menjadi mentor. Selain itu, terkadang Anda juga harus menjadi seorang coach.
Tentunya, sebagai guru, Anda selalu menjadi mentor bagi murid Anda dengan menyampaikan pengalaman yang Anda miliki. Anda juga melakukan konseling dengan murid Anda ketika mereka datang dengan permasalahan mereka. Nah, ketika Anda harus menghadapi murid dengan berbagai potensinya dan Anda berupaya untuk memaksimalkan potensi tersebut, Anda seyogyanya berperan sebagai seorang coach. Mengapa Anda harus berperan sebagai coach? Mari kita lihat ketiga metode pengembangan diri tersebut?
Untuk memahami perbedaan peran antara konselor, mentor, dan coach tersebut, mari kita simak video berikut ini, dan jawablah pertanyaan-pertanyaan mengenai video tersebut. https://youtu.be/SevRYbDjOnk
Pak Haris menggali masalah-masalah yang dialami Fina di masa lalu (konseling), Pak Haris menanyakan kesiapan / keyakinan Fina untuk kembali mengemudi mobil, agar Fina tidak ragu Pak Haris memberikan tips mengemudi yang aman dan santai (Mentoring). Saat Pak Haris mengajukan pertanyaan-pertanyaan terkait kendala dan bagaimana mengatasi kendala saat pertama kali mengemudi (Coaching) . Konselor membantu menyelesaikan masalah klien, Mentor memberikan tips berdasarkan pengalamannya kepada mentee dan Coach mendorong coache menyelesaikan masalahnya sendiri.
Apa yang seorang konselor lakukan untuk membantu seseorang yang bermasalah dalam mengemudi mobil?
menggali masalah-masalah yang dialami di masa lalu dalam mengemudi mobil dan membantu menyelesaikan masalah klien.
Apa yang seorang mentor lakukan untuk membantu seseorang yang bermasalah dalam mengemudi mobil?
Memberikan tips mengemudi yang aman berdasarkan pengalamannya.
Apa yang seorang coach lakukan untuk membantu seseorang yang bermasalah dalam mengemudi mobil?
mengajukan pertanyaan-pertanyaan terkait kendala dan bagaimana mengatasi kendala saat pertama kali mengemudi dan mendorong coache menyelesaikan masalahnya sendiri.
Secara umum komunikasi dapat diartikan sebagai proses meneruskan informasi atau pesan dari satu pihak ke pihak yang lain dengan menggunakan media kata, tulisan ataupun tanda peraga. Komunikasi dapat terjadi satu arah dan dua arah, dimana ada peran pemberi pesan dan penerima pesan.
A. Komunikasi Asertif
Dalam proses berkomunikasi dengan orang lain, tidak selalu apa yang kita harapkan akan berjalan dengan lancar. Ada saja hambatan yang datang dan sering kali hasil komunikasi tersebut tidak dapat memuaskan semua orang. Hal ini dapat terjadi karena sikap berkomunikasi yang berbeda satu sama lain, dan tidak semua orang dapat secara mudah mengungkapkan apa yang ada di benaknya dengan tepat. Kita perlu memahami tipe umum manusia berkomunikasi agar kita dapat memberikan respons yang tepat.
Untuk lebih memahami, simaklah video singkat berikut ini kemudian jawablah pertanyaan reflektif yang disajikan:
https://youtu.be/CvtWRNzuZfU
Ketika kita berkomunikasi lawan bicara kita tidak serius mendengarkan, maka kita perlu untuk memahami pendekatan-pendekatan komunikasi.
Komunikasi Agresif di mana orang yang berbicara lebih dominan dan mau menang sendiri, pendapatnya harus di dengar dan di tanggapi Komunikator Agresif akan cenderung mendominasi pembicaraan dan langsung menghakimi pokok pembicaraan (Seorang Pimpinan)
Komunikasi Submisif / pasif di mana orang yang berbicara cenderung diam, kurang berekspresi dan tidak mau menyuarakan apa yang dirasakan, orang pasif biasanya akan mengikuti suara mayoritas. (Staf) sulit berkembang karena kecenderungannya untuk diam.
Komunikator Asertif, yang mampu menggabungkan komunikasi Agresif adan Pasif. yang mampu memposisikan bahwa posisi mereka sama untuk mengutarakan pendapat. Komunikator Asertif akan selalu mencari jalan tengah untuk menyelesaikan masalah, akan selalu mencari jalan yang terbaik untuk menyelesaikan masalah. berprilaku proaktif dalam menyampaikan pendapat apa yang kita butuhkan tanpa merusak relasi dengan orang lain dengan jujur, bertanggung jawab dan menaruh rasa hormat
Apakah gaya komunikasi Anda? Mengapa Anda berpikir demikian?
Komunikator Asertif, sebagai seorang pendidik tentu saja dalam proses pembelajaran di kelas harus mampu menyelesaikan dan mencari jalan yang terbaik untuk setiap masalah yang dialami peserta didik. Secara proaktif menyampaikan pendapat tanpa merusak hubungan antara guru dan murid supaya tercipta proses pembelajaran yang diharapkan. Begitu juga ketika dalam proses pengembangan sekolah harus mampu mengutarakan pendapat dan mampu untuk mendengarkan pendapat orang lain. Dengan jujur, bertanggung jawab dan menaruh rasa hormat sehingga tidak merusak hubungan / relasi dengan sesama rekan guru.
Langkah-langkah yang perlu dipelajari untuk menjadi komunikator yang asertif.
Mempraktekkan PSE/KSE yang berkesadaran penuh
Berani / Proaktif menyampaikan pendapat
Membangun relasi yang baik dengan saling menghargai dan menghormati
Memposisikan diri sama dengan yang lain
Mencari jalan tengah/jalan yang terbaik untuk menyelesaikan masalah
Mampu memposisikan diri sebagai pendengar yang baik
Bertanggung jawab atas apa yang diucapkan
Apakah yang menjadi tantangan Anda dan apa yang perlu diusahakan dari diri Anda agar dapat melakukan komunikasi asertif?
Tantangan saya dalam menerapkan komunikasi Asertif adalah menerapkan itu sendiri, terkadang ketika sedang emosi tanpa sengaja saya menjadi komunikator Agresif dan juga ketika sedang mengalami masalah saya menjadi komunikator submisif/pasif. Jadi bisa dikatakan Emosi seseorang mempengaruhi penerapan Komunikasi Asertif, oleh sebab itu perlu benar-benar memahami PSE-KSE yang berkesadaran penuh. Kemudian sering mempraktikkan Komunikasi Asertif baik bersama dengan murid maupun rekas sekerja atau orang lain.
Berkomunikasi secara asertif akan membangun kualitas hubungan kita dengan orang lain menjadi lebih positif karena ada pencapaian bersama dan kesepakatan dalam pemahaman dari kedua belah pihak. Kualitas hubungan yang diharapkan dibangun atas rasa hormat pada pemikiran dan perasaan orang lain.
Ketika melakukan kegiatan coaching, sebagai seorang coach kita biasanya menghendaki adanya hasil yang dicapai, namun ada kalanya coachee kita (murid) merasa tidak suka atau merasa ragu serta tertekan dengan komunikasi yang hendak dibangun. Karenanya, sebuah pemahaman komunikasi asertif perlu dibangun agar timbul rasa percaya dan aman. Ketika rasa aman itu hadir dalam sebuah hubungan coach and coachee, maka coachee akan lebih terbuka dan menerima ajakan kita untuk berkomunikasi. Keselarasan pada tujuan mulai terbangun.
Dalam usaha membangun keselarasan berkomunikasi, coach juga perlu belajar menyamakan posisi diri pada saat coaching berlangsung. Beberapa tips singkat yang dapat seorang coach lakukan:
1. Menyamakan kata kunci
Memperhatikan kata kunci dalam pembicaraan memberikan kesan penerimaan hubungan coach dan coachee. Disini awal keberhasilan coaching sebab coach dan coachee mampu menyesuaikan diri dan membangun relasi.
Kata-kata kunci biasanya merupakan kata-kata yang diulang-ulang atau ditekankan oleh coachee dan ini biasanya terkait dengan nilai kehidupan. Coach dapat menggunakan kata-kata kunci ini untuk membimbing coachee untuk mencapai tujuannya.
Sebagai contoh, jika murid menggunakan bahasa dan istilah kekinian dalam bercerita, kita dapat juga menggunakan istilah yang dipakai ketika kita bertanya untuk mengklarifikasi pernyataannya.
Percakapan 1
Murid : “Bu, aku tuh kalau uda masuk kelas Pak Mato, pikiran tuh langsung ambyar..byar byar Bu.”
Guru : “Oh demikian? Bisa kamu ceritakan ambyar yang bagaimana sehingga kamu sulit konsentrasi belajar di kelas?”
Percakapan 2
Murid : “Pak, Timun selalu gitu deh. Lebay banget kalau uda ngomong. Saya makin lama uda gak nyaman mau main sama dia.”
Guru : “Seberapa kecewanya kamu dengan lebaynya teman yang kamu ceritakan barusan?
2. Menyamakan bahasa tubuh
Bahasa tubuh memainkan peran penting dalam komunikasi sebab hal ini dalam menentukan bagaimana rekan bicara kita akan menanggapi dan berhubungan selanjutnya dengan kita. Bahasa tubuh disini meliputi mimik wajah, suara, postur tubuh, ataupun gerakan tubuh lainnya.
Coach dapat memberikan tanda setuju secara tidak langsung pada apa yang disampaikan coachee dengan senyum atau dengan anggukan. Jika coachee kita sedang bersandar ke lengan kursi misalnya, coach juga dapat mengikuti gerakannya. Ketika coachee sedang bersemangat bercerita dan mencondongkan tubuhnya ke depan, kita juga usahakan mengikutinya. Kegiatan penyamaan ini perlu dilakukan dengan halus dan tidak kentara agar coachee tidak merasa ditiru.
3. Menyelaraskan emosi
Setelah kata dan bahasa tubuh yang kita selaraskan, emosi pun perlu kita usahakan untuk diselaraskan, terutama ketika coachee mengucapkan hal-hal yang emosional. Hal ini akan membuat coachee merasa coach-nya ada pada pihaknya dan mengerti perasaannya.
Contoh:
Murid : “Saya sudah gak bisa kerja sama Toni lagi Bu. Dia tidak pernah menerima ide yang saya berikan.”
Guru : “Ya, Ibu dapat memahami perasaan kamu. Tidak semua orang dapat dengan mudah menerima pendapat orang lain.”
Komunikasi asertif membangun relasi. Relasi baik dan positif yang terbentuk akan menjadi modal utama dalam process coaching.
Setelah mempelajari bagian ini apa pemahaman Anda mengenai makna dari membangun sebuah komunikasi asertif dengan murid?
Untuk membangun sebuah komunikasi Asertif dengan murid tentu saja baik Pendidik (Coach) dan Murid (Coachee) harus memiliki pemahaman bersama di dalamnya ada rasa hormat sehingga hubungan relasi antara pendidik dan murid tetap terjaga. Pendidik harus mampu mengutarakan pendapat tanpa menyinggung perasaan Murid dan Murid mau mendengarkan pendapat Pendidik dengan penuh rasa hormat. Sebagai Coach dalam usaha membangun keselarasan berkomunikasi, coach juga perlu belajar menyamakan posisi diri pada saat coaching berlangsung. Beberapa tips singkat yang dapat seorang coach lakukan: Menyamakan kata kunci, Menyamakan bahasa tubuh dan Menyelaraskan emosi.
Apa dampak yang bisa Anda rasakan?
Setelah memahami dan menerapkan komunikasi Asertif bersama dengan murid, tentu saja harapan saya terbangunnya keselarasan emosi, kejujuran, rasa saling menghormati , kepercayaan diri, sikap terbuka sehingga keselarasan pada satu tujuan dapat tercapai.
B. Pendengar aktif
B. Pendengar aktif
Bacalah kutipan berikut ini. Tuliskan pemahaman Anda
I know that you believe you understand what you think I said but I am not sure you realise that what you think you heard and it is not what I meant
~ Alan Greenspan
(Saya tahu bahwa anda percaya diri bahwa anda memahami apa yang anda pikir saya katakan, namun saya tidak yakin bahwa anda menyadari bahwa apa yang anda pikir sudah didengar, dan ini bukanlah yang saya maksudkan)
Apa yang Anda tangkap dari kutipan ini? Ceritakan pemahaman Anda dengan bahasa Anda sendiri.
Saya tahu kamu yakin kamu paham dari apa yang aku sampaikan tetapi saya tidak yakin kamu menyadari bahwa apa yang kamu pikir, kamu dengar dan itu bukan yang kumaksudkan.
Dari kutipan ini, si penulis hendak meluruskan dan meyakinkan bahwa apa yang sudah dipahami dari apa yang didengar belum tentu seperti apa yang dimaksudkan.
Salah satu keterampilan utama dalam coaching adalah keterampilan mendengar. Seorang coach yang baik akan mendengar lebih banyak dan kurang berbicara. Dalam sesi coaching kita perlu fokus bahwa pusat komunikasi adalah pada diri coachee, yakni murid kita. Dalam hal ini, seorang coach harus dapat mengesampingkan agenda pribadi atau apa yang ada dipikirannya termasuk penilaian terhadap coachee.
Terdengar mudah ya untuk dilakukan? Kita hanya perlu untuk duduk berhadapan dengan mereka dan mendengar apa yang mereka sampaikan. Namun apakah sungguh semudah itu? Dapatkah kita dengan sungguh mendengar mereka dan tidak mendengarkan apa yang ada dipikiran kita sendiri? Mari kita belajar lebih lanjut tentang kata kerja “mendengar” melalui tautan video berikut ini. https://youtu.be/qYzQ41sF1hs
Komunikasi terjadi dari dua arah sebagai penyampai makna satu lagi sebagai penerima,
Makna mendalam mendengarkan aktif, Bagaimana ketika ketika berbicara dengan teman, tapi teman tidak mendengarkan dengan baik pastinya muncul rasa tidak dihargai
Perbedaan Mendengar (Hearing) dan Mendengarkan (Listening), Mendengar adalah kemampuan menerima suara dan merupakan aktivitas pasif sedangkan Mendengarkan adalah aktivitas yang dilakukan secara sadar, dengan memperhatikan makna dari apa yang didengar dan memerlukan konsentrasi.
Mendengar: Secara kebetulan, Tanpa tujuan, Tanpa tenaga/usaha khusus, Kemampuan Fisik
Mendengarkan: Secara khusus, Dengan Tujuan Tertentu, Mencurahkan perhatian dan Tenaga, Keterampilan yang dapat dipelajari, keterampilan dalam berelasi, keterampilan memperhatikan bahasa lisan dan bahasa tubuh, kecakapan merespons.
Mendengarkan dalam bahasa Cina ada empat karakter Telinga, Orang, Mata, dan Hati. Tapi ada satu lagi yaitu Esa (membawa kebaikan dan mendengarkan yang baik.
Setelah menonton video Mendengarkan aktif, apa yang Anda tangkap mengenai arti kata Mendengarkan (listening)?
Perbedaan Mendengar (Hearing) dan Mendengarkan (Listening), Mendengar adalah kemampuan menerima suara dan merupakan aktivitas pasif sedangkan Mendengarkan adalah aktivitas yang dilakukan secara sadar, dengan memperhatikan makna dari apa yang didengar dan memerlukan konsentrasi.
Mendengar: Secara kebetulan, Tanpa tujuan, Tanpa tenaga/usaha khusus, Kemampuan Fisik
Mendengarkan: Secara khusus, Dengan Tujuan Tertentu, Mencurahkan perhatian dan Tenaga, Keterampilan yang dapat dipelajari, keterampilan dalam berelasi, keterampilan memperhatikan bahasa lisan dan bahasa tubuh, kecakapan merespons.
Mendengarkan dalam bahasa Cina ada empat karakter Telinga, Orang, Mata, dan Hati. Tapi ada satu lagi yaitu Esa (membawa kebaikan dan mendengarkan yang baik.
Apa hambatan dari diri yang dapat membuat Anda tidak mendengarkan secara aktif?
Tidak bisa fokus mendengarkan karena apa yang disampaikan terlalu banyak/tidak memiliki tujuan yang jelas. Tidak bisa fokus mendengarkan karena ada hal-hal yang dipikirkan
Apa yang akan Anda lakukan untuk menghilangkan hambatan ini?
Agar bisa mendengarkan secara aktif tentu saja harus benar-benar fokus menaruh perhatian, mendengarkan dengan hati memberikan respons atau tanggapan dari apa yang didiskusikan.
Ketika kita mendengarkan lawan bicara kita, hal-hal yang kita dengar dari mereka antara lain:
Pesan yang disampaikan, baik yang terungkap langsung ataupun yang tersirat
Emosi dan perasaannya
Pikirannya
Bahasa tubuh dan mimik wajah
Nila-nilai yang menghidupi diri mereka
Usaha dan hasil yang dicapai
Materi lainnya yang disampaikan
Tantangan kita ketika mendengarkan ada pada kemampuan kita menangkap pesan yang disampaikan lewat ragam gaya komunikasi mereka. Karenanya, kita juga perlu mengerti beberapa teknik mendengarkan aktif, sehingga kita mampu menangkap pesan-pesan yang disampaikan.
5 Teknik mendengarkan aktif
1. Memberikan perhatian penuh pada lawan bicara kita dalam menyampaikan pesan.
Pesan yang disampaikan bisa terkomunikasikan secara verbal maupun non-verbal. Karenanya, sebagai coach kita perlu fokus dan komitmen diri pada awal sesi untuk hadir sepenuhnya selama coaching berlangsung.
2. Tunjukkan bahwa kita mendengarkan.
Bahasa tubuh dan respon kita dapat secara efektif menyampaikan pesan kepada lawan bicara kita bahwa kita memperhatikan setiap pesan yang disampaikan.
Contoh bahasa tubuh dan respon kecil yang menunjukkan bahwa seseorang mendengarkan secara aktif:
Respon singkat – ‘oh’ , ‘iya’, ‘hm…”
Anggukan kecil – tanda mengerti apa yang disampaikan
Raut wajah positif – senyum
Kontak mata – jaga kontak mata
Postur tubuh – condong ke arah rekan bicara kita dan hindari melipat tangan di depan dada
Gerakan tubuh – hindari menggoyangkan jari atau kaki
3. Menanggapi perasaan dengan tepat
Nada positif dan berikan afirmasi kepada apa yang disampaikan oleh rekan bicara kita. Fokus kepada masalah atau topik yang disampaikan.
Contoh: “Saya merasakan apa yang kamu alami saat ini.”, “Sepertinya kamu telah menangani masalahmu dengan cukup baik.”, “Saya kagum dengan usahamu.”
4. Parafrase
Ini digunakan ketika kita hendak menegaskan kembali makna pesan yang disampaikan dengan menggunakan kalimat kita sendiri.
Contoh:
Murid: “Saya kecewa orang tua saya tidak pernah mau mengurusi sekolah saya.”
Anda: “Jadi kamu merasa kecewa sama Bapak Ibumu karena mereka tidak acuh dan tidak mengurusi sekolah mu ya?”
5. Bertanya
Pendengar aktif akan mengajukan pertanyaan untuk mendorong lawan bicaranya menguraikan lebih lagi keyakinan atau perasaannya. Pada saat inilah diperlukan keterampilan bertanya sehingga mampu menggali lebih dalam potensi yang dimiliki oleh rekan bicara kita. Bagian ini akan kita bahas pada aspek komunikasi yang memberdayakan berikutnya.
Apa sulitnya ya bertanya? Tiap hari kita mengajukan pertanyaan, baik kepada orang lain di sekeliling kita dan kepada diri kita sendiri. Coba kita pikirkan bersama, mengapa keterampilan bertanya perlu untuk dipelajari?
Dalam melaksanakan coaching ketrampilan kunci yang diperlukan adalah mengajukan pertanyaan dengan tujuan tertentu. Pertanyaan yang diajukan seorang coach diharapkan menggugah orang yang coach tidak sekedar berupa respon pendek atau respon ya dan tidak. Pertanyaan seorang coach diharapkan ‘ dapat menstimulasi pemikiran coachee, memunculkan hal-hal yang mungkin belum terpikirkan sebelumnya, mengungkapkan emosi atau nilai dalam diri dan yang dapat mendorong coachee untuk membuat sebuah aksi bagi pengembangan potensi diri.
Mari kita simak video pada tautan berikut, https://youtu.be/qAcjIad_evY
Komunikasi yang memberdayakan komunikasi Efektif,
"Nilailah seseorang dari pertanyaannya, bukan dari jawabannya." Voltaire, Filsuf Perancis 1694 - 1778
Manfaat pertanyaan efektif bagi lawan bicara kita:
Menstimulasikan pemikiran,
memberikan perspektif yang lebih luas,
menghasilkan pemahaman yang lebih mendalam,
memberdayakan potensi lawan bicara dalam menganalisa topik yang ada,
memotivasi diri dalam mengambil keputusan.
6 jenis pertanyaan efektif untuk proses coaching:
Pertanyaan terbuka, membantu lawan bicara / coachee mengeksplorasi pikiran dan jawaban yang lebih luas. Pertanyaan terbuka biasanya ditandai dengan Apa, Bagaimana, Jelaskan lebih lanjut. Contoh:
Bagaimana kamu mendeskripsikan keadaanmu saat ini?
Apa yang menjadi tujuanmu dari pertemuan kita hari ini?
Coba kamu ceritakan hambatan yang kamu hadapi?
Mengapa kamu berpikir demikian?
Bagaimana pendapatmu tentang pembelajaran kita hari ini?
Mengapa kurikulum pendidikan kita selalu berubah?
Pertanyaan berfokus pada tujuan, mengarahkan coachee pada hasil akhir diskusi, tidak berkutat pada akar masalah saja. Dengan pertanyaan seperti ini coachee akan memiliki solusi. Contoh:
Apa hasil akhirnya?
Coba sebutkan, hal-hal yang dapat membantu kamu mencapai target akhir tahun?
Dari semua pilihan yang sudah kita diskusikan, mana yang ingin kamu pilih? mengapa?
Apa makna kesuksesan bagi kamu?
Bisa ceritakan, proses yang sudah kamu buat sampai saat ini?
Apa makna belajar bagi kamu?
Apa yang akan anda lakukan untuk tetap fokus dalam mencapai tujuan yang sudah anda rencanakan sebelumnya?
Pertanyaan Reflektif, mengulang kembali sebagian dari bahan diskusi baik itu pikiran atau perasaan coachee. Contoh:
Dari proses kerja sama dengan teman-teman, apakah ada hal-hal yang merupakan keberhasilan bersama?
Ceritakan lebih dalam lagi tentang kekhawatiran yang kamu rasakan!
Dari evaluasi yang kamu buat, coba jelaskan hal-hal yang perlu kamu tingkatkan dalam performamu?
Bagaimana hasil analisa kekuatan dan kelemahan rancangan program yang kamu buat?
Apa yang terpenting yang kamu pelajari hari ini? Mengapa itu penting?
Bagaimana hasil evaluasi pembelajaran bisa bermanfaat untuk proses pembelajaran selanjutnya?
Pertanyaan Eksplorasi, digunakan untuk menggali hal-hal lain yang belum sempat diungkapkan oleh coachee. membantu mereka untuk memecahkan masalah. Contoh:
Dari semua pilihan yang ada, apa yang berbeda dari sebelumnya?
Menurutmu, dari manakah kita harus memulai?
Seberapa yakin kamu mau meneruskan usaha yang sudah dikerjakan oleh kakakmu?
Masih adakah yang belum kamu ungkapkan?
Bagaimana kamu dapat memiliki persepsi demikian? Coba jelaskan lebih lanjut!
Apa yang akan terjadi jika pilihan A yang kamu ambil?
Menurut kalian, apa yang harus kita lakukan agar kita bisa fokus dalam belajar?
Apa yang akan terjadi jika sekolah kita mengimplementasikan Kurikulum Merdeka di tahun ini?
Pertanyaan yang mengukur pemahaman, agar lawan bicara kita coachee memahami realitas / situasi yang dihadapi. Membantu coachee dalam pengambilan keputusan. Contoh:
Apa yang sudah kamu pahami sejauh ini mengenai hal tersebut?
Dari hal yang dipaparkan sebelumnya, apa yang akan menjadi tantangan kamu sekarang?
Jelaskan lebih lagi hal-hal yang diperlukan agar rencanamu berjalan efektif?
Persepsimu terhadap suasana lingkungan kerjamu saat ini seperti apa?
Dari penjelasan singkat terkait materi hari ini, apa yang bisa kalian tambahkan?
Apa yang sudah bapak pahami tentang Kurikulum Merdeka?
Pertanyaan Aksi, mendorong coachee untuk menentukan langkah maju yang dinyatakan dalam sebuah tindakan atau rencana yang relevan.
Apa yang sepantasnya kamu perbuat saat ini?
Siapa yang akan kamu ajak untuk terlibat dalam proyek ini?
Kriteria keberhasilanmu saat ini apa?
Bisakah kamu saat ini membuat perencanaan berdasarkan tujuan SMART?
Komitmen untuk melakukan tindakan ini bagaimana?
Apa dukungan yang kamu perlukan untuk keberhasilan?
Apa yang kamu perlu lakukan untuk bisa lulus dalam ujian?
Apa yang harus bapak/ibu guru lakukan setelah selesai mengikuti Sosialisasi IKM?
Setelah Anda memahami dan mempraktekan cara membuat pertanyaan yang efektif, kita juga perlu tahu beberapa bentuk pertanyaan yang sebaiknya kita hindari dalam proses coaching karena bentuk pertanyaan tersebut dapat menghambat keberhasilan coachee dalam proses coaching.
1. Pertanyaan tertutup
Jenis pertanyaan ini hanya akan membuat coachee menjawab dengan Ya dan Tidak, atau hanya berespon dengan 1 kata. Jika pertanyaan Coach seperti demikian maka pikiran coachee akan kurang atau bahkan tidak terstimulasi. Coachee akan mendapatkan hambatan dalam mengeksplorasi pilihan dan potensi mereka untuk bergerak maju dan membuat aksi.
JIka kita bertanya: “Apa kamu akan melanjutkan pendidikan ke universitas negeri?”, Murid kita akan cenderung menjawab ”Ya” atau hanya mengangguk.
Namun jika kita bertanya, “Apa yang sudah kamu rencanakan untuk studimu setelah lulus SMA?”, murid kita akan terstimulasi untuk memberikan jawaban yang terelaborasi.
2. Pertanyaan yang mengarahkan
Pertanyaan ini seperti menyiratkan jawaban yang kita harapkan keluar dari respon coachee. Kecenderungan seorang guru dalam bertanya adalah dengan memberikan arahan sehingga murid kita mampu menjawab sesuai yg diharapkan. Dalam menerapkan pendampingan dengan pendekatan coaching di sekolah, peran yang sedemikian harus kita tanggalkan.
Ingat bahwa dalam coaching, tugas coach adalah memfasilitasi coachee untuk mencapai tujuan yang dia inginkan, bukan yang coach inginkan.
Contoh pertanyaan mengarahkan: “Sepertinya kita perlu mendiskusikan jadwal pelaksanaan kegiatan sosial yang kamu rancang.”
Pertanyaan alternatif: “Dari kegiatan-kegiatan yang akan kita diskusikan saat ini, mana yang perlu kita bahas terlebih dahulu?”
Contoh lainnya: “Kamu tidak jadi mengambil kursus memasak kan?”
Pertanyaan alternatif: “Apa manfaat yang akan kamu dapat jika kamu mulai kursus memasak?”
D. Umpan Balik Positif
D. Umpan Balik Positif
Umpan balik dalam coaching bertujuan untuk membangun potensi yang ada pada coachee dan menginspirasi mereka untuk berkarya. Coachee memaknai umpan balik yang disampaikan sebagai refleksi dan pengembangan diri. Secara khusus diberikan pada coachee ketika dalam process coaching, ada hal-hal yang tidak terduga muncul atau hasil dari coaching ini berbeda dari yang coachee pikirkan.
