Selamat datang di situs "Sinau Teges", semoga informasi yang tersedia bisa dimanfaatkan dan membantu Bapak/Ibu.
Refleksi Filosofi Pendidikan Nasional Ki Hadjar Dewantara menjadi titik awal Anda menjadi agen perubahan dalam transformasi pendidikan di sekolah. Pada Modul 1.1. ini, kita akan membahas lebih mendalam, dan mendemonstrasikan konsep pemikiran-pemikiran filosofis Ki Hadjar Dewantara dan relevansinya dengan penerapan pendidikan abad ke-21 pada konteks lokal (budaya) di tempat asal; serta bersikap reflektif kritis terhadap pemikiran filosofis Ki Hadjar Dewantara.
Pada akhirnya kami harapkan Anda akan menikmati proses perjalanan pembelajaran, menjadi seorang pemimpin pembelajar yang berkualitas dan mandiri. Semoga waktu dan energi yang telah Anda investasikan akan dipergunakan sebaik-baiknya dan tentunya bermanfaat untuk diri sendiri dan orang banyak.
1.1.a.3. Mulai dari Diri - Refleksi Diri Tentang Pemikiran Ki Hadjar Dewantara
Pemikiran Ki Hajar Dewantara mengenai pendidikan dan pengajaran, menekankan agar Pendidikan itu memperhatikan Kodrat Alam yang ada dalam diri peserta didik. Oleh karena itulah Guru sebagai pendidik harus bisa memahami kondisi setiap siswanya karena dengan adanya pemahaman tersebut, guru bisa tahu kebutuhan pengajaran apa yang dibutuhkan dalam memanusiakan siswa sebagai manusia.
Pemikiran Ki Hajar Dewantara dapat dikatakan masih relevan dengan dunia pendidikan di Indonesia saat ini. Apabila melihat penerapan kurikulum serta model pembelajaran yang mengambil inspirasi dari pemikiran Ki Hajar Dewantara. kemandirian belajar anak didik (anak didik diajak untuk mencari pengetahuan sendiri) serta perilaku bermoral, perilaku berkarakter serta kontribusi pendidikan dalam lingkungan sosial.
Dalam konteks pendidikan disekolah saya , pemikiran KHD belum sepenuhnya diterapkan karena guru sebagai pendidik masih belum mampu memahami kondisi setiap siswanya dan belum benar-benar mengetahui kebutuhan pengajaran apa saja yang harus disiapkan. Singkatnya masih banyak guru yang melakukan pembelajaran berpusat pada guru atau teacher center. Begitu juga dengan para siswa yang sebagian besar belum mampu menjadi pembelajar mandiri, memiliki karakter yang kuat dan menjadi siswa yang aktif bertanya maupun ditanya.
Dalam menjalankan aktivitas sebagai guru saya belum sepenuhnya melaksanakan pemikiran KHD untuk mewujudkan kemerdekaan dalam belajar. Teacher centered masih sering saya lakukan karena minimnya peran aktif dari siswa baik sebagai siswa yang aktif bertanya dan aktif ditanya.
Harapan saya setelah mempelajari modul ini, saya bisa benar-benar memahami konsep/pemikiran dan pengajaran Ki hadjar Dewantoro, serta menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari baik dalam tugas sebagai guru maupun dalam kehidupan keluarga dan masyarakat. Dengan demikian dapat melahirkan siswa-siswa yang mandiri serta berkarakter baik dalam aktivitas di sekolah, di rumah dan di mana pun mereka pergi dan berada kelak.
Dalam modul ini saya berharap ada materi yang bisa di pelajari secara offline terkait pemikiran Ki Hadjar Dewantara mengenai pendidikan dan pengajaran
perjalanan Pendidikan Indonesia sebelum kemerdekaan dan peran sekolah Taman Siswa sejak pendiriannya di tahun 1922.
Bagian mana yang paling menarik? Mengapa? 1) Bupati menginisiasi pendirian sekolah untuk mendidik calon pegawainya. Kemudian lahirnya sekolah bumiputra yang dididik untuk mendukung usaha orang lain. Pendidikan ada sebagai bentuk persiapan, jadi seharusnya berdasarkan pengalaman pendidikan di zaman Kolonial maka pendidikan saat ini harus dipersiapkan dengan baik sesuai dengan tuntutan zaman yang ada. 2) Antusias dari siswa untuk belajar, walaupun hanya diajari calistung seadanya 2. Apa tujuan pendidikan yang dapat dilihat dari video ini pada zaman Kolonial? 1) Titik awal untuk sebuah kemerdekaan 1854 s/d 1945 (91 tahun) 2) Hanya butuh 23 tahun untuk mewujudkan kemerdekaan setelah lahirnya Taman Siswa tahun 1922 3) Pendidikan diberikan kepada mereka yang benar-benar diperlukan, misalnya untuk membantu bupati dan membantu usaha dagang 3. Apa persamaan dan perbedaan antara situasi Pendidikan jaman Kolonial dan situasi Pendidikan Indonesia saat ini? Persamaan, 1) kemampuan dasar yang harus di miliki CALISTUNG
Ki Hadjar Dewantara (KHD) membedakan kata Pendidikan dan Pengajaran dalam memahami arti dan tujuan Pendidikan. Menurut KHD, pengajaran (onderwijs) adalah bagian dari Pendidikan. Pengajaran merupakan proses Pendidikan dalam memberi ilmu atau berfaedah untuk kecakapan hidup anak secara lahir dan batin. Sedangkan Pendidikan (opvoeding) memberi tuntunan terhadap segala kekuatan kodrat yang dimiliki anak agar ia mampu mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai seorang manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Jadi menurut KHD (2009), “pendidikan dan pengajaran merupakan usaha persiapan dan persediaan untuk segala kepentingan hidup manusia, baik dalam hidup bermasyarakat maupun hidup berbudaya dalam arti yang seluas-luasnya”.
Pendidikan adalah tempat persemaian benih-benih kebudayaan dalam masyarakat. KHD memiliki keyakinan bahwa untuk menciptakan manusia Indonesia yang beradab maka pendidikan menjadi salah satu kunci utama untuk mencapainya. Pendidikan dapat menjadi ruang berlatih dan bertumbuhnya nilai-nilai kemanusiaan yang dapat diteruskan atau diwariskan.
Ki Hadjar menjelaskan bahwa tujuan pendidikan yaitu: "menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Oleh sebab itu, pendidik itu hanya dapat menuntun tumbuh atau hidupnya kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar dapat memperbaiki lakunya (bukan dasarnya) hidup dan tumbuhnya kekuatan kodrat anak”
Dalam menuntun laku dan pertumbuhan kodrat anak, KHD mengibaratkan peran pendidik seperti seorang petani atau tukang kebun. Anak-anak itu seperti biji tumbuhan yang disemai dan ditanam oleh pak tani atau pak tukang kebun di lahan yang telah disediakan. Anak-anak itu bagaikan bulir-bulir jagung yang ditanam. Bila biji jagung ditempatkan di tanah yang subur dengan mendapatkan sinar matahari dan pengairan yang baik maka meskipun biji jagung adalah bibit jagung yang kurang baik (kurang berkualitas) dapat tumbuh dengan baik karena perhatian dan perawatan dari pak tani. Demikian sebaliknya, meskipun biji jagung itu disemai adalah bibit berkualitas baik namun tumbuh di lahan yang gersang dan tidak mendapatkan pengairan dan cahaya matahari serta ‘tangan dingin’ pak tani, maka biji jagung itu mungkin tumbuh namun tidak akan optimal.
Dalam proses ‘menuntun’ anak diberi kebebasan namun pendidik sebagai ‘pamong’ dalam memberi tuntunan dan arahan agar anak tidak kehilangan arah dan membahayakan dirinya. Seorang ‘pamong’ dapat memberikan ‘tuntunan’ agar anak dapat menemukan kemerdekaannya dalam belajar.
KHD juga mengingatkan para pendidik untuk tetap terbuka namun tetap waspada terhadap perubahan-perubahan yang terjadi, “waspadalah, carilah barang-barang yang bermanfaat untuk kita, yang dapat menambah kekayaan kita dalam hal kultur lahir atau batin. Jangan hanya meniru. Hendaknya barang baru tersebut dilaraskan lebih dahulu”. KHD menggunakan ‘barang-barang’ sebagai simbol dari tersedianya hal-hal yang dapat kita tiru, namun selalu menjadi pertimbangan bahwa Indonesia juga memiliki potensi-potensi kultural yang dapat dijadikan sebagai sumber belajar.
KHD menjelaskan bahwa dasar Pendidikan anak berhubungan dengan kodrat alam dan kodrat zaman. Kodrat alam berkaitan dengan “sifat” dan “bentuk” lingkungan di mana anak berada, sedangkan kodrat zaman berkaitan dengan “isi” dan “irama”
KHD mengelaborasi Pendidikan terkait kodrat alam dan kodrat zaman sebagai berikut
“Dalam melakukan pembaharuan yang terpadu, hendaknya selalu diingat bahwa segala kepentingan anak-anak didik, baik mengenai hidup diri pribadinya maupun hidup kemasyarakatannya, jangan sampai meninggalkan segala kepentingan yang berhubungan dengan kodrat keadaan, baik pada alam maupun zaman. Sementara itu, segala bentuk, isi dan wirama (yakni cara mewujudkannya) hidup dan penghidupannya seperti demikian, hendaknya selalu disesuaikan dengan dasar-dasar dan asas-asas hidup kebangsaan yang bernilai dan tidak bertentangan dengan sifat-sifat kemanusiaan” (Ki Hadjar Dewantara, 2009, hal. 21)
KHD hendak mengingatkan pendidik bahwa pendidikan anak sejatinya melihat kodrat diri anak dengan selalu berhubungan dengan kodrat zaman. Bila melihat dari kodrat zaman saat ini, pendidikan global menekankan pada kemampuan anak untuk memiliki Keterampilan Abad 21 dengan melihat kodrat anak Indonesia sesungguhnya. KHD mengingatkan juga bahwa pengaruh dari luar tetap harus disaring dengan tetap mengutamakan kearifan lokal budaya Indonesia. Oleh sebab itu, isi dan irama yang dimaksudkan oleh KHD adalah muatan atau konten pengetahuan yang diadopsi sejatinya tidak bertentangan dengan nilai-nilai kemanusiaan. KHD menegaskan juga bahwa didiklah anak-anak dengan cara yang sesuai dengan tuntutan alam dan zamannya sendiri.
Menurut KHD, budi pekerti, atau watak atau karakter merupakan perpaduan antara gerak pikiran, perasaan dan kehendak atau kemauan sehingga menimbulkan tenaga. Budi pekerti juga dapat diartikan sebagai perpaduan antara Cipta (kognitif), Karsa (afektif) sehingga menciptakan Karya (psikomotor). Sedih merupakan perpaduan harmonis antara cipta dan karsa demikian pula Bahagia.
Lebih lanjut KHD menjelaskan, keluarga menjadi tempat yang utama dan paling baik untuk melatih pendidikan sosial dan karakter baik bagi seorang anak. Keluarga merupakan tempat bersemainya pendidikan yang sempurna bagi anak untuk melatih kecerdasan budi-pekerti (pembentukan watak individual). Keluarga juga menjadi ruang untuk mempersiapkan hidup anak dalam bermasyarakat dibanding dengan pusat pendidikan lainnya.
Alam keluarga menjadi ruang bagi anak untuk mendapatkan teladan, tuntunan, pengajaran dari orang tua. Keluarga juga dapat menjadi tempat untuk berinteraksi sosial antara kakak dan adik sehingga kemandirian dapat tercipta karena anak-anak saling belajar antar satu dengan yang lain dalam menyelesaikan persoalan yang mereka hadapi. Oleh sebab itu, Peran orang tua sebagai guru, penuntun dan pemberi teladan menjadi sangat penting dalam pertumbuhan karakter baik anak.
Garis besar Filosofi Pendidikan Ki Hadjar Dewantara (KHD) disajikan secara lengkap dalam buku terbitan Majelis Luhur Persatuan Taman Siswa. Buku yang diterbitkan pada tahun 1961 tersebut bertajuk “Karya Ki Hadjar Dewantara, Bagian Pertama: Pendidikan”. Bapak Iwan Syahril menyampaikan intisari dan interpretasi beliau atas filosofi pendidikan nasional gagasan KHD.
Tanggapan reflektif-kritis Anda sejatinya memberikan perspektif yang menguatkan angan-angan Anda sebagai seorang pendidik dan pembelajar. Berikut ini panduan pertanyaan yang dapat digunakan dalam membuat rekaman refleksi kritis.
Apakah intisari pemikiran KH Dewantara tentang pendidikan?
Ceritakan proses pembelajaran yang mencerminkan pemikiran KH Dewantara?
Apa yang akan lakukan agar proses pembelajaran yang mencerminkan pemikiran KHD dapat terwujud?
Dari konsep pemikiran KHD tersebut, mana yang sudah Anda terapkan?
Kerangka Filosofis ‘Merdeka Belajar’ mengacu pada 7 Profil Pelajar Pancasila, yaitu: Beriman dan Bertaqwa kepada Tuhan YME dan Berakhlak Mulia, Kreatif, Gotong Royong, Berkebhinekaan Global, Bernalar Kritis, dan Mandiri. Anda mengembangkan kerangka filosofis ‘Merdeka Belajar’ dengan tujuan utama yaitu ‘Pelajar Indonesia merupakan pelajar sepanjang hayat yang memiliki kompetensi global dan berperilaku sesuai dengan nilai-nilai Pancasila’.
Tujuan utama Pendidikan Nasional Indonesia sejalan dengan pemikiran KHD yaitu pendidikan dan pengajaran merupakan usaha persiapan dan persediaan untuk segala kepentingan hidup manusia baik dalam hidup bermasyarakat maupun hidup berbudaya. Oleh sebab itu, segala upaya yang Anda lakukan saat ini adalah persiapan pelajar Indonesia menjadi masyarakat global yang sesuai dengan nilai-nilai Pancasila dalam konteks lokal Indonesia
sebuah kerangka pembelajaran sesuai dengan pemikiran KHD yang dapat diimplementasikan pada konteks lokal (budaya) daerah asal
1.1.a.6. Refleksi Terbimbing - Presentasi Kerangka Filosofis ‘Merdeka Belajar’
Presentasi Kerangka Filosofis ‘Merdeka Belajar’
Apa pengetahuan dan pengalaman baru yang saya dapat setelah mempelajari secara mendalam pemikiran-pemikiran Ki Hadjar Dewantara?
Setelah mempelajari dan bercermin dari pemikiran-pemikiran Ki Hadjar Dewantara saya merasa bahwa pendidikan di Indonesia khususnya di Minahasa sudah mulai melupakan konsep dasar pemikiran KHD yang fokus pada anak didik yang berkepribadian dan berbudaya sesuai dengan kearifan lokal yang dimilikinya. Saat ini lembaga pendidikan hanya berpusat pada materi pembelajaran dan terlihat mengejar pencapaian standar kompetensi.
apa kekuatan saya dalam menerapkan pengetahuan dan pengalaman baru ini?
Dengan pengalaman ini, sebagai seorang pendidik saya yakin tidak ada kata terlambat untuk mewujudkan pemikiran-pemikiran KHD. Memang disadari belum semua bisa terwujud tetapi setidaknya sebagai seorang pendidik dari sekarang harus mulai bergerak untuk mewujudkan Profil Pelajar Pancasila dan menghadirkan merdeka belajar.
apa hal-hal yang perlu saya ubah dari diri saya agar dapat menerapkan pengetahuan dan pengalaman baru ini?
Memberi kesempatan kepada peserta didik untuk menggali potensi dirinya dan mampu menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari sesuai kodrat alamnya.
Mengoneksikan kompetensi pengetahuan dan keterampilan dengan budi pekerti/karakter, sehingga peserta didik bisa menyadari bahwa dalam menempuh pendidikan bukan hanya nilai tetapi yang paling penting adalah kompetensi sikap.
Menjadi fasilitator dan motivator bagi peserta didik serta menerapkan trilogi pendidikan menurut KHD.
Apa perubahan konkret yang akan saya lakukan setelah memahami pemikiran Ki Hadjar Dewantara?
Melaksanakan tugas sebagai pendidik secara holistik yaitu, mengajar, mendidik, membimbing, menilai dan memberikan dorongan dan mental yang secara tidak langsung dikatakan oleh KHD adalah MENUNTUN.
Lebih lagi memahami karakter dan potensi yang dimiliki oleh masing-masing peserta didik.
Menghadirkan pembelajaran yang lebih fleksibel sesuai kemampuan masing-masing peserta didik dan tentunya lebih kolaboratif.
Sebagai gambaran, metafora atau perlambang dapat menjadi salah satu cara yang efektif untuk memahami sebuah konsep yang rumit. Filosofi KHD mengenai asas Tri-Kon dapat dilambangkan sebagai sistem tata surya, di mana murid digambarkan sebagai planet yang mengorbiti matahari (simbol nilai kemanusiaan) dalam garisnya masing-masing. Setiap planet berevolusi dengan kecepatan yang berbeda-beda, namun tak pernah berhenti bergerak (Syahril, 2018). Selain metafora, cara lain untuk mengabadikan pemahaman dan pengalaman belajar kita adalah dengan karya seni. Jadi, mengapa kita tidak menciptakan sesuatu yang menarik mengenai filosofi pendidikan KHD? Membuat lagu, puisi, gambar, poster metafora, atau karya apapun tentu akan menyenangkan.
Apa yang saya percaya tentang murid dan pembelajaran di kelas sebelum saya mempelajari modul 1.1?Apa yang berubah dari pemikiran atau perilaku saya setelah mempelajari modul ini? Apa yang bisa segera saya terapkan lebih baik agar kelas saya mencerminkan pemikiran KHD?
Sebelum saya mempelajari modul 1.1, saya menganggap bahwa siswa di SMA itu adalah siswa yang sudah memiliki kemampuan dasar dari jenjang sebelumnya dan memang seharusnya demikian tetapi dalam kenyataan siswa di SMA masih memiliki kemampuan yang tidak sesuai dengan harapan. Saya menganggap bahwa kemampuan dasar yang belum dimiliki merupakan tanggung jawab dari anak didik tersebut untuk mengejar ketinggalannya. dan dalam pembelajaran saya fokus pada capaian kompetensi/ketuntasan materi tanpa melihat berapa persen dari siswa yang sudah memahami materinya.
Setelah saya belajar dari beberapa buku dan video youtube tentang pendidikan di Indonesia serta materi yang ada pada modul 1.1, saya menjadi yakin pada apa yang saya pahami terkait proses belajar dan wujud dari pendidikan. Memang jika kita lihat lebih dalam, pendidikan saat ini harus segera berubah untuk mengejar ketertinggalan kita, mari kita lihat apakah kita sudah menciptakan peradaban yang sesuai dengan harapan. Peradaban yang baik akan tercipta dari pendidikan yang baik pula.
Sebagai pendidik kita harus mulai dari mengenal pribadi masing-masing dari anak didik, mengetahui kehidupan dalam keluarganya, mencari tahu rencana dalam hidupnya, membuat kesepakatan dalam proses belajar, apa yang dia khawatirkan dan bagaimana dia akan menyelesaikan kekhawatiran itu. Dengan kata lain, kita sebagai pendidik harus benar-benar memahami potensi minat dan bakat dari anak didik kita dan kita sebagai pendidik bisa menuntun mereka sesuai kodrat alam dan kodrat zamannya. Menciptakan merdeka belajar dan menjadi fasilitator bukan Instruktur dalam proses pembelajaran.