Jurnal Refleksi Dwi Mingguan - 6
Model 6: Reporting, responding, relating, reasoning, reconstructing (5R)
Nama : Nasrul, S.Pd
CGP Angkatan 10 Kab. Pinrang
Refleksi Pembelajaran Sosial Emosional dalam Program Pendidikan Guru Penggerak
1. Mendeskripsikan (Reporting)
Selama dua minggu terakhir, kami mempelajari modul 2.2 tentang pembelajaran sosial emosional dalam program pendidikan guru penggerak angkatan 10. Pada 24 Juni 2024, kami memulai dengan pembelajaran pertama yang berfokus pada refleksi kompetensi sosial emosional memulai dari diri. Pada tanggal 26 Juni 2024, kami menganalisis kasus Pak Elin sebagai penguatan materi KSE. Pada tanggal 27 juni 2024 saya terlibat aktif dalam ruang kolaborasi dengan fasilitator dan rekan CGP lainnya. Keesokan harinya, 28 Juni, kami melakukan presentasi kelompok dan menerima umpan balik yang membantu memperbaiki dan menyempurnakan hasil kerja kami. Pada 1 dan 2 Juli, kami mengembangkan RPP pembelajaran sosial emosional yang dilengkapi dengan kompetensi sosial emosional dan melanjutkan elaborasi pemahaman modul 2.2. Bersama pak Nunuk Riza Puji Selama pekan ini, kami juga mengerjakantugas koneksi antar materi dan aksi nyata.
2. Merespon (Responding)
Saya merasa sangat banyak dukungan dari fasilitator, pengajar praktik, dan rekan-rekan guru lainnya, sehingga tidak mengalami banyak hambatan. Perasaan bangga dan bersyukur, karena saya memperoleh pemahaman yang lebih dalam tentang pembelajaran sosial emosional. Penguatan materi dari fasilitator dan diskusi dalam ruang kolaborasi sangat mencerahkan, terutama dalam memahami implementasi KSE (Kompetensi Sosial Emosional) dalam setiap pembelajaran.
3. Mengaitkan (Relating)
Selama pelatihan, saya mengaitkan pengalaman ini dengan pengetahuan sebelumnya tentang pentingnya pembelajaran sosial emosional. Saya menyadari bahwa aspek kesadaran diri, manajemen diri, kesadaran sosial, kemampuan berelasi, dan pengambilan keputusan yang bertanggung jawab telah diterapkan dalam pembelajaran, meskipun tanpa perencanaan yang matang. Modul 2.2 memberikan pemahaman yang lebih baik tentang bagaimana implementasi yang terstruktur dapat meningkatkan efektivitas pembelajaran sosial emosional.
4. Menganalisis (Reasoning)
Analisis saya menunjukkan bahwa pembelajaran sosial emosional sangat penting untuk menciptakan iklim kelas dan budaya sekolah yang positif. Tanpa perencanaan yang tepat, pelaksanaan KSE dapat kurang optimal. Umpan balik dari fasilitator dan rekan-rekan membantu saya memahami bahwa penciptaan iklim kelas dan budaya sekolah harus diintegrasikan dalam setiap kegiatan pembelajaran, bukan hanya kegiatan reguler. Dengan demikian, pendekatan yang terstruktur dan berkesinambungan sangat penting untuk keberhasilan implementasi KSE.
5. Merancang ulang (Reconstructing)
Untuk ke depannya, saya akan memaksimalkan implementasi KSE dengan memperhatikan aspek kesadaran diri, manajemen diri, kesadaran sosial, kemampuan berelasi, dan pengambilan keputusan yang bertanggung jawab. Saya akan memastikan bahwa bukan hanya saya yang mengimplementasikan KSE, tetapi juga murid-murid dalam setiap pembelajaran dan aktivitas mereka di sekolah serta lingkungan sekitarnya. Fokus pada perkembangan pribadi dan sosial akan menjadi prioritas, seiring dengan tujuan pendidikan yang tidak hanya tentang pencapaian akademik, tetapi juga pembentukan karakter dan keterampilan sosial.