Dorongan positif diperlukan agar coachee meneruskan hasil coaching ini sampai pada tahap aksi. Bentuk umpan balik dapat disampaikan dalam beberapa cara dengan aspek-aspek berikut (Pramudianto, 2015):
1. Langsung diberikan saat komunikasi.
Contoh: “Wah bagus ucapanmu yang baru saja kamu sampaikan.”
2. Spesifik – fokus pada apa yang dikatakan
Contoh: “Hal ini sepertinya belum diungkapkan sebelumnya. Ayo kita coba bicarakan hal ini lebih lagi. Ini dapat menjadi alternatif lain untukmu.”
3. Faktor emosi – mengikutsertakan emosi yang dirasakan
Contoh: “Ah.. saya ikut gembira mendengar pencapaian mu dalam kerja kelompok kemarin.” “Situasimu terdengar sulit. Mari perlahan kita bicarakan agar kamu bisa mendapatkan alternatif dari situasi ini.”
4. Apresiasi – menyertakan motivasi positif
Contoh: “Kamu bisa Nak. Kamu pasti bisa menjalankan komitmenmu. Kamu sudah berjalan sejauh ini, dengan perencanaan yang lebih baik, kamu dapat menyelesaikan tantangan ini.”
Coaching adalah sebuah kegiatan komunikasi pemberdayaan (empowerment) yang bertujuan membantu para coachee dalam mengembangkan potensi yang dimilikinya dalam mencari solusi dari permasalahan yang dihadapi agar hidupnya menjadi lebih efektif. Kemampuan berkomunikasi menjadi kunci dari proses coaching sebab pendekatan dan teknik yang dilakukan dalam coaching merupakan proses mendorong dari belakang sehingga coachee dapat menemukan jawaban dari apa yang dia temukan sendiri (Pramudianto, 2015), bukan dengan diarahkan atau digurui. Inilah yang menjadi keunikan coaching.
mendemonstrasikan pemahaman mengenai model coaching TIRTA, mengidentifikasi langkah-langkah dalam model coaching TIRTA . Sekarang, saatnya Anda mempelajari tentang satu model coaching yang akan Anda praktekkan yaitu TIRTA: satu model coaching yang dapat membantu peran coach dalam membuat alur percakapan menjadi lebih efektif dan bermakna.
Komunikasi yang memberdayakan
TIRTA dikembangkan dari satu model umum coaching yang dikenal sangat luas dan telah banyak diaplikasikan, yaitu GROW model. GROW adalah kepanjangan dari Goal, Reality, Options dan Will. Pada tahapan 1) Goal (Tujuan): coach perlu mengetahui apa tujuan yang hendak dicapai coachee dari sesi coaching ini, 2) Reality (Hal-hal yang nyata): proses menggali semua hal yang terjadi pada diri coachee, 3) Options (Pilihan): coach membantu coachee dalam memilah dan memilih hasil pemikiran selama sesi yang nantinya akan dijadikan sebuah rancangan aksi. 4) Will (Keinginan untuk maju): komitmen coachee dalam membuat sebuah rencana aksi dan menjalankannya.
Model TIRTA dikembangkan dengan semangat merdeka belajar yang menuntut guru untuk memiliki keterampilan coaching. Hal ini penting mengingat tujuan coaching yaitu untuk melejitkan potensi murid agar menjadi lebih merdeka. Melalui model TIRTA, guru diharapkan dapat melakukan pendampingan kepada murid melalui pendekatan coaching di komunitas sekolah dengan lebih mudah dan mengalir.
TIRTA kepanjangan dari
T: Tujuan
I: Identifikasi
R: Rencana aksi
TA: Tanggung jawab
Dari segi bahasa, TIRTA berarti air. Air mengalir dari hulu ke hilir. Jika kita ibaratkan murid kita adalah air, maka biarlah ia merdeka, mengalir lepas hingga ke hilir potensinya. Anda, sebagai guru memiliki tugas untuk menjaga air itu tetap mengalir, tanpa sumbatan.
Tugas Anda adalah menuntun atau membantu murid (coachee) menyadari bahwa mereka mampu menyingkirkan sumbatan-sumbatan yang mungkin menghambat perkembangan potensi dalam dirinya.
Dengan demikian, bagaimana cara Anda menjaga agar dapat menyingkirkan sumbatan yang ada? Jawabannya adalah keterampilan coaching.
Tujuan Umum
TIRTA dapat dijelaskan sebagai berikut:
Tujuan Umum (Tahap awal dimana kedua pihak coach dan coachee menyepakati tujuan pembicaraan yang akan berlangsung. Idealnya tujuan ini datang dari coachee)
Dalam tujuan umum, beberapa hal yang dapat coach rancang (dalam pikiran coach) dan yang dapat ditanyakan kepada coachee adalah:
a. Apa rencana pertemuan ini?
b. Apa tujuannya?
c. Apa tujuan dari pertemuan ini?
d. Apa definisi tujuan akhir yang diketahui?
e. Apakah ukuran keberhasilan pertemuan ini?
Seorang coach menanyakan kepada coachee tentang sebenarnya tujuan yang ingin diraih coachee.
Identifikasi (Coach melakukan penggalian dan pemetaan situasi yang sedang dibicarakan, dan menghubungkan dengan fakta-fakta yang ada pada saat sesi) Beberapa hal yang dapat ditanyakan dalam tahap identifikasi ini adalah:
a. Kesempatan apa yang kamu miliki sekarang?
b. Dari skala 1 hingga 10, dimana kamu sekarang dalam pencapaian tujuan kamu?
c. Apa kekuatan kamu dalam mencapai tujuan
d. Peluang/kemungkinan apa yang bisa kamu ambil?
e. Apa hambatan atau gangguan yang dapat menghalangi kamu dalam meraih tujuan?
f. Apa solusinya?
Rencana Aksi (Pengembangan ide atau alternatif solusi untuk rencana yang akan dibuat)
a. Apa rencana kamu dalam mencapai tujuan?
b. Adakah prioritas?
c. Apa strategi untuk itu?
d. Bagaimana jangka waktunya?
e. Apa ukuran keberhasilan rencana aksi kamu?
f. Bagaimana cara kamu mengantisipasi gangguan?
TAnggungjawab (Membuat komitmen atas hasil yang dicapai dan untuk langkah selanjutnya)
a. Apa komitmen kamu terhadap rencana aksi?
b. Siapa dan apa yang dapat membantu kamu dalam menjaga komitmen?
c. Bagaimana dengan tindak lanjut dari sesi coaching ini?
Model TIRTA
Dengan menjalankan metode TIRTA ini, harapannya seorang guru dapat semakin mudah dapat menjalankan perannya sebagai coach. Gambar model TIRTA berikut ini dapat membantu Anda agar lebih terarah dalam melakukan sesi coaching.
Dari semua langkah dalam model TIRTA, langkah manakah yang menurut Anda paling menantang? Mengapa?
Rencana Aksi, di dalamnya ada pengembangan ide atau alternatif solusi untuk rencana yang akan dibuat. Di sini coach membantu coachee dalam memilah dan memilih hasil pemikiran selama sesi yang nantinya akan dijadikan sebuah rancangan aksi. Butuh keahlian khusus dalam mengembangkan ide bahkan alternatif solusi untuk semua rencana yang dibuat.
Kendala apakah yang mungkin akan Anda hadapi ketika Anda menggunakan langkah-langkah dalam model TIRTA ketika berupaya melakukan sesi coaching dengan murid Anda di sekolah?
Tujuan Umum, coachee tidak mampu untuk menyampaikan apa sebenarnya tujuan yang ingin diraih. Karena saya sering menjumpai murid yang tidak memiliki tujuan pasti setelah lulus mau kemana dan apa cita-citanya. Kemudian, Jika tujuan umum sudah ada, coachee mampu mengidentifikasi masalahnya setelah sampai di rencana aksi mereka tidak mampu mengembangkan ide dan mencari alternatif solusi. Saya mengamati, murid-murid sekarang ini yang merupakan generasi set tidak mampu menjadi pelajar mandiri sesuai harapan. Terlebih karena kondisi saat ini (COVID-19) yang menjadi peluang besar terjadinya pergeseran karakter murid.
mampu menganalisa setiap proses coaching dan mengeksplorasi teknik yang digunakan dalam coaching.
Tentunya Anda sudah memahami mengenai coaching dalam konteks pendidikan, bagaimana komunikasi yang memberdayakan sebagai keterampilan dasar coaching, dan model TIRTA. Silakan renungkan pertanyaan-pertanyaan ini.
Adakah pergeseran paradigma berpikir Anda ketika Anda berhadapan dengan situasi yang dialami baik oleh rekan sesama pendidik maupun murid Anda?
Sebagai pendidik, mengapa Anda memerlukan keterampilan coaching selain keterampilan yang lainnya?
Salah satu prinsip coaching adalah kemitraan yang setara. Apakah kendala yang akan Anda hadapi ketika harus menempatkan diri Anda pada posisi yang setara dengan murid sebagai coachee?
Setelah merenungkan pertanyaan-pertanyaan di atas, simaklah video mengenai coaching model TIRTA berikut.
Perhatikanlah tiap tahapan dari model TIRTA ini, simaklah pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh ibu guru sebagai coach dan gesture yang ia tampilkan.
Hari ini kita akan ngobrol, mungkin akan sedikit lama. Kamu nggak apa-apa?
ia Bu.
Akhir-akhir ini ibu perhatikan kamu terlihat murung dan tidak semangat, Kenapa?
Saya memang perlu seseorang untuk membicarakan masalah yang saya hadapi, Terima kasih Bu sudah bersedia membantu.
Tujuan Umum
Jadi apa yang bisa ibu bantu, dan apa yang ingin kamu capai atas diskusi kita hari ini?
Saya hanya ingin mendapatkan solusi atas masalah yang saya hadapi Bu.
Terus ada lagi?
Saya masih bingung kenapa saya begini, saya ingin tahu apa penyebabnya, Bu?
Coba kamu ceritakan ke Ibu, apa yang kamu rasakan saat ini?
Saya merasa tidak nyaman di salah satu mata pelajaran
Identifikasi
Pelajaran apa?
Apa yang membuat kamu tidak nyaman?
Saya merasa kalau saya tidak bisa mengikuti pelajaran dengan baik.
Maksudnya kamu tidak mampu memahami mata pelajaran itu?
Saya sudah berusaha dengan keras tapi tetap saja saya tidak bisa memahami isi mata pelajaran itu
Coba kamu jelaskan ke Ibu, Bagaimana proses pelajaran itu?
Bu Dina si baik tapi sayanya yang kurang paham
Kurang mengertinya gimana?
Apa yang membuat kamu merasa susah dalam memahami pelajaran itu?
Saya sudah menyimak apa yang di jelaskan tapi setelah di rumah benar-benar tidak ingat Bu.
Oh jadi kamu susah menangkap penjelasan dari guru itu?
Iya bu
Ibu mau tahu selama ini apa yang sudah kamu lakukan untuk bisa memahami pelajaran itu?
Saya hanya mendengarkan pelajarannya dan di rumah saya baca kembali
Bagaimana untuk mata pelajaran yang lainnya?
Kalau mata pelajaran yang lain saya mudah memahaminya, apalagi kalau gurunya menggunakan PPT dan Video jadi lebih gampang mengingatnya.
Kalau boleh Ibu guru simpulkan di pelajaran ini, kamu merasa tidak nyaman karena guru tersebut tidak banyak menayangkan video dan PPT, benar begitu?
Iya benar, soalnya dimapel kimia yang susah saya mudah paham dengan video dan PPT. Berarti saya perlu gambar-gambar ya bu untuk belajar?
Kamu sudah tahu kesulitannya, terus masih adakah hambatan yang lain?
Sepertinya sudah tidak ada lagi, gurunya menjelaskan panjang lebar agar murid-murid lebih paham
Nah kira-kira beberapa hari ke depan apa yang akan kamu lakukan?
Saya bingung bu
Rencana Aksi
Dari beberapa hal yang sudah kamu jelaskan tadi, hal mana yang akan menjadi prioritas pertama?
Saya akan menemui pak Simon untuk berdiskusi bagaimana agar saya bisa lebih memahami pelajarannya.
Saya akan membuat jadwal dengan pak Simon bila ada materi yang belum saya pahami dengan baik.
Itu langkah yang baik, kira-kira adakah hal lain yang akan kamu lakukan di rumah selain membuat jadwal dengan pak Simon?
Saya biasanya meriview pelajaran dari guru atau membuat coretan mata pelajaran
Ibu sangat tertari di bagian coret-coret pelajaran, coba bisa jelaskan ke ibu lebih jauh lagi?
Saya suka membuat gambar yang memudahkan saya untuk mengingat materi pelajaran dengan mudah.
Apa yang kamu maksud itu mind mapping?
Mind mapping apa itu bu?
Guru menjelaskan mind mapping dan murid memiliki pemahaman yang sama
Nah apakah dengan cara seperti ini, membantu kamu dalam memahami mata pelajarannya pak Simon?
Iya bu dengan cara ini saya bisa lebih memahami
Nah apakah kamu mau menceritakan kembali apa yang akan kamu lakukan berikutnya
Saya akan bertemu dengan pak Simon untuk membuat jadwal konsultasi dan akan mengulang kembali mata pelajaran pak Simon dengan menggunakan metode mind mapping.
Tanggung Jawab
Bagus ibu suka dari capaian hasil diskusi kita hari ini
Lalu komitmen apa yang akan kamu lakukan untuk menjalankan rencana kamu ini
Setelah pulang sekolah saya akan menemui pak Simon dan membuat janji untuk pertemuan berikutnya
Siapa yang dapat membantu kamu dalam menjalankan komitmen kamu?
Saya meminta Indro untuk mengingatkan saya tentang komitmen saya dan membantu saya meriview mata pelajaran pak Simon sebelum membuat mind map
Kamu pasti Bisa
Selanjutnya, jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut ini:
Apa yang dilakukan coach dalam membantu coachee mengenali situasi (permasalahan atau tantangan) yang dihadapi coachee?
Coach membantu Coache untuk mengenali permasalahan yang dihadapi dengan mengajukan beberapa pertanyaan terbuka, untuk merumuskan tujuan dan mengidentifikasi permasalahan yang dihadapi. Beberapa pertanyaan yang diajukan guru:
Akhir-akhir ini ibu perhatikan kamu terlihat murung dan tidak semangat, Kenapa?
Jadi apa yang bisa ibu bantu, dan apa yang ingin kamu capai atas diskusi kita hari ini?
Coba kamu ceritakan ke Ibu, apa yang kamu rasakan saat ini?
Apa yang membuat kamu tidak nyaman?
Maksudnya kamu tidak mampu memahami mata pelajaran itu?
Coba kamu jelaskan ke Ibu, Bagaimana proses pelajaran itu?
Apa yang membuat kamu merasa susah dalam memahami pelajaran itu?
Oh jadi kamu susah menangkap penjelasan dari guru itu?
Ibu mau tahu selama ini apa yang sudah kamu lakukan untuk bisa memahami pelajaran itu?
Bagaimana untuk mata pelajaran yang lainnya?
Kalau boleh Ibu guru simpulkan di pelajaran ini, kamu merasa tidak nyaman karena guru tersebut tidak banyak menayangkan video dan PPT, benar begitu?
Kamu sudah tahu kesulitannya, terus masih adakah hambatan yang lain?
Bagaimana cara coach memberi respons terhadap situasi yang dihadapi coachee? (perhatikan secara cermat sikap dan perilaku coach)
Dengan penuh kesabaran Coach menumbuhkan rasa keakraban dan percaya diri Coachee bahkan menjadi pendengar yang baik dengan memperhatikan segala gesture coachee agar supaya coachee merasa diperhatikan. Coach memberi respons terhadap situasi yang dihadapi coachee dengan beberapa pertanyaan yang diajukan untuk membantu coachee dalam merencanakan aksi sampai pada tanggung jawab melaksanakan komitmennya:
Dari beberapa hal yang sudah kamu jelaskan tadi, hal mana yang akan menjadi prioritas pertama?
Itu langkah yang baik, kira-kira adakah hal lain yang akan kamu lakukan di rumah selain membuat jadwal dengan pak Simon?
Ibu sangat tertari di bagian coret-coret pelajaran, coba bisa jelaskan ke ibu lebih jauh lagi?
Nah apakah dengan cara seperti ini, membantu kamu dalam memahami mata pelajarannya pak Simon?
Nah apakah kamu mau menceritakan kembali apa yang akan kamu lakukan berikutnya?
Lalu komitmen apa yang akan kamu lakukan untuk menjalankan rencana kamu ini?
Siapa yang dapat membantu kamu dalam menjalankan komitmen kamu?
Apakah praktek coaching model TIRTA dapat dipraktekkan dalam situasi dan konteks lokal kelas dan sekolah Anda? apa tantangan utama Anda dalam melakukan praktek coaching model TIRTA?
Setelah mempelajari dan memahami praktek Coaching model TIRTA pastinya dapat di praktekkan dalam situasi konteks lokal kelas dan sekolah. Tantang utama, dalam Eksplorasi Konsep sebelumnya saya menuliskan Rencana Aksi karena memang memberikan ide dan sekaligus memberi solusi itu butuh kebiasaan yang harus dilakukan sebelumnya. Jika murid baru pertama kali mendapatkan treatmen Coaching model TIRTA ini pastinya murid tersebut akan mengalami kesulitan dalam memberikan ide sekaligus memberi solusi.
Siapakah yang dapat membantu Anda melatih praktek coaching model TIRTA di kelas dan sekolah Anda? Bagaimana Anda melibatkan mereka?
Bagi saya, yang dapat membantu saya melatih praktek coaching model TIRTA di kelas dan di sekolah adalah Guru Bimbingan Konseling, Wali Kelas. Ketika ada masalah yang dihadapi siswa saya akan berkoordinasi dengan wali kelas menyampaikan permasalahan yang ada dan membuat jadwal bersama dengan Guru Bimbingan dan Konseling untuk bersama-sama menyelesaikan masalah yang dihadapi siswa sekaligus melatih praktek coaching model TIRTA
melatih keterampilan coaching dengan berbagai studi kasus dan membentuk komunitas praktisi untuk melakukan praktek coaching model TIRTA.
melatih keterampilan coaching dengan berbagai studi kasus dan membentuk komunitas praktisi untuk melakukan praktek coaching model TIRTA. Secara berkelompok, Anda akan berlatih mempraktekkan proses coaching dengan tiga situasi yang akan diberikan dengan model TIRTA.
Berlatih mempraktekkan proses coaching dengan tiga situasi yang akan diberikan dengan model TIRTA, yaitu:
Coach: guru, coachee: murid, 1 pengamat
Seorang guru sangat memahami jika Rina, salah satu muridnya berbakat dalam berpidato dalam Bahasa Inggris. Ia mendorong Rina untuk mengikuti perlombaan pidato dalam Bahasa Inggris tingkat kabupaten. Namun, nampaknya Rina masih belum percaya diri. Bagaimanakah cara Anda dalam menanggapi hal ini?
Coach: guru, coachee: murid. 1 pengamat
Seorang murid bercerita jika dia merasa diperlakukan tidak adil oleh seorang guru. Guru tersebut membuka les privat, dan sebagian besar murid di kelas mengikuti les privat tersebut, kecuali murid tersebut. Murid tersebut merasa tidak nyaman ketika guru sering menyindir murid yang tidak mau ikut les privatnya. Bahkan, murid tersebut juga merasa bahwa nilai yang diberikan pun tidak adil, para murid yang mengikuti les guru tersebut mendapatkan nilai yang lebih baik dari murid tersebut. Bagaimanakah cara Anda menanggapi hal ini?
Coach: guru, coachee: rekan guru, 1 pengamat
Rekan Anda bercerita jika dia baru saja mendapatkan teguran dari kepala sekolah yang menerima laporan dari pengawas sekolah yang melakukan supervisi saat ia mengajar. Pengawas sekolah yang melakukan supervisi tampak keberatan ketika rekan Anda mengajar tanpa buku teks. Rekan Anda mengajar dengan memanfaatkan sumber-sumber belajar lainnya. Ketika diingatkan pengawas tersebut, rekan Anda menyampaikan jika ia tetap mengacu pada kurikulum walaupun tidak menggunakan buku teks. Pengawas tersebut tampaknya tersinggung dan memberikan laporan tentang hal itu kepada kepala sekolah. Bagaimana Anda menyikapinya?
melakukan refleksi dan metakognisi terhadap proses pembelajaran yang telah mereka lalui
menggunakan pemahaman barunya untuk memperbaiki proses pembelajaran yang diampunya
Sebelum mempelajari modul ini, saya pikir bahwa coaching adalah sebuah proses bimbingan/arahan kepada seseorang/kelompok agar dapat mencapai tujuannya.
saya merasa bahwa coaching, tidak dibutuhkan dalam ruang lingkup sekolah.
saya pikir bahwa coaching adalah sebuah proses komunikasi antara coach dan coachee, di mana coach membantu coachee semaksimal mungkin untuk mampu melihat masalah yang dihadapi dan dengan segala potensinya coachee mampu menyelesaikan masalahnya sendiri.
saya merasa bahwa coaching, sangat berguna untuk membantu seseorang (coachee) yang mengalami kesulitan dalam menyelesaikan masalahnya tentu saja disini perlu proaktif dari coach untuk memulai sehingga terjalin komunikasi yang baik sampai pada akhirnya coachee dapat menyelesaikan problemnya sendiri.
Dari teknik keterampilan coaching yang saya pelajari, teknik yang perlu saya kembangkan dan latih adalah
ketrampilan dalam membangun hubungan yang baik dengan murid, keterampilan berkomunikasi dan keterampilan memfasilitasi pembelajaran.
karena
Ketiga kompetensi ini, bagi saya harus saya kembangkan dan selalu dilatih/dipraktekkan. Bagaimana kita berkolaborasi dengan orang lain dan menggunakan komunikasi yang nyaman sehingga coachee dapat menyampaikan segala permasalahan secara terbuka bahkan coachee dapat menemukan keputusannya sendiri dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi.
Kendala yang saya hadapi ketika melakukan praktik coaching dalam Komunitas Praktisi adalah
Sikap terbuka dari coachee, karena belum terbiasa.
belum benar-benar menguasai model TIRTA karena memang baru dipelajari,
Takut Coachee merasa tersinggung
Upaya yang saya lakukan dalam menghadapi kendala tersebut adalah
Membangun hubungan/relasi yang baik dengan coachee, sering praktek dengan menggunakan ketrampilan dalam membangun hubungan yang baik dengan murid, keterampilan berkomunikasi dan keterampilan memfasilitasi pembelajaran.
Makna pendidikan menurut Ki Hadjar Dewantara adalah menuntun pada pencapaian tujuan pembelajaran yaitu kebahagiaan hidup, well being, pada level tertinggi. Pembelajaran yang berorientasi kepada murid diharapkan mampu merubah Ekosistem Pendidikan di sekolah. Coaching adalah sebuah proses kolaborasi yang berfokus pada solusi, berorientasi pada hasil dan sistematis, dimana coach memfasilitasi peningkatan atas performa kerja, pengalaman hidup, pembelajaran diri, dan pertumbuhan pribadi dari coachee (Grant, 1999) Pendampingan murid melalui pendekatan coaching dapat menjadi salah satu langkah tepat bagi guru untuk membantu murid mencapai tujuannya yaitu kemerdekaan dalam belajar. Pendekatan coaching menjadi salah satu proses ‘menuntun’ kemerdekaan belajar murid dalam pembelajaran di sekolah yang dapat membuat murid menjadi lebih merdeka dalam mengeksplorasi diri dan mengoptimalisasikan potensi guna mencapai tujuan pembelajaran. Sistem Among, Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madyo Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani, menjadi semangat yang menguatkan keterampilan komunikasi guru dan murid dengan menggunakan pendekatan Coaching. Empat (4) cara berpikir yang dapat melatih guru dalam menciptakan semangat Tut Wuri Handayani dalam setiap perjumpaan pada setiap proses komunikasi dan pembelajaran yaitu; murid adalah mitra belajar, emansipasif, kasih dan persaudaraan dan ruang perjumpaan pribadi.
Mengingat pentingnya proses coaching ini sebagai alat untuk memaksimalkan potensi murid, guru hendaknya memiliki keterampilan coaching. International Coach Federation (ICF) memberikan acuan mengenai empat kelompok kompetensi dasar bagi seorang coach yaitu: (1) keterampilan membangun dasar proses coaching; (2) keterampilan membangun hubungan baik; (3) keterampilan berkomunikasi; (4) keterampilan memfasilitasi pembelajaran
Sebagai guru harus memahami dengan benar bahwa coaching berbeda dengan mentoring dan counseling, Mentoring merupakan sebuah proses dimana seorang teman, guru, pelindung, atau pembimbing yang bijak dan penolong menggunakan pengalamannya untuk membantu seseorang dalam mengatasi kesulitan dan mencegah bahaya (Stone,2002) serta Konseling adalah hubungan bantuanantara konselor dan klien yang difokuskan pada pertumbuhan pribadi dan penyesuaian diri serta pemecahan masalah dan pengambilan keputusan (Gibson dan Mitchell 2003).
Dalam berkomunikasi dengan penerapan pendekatan coaching ada 4 aspek berkomunikasi untuk mendukung praktik Coaching yaitu Komunikasi asertif, Pendengar aktif, Bertanya efektif dan Umpan balik positif. Serta di dalamnya ada model TIRTA yang dapat digunakan oleh coach untuk menghadirkan komunikasi yang aktif dan efektif serta berdasar pada kondisi yang dialami oleh coachee bahkan coachee mampu untuk mencari solusinya sendiri.
Filosofi KHD, menuntun tumbuh kembang murid sesuai kodrat alam dan kodrat zaman sehingga memperbaiki lakuknya agar bisa selamat dan bahagia dalam hidupnya.
Nilai & Visi Guru Penggerak dan Sekolah, teciptanya ekosistem sekolah yang berbudaya positif dalam memenuhi kebutuhan belajarnya.
Pembelajaran yang berpihak pada murid, menerapkan pembelajaran berdiferensiasi dengan pembelajaran sosial emosional serta menerapkan pendekatan coaching model TIRTA.
Dengan pembelalajaran yang berpihak pada murid dapat menujudkan merdeka belajar sesuai potensinya dan terciptanya well being murid.
Agar pendekatan coaching dengan model TIRTA dapat berjalan dengan baik, sebagai seorang guru harus melakukan analisis kebutuhan belajar murid yang dikolaborasikan dalam pembelajaran yang berdiferensiasi. Guru harus mampu mengendalikan dan mengenali emosi murid sehingga memberikan dampak psikologis muridnya. Guru harus mampu menjadi coach bagi murid-muridnya bahkan rekan kerja / orang lain sehingga dapat mengembangkan segala potensi yang dimilikinya.
Berikut ini pernyataan tentang pembelajaran diferensiasi:
Pembelajaran berdiferensiasi merupakan usaha menyesuaikan proses pembelajaran di kelas untuk memenuhi kebutuhan belajar murid.
Pembelajaran berdiferensiasi merupakan pembelajaran yang mengharuskan guru memberikan tugas berbeda untuk setiap anak.
Pembelajaran berdiferensiasi merupakan pembelajaran yang dirancang dengan membuat beberapa perencanaan pembelajaran.
Pembelajaran berdiferensiasi merupakan serangkaian keputusan masuk akal yang dibuat oleh guru yang berorientasi kepada kebutuhan murid.
Berdasarkan pernyataan-pernyataan di atas manakah pilihan paling tepat tentang pembelajaran berdiferensiasi?
Select one:
a.
1, 2, dan 3
b.
3 dan 4
c.
2, 3, dan 4
d.
1 dan 4
e.
1 dan 2