Tujuan Pembelajaran Khusus: Melalui kegiatan membaca, diskusi, dan refleksi, CGP dapat mengkonstruksi pemahaman mereka tentang:
Modul. 3.3
TK Cahaya memiliki sedikit lahan di samping halaman bermain sekolah yang belum dimanfaatkan. Saat ini, lahan tersebut bukan hanya terlantar namun juga memberikan pemandangan yang kurang apik karena menjadi tempat tumpukan barang-barang yang tidak terpakai. Pak Segar, guru TK B sangat prihatin dengan kondisi tersebut. Saat ia mengawasi dan mengamati murid-muridnya istirahat bermain, Pak Segar lalu mengajak beberapa murid-muridnya bercakap-cakap. Ia meminta ide dari murid-muridnya untuk mengetahui sebaiknya lahan yang luasnya terbatas tersebut digunakan untuk apa. Ia menanyakan apa saja yang mereka inginkan ada di halaman bermain sekolah mereka. Saat itu, murid-murid memberikan banyak sekali pendapat. Namun, di antara pendapat-pendapat yang diberikan oleh murid, ada salah satunya yang sangat menarik. Murid itu mengatakan bahwa ia ingin ada kebun di sekolah di mana ia nanti bisa menanam biji jeruk yang dimakannya. Pak Segar merasa ide murid tersebut sangat mungkin untuk diwujudkan dengan anggaran yang terbatas. Di kelas, Pak Segar lalu mengajak murid-murid untuk mendiskusikan lebih lanjut ide tersebut. Ternyata ide tersebut juga didukung oleh murid-murid yang lain. Ia lalu meminta murid-muridnya untuk menggambarkan seperti apa kebun impian mereka. Ia juga menanyakan jenis-jenis tanaman apa yang mereka ingin ada di kebun tersebut. Dari hasil diskusi, Pak Segar tidak hanya mendapatkan ide tentang kebun seperti apa yang diinginkan oleh anak-anak, namun, anak-anak ternyata juga dapat mengusulkan bagaimana mereka dapat membantu mewujudkan kebun tersebut. Ada murid yang mengatakan akan membawa biji pepaya yang biasa ia makan di rumah untuk di tanam di kebun itu. Ide ini kemudian diikuti oleh anak-anak lain yang juga ingin membawa potongan jenis-jenis sayuran yang dapat ditanam kembali dari sisa potongan sayuran yang mereka konsumsi di rumah. Dengan bantuan pertanyaan-pertanyaan Pak Segar, anak-anak bahkan dapat memberikan gagasan bagaimana kebun ini bisa dirawat bersama oleh murid-murid. Seorang murid, yang ayahnya adalah petani bahkan akhirnya menawarkan akan mengajak ayahnya untuk membantu menyiapkan lahan tersebut supaya siap untuk ditanami, karena ia sering melihat ayahnya melakukan hal tersebut. Pak Segar lalu membawa ide murid-murid ini kepada kepala sekolah. Kepala Sekolah sangat mendukung ide tersebut dan meminta Pak Segar untuk mendiskusikan lebih lanjut ide ini dengan guru-guru kelas lain. Setelah dimatangkan, ide yang awalnya berasal dari usulan murid-murid tersebut akhirnya mewujud menjadi sebuah program yang kemudian disebut dengan “Program Kebun Cahaya”. Setiap kelas di TK Cahaya kini memiliki kavling kecil di lahan yang tadinya terlantar tersebut dan secara bersama bertanggung jawab untuk merawatnya.
Setelah membaca situasi yang dideskripsikan di atas, lakukan refleksi dengan mencoba menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut ini:
1. Jenis Kegiatan atau program apakah yang dideskripsikan tersebut (Apakah intrakurikuler, ko-kurikuler, atau ekstrakurikuler)?
2. Dalam setiap situasi, identifikasilah dibagian mana dan bagaimana guru mencoba mempertimbangkan ‘suara’; ‘pilihan’; dan ‘kepemilikan’ murid untuk mendorong tumbuhnya kepemimpinan murid. Jelaskan jawaban Ibu/Bapak.
3. Dalam situasi yang digambarkan di atas, apa dimensi Profil Pelajar Pancasila yang paling menonjol dikembangkan? Jelaskan jawaban Anda!
Terima kasih atas pertanyaan-pertanyaan reflektif ini. Mari kita bahas satu per satu:
Jenis kegiatan atau program yang dideskripsikan:
Program ini bisa dikategorikan sebagai kegiatan ko-kurikuler. Alasannya:
Kegiatan ini terintegrasi dengan pembelajaran di kelas, tetapi dilaksanakan di luar jam pelajaran reguler.
Program ini mendukung kurikulum utama dengan memberikan pengalaman praktis dalam bidang sains, lingkungan hidup, dan tanggung jawab sosial.
Kegiatan ini melibatkan partisipasi aktif siswa dalam merencanakan dan melaksanakan proyek, yang sejalan dengan tujuan ko-kurikuler untuk memperkaya pengalaman belajar.
Pertimbangan 'suara', 'pilihan', dan 'kepemilikan' murid untuk mendorong kepemimpinan:
a) Suara:
Pak Segar mengajak murid-murid bercakap-cakap dan meminta ide mereka tentang pemanfaatan lahan.
Murid-murid diberi kesempatan untuk mengutarakan pendapat mereka tentang apa yang mereka inginkan di halaman bermain.
Dalam diskusi kelas, murid-murid diminta menggambarkan kebun impian mereka dan jenis tanaman yang mereka inginkan.
b) Pilihan:
Murid-murid diberi kebebasan untuk memilih jenis tanaman yang ingin mereka tanam.
Mereka juga diberi pilihan dalam cara berkontribusi, seperti membawa biji atau potongan sayuran dari rumah.
c) Kepemilikan:
Murid-murid dilibatkan dalam perencanaan kebun, membuat mereka merasa memiliki proyek tersebut.
Mereka diberi tanggung jawab untuk merawat kebun bersama-sama.
Setiap kelas memiliki kavling kecil, meningkatkan rasa kepemilikan mereka terhadap proyek.
Dimensi Profil Pelajar Pancasila yang dikembangkan:
a) Gotong Royong:
Murid-murid bekerja sama dalam merencanakan dan merawat kebun.
Mereka belajar berbagi tanggung jawab dan berkolaborasi dalam proyek bersama.
b) Kreatif:
Murid-murid diminta untuk menggambarkan kebun impian mereka, mendorong kreativitas.
Mereka juga memberikan ide-ide kreatif tentang cara berkontribusi dan merawat kebun.
c) Bernalar Kritis:
Murid-murid diajak untuk memecahkan masalah pemanfaatan lahan terlantar.
Mereka berpikir kritis tentang cara mewujudkan dan memelihara kebun dengan sumber daya yang ada.
d) Mandiri:
Murid-murid didorong untuk mengambil inisiatif, seperti membawa biji atau potongan sayuran dari rumah.
Mereka belajar bertanggung jawab atas tugas yang diberikan dalam merawat kebun.
e) Berkebinekaan Global:
Melalui proyek ini, murid-murid belajar tentang pentingnya menjaga lingkungan dan keberlanjutan.
Mereka juga belajar menghargai kontribusi dan ide dari teman-teman mereka yang berbeda.
Program ini secara efektif mengembangkan berbagai aspek Profil Pelajar Pancasila melalui pendekatan pembelajaran berbasis proyek yang melibatkan partisipasi aktif siswa.
Situasi 2
Bu Ara mengajar di Kelas 1 SD. Di awal tahun ajaran baru ia ingin melibatkan murid-muridnya mengatur sendiri ruang kelas mereka. Bu Ara ingin murid-muridnya memiliki rasa kepemilikan terhadap kelas mereka sehingga mereka akan secara sadar menjaga dan memelihara kelasnya dengan baik. Ia kemudian meminta murid-muridnya untuk bekerja kelompok merancang layout kelas. Setiap kelompok diberikan selembar kertas dan mendiskusikan lalu memutuskan di mana mereka akan meletakkan loker, kursi, meja, tempat sampah, keranjang buku, lemari buku, meja guru, dsbnya. Karena murid-murid kelas 1 belum semuanya bisa menulis, maka mereka boleh menggambar. Setelah itu setiap kelompok akan menjelaskan layout kelas kelompok mereka di depan kelas. Murid-murid lain dapat memberikan pertanyaan tentang layout tersebut. Setelah semua kelompok melakukan presentasi, mereka kemudian harus memutuskan layout mana yang akan dipilih untuk diimplementasikan. Setelah dilakukan pemilihan, terpilihlah satu layout yang paling ingin diimplementasikan oleh murid-murid di kelas tersebut. Namun, Ibu Ara lalu menyadari bahwa layout pilihan tersebut menurut kacamata dia sebagai guru sepertinya adalah layout yang “paling sulit untuk dilakukan dan paling tidak efektif”. Namun karena itu yang paling banyak dipilih, Ibu Ara ingin sekali mewujudkan desain itu untuk menghargai pilihan murid. Ibu Ara sangat galau, karena ia tahu, kalau ia mewujudkan desain tersebut, kelasnya akan menjadi tidak rapi dan berantakan. Orang tua murid dan kepala sekolah juga pasti akan mempertanyakan. Ibu Ara pun akhirnya memutuskan untuk berbicara langsung kepada kepala sekolah. Di luar dugaan, kepala sekolah sangat mengapresiasi upaya bu Ara menghargai pilihan murid-muridnya. Lewat proses diskusi dan dengan pertanyaan-pertanyaan yang disampaikan oleh kepala sekolah, Ibu Ara akhirnya memutuskan untuk tetap mewujudkan layout tersebut dan akan mengevaluasinya setelah beberapa hari diimplementasikan. Proses evaluasi ini akan menjadi sebuah proses pembelajaran yang berharga buat murid. Setelah beberapa hari mengimplementasikan layout pilihan murid tersebut, Ibu Ara pun lalu mengajak murid-muridnya berefleksi dan menanyakan apakah menurut mereka, layout ini membantu mereka untuk belajar, bergerak dan berinteraksi dengan baik di kelas. Bu Ara memberikan pertanyaan-pertanyaan reflektif untuk membantu siswa berefleksi. Ternyata murid-murid Ibu Ara juga merasa bahwa layout tersebut tidak efektif. Ada yang yang bilang tempat sampahnya ternyata kejauhan. Atau ternyata letak lemari bukunya menghalangi orang untuk melihat ke luar jendela. Setelah melakukan refleksi, Ibu Ara lalu mengajak murid-muridnya untuk memberikan saran bagaimana agar layout kelas mereka bisa lebih efektif. Berdasarkan masukan murid-murid, di minggu berikan layout kelas mereka pun diubah sesuai dengan hasil refleksi, sehingga menjadi lebih efektif
Setelah membaca situasi yang dideskripsikan di atas, lakukan refleksi dengan mencoba menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut ini:
1. Jenis Kegiatan atau program apakah yang dideskripsikan tersebut (Apakah intrakurikuler, ko-kurikuler, atau ekstrakurikuler)?
2. Dalam setiap situasi, identifikasilah dibagian mana dan bagaimana guru mencoba mempertimbangkan ‘suara’; ‘pilihan’; dan ‘kepemilikan’ murid untuk mendorong tumbuhnya kepemimpinan murid. Jelaskan jawaban Ibu/Bapak.
3. Dalam situasi yang digambarkan di atas, apa dimensi Profil Pelajar Pancasila yang paling menonjol dikembangkan? Jelaskan jawaban Anda!
Terima kasih atas pertanyaan-pertanyaan reflektif ini. Mari kita bahas satu per satu:
Jenis kegiatan atau program yang dideskripsikan:
Kegiatan ini dapat dikategorikan sebagai kegiatan intrakurikuler. Alasannya:
Kegiatan ini dilakukan di dalam kelas dan menjadi bagian dari proses pembelajaran reguler.
Aktivitas ini terintegrasi dengan proses belajar-mengajar dan dilakukan pada jam pelajaran.
Kegiatan ini mendukung pengembangan keterampilan siswa dalam perencanaan, kolaborasi, dan pengambilan keputusan yang relevan dengan kurikulum kelas 1 SD.
Pertimbangan 'suara', 'pilihan', dan 'kepemilikan' murid untuk mendorong kepemimpinan:
a) Suara:
Murid-murid diberi kesempatan untuk merancang layout kelas mereka sendiri.
Setiap kelompok mempresentasikan ide mereka di depan kelas.
Murid-murid dapat memberikan pertanyaan tentang layout yang dipresentasikan.
Dalam proses evaluasi, murid-murid diminta untuk memberikan pendapat dan saran perbaikan.
b) Pilihan:
Murid-murid memilih sendiri layout kelas yang akan diimplementasikan.
Mereka diberi kebebasan untuk menggambar atau menulis dalam merancang layout.
Dalam proses evaluasi, murid-murid memberikan saran untuk perbaikan layout.
c) Kepemilikan:
Bu Ara melibatkan murid-murid dalam mengatur ruang kelas mereka sendiri.
Murid-murid merasa memiliki tanggung jawab atas kelas mereka karena terlibat dalam prosesnya.
Mereka terlibat dalam proses evaluasi dan perbaikan layout, meningkatkan rasa kepemilikan.
Dimensi Profil Pelajar Pancasila yang dikembangkan:
a) Gotong Royong:
Murid-murid bekerja dalam kelompok untuk merancang layout kelas.
Mereka belajar berkolaborasi dan menghargai pendapat orang lain dalam proses pemilihan layout.
b) Kreatif:
Murid-murid diminta untuk merancang layout kelas secara kreatif.
Mereka menggunakan imajinasi mereka untuk menggambar atau mendeskripsikan layout yang diinginkan.
c) Bernalar Kritis:
Murid-murid belajar untuk mengevaluasi efektivitas layout yang telah diimplementasikan.
Mereka diminta untuk berpikir kritis tentang kelebihan dan kekurangan layout tersebut.
d) Mandiri:
Murid-murid diberi tanggung jawab untuk merancang dan mengevaluasi layout kelas mereka sendiri.
Mereka belajar untuk mengambil keputusan dan bertanggung jawab atas pilihan mereka.
e) Berkebinekaan Global:
Murid-murid belajar menghargai perbedaan pendapat dalam proses pemilihan layout.
Mereka belajar untuk berkompromi dan menerima keputusan bersama.
f) Reflektif:
Murid-murid diajak untuk merefleksikan efektivitas layout yang telah diimplementasikan.
Mereka belajar dari pengalaman dan menggunakan hasil refleksi untuk perbaikan.
Kegiatan ini secara efektif mengembangkan berbagai aspek Profil Pelajar Pancasila melalui pendekatan pembelajaran yang melibatkan partisipasi aktif siswa dalam pengambilan keputusan dan evaluasi. Hal ini membantu mengembangkan keterampilan kepemimpinan, pemecahan masalah, dan tanggung jawab pada usia dini.
Situasi 3
SMP Matahari setiap tahun memiliki program yang disebut “study wisata” untuk murid-muridnya di Kelas IX. Biasanya, kegiatan ini dirancang oleh guru di awal tahun ajaran dan dilaksanakan di akhir tahun ajaran. Walaupun kegiatan ini adalah kegiatan tahunan yang selalu dinanti-nantikan oleh murid-murid Kelas IX, namun sejak tahun lalu Pak Atap, salah satu guru kelas IX SMP Matahari merasa kegiatan ini akhirnya hanya menjadi kegiatan wisata rutin, yang lebih bersifat perayaan dan bersenang-senang. Murid-murid memang tampak senang, namun Pak Atap merasa bahwa murid-murid seharusnya dapat belajar lebih banyak lagi dari kegiatan study wisata ini. Di awal semester, Pak Atap menyatakan kegelisahanya ini kepada kepala sekolah yang kemudian menyarankannya untuk membuat komite ad hoc yang disebut dengan Komite Studi Wisata Kelas 9, yang anggotanya adalah perwakilan guru dan murid. Pak Atap lalu mengajak 2 orang perwakilan guru dan 6 orang perwakilan murid dari masing-masing Kelas untuk menjadi anggota komite studi wisata tersebut (ada 3 kelas IX di SMP Matahari dan masing-masing kelas diwakili 2 orang). Karena pelaksanaan studi wisata ini masih lama waktunya, komite ini sepakat bertemu setiap bulan sekali untuk mendiskusikan semua elemen yang terkait pelaksanaan studi wisata dan akan bertemu seminggu sekali sebulan sebelum pelaksanaan program tersebut. Di awal pertemuan komite, Pak Atap menanyakan kepada murid-murid anggota komite tersebut, sejauh ini, pengetahuan dan keterampilan apa saja yang telah mereka pelajari selama di Kelas 9? Pak Atap juga menjelaskan bahwa sebenarnya tujuan dari kegiatan studi wisata tersebut salah satunya adalah untuk membantu mereka memperdalam pengetahuan dan memperkuat berbagai keterampilan yang telah mereka pelajari tersebut. Pak Atap lalu menanyakan kepada murid-murid, apa lagi sebenarnya keuntungan dari kegiatan studi wisata ini untuk mereka. Setelah menjelaskan tujuan kegiatan studi wisata, Pak Atap lalu menanyakan destinasi seperti apa yang menarik buat mereka, yang dapat membantu murid mencapai tujuan yang diharapkan dari studi wisata tersebut. Pak Atap menjelaskan kriteria destinasi wisata yang aman dan memungkinkan untuk dikunjungi dan juga menjelaskan tentang kemungkinan keterbatasan anggaran, agar murid-murid lebih mindful saat memilih destinasi ini. Murid-murid anggota komite ini kemudian memutuskan melakukan riset dan juga meminta pendapat teman-teman kelasnya. Melalui proses ini, Pak Atap jadi mengetahui tentang apa yang disukai oleh murid-murid kelas 9 ini. Setelah diberi waktu melakukan riset, perwakilan murid ini menyortir 3 pilihan destinasi yang menurut kelas mereka sesuai dengan kriteria. Secara bersama-sama. anggota komite lalu mendiskusikan pilihan-pilihan destinasi ini. Mereka menggunakan checklist yang mengacu pada kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya. Destinasi yang memenuhi semua kriteria pun akhirnya yang dipilih. Murid perwakilan komite ini kemudian membawa destinasi pilihan ini kepada kepala sekolah. Kepala sekolah lalu meminta komite untuk mempresentasikan ide ini kepada para orang tua Kelas 9. Setelah mendapatkan persetujuan dan masukan dari para orang tua, Komite Studi Wisata inipun lalu mulai melakukan persiapan secara matang. Murid-murid dalam komite ini memberikan gagasan tentang apa saja kegiatan yang akan menarik untuk dilakukan, siapa yang akan memimpin kegiatan, apa yang akan dilakukan saat perjalanan, dsb. Guru-guru dalam komite memberikan pandangan dan perspektif tentang keamanan, risiko, tantangan yang mungkin akan dihadapi, atau memberikan saran saat murid merasa bahwa sebuah ide kelihatannya sulit untuk diwujudkan. Proses diskusi tentang studi wisata ini menjadi sangat kolaboratif. Setelah pelaksanaan Studi Wisata, sebelum komite ini dibubarkan, komite ini juga bertemu lagi untuk kemudian melakukan refleksi terhadap pelaksanaannya dan memberikan saran perbaikan. Saran perbaikan ini akan menjadi dasar untuk diskusi awal oleh komite Studi Wisata yang baru di tahun ajaran yang akan datang.
Setelah membaca situasi yang dideskripsikan di atas, lakukan refleksi dengan mencoba menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut ini:
1. Jenis Kegiatan atau program apakah yang dideskripsikan tersebut (Apakah intrakurikuler, ko-kurikuler, atau ekstrakurikuler)?
2. Dalam setiap situasi, identifikasilah dibagian mana dan bagaimana guru mencoba mempertimbangkan ‘suara’; ‘pilihan’; dan ‘kepemilikan’ murid untuk mendorong tumbuhnya kepemimpinan murid. Jelaskan jawaban Ibu/Bapak.
3. Dalam situasi yang digambarkan di atas, apa dimensi Profil Pelajar Pancasila yang paling menonjol dikembangkan? Jelaskan jawaban Anda!
Terima kasih atas pertanyaan reflektif ini. Mari kita bahas satu per satu:
Jenis kegiatan atau program yang dideskripsikan:
Program ini dapat dikategorikan sebagai kegiatan ko-kurikuler. Alasannya:
Kegiatan ini dilaksanakan di luar jam pelajaran reguler, namun masih terkait dengan kurikulum.
Program ini bertujuan untuk memperdalam dan memperkuat pengetahuan serta keterampilan yang telah dipelajari di kelas.
Kegiatan ini melengkapi dan mendukung program intrakurikuler, namun dilaksanakan secara terpisah.
Pertimbangan 'suara', 'pilihan', dan 'kepemilikan' murid untuk mendorong kepemimpinan:
a) Suara:
Murid-murid dilibatkan dalam Komite Studi Wisata Kelas 9.
Mereka diminta untuk memberikan pendapat tentang destinasi yang menarik dan sesuai tujuan.
Murid-murid memberikan gagasan tentang kegiatan yang akan dilakukan selama studi wisata.
b) Pilihan:
Murid-murid melakukan riset dan memilih 3 pilihan destinasi yang sesuai kriteria.
Mereka terlibat dalam proses pengambilan keputusan menggunakan checklist kriteria.
Murid-murid dapat memilih kegiatan yang menarik untuk dilakukan selama studi wisata.
c) Kepemilikan:
Murid-murid menjadi bagian dari komite yang merencanakan studi wisata mereka sendiri.
Mereka terlibat dalam seluruh proses, dari perencanaan hingga evaluasi.
Murid-murid berpartisipasi dalam presentasi kepada orang tua, meningkatkan rasa tanggung jawab.
Dimensi Profil Pelajar Pancasila yang dikembangkan:
a) Gotong Royong:
Murid-murid bekerja sama dalam komite dengan guru dan sesama murid.
Mereka belajar berkolaborasi dalam proses perencanaan dan pengambilan keputusan.
b) Kreatif:
Murid-murid diminta untuk memberikan ide-ide kreatif tentang kegiatan dan destinasi studi wisata.
Mereka belajar berpikir di luar kebiasaan untuk membuat studi wisata lebih bermakna.
c) Bernalar Kritis:
Murid-murid melakukan riset dan analisis untuk memilih destinasi yang sesuai.
Mereka belajar mengevaluasi pilihan berdasarkan kriteria yang ditetapkan.
d) Mandiri:
Murid-murid diberi tanggung jawab dalam perencanaan dan pelaksanaan studi wisata.
Mereka belajar mengambil inisiatif dan mengelola tugas-tugas dalam komite.
e) Berkebinekaan Global:
Melalui studi wisata, murid-murid belajar tentang tempat dan budaya baru.
Mereka belajar menghargai perbedaan pendapat dalam proses pengambilan keputusan.
f) Reflektif:
Murid-murid terlibat dalam proses refleksi setelah pelaksanaan studi wisata.
Mereka belajar mengevaluasi pengalaman dan memberikan saran perbaikan untuk masa depan.
Kegiatan ini secara efektif mengembangkan berbagai aspek Profil Pelajar Pancasila melalui pendekatan yang melibatkan partisipasi aktif siswa dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi program. Hal ini membantu mengembangkan keterampilan kepemimpinan, tanggung jawab, dan pengambilan keputusan pada siswa SMP.
Situasi 4
Dalam masa pandemi ini, Pak Bahri, seorang kepala sekolah SMA merasa galau karena sudah selama 1 tahun ajaran, semua kegiatan ekstra kurikuler di sekolahnya harus dihentikan. Ia merasa murid-muridnya masih perlu melakukan berbagai kegiatan yang dapat mengasah minat dan bakatnya, meskipun di masa pandemi. Namun ia bingung, dengan segala keterbatasan di masa pandemi ini, kira-kira kegiatan apa yang menarik minat murid dan masih memungkinkan untuk dapat dilakukan secara daring. Ia kemudian mengajak murid-murid yang menjadi anggota OSIS untuk bertemu secara daring. Setelah menanyakan kabar, perasaan, dan umpan balik mereka tentang kegiatan pembelajaran daring yang selama ini dilakukan, barulah Pak Bahri kemudian menyampaikan kegalauannya. Ia tanyakan apakah murid-murid merasakan kegalauan yang sama dengannya. Dari pertemuan tersebut, ia mengetahui ternyata murid-murid juga merasakan kegalauan yang sama. Ia lalu menanyakan apakah anak-anak memiliki saran atau gagasan, bagaimana mereka dapat tetap mengadakan kegiatan ekstrakurikuler, walaupun secara daring, dan apa saja kegiatan-kegiatan yang sekiranya menarik minat murid-murid. Ternyata, murid-murid memiliki banyak sekali gagasan yang luar biasa tentang ragam aktivitas yang dapat dilakukan. Namun, ada beberapa kegiatan yang disarankan yang sepertinya sulit untuk dilakukan, karena Pak Bahri merasa bahwa tidak ada guru yang memiliki keahlian untuk dapat mengajarkan kegiatan tersebut. Pak Bahri pun menyampaikan kesulitan tersebut kepada para anggota OSIS. Ternyata, murid-murid malah memberikan ide untuk meminta agar murid saja yang mengajar kegiatan ekstrakurikuler tersebut. Mereka rupanya mengetahui ada salah satu teman mereka yang “ahli’ melakukan hal tersebut. Mereka mengatakan, guru cukup mensupervisi kegiatannya saja, tetapi murid yang memang memiliki keahlian tersebutlah yang akan mengajarkan teknik-tekniknya. Mereka juga bahkan mengajukan diri untuk membantu membujuk anak tersebut agar bersedia menjadi ‘guru’ untuk kegiatan ekstra kurikuler tersebut. Akhirnya, atas kesepakatan bersama, mereka memutuskan untuk melakukan beberapa kegiatan ekstrakurikuler. Ada kegiatan yang diajar oleh guru, dan untuk beberapa kegiatan yang tidak dapat diajarkan oleh guru, diajarkan oleh murid-murid dengan supervisi guru. Mereka lalu mendiskusikan jadwal, sumberdaya yang diperlukan, dan pengorganisasiannya. Dibantu oleh OSIS akhirnya kegiatan tersebut dipromosikan dan ternyata, animo murid untuk terlibat dalam kegiatan ekstrakurikuler tersebut sangat besar. Pak Bahri pun merasa senang.
Setelah membaca situasi yang dideskripsikan di atas, lakukan refleksi dengan mencoba menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut ini:
1. Jenis Kegiatan atau program apakah yang dideskripsikan tersebut (Apakah intrakurikuler, ko-kurikuler, atau ekstrakurikuler)?
2. Dalam setiap situasi, identifikasilah dibagian mana dan bagaimana guru mencoba mempertimbangkan ‘suara’; ‘pilihan’; dan ‘kepemilikan’ murid untuk mendorong tumbuhnya kepemimpinan murid. Jelaskan jawaban Ibu/Bapak.
3. Dalam situasi yang digambarkan di atas, apa dimensi Profil Pelajar Pancasila yang paling menonjol dikembangkan? Jelaskan jawaban Anda!
Terima kasih atas pertanyaan reflektif ini. Mari kita bahas satu per satu:
Jenis kegiatan atau program yang dideskripsikan:
Program ini jelas merupakan kegiatan ekstrakurikuler. Alasannya:
Kegiatan ini dilaksanakan di luar jam pelajaran reguler.
Program ini bertujuan untuk mengembangkan minat dan bakat siswa di luar kurikulum wajib.
Kegiatan ini bersifat pilihan dan tidak terkait langsung dengan penilaian akademik.
Pertimbangan 'suara', 'pilihan', dan 'kepemilikan' murid untuk mendorong kepemimpinan:
a) Suara:
Pak Bahri mengajak anggota OSIS untuk berdiskusi tentang kegiatan ekstrakurikuler.
Murid-murid diminta memberikan gagasan tentang kegiatan yang menarik minat mereka.
Siswa diberi kesempatan untuk menyuarakan ide mereka tentang siapa yang bisa mengajar kegiatan tertentu.
b) Pilihan:
Murid-murid dapat memilih jenis kegiatan ekstrakurikuler yang ingin mereka ikuti.
Mereka diberi pilihan untuk menjadi pengajar dalam kegiatan tertentu.
Siswa dapat memilih terlibat dalam promosi dan pengorganisasian kegiatan.
c) Kepemilikan:
Murid-murid terlibat dalam perencanaan dan pengambilan keputusan tentang kegiatan ekstrakurikuler.
Mereka diberi tanggung jawab untuk mengajar dan mengelola beberapa kegiatan.
Siswa merasa memiliki program ini karena ide dan partisipasi mereka dihargai.
Dimensi Profil Pelajar Pancasila yang dikembangkan:
a) Gotong Royong:
Murid-murid bekerja sama dalam merencanakan dan melaksanakan kegiatan ekstrakurikuler.
Mereka belajar berkolaborasi dengan guru dan sesama siswa dalam mengelola kegiatan.
b) Kreatif:
Siswa diminta untuk memberikan ide-ide kreatif tentang kegiatan yang dapat dilakukan secara daring.
Mereka mengembangkan solusi kreatif untuk mengatasi keterbatasan dalam pelaksanaan kegiatan.
c) Bernalar Kritis:
Murid-murid belajar menganalisis situasi dan mencari solusi untuk masalah yang dihadapi.
Mereka berpikir kritis tentang bagaimana melaksanakan kegiatan dengan keterbatasan yang ada.
d) Mandiri:
Siswa diberi tanggung jawab untuk mengajar dan mengelola beberapa kegiatan ekstrakurikuler.
Mereka belajar untuk mengambil inisiatif dan mengelola kegiatan secara mandiri.
e) Berkebinekaan Global:
Melalui berbagai kegiatan ekstrakurikuler, siswa belajar menghargai keberagaman minat dan bakat.
Mereka belajar berinteraksi dan bekerja sama dengan teman-teman yang memiliki minat berbeda.
f) Reflektif:
Siswa belajar untuk mengevaluasi kebutuhan dan minat mereka sendiri.
Mereka terlibat dalam proses refleksi tentang bagaimana kegiatan dapat dilaksanakan dengan efektif.
Situasi ini menunjukkan bagaimana kepemimpinan siswa dapat didorong melalui pelibatan mereka dalam pengambilan keputusan dan pengelolaan kegiatan sekolah. Hal ini tidak hanya mengembangkan keterampilan kepemimpinan, tetapi juga berbagai aspek Profil Pelajar Pancasila.
Situasi 5
Dalam satu kesempatan, sebuah SMK menjalankan pembelajaran terintegrasi berbasis proyek. Mata pelajaran normatif yang terkait adalah Bahasa Indonesia (BI), Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) sebagai mata pelajaran adaptif, dan mata pelajaran Teknologi Pakan Ternak (TPK) sebagai mata pelajaran produktif. Guru pelajaran TPK menantang murid untuk mengidentifikasi potensi pakan ternak organik dari lingkungan dan masyarakat sekitar berikut permasalahannya, kemudian menawarkan solusi untuk mengembangkannya. Tawaran solusi akan dipaparkan melalui presentasi yang secara teknis akan dinilai oleh Guru TIK dan secara konten bahasa akan dinilai oleh Guru BI. Dalam perjalanan, para murid terlebih dahulu memutuskan untuk menciptakan pakan ternak organik bagi peternakan ayam negri (broiler) di sekolahnya. Selama ini pakan yang digunakan adalah pakan jadi yang dibeli oleh sekolah. Para murid kemudian mencari, dan menguji coba berbagai sumber pakan organik di sekitar lingkungan mereka dan mengolahnya menjadi pakan ayam broiler. Akhirnya, mereka pun menemukan sumber pakan yang paling cocok dan ekonomis untuk skala produksi kala itu adalah cacing sutra yang diternak cukup banyak oleh masyarakat di sekitar sekolah. Setelah beberapa uji coba, mereka juga menemukan bahwa daging ayam broiler yang mengkonsumsi pakan dengan bahan utama cacing sutra memiliki massa daging lebih banyak dibanding yang mengkonsumsi pakan ternak biasa. Sekolah melihat hal ini dan menghubungkan para murid dengan media TV lokal untuk membagikan apa yang mereka lakukan. Tak dikira, hal tersebut dianggap menarik oleh sebuah waralaba ayam goreng internasional yang beroperasi di kabupaten mereka dan memutuskan untuk menguji dan akhirnya menyatakan bahwa produk daging ayam broiler murid-murid ini layak untuk digunakan. Para murid pun diminta untuk memasok sebagian daging ayam untuk franchise tersebut. Selain memproduksi sendiri daging ayam broiler di sekolah, para murid juga mengajak masyarakat peternak broiler di sekitar sekolah untuk menggunakan pakan buatan mereka sehingga menghasilkan volume daging yang cukup untuk memasok daging ayam ke waralaba tersebut.
Setelah membaca situasi yang dideskripsikan di atas, lakukan refleksi dengan mencoba menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut ini:
1. Jenis Kegiatan atau program apakah yang dideskripsikan tersebut (Apakah intrakurikuler, ko-kurikuler, atau ekstrakurikuler)?
2. Dalam setiap situasi, identifikasilah dibagian mana dan bagaimana guru mencoba mempertimbangkan ‘suara’; ‘pilihan’; dan ‘kepemilikan’ murid untuk mendorong tumbuhnya kepemimpinan murid. Jelaskan jawaban Ibu/Bapak.
3. Dalam situasi yang digambarkan di atas, apa dimensi Profil Pelajar Pancasila yang paling menonjol dikembangkan? Jelaskan jawaban Anda!
Terima kasih atas pertanyaan reflektif ini. Mari kita bahas satu per satu:
Jenis kegiatan atau program yang dideskripsikan:
Program ini merupakan kegiatan intrakurikuler. Alasannya:
Kegiatan ini terintegrasi dengan pembelajaran reguler, melibatkan beberapa mata pelajaran (Bahasa Indonesia, TIK, dan Teknologi Pakan Ternak).
Program ini dilaksanakan sebagai bagian dari kurikulum wajib dan dinilai oleh guru-guru mata pelajaran terkait.
Kegiatan ini bertujuan untuk mencapai kompetensi pembelajaran yang telah ditetapkan dalam kurikulum.
Pertimbangan 'suara', 'pilihan', dan 'kepemilikan' murid untuk mendorong kepemimpinan:
a) Suara:
Murid-murid diberi kesempatan untuk mengidentifikasi potensi pakan ternak organik dan permasalahannya.
Mereka dapat menyuarakan ide dan solusi mereka melalui presentasi.
b) Pilihan:
Murid-murid memutuskan sendiri untuk menciptakan pakan ternak organik bagi peternakan ayam broiler di sekolah.
Mereka memilih sumber pakan yang paling cocok dan ekonomis berdasarkan penelitian mereka sendiri.
c) Kepemilikan:
Murid-murid melakukan uji coba dan pengembangan pakan ternak secara mandiri.
Mereka mengambil inisiatif untuk mengajak masyarakat peternak broiler di sekitar sekolah untuk menggunakan pakan buatan mereka.
Proyek ini berkembang menjadi usaha nyata yang dikelola oleh murid-murid.
Dimensi Profil Pelajar Pancasila yang dikembangkan:
a) Gotong Royong:
Murid-murid bekerja sama dalam mengembangkan pakan ternak organik.
Mereka berkolaborasi dengan masyarakat sekitar dan waralaba ayam goreng.
b) Kreatif:
Siswa mengembangkan solusi kreatif untuk menciptakan pakan ternak organik yang efektif dan ekonomis.
Mereka berinovasi dalam mengolah sumber daya lokal (cacing sutra) menjadi pakan ternak berkualitas.
c) Bernalar Kritis:
Murid-murid melakukan penelitian dan uji coba untuk menemukan pakan ternak terbaik.
Mereka menganalisis efektivitas pakan terhadap massa daging ayam.
d) Mandiri:
Siswa mengelola proyek dari awal hingga akhir, termasuk produksi dan pemasaran.
Mereka mengambil inisiatif untuk mengembangkan usaha dan bermitra dengan pihak luar.
e) Berkebinekaan Global:
Murid-murid belajar berinteraksi dengan berbagai pihak, termasuk media dan perusahaan internasional.
Mereka mengembangkan produk yang memenuhi standar internasional (waralaba ayam goreng internasional).
f) Reflektif:
Siswa melakukan evaluasi terus-menerus terhadap produk mereka untuk meningkatkan kualitas.
Mereka merefleksikan dampak proyek mereka terhadap masyarakat sekitar.
Situasi ini menunjukkan bagaimana pembelajaran berbasis proyek dapat mengembangkan berbagai aspek Profil Pelajar Pancasila secara komprehensif. Murid-murid tidak hanya belajar tentang mata pelajaran terkait, tetapi juga mengembangkan keterampilan kepemimpinan, kewirausahaan, dan tanggung jawab sosial.
Situasi 6
Pak Tegas adalah seorang guru di sebuah SMK. Sebagai seorang guru di jurusan Teknik Komputer Jaringan (TKJ) ia kerap didatangi murid-muridnya untuk berdiskusi baik tentang pelajaran ataupun hal lainnya. Suatu hari, tercetus ide dari murid-murid untuk membuat sebuah wadah kegiatan bagi murid-murid TKJ. Murid-murid tersebut mengusulkan satu program ekstra kurikuler yang bisa menampung keterampilan dan keahlian mereka dalam teknik komputer dan jaringan. Berbasis keterampilan dan keahlian mereka di jurusan teknik komputer dan jaringan, akhirnya disepakati nama program ekstrakurikuler itu dengan nama ITS (Information Technology Student). Dengan bantuan pertanyaan-pertanyaan pemandu dari Pak Tegas, murid-murid lalu mematangkan gagasan tersebut. Mereka mendiskusikan aspek-aspek apa, mengapa, bagaimana, siapa dari program tersebut secara lebih rinci. Setelah cukup matang, Pak Tegas lalu mengajak murid-muridnya untuk mempresentasikan ide mereka ini kepada Wakasek. Murid-murid ini pun lalu mempersiapkan presentasi ini. Ketika mendengarkan presentasi dari murid, Wakasek sangat mendukung. Namun, di pertemuan tersebut Wakasek juga menyampaikan bahwa anggaran sekolah hanya memungkinkan sebagian kecil saja dari ide murid tersebut yang dapat dijalankan. Wakasek meminta murid-murid untuk mendiskusikan kembali kira-kira apa solusi yang bisa dilakukan. Setelah melakukan modifikasi ide beberapa kali, akhirnya berjalanlah program tersebut. Mengingat terbatasnya anggaran, murid-murid memutuskan untuk menyediakan jasa service komputer di tahun pertama pelaksanaan dengan peralatan seadanya yang tersedia di sekolah. Dari kegiatan itu, murid-murid kemudian dapat mengumpulkan uang kas yang kemudian menjadi modal untuk membeli perangkat-perangkat lain yang diperlukan. Di tahun-tahun awal, Pak Tegas memberikan pendampingan langsung kepada murid-muridnya ini, Di tahun kedua, Pak Tegas hanya mensupervisi dan mengawasi kegiatan. Pembimbingan dilakukan bukan lagi dari guru kepada murid, tapi dari murid kepada murid. Murid tingkat dua akan membimbing murid tingkat 1. Program ini pun berlanjut menjadi semakin berkembang. Banyak ide-ide murid yang kemudian semakin banyak dapat diwujudkan dalam program ini
Setelah membaca situasi yang dideskripsikan di atas, lakukan refleksi dengan mencoba menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut ini:
Proyek pasar tradisional Senen Legi (PASAR SENEN LEGI) Yang dikelola oleh siswa sebagai media belajar kehidupan
1. Jenis Kegiatan atau program apakah yang dideskripsikan tersebut (Apakah intrakurikuler, ko-kurikuler, atau ekstrakurikuler)?
2. Dalam setiap situasi, identifikasilah dibagian mana dan bagaimana guru mencoba mempertimbangkan ‘suara’; ‘pilihan’; dan ‘kepemilikan’ murid untuk mendorong tumbuhnya kepemimpinan murid. Jelaskan jawaban Ibu/Bapak.
3. Dalam situasi yang digambarkan di atas, apa dimensi Profil Pelajar Pancasila yang paling menonjol dikembangkan? Jelaskan jawaban Anda!
Terima kasih atas pertanyaan reflektif ini. Mari kita bahas satu per satu:
Jenis kegiatan atau program yang dideskripsikan:
Program ini jelas merupakan kegiatan ekstrakurikuler. Alasannya:
Kegiatan ini dilaksanakan di luar jam pelajaran reguler.
Program ini dibentuk berdasarkan inisiatif murid untuk menampung minat dan bakat mereka di bidang TKJ.
Kegiatan ini bersifat pilihan dan tidak terkait langsung dengan penilaian akademik dalam kurikulum wajib.
Pertimbangan 'suara', 'pilihan', dan 'kepemilikan' murid untuk mendorong kepemimpinan:
a) Suara:
Murid-murid mengusulkan ide untuk membuat wadah kegiatan bagi jurusan TKJ.
Mereka diberi kesempatan untuk mematangkan gagasan mereka dengan bantuan Pak Tegas.
Murid-murid mempresentasikan ide mereka langsung kepada Wakasek.
b) Pilihan:
Murid-murid memilih nama program (ITS) dan menentukan fokus kegiatannya.
Mereka diberi kebebasan untuk memodifikasi ide ketika menghadapi keterbatasan anggaran.
Murid-murid memilih untuk menyediakan jasa service komputer sebagai solusi awal.
c) Kepemilikan:
Program ini murni inisiatif dan dikelola oleh murid-murid.
Mereka mengumpulkan uang kas sendiri untuk pengembangan program.
Sistem pembimbingan murid ke murid menunjukkan rasa kepemilikan yang kuat.
Dimensi Profil Pelajar Pancasila yang dikembangkan:
a) Gotong Royong:
Murid-murid bekerja sama dalam merencanakan dan menjalankan program ITS.
Sistem pembimbingan murid ke murid menunjukkan semangat gotong royong.
b) Kreatif:
Murid-murid mengembangkan solusi kreatif untuk mengatasi keterbatasan anggaran.
Mereka berinovasi dalam mengembangkan program dari tahun ke tahun.
c) Bernalar Kritis:
Murid-murid menganalisis situasi dan mencari solusi untuk masalah keterbatasan anggaran.
Mereka berpikir kritis dalam mengembangkan program agar semakin berkembang.
d) Mandiri:
Murid-murid mengelola program secara mandiri, terutama di tahun kedua dan seterusnya.
Mereka mengambil inisiatif untuk mengumpulkan dana dan mengembangkan program.
e) Berkebinekaan Global:
Melalui program ini, murid-murid belajar berinteraksi dengan berbagai pihak, termasuk klien service komputer.
Mereka mengembangkan keterampilan yang relevan dengan perkembangan teknologi global.
f) Reflektif:
Murid-murid melakukan evaluasi dan modifikasi program secara terus-menerus.
Mereka merefleksikan perkembangan program dan mencari cara untuk meningkatkannya.
Situasi ini menunjukkan bagaimana inisiatif murid, jika didukung dengan baik oleh guru dan sekolah, dapat berkembang menjadi program yang bermanfaat. Program ini tidak hanya mengasah keterampilan teknis murid, tetapi juga mengembangkan berbagai aspek Profil Pelajar Pancasila, terutama dalam hal kemandirian, kreativitas, dan kemampuan bernalar kritis. Pendekatan Pak Tegas yang memberikan ruang bagi murid untuk mengembangkan ide mereka sendiri sangat efektif dalam mendorong tumbuhnya kepemimpinan murid.
SITUASI 1
1.Jenis Kegiatan atau program yang dideskripsikan:
Program ini termasuk dalam kategori ko-kurikuler. Alasannya: Kegiatan ini mendukung dan memperluas kurikulum reguler, namun dilaksanakan di luar jam pelajaran formal.
2.a) Suara murid: Pak Segar mengajak murid-murid bercakap-cakap dan meminta ide mereka tentang pemanfaatan lahan.
b) Pilihan murid: Murid-murid diberi kebebasan untuk mengusulkan jenis tanaman yang ingin mereka tanam.
c) Kepemilikan murid: Mereka diberi tanggung jawab untuk merawat kebun bersama-sama.
3. Dimensi Profil Pelajar Pancasila yang dikembangkan adalah "Gotong Royong". Ini terlihat dari: Kolaborasi antar murid dalam merencanakan dan merawat kebun bersama.
Selain itu, dimensi "Mandiri" juga dikembangkan melalui inisiatif dan tanggung jawab yang diberikan kepada murid-murid. "Kreatif" juga terlihat dari ide-ide yang mereka sampaikan untuk pemanfaatan lahan dan perawatan kebun
SITUASI 2
1.Jenis Kegiatan atau program yang dideskripsikan:
Kegiatan ini termasuk dalam kategori intrakurikuler. Alasannya: Kegiatan ini dilakukan di dalam kelas dan merupakan bagian dari proses pembelajaran reguler.
2. a.) Suara murid: Murid-murid diminta untuk merancang layout kelas mereka sendiri.
b) Pilihan murid: Murid-murid diberi kebebasan untuk menentukan penempatan perabot dalam layout kelas.
c) Kepemilikan murid: Murid-murid dilibatkan dalam proses perancangan dan pengambilan keputusan tentang ruang kelas mereka.
3. Dimensi Profil Pelajar Pancasila yang dikembangkan adalah ” Mandiri". Ini terlihat dari: Murid-murid diberi kesempatan untuk merancang dan memutuskan layout kelas mereka sendiri.
Selain itu, dimensi "Gotong Royong" juga dikembangkan melalui kerja kelompok dalam merancang layout dan diskusi kelas. "Bernalar Kritis" juga terlihat dari proses evaluasi dan refleksi yang dilakukan
SITUASI 3
1.Jenis Kegiatan atau program yang dideskripsikan:
Program ini termasuk dalam kategori ko-kurikuler. Alasannya: Kegiatan studi wisata ini dilaksanakan di luar jam pelajaran reguler.
2. a.) Suara murid: Perwakilan murid dilibatkan dalam Komite Studi Wisata.
b) Pilihan murