Selamat datang di situs "Sinau Teges", semoga informasi yang tersedia bisa dimanfaatkan dan membantu Bapak/Ibu.
Pendidikan adalah tempat persemaian segala benih-benih kebudayaan yang hidup dalam masyarakat kebangsaan. Dengan maksud agar segala unsur peradaban dan kebudayaan tadi dapat tumbuh dengan sebaik-baiknya. Dan dapat kita teruskan kepada anak cucu kita yang akan datang.
~ Ki Hajar Dewantara
Selamat datang Bapak/Ibu Calon Guru Penggerak!
Selamat datang dalam Modul “Nilai-nilai dan peran guru penggerak”. Modul ini akan mengeksplorasi mengapa dan bagaimana nilai-nilai dan peran seorang Guru Penggerak mampu menumbuhkan sekolah yang berpihak pada murid. Mengapa demikian? Dunia kini sudah semakin tanpa batas, teknologi telah berhasil menghilangkan jarak. Pertukaran budaya baik yang positif maupun negatif kini menjadi sukar terawasi dan tanpa filter.
Filter tersebut diharapkan dapat ditumbuhkan sejak dini dalam setiap diri manusia Indonesia agar budayanya tidak tergerus oleh budaya lain yang lebih agresif melakukan penetrasi. Oleh karena itu, sebagai pendidik, kita dituntut untuk berpikir kembali mengenai makna dan tujuan pendidikan kita.
Kita semua mengalami fenomena pandemi COVID-19 sejak permulaan tahun 2020. Secara fisik sekolah dan kelas diadakan dari jauh, namun sebetulnya jika dipikirkan ternyata kelas-kelas ini justru mendekat dan masuk ke rumah-rumah murid kita di masa pandemi ini. Pandemi membukakan mata kita bahwa guru punya peran yang besar dalam proses belajar murid-muridnya, sekaligus menyingkapkan bahwa orang tua pun punya peran yang tak terelakkan dalam pendidikan anak-anaknya di rumah. Hal itu membuat kita kembali percaya bahwa gotong-royong dalam pendidikan adalah hal yang tidak bisa ditawar lagi.
Dari pengalaman tersebut, kita disadarkan kembali bahwa pendidikan adalah suatu hal yang sifatnya individual sekaligus komunal yang tak terpisahkan. Murid di kelas-kelas kita adalah bagian dari sebuah komunitas di rumah, di masyarakat, dan di lingkungan. Mempertimbangkan kesalingterhubungan dan kerumitan tersebut, maka sebagai pendidik mau tidak mau kita harus menilik kembali apakah nilai-nilai diri kita telah selaras dengan tuntutan zaman dan alam yang seperti itu.
Dengan maksud itulah maka dalam modul ini kita diajak masuk ke dalam dan menelusuri diri sendiri sebagai manusia sekaligus pendidik, kemudian mengakui bahwa Anda sekalian adalah pribadi-pribadi istimewa yang unik. Modul ini mengajak Anda menikmati proses munculnya pikiran dan emosi sebagai gambaran aspek intrinsik yang perlu dipertimbangkan sebagai satu kesatuan bersama aspek ekstrinsik dalam konteks lingkungan pembelajaran. Anda juga akan mengeksplorasi dan berkolaborasi merencanakan perubahan nyata di lingkungan masing-masing. Diharapkan, setelah mengalami dan berproses sepanjang materi ini, Anda sekalian dapat menemukan jati diri Anda sebagai Guru Penggerak.
Selamat belajar!
Instruktur Modul 1.2.
pembelajaran akan dimulai dengan membuat diagram trapesium usia dan menjawab beberapa pertanyaan mengenai diri Anda. Agar Anda mendapatkan manfaat yang maksimal dari kegiatan ini, hal yang perlu diperhatikan ketika menjawab pertanyaan nanti adalah kejujuran Anda dalam memberikan jawaban. Tidak mengapa jika memang tidak ada atau Anda tidak tahu. Tidak ada jawaban benar ataupun salah. Apa yang menjadi pertanyaan hanyalah upaya untuk membantu menggali pengalaman serta nilai diri Anda. Silakan jawab sejujurnya, dan jangan sampai terlewat. Ambil waktu khusus agar Anda dapat mengerjakan ini dengan tenang.
A. Trapesium Usia
Di sini Anda akan membuat Diagram Trapesium Usia Anda sendiri. Untuk dapat membuat diagram trapesium usia, perhatikan cara pembuatannya seperti slide berikut ini.
Peristiwa Negatif
Tentunya sebagai anak laki-laki banyak peristiwa negatif saat sekolah ya, namanya “dolanan”, rasa ingin tahu, ingin mendapat perhatian dan banyak lagi. Tapi saya ceritakan satu yang membuat saya dan teman-teman kelompok merasa bersalah. Saat SMP mendapat tugas mata pelajaran tata boga untuk mempresentasikan makanan sesuai tema yang akan diusung. Nah, sesuai tema makanan warteg pinggir jalan maka kami memutuskan untuk ke hutan untuk berburu ayam hutan sebagai menu utama. Setelah beberapa saat berjalan tapi tidak kunjung dapat akhirnya kelompok beralih ke pinggiran pemukiman dan berburu ayam berkeliaran jauh di pemukiman. Tibalah saatnya presentasi makanan sesuai konsepnya dan kami mendapat tempat paling pojok dan kami beri nama Warung Pojok, setelah menunggu beberapa saat kami dipanggil untuk menerima hasil. Kami kaget karena mendapat hasil yang memuaskan. Dari situlah kami berlima merasa sangat bersalah atas apa yang kami lakukan.
Peristiwa Positif
Semasa kecil, bisa dibilang saya adalah anak yang suka bongkar-pasang mainan, alat-alat elektronik atau anak yang suka pada hal yang baru. Orang tua saya tidak pernah melarang secara langsung hobi bongkar pasang saya, tapi mereka tetap memantau sampai waktu dimana saya lulus SMP akan memilih apakah akan ke SMA atau STM dan ketika saya putuskan ke STM. Tidak ada komentar apa-apa malah didukung karena mereka tahu hobi saya. Disini saya ingin menyampaikan bahwa keluarga memiliki peran yang penting dalam mendukung keputusan anak sesuai dengan potensi yang dimiliki tanpa ada intervensi apa pun, yang ada hanya Tut Wuri Handayani.
Mengapa momen yang terjadi di masa sekolah masih dapat dirasakan dan mungkin masih dapat mempengaruhi diri Anda di masa sekarang?
Irisan-irisan memori saat masih sekolah pasti menjadi ingatan tersendiri yang tidak akan bisa dilupakan baik itu kejadian negatif atau positif. Irisan-irisan memori itu akan menjadi bagian dalam hidup dan tentu saja mempengaruhi diri kita dimasa sekarang ini. Misalnya pengalaman menjadi seorang murid dibandingkan dengan murid sekarang sangat jauh berbeda, murid sekarang sebagian besar belum menunjukkan seorang pembelajar mandiri. Dari momen-momen yang ada itu bisa dijadikan sebuah cerita menarik untuk menumbuhkan budi pekerti.
Menurut Anda, apa saja peran dari seorang Guru jika dikaitkan dengan trapesium usia?
Dengan adanya trapesium usia ini, seorang guru dapat melihat nilai-nilai yang ada pada dirinya sendiri yang melekat dalam pribadinya serta bisa mengingatkan seorang guru agar tidak menyia-nyiakan usia aktif dalam bekerja. Selama masih aktif bekerja harus mampu untuk mengembangkan diri dan lebih aktif menuntun anak didik sesuai potensi, kodrat alam dan kodrat zamannya.
Buatlah 1-2 kalimat yang dapat menggambarkan nilai-nilai yang Anda percayai sebagai seorang Guru, menggunakan kata-kata berikut: Guru, Murid, Belajar, Makna.
Guru harus menghamba pada murid, guru harus menuntun anak didik sesuai kodrat alam dan kodrat zamannya. Belajar adalah aktivitas sepanjang hayat dan sebagai seorang guru harus memberikan pembelajaran yang bermakna agar bisa diingat dan dijadikan pengalaman dalam hidupnya.
Suka atau tidak, di luar kelebihan dan kelemahannya, baik atau tidak karakternya, guru sudah terlanjur dipandang sebagai orang yang dapat diteladani di tengah masyarakat kita. Guru sesungguhnya memiliki kesempatan untuk menjadi teladan bagi muridnya. Kini, pilihannya adalah memanfaatkan kesempatan itu dengan sengaja atau membiarkannya lewat begitu saja dan tidak melakukan apa-apa. Menjadi teladan harus diusahakan secara sadar.
Lumpkin (2008), menyatakan bahwa guru dengan karakter baik mengajarkan murid mereka tentang bagaimana keputusan dibuat melalui proses pertimbangan moral. Guru ini membantu muridnya memahami nilai-nilai kebaikan dalam diri mereka sendiri, kemudian mereka mempercayainya sebagai bagian yang tak terpisahkan dari siapa mereka, hingga kemudian mereka terus menghidupinya. Guru dengan karakter yang baik melestarikan nilai-nilai kebaikan di tengah masyarakat melalui murid-murid mereka.
Guru adalah tukang kebun, yang merawat tumbuhnya nilai-nilai kebaikan di dalam diri murid-muridnya. Guru memiliki kesempatan untuk mengembangkan lingkungan di mana murid berproses menumbuhkan nilai-nilai dirinya tersebut. Dengan demikian, guru patut mengembangkan lingkungan yang sifatnya fisik (ekstrinsik) dan yang sifatnya psikis (intrinsik).
Emosi adalah bagian utama dari lingkungan yang sifatnya psikis dan intrinsik yang dapat dipengaruhi dan harus dipertimbangkan pengembangannya oleh guru. Dalam rangkaian modul Pendidikan Guru Penggerak ini aspek emosi akan dibahas tersendiri dengan lebih detail dalam modul Pembelajaran Sosial Emosional.
Lewat video ini Anda diajak mengeksplorasi dua sistem kerja otak “3-in-1” manusia secara singkat untuk memelajari bagaimana manusia tergerak, bergerak, dan menggerakkan. Guru adalah manusia yang senantiasa berusaha untuk menggerakkan manusia lainnya. Oleh karena itu, guru harus lebih dulu sadar bagaimana dirinya tergerak, kemudian memilih untuk bergerak dan akhirnya menggerakkan manusia yang lain.
Pemikiran filosofis Ki Hadjar Dewantara dinilai masih relevan untuk diterapkan pada dunia pendidikan saat ini. Ki Hadjar Dewantara menegaskan bahwa tujuan dari pendidikan adalah menuntun segala kodrat yang ada pada anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Ki Hadjar Dewantara juga mengemukakan bahwa dalam proses menuntun, anak perlu diberikan kebebasan dalam belajar serta berpikir, dituntun oleh para pendidik agar anak tidak kehilangan arah serta membahayakan dirinya. Semangat agar anak bisa bebas belajar, berpikir, agar dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan berdasarkan kesusilaan manusia ini yang akhirnya menjadi tema besar kebijakan pendidikan Indonesia saat ini, Merdeka Belajar.
Semangat Merdeka Belajar yang sedang dicanangkan ini juga memperkuat tujuan pendidikan nasional yang telah dinyatakan dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 3, dimana Pendidikan diselenggarakan agar setiap individu dapat menjadi manusia yang “beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab. Kedua semangat ini yang kemudian memunculkan sebuah pedoman, sebuah penunjuk arah yang konsisten, dalam pendidikan di Indonesia. Pedoman tersebut adalah Profil Pelajar Pancasila (Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2020).
Profil Pelajar Pancasila hadir sebagai harapan Pendidikan Indonesia, oleh sebab itu Pelajar Pancasila berarti pelajar sepanjang hayat yang kompeten dan memiliki karakter sesuai nilai-nilai Pancasila. Ada enam dimensi yang harus dimiliki oleh Pelajar Pancasila yakni, 1) Beriman, bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa dan berakhlak mulia; Pelajar yang mampu mengamalkan kepercayaannya dalam kehidupan sehari-hari. 2) Mandiri; Pelajar yang mampu mengembangkan diri sesuai kemampuannya dan bertanggung jawab atas hasil yang diperoleh. 3) Bergotong-royong; Pelajar yang mampu berkolaborasi untuk mengupayakan peningkatan/pencapaian terhadap pendidikannya. 4) Berkebinekaan global; Pelajar yang berbudaya, memiliki identitas diri yang matang, mampu menunjukkan dirinya sebagai representasi budaya luhur bangsanya, serta terbuka terhadap keberagaman budaya daerah, nasional, global 5) Bernalar kritis; Pelajar yang mampu menggunakan kemampuan nalar dirinya untuk memproses informasi, mengevaluasinya, hingga menghasilkan keputusan
Peran dari dari seorang Guru tentunya akan lebih maksimal jika memiliki keterampilan ataupun kompetensi yang sesuai dengan tujuan pendidikan yang diharapkan. Di tautan berikut ini, Anda akan diminta untuk membaca dan memahami kompetensi-kompetensi apa saja yang perlu dimiliki oleh seorang Guru Penggerak.
terdapat 4 kategori dalam kompetensi tersebut. Kategori tersebut yaitu mengembangkan diri dan orang lain, memimpin pembelajaran, memimpin manajemen sekolah, serta memimpin pengembangan sekolah. Seorang Guru Penggerak diharapkan mempunyai 4 kompetensi ini. Guru Penggerak tidak hanya berfokus pada sebagai pemimpin pembelajaran, akan tetapi juga menggerakkan diri serta lingkungan sekolah agar dapat mewujudkan sekolah yang berpihak pada murid. Ketika kita bisa membawa perubahan pada lingkungan sekitar kita, tentunya hasilnya juga akan lebih baik untuk murid kita.
Sejauh ini yang sudah saya lakukan di sekolah terkait peran dari seorang guru penggerak: (1) Dengan mengikuti Diklat/Workshop/Seminar maka di dalamnya kita sebagai pendidik terus mengasah kemampuan dan mendapatkan informasi terbaru untuk di bagi. (2) Memberikan masukan/pendapat terkait upaya peningkatan sekolah kepada Kepala Sekolah dan wakil kepala sekolah. (3). Memberikan solusi saat sekolah mengalami kesulitan dalam melakukan penilaian tengah semester dan Akhir Semester dengan biaya mandiri membuat LMS mandiri yang bisa diakses oleh siswa melalui playstore. sehingga di masa pandemi COVID-19 siswa bisa mengikuti PTS dan PAT di rumah. (4) Membantu teman-teman guru dalam pemanfaatan TIK dalam pembelajaran, yang bisa langsung dipraktekkan. (5). Sering bertukar pikiran bersama dengan teman-teman guru terkait proses “menuntun” anak didik. (6). Memberikan motivasi kepada anak didik agar bisa menjadi pelajar yang mandiri dan mampu mengenal potensi dirinya sendiri.
Nilai itu sendiri, menurut Rokeach (dalam Hari, Abdul H. 2015), merupakan keyakinan sebagai standar yang mengarahkan perbuatan dan standar pengambilan keputusan terhadap objek atau situasi yang sifatnya sangat spesifik. Kehadiran nilai dalam diri seseorang dapat berfungsi sebagai standar bagi seseorang dalam mengambil posisi khusus dalam suatu masalah, sebagai bahan evaluasi dalam membuat keputusan, bahkan hingga berfungsi sebagai motivasi dalam mengarahkan tingkah laku individu dalam kehidupan sehari-hari. Melihat peranan nilai sangat penting dalam kehidupan tingkah laku sehari-hari, maka rasanya penting bagi seorang Guru Penggerak untuk bisa memahami dan menjiwai nilai-nilai dari seorang Guru Penggerak.
Kelima nilai dari Guru Penggerak adalah: Mandiri, Reflektif, Kolaboratif, Inovatif, serta Berpihak pada Murid.
Nilai ini sendiri berkaitan erat dengan peran yang sudah kita pelajari di bagian sebelumnya. Nilai ini yang diharapkan terus tumbuh dan dilestarikan dalam diri seorang Guru Penggerak. Kelima ini saling mendukung satu dengan lainnya, dan tentunya diharapkan menjadi pedoman berperilaku untuk seorang Guru Penggerak.
Mandiri berarti seorang Guru Penggerak mampu senantiasa mendorong dirinya sendiri untuk melakukan aksi serta mengambil tanggung jawab atas segala hal yang terjadi pada dirinya. Segala perubahan yang terjadi di sekitar kita maupun pada diri kita, muncul dari diri kita sendiri. Ketika kita hanya menunggu sesuatu untuk terjadi, seringkali hal tersebut tidak pernah terjadi. Karena itu seorang Guru Penggerak diharapkan mampu mendorong dirinya sendiri untuk melakukan perubahan, untuk memulai sesuatu, untuk mengerjakan sesuatu terkait dengan perubahan apa yang diinginkan untuk terjadi.
Guru Penggerak yang mandiri, berarti guru tersebut mampu memunculkan motivasi dalam dirinya sendiri untuk membuat perubahan baik untuk lingkungan sekitarnya ataupun pada dirinya sendiri. Hal ini terutama perlu muncul dalam aspek pengembangan dirinya. Seorang Guru Penggerak termotivasi untuk mengembangkan dirinya tanpa harus menunggu adanya pelatihan yang ditugaskan oleh sekolah ataupun dinas. Guru Penggerak mendorong dirinya untuk meningkatkan kapabilitas dirinya tanpa perlu dorongan dari pihak lain.
Berdasarkan pemahaman Anda, apa saja kata kunci dari dari nilai Mandiri? Anda dapat menemukan kata kunci berdasarkan bacaan ataupun kata-kata lainnya yang mempunyai makna sesuai dengan nilai tersebut
Apa contoh perilaku yang bisa dilakukan oleh seorang Guru Penggerak terkait nilai mandiri?
Silakan Anda ceritakan secara singkat pengalaman Anda yang terkait dengan nilai Mandiri ini!
(1). Berinisiatif, Motivasi. (2). Selama pembelajaran jarak Jauh, guru berusaha untuk belajar menggunakan teknologi informasi dalam pembelajaran serta berkolaborasi dengan anak didik. Misalnya belajar menggunakan Zoom, WA, Google meet, Google Classroom, Dll. (3). pada awal pandemi sekolah akan mengadakan PTS tapi bingung harus bagaimana sedangkan harus BDR, kemudian saya berinisiatif dengan biaya sendiri membuat LMS-SMANSATOP yang bisa di download melalui playstore. Dengan adanya LMS mandiri ini bisa memberi solusi kepada sekolah dalam proses pembelajaran jarak jauh dan penilaian.
Reflektif berarti seorang Guru Penggerak mampu senantiasa merefleksikan dan memaknai pengalaman yang terjadi di sekelilingnya, baik yang terjadi pada diri sendiri serta pihak lain. Proses perwujudan Profil Pelajar Pancasila, juga perjalanan menjadi Guru Penggerak pastinya akan penuh dengan pengalaman-pengalaman yang bervariasi. Pengalaman-pengalaman ini bisa menimbulkan kesan positif maupun negatif. Dengan mengamalkan nilai reflektif, Guru Penggerak diajak untuk mengevaluasi kembali pengalaman-pengalaman tersebut, hingga bisa menjadi pembelajaran dan panduan untuk menjalankan perannya di masa mendatang.
Guru Penggerak yang memiliki nilai reflektif mau membuka diri terhadap pengalaman yang baru dilaluinya, lalu melakukan evaluasi terhadap apa saja hal yang sudah baik, serta apa yang perlu dikembangkan. Apa yang dievaluasi tentu saja beragam, bisa terhadap kekuatan dan keterbatasan diri sendiri, pendapat yang dimiliki oleh diri sendiri, proses, dll. Guru Penggerak yang reflektif tidak hanya berhenti sampai berefleksi namun juga sampai melakukan aksi perbaikan yang bisa dilakukan. Mereka juga senantiasa terbuka untuk meminta dan menerima umpan balik dari orang-orang di sekelilingnya.
Ada banyak model dalam melakukan refleksi, beberapa di antaranya adalah:
Model refleksi 4P merupakan model pertanyaan yang bisa kita gunakan untuk memaknai pengalaman yang sudah pernah kita rasakan sebelumnya. Keempat langkah ini merupakan terjemahan dari 4F yang dikembangkan oleh Dr. Roger Greenaway, yaitu:
Peristiwa (Facts): paparan obyektif berdasarkan pengalaman nyata atas apa yang sejauh ini telah dialami. Contoh pertanyaan: apa kendala yang saya hadapi? apa hal baik yang saya alami dalam proses tersebut? apa yang saya lakukan dalam mengatasi kendala tersebut? apakah tindakan tersebut berhasil?
Perasaan (Feelings): apa yang dirasakan kini setelah mengikuti proses tersebut. Contoh pertanyaan: Apa yang saya rasakan ketika menghadapi kendala tersebut? ketika saya mencoba mengatasi kendala tersebut bagaimana perasaan saya?
Pembelajaran (Findings): apa hal paling konkrit yang dapat diambil sebagai pembelajaran dan mungkin telah membawa makna baru. Contoh pertanyaan: apa yang saya pelajari dari proses ini? apa hal baru yang saya ketahui mengenai diri saya setelah proses ini?
Penerapan ke depan (Future): apa hal yang dapat segera diterapkan baik sebagai individu. Contoh pertanyaan: apa yang bisa saya lakukan ke depannya dari pembelajaran di proses ini? pada aspek apa?
Model refleksi 5M, yang diadaptasi dari model 5R (Bain, dkk, 2002, dalam Ryan & Ryan, 2013). 5M terdiri dari langkah-langkah berikut:
Mendeskripsikan (Reporting): menceritakan ulang peristiwa yang terjadi
Merespon (Responding): menjabarkan tanggapan yang diberikan dalam menghadapi peristiwa yang diceritakan, misalnya melalui pemberian opini, pertanyaan, ataupun tindakan yang diambil saat peristiwa berlangsung.
Mengaitkan (Relating): menghubungkan kaitan antara peristiwa dengan pengetahuan, keterampilan, keyakinan atau informasi lain yang dimiliki.
Menganalisis (Reasoning): menganalisis dengan detail mengapa peristiwa tersebut dapat terjadi, lalu mengambil beberapa perspektif lain, misalnya dari teori atau kejadian lain yang serupa, untuk mendukung analisis tersebut.
Merancang ulang (Reconstructing): menuliskan rencana alternatif jika menghadapi kejadian serupa di masa mendatang.
Kolaboratif berarti seorang Guru Penggerak mampu senantiasa membangun hubungan kerja yang positif terhadap seluruh pihak pemangku kepentingan yang berada di lingkungan sekolah ataupun di luar sekolah (contoh: orang tua murid dan komunitas terkait) dalam mencapai tujuan pembelajaran. Dalam mewujudkan Profil Pelajar Pancasila, seorang Guru Penggerak akan bertemu banyak sekali pihak yang mampu mendukung pencapaian Profil Pelajar Pancasila. Guru Penggerak diharapkan mampu merangkul semua pihak itu.
Guru Penggerak yang menjiwai nilai kolaboratif mampu membangun rasa kepercayaan dan rasa hormat antara dirinya dengan lingkungan sekitarnya, serta mengakui dan mengelola perbedaan peran yang diemban oleh masing-masing tiap pemangku kepentingan sekolah dalam mencapai tujuan bersama.
Perlu diperhatikan, kolaboratif mampu muncul dalam perilaku seperti kerjasama, berkomunikasi, memahami peran masing-masing pihak dalam suatu situasi tertentu, termasuk memberikan feedback juga merupakan bagian dari kolaborasi.
Inovatif berarti seorang Guru Penggerak mampu senantiasa memunculkan gagasan-gagasan baru dan tepat guna terkait situasi tertentu ataupun permasalahan tertentu. Di tengah perkembangan zaman yang semakin maju, masalah yang muncul pun juga semakin bervariasi. Untuk bisa mengatasi beragam masalah tersebut, diperlukan lah jiwa inovatif dari seorang Guru Penggerak, agar bisa datang dengan penyelesaian masalah yang mungkin tidak biasa namun tepat guna. Seorang Guru Penggerak yang mempunyai nilai inovatif ini, mampu menggunakan nilai reflektifnya dalam mengevaluasi sebuah proses ataupun masalah, dan mencari gagasan-gagasan lainnya untuk menyelesaikan masalah tersebut. Dibutuhkan kejelian dari seorang Guru Penggerak untuk melihat peluang/potensi yang ada di sekitarnya (baik dari guru lain, murid, kepala sekolah, orang tua murid, komunitas lainnya) untuk mendukung ide orisinal demi menguatkan pembelajaran murid.
Nilai inovatif ini juga mendukung keterbukaan para Guru Penggerak terhadap gagasan serta ide lain yang muncul dari luar dirinya untuk memecahkan masalah, mencari informasi lain yang bisa mendukung prosesnya, sudut pandang orang lain yang bisa membantu dirinya dalam menemukan inspirasi pemecahan masalah ataupun mengambil keputusan, hingga pada akhirnya melakukan solusi/aksi nyata untuk mengatasi permasalahan.
Berpihak pada murid disini berarti seorang Guru Penggerak selalu bergerak dengan mengutamakan kepentingan perkembangan murid sebagai acuan utama. Segala keputusan yang diambil oleh seorang Guru Penggerak didasari pembelajaran murid terlebih dahulu, bukan dirinya sendiri. Segala hal yang kita lakukan, harus tertuju pada perkembangan murid, bukan pada pemuasan diri kita sendiri, maupun orang lain yang berkepentingan. Sebagai Guru Penggerak yang memiliki nilai ini, kita selalu harus mulai berpikir dari pertanyaan “apa yang murid butuhkan?”, “apa yang bisa saya lakukan untuk membuat proses belajar ini lebih baik?” dll.
Yang perlu seorang Guru Penggerak ingat, bahwa ini adalah nilai yang utama dan penting. Pada modul 1.1 kita sudah bahas bahwa filosofi utama dari Ki Hadjar Dewantara menekankan pada pemusatan orientasi pendidikan pada murid. Sebagai Guru Penggerak, mengutamakan keberpihakan pada murid adalah pedoman perilaku yang utama.
Profil pelajar pancasila merupakan cerminan dari wujud nilai dan peran guru penggerak itu sendiri, dimana sebagai guru penggerak diharapkan mampu menjadi pemimpin pembelajaran, menjadi coach bagi guru lain, mendorong kolaborasi, menggerakkan komunitas dan mewujudkan kepemimpinan murid secara mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif dan berpihak pada murid. Dengan demikian profil pelajar Pancasila dan Peran serta Nilai Guru Penggerak memiliki hubungan yang erat.
Sebagai sesama pendidik yang memiliki tugas pokok yang sama seharusnya nilai dan peran seorang guru penggerak merupakan hal yang sudah tercermin walaupun masih ada yang belum terlihat jelas. Jika ada yang kurang mendukung pastinya saya mulai dari diskusi awal dengan pimpinan sekolah terkait nilai dan peran guru penggerak selain itu tentu saja mengajak pendidik yang lain untuk bergerak bersama melakukan perubahan demi terwujudnya profil pelajar Pancasila.
1.2.a.6. Refleksi Terbimbing - Nilai dan Peran Guru Penggerak
Apa saja nilai diri saya? (yang terdapat pada bagian mulai dari diri)
Apa yang saya rasakan setelah mengetahui nilai dari Guru Penggerak? Jelaskan!
Apa saja nilai diri Guru Penggerak yang sudah saya miliki sekarang?
Diantara nilai-nilai yang sudah saya pelajari, nilai apa yang saya rasa perlu saya kuatkan? jelaskan!
Apa yang saya rasakan setelah mengetahui peran dari seorang Guru Penggerak?
Apa yang bisa saya lakukan (khusus untuk diri saya) untuk menguatkan peran dan nilai Guru Penggerak?
Apa yang akan menghambat saya dalam memperkuat peran dan nilai Guru Penggerak dalam diri saya?
Guru Penggerak seperti apakah saya?
Nilai-nilai apa yang saya kuasai di masa depan?
Mengapa nilai-nilai tersebut penting untuk saya?
Proses pendidikan di jenjang pendidikan menengah.
Selama masa pandemi, motivasi belajar anak sangat rendah, ini terjadi karena sebagian anak didik selama di rumah menggunakan waktu mereka dengan bermain game online/tik tok. Menyikapi akan hal ini bagaimana cara meningkatkan motivasi belajar anak didik yang sudah kecanduan game online/tik tok? Selanjutnya, bagaimana seharusnya peran guru penggerak dalam membantu orang tua memantau proses belajar anak di rumah serta kesulitan belajar siswa saat belajar di rumah?
Terkait nilai dan peran guru penggerak ini di kaitkan dengan kondisi saat ini di mana ada pendidik yang memiliki potensi tapi tidak mau mengembangkan diri. Belum lagi ada pendidik yang sebelumnya menjadi instruktur Kabupaten atau bahkan Nasional, tapi setelah ada program Guru Penggerak mereka merasa lebih sehingga kesulitan dalam proses kolaborasi. Apalagi bagi pendidik yang sudah tinggal 1 atau 2 tahun akan pensiun, mereka cenderung tidak mau mengembangkan diri. Bagaimana peran guru penggerak terkait beberapa kasus ini?
Saat ini pembelajaran sudah dilakukan di sekolah walaupun hanya 50% kehadiran anak didik. Tapi didapati perubahan karakter yang sangat besar, dimana banyak dari anak didik yang memiliki perilaku kurang sopan/menghormati gurunya, tidak disiplin waktu sebagian besar terlambat, bagaimana peran guru penggerak menyikapi akan hal ini?
Penugasan Mandiri
“Jika kita gagal merencanakan, berarti sama saja kita sedang merencanakan kegagalan.”
~ Benjamin Franklin
Beberapa pertanyaan yang bisa membantu Anda dalam mengerjakan tugas kesimpulan ini adalah:
Apa yang Anda pahami mengenai nilai dan peran Guru Penggerak?
Apakah ada keterkaitan antara nilai dan peran Guru Penggerak dengan Filosofi Ki Hadjar Dewantara? jelaskan!
Ingat kembali refleksi diri Anda pada bagian Refleksi Terbimbing serta ilustrasi yang sudah Anda buat pada Demonstrasi Kontekstual (sebagai gambaran Anda). Apa strategi yang bisa Anda lakukan untuk mencapai nilai tersebut?
Siapa saja pihak yang dapat membantu Anda dalam mencapai gambaran diri Anda di demonstrasi kontekstual tersebut? Seperti apa perannya?
Apa yang Anda pahami mengenai nilai dan peran Guru Penggerak?
Setelah mempelajari nilai dan peran guru penggerak, ternyata tanpa kita sadari ini merupakan cerminan dan harapan yang seharusnya pendidik lakukan. Nilai dan peran guru penggerak ini melekat dalam diri pribadi seorang pendidik untuk bisa mewujudkan profil pelajar Pancasila. Ada 5 nilai guru penggerak diantaranya mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif, dan berpihak pada murid. Begitu juga dengan peran seorang guru penggerak, ada 5 diantaranya menjadi pemimpin pembelajaran, menjadi coach bagi guru lain, mendorong kolaborasi, menggerakkan komunitas, mewujudkan kepemimpinan murid. Nilai dan peran guru penggerak tidak bisa dipisahkan, dengan adanya nilai dan peran ini tentu saja akan menjadi awal dari sebuah perubahan untuk mewujudkan profil pelajar pancasila.
Apakah ada keterkaitan antara nilai dan peran Guru Penggerak dengan Filosofi Ki Hadjar Dewantara? jelaskan!
Nilai dan peran guru penggerak dengan filosofi Ki Hadjar Dewantara saling terkait dan menguatkan antara satu dengan yang lain. Nilai dan peran guru penggerak ini diharapkan dapat menjadi sebuah jembatan bagi guru dalam memainkan perannya sesuai dengan filosofi Ki Hadjar Dewantara. Sebagai contoh nilai berpihak pada murid, yang tidak lepas dari filosofi berhamba pada murid sesuai dengan kodrat alam dan kodrat zamannya. Begitu juga dengan peran guru penggerak dalam mewujudkan kepemimpinan murid merupakan bentuk dari filosofi guru sebagai penuntun.
Ingat kembali refleksi diri Anda pada bagian Refleksi Terbimbing serta ilustrasi yang sudah Anda buat pada Demonstrasi Kontekstual (sebagai gambaran Anda). Apa strategi yang bisa Anda lakukan untuk mencapai nilai tersebut?
Memotivasi diri untuk terus bergerak untuk meningkatkan potensi diri. Selalu melakukan refleksi diri terkait kelemahan dan kekuatan, serta membuka diri terhadap masukan orang lain. Berkolaborasi dengan seluruh warga sekolah, membangun komunikasi dan kerja sama.
Siapa saja pihak yang dapat membantu Anda dalam mencapai gambaran diri Anda di demonstrasi kontekstual tersebut? Seperti apa perannya?
Kepala Sekolah, berperan dalam memberikan dukungan dan kebijakan dalam implementasi nilai dan peran guru penggerak.
Teman Sejawat, berperan sebagai mitra/kolaborator. untuk berefleksi dalam pengembangan potensi diri guru penggerak.
Orang Tua/Wali, berperan sebagai mitra guru dan pemberi informasi terkait kemajuan belajar anak di rumah supaya guru bisa melihat potensi, minat dan bakat sesuai dengan kebutuhan anak mereka.
Anak didik, berperan sebagai subjek cerminan profil pelajar pancasila.
“Aku hanya orang biasa yang bekerja untuk bangsa Indonesia dengan cara Indonesia.”
Ki Hajar Dewantara
Apa saja yang dapat Anda sertakan dalam jurnal refleksi ini?
Perasaan selama melakukan aksi untuk menguatkan nilai dan peran Guru Penggerak
Ide atau gagasan yang timbul sepanjang proses
Pembelajaran dan pengalaman dalam bentuk catatan praktik baik
‘Foto bercerita’ dari seluruh rangkaian pelaksanaan (perencanaan, penerapan dan refleksi) aksi Anda.
Anda juga dapat memasukkan ‘testimoni’ dari rekan guru dan murid yang terlibat dalam aksi yang Anda lakukan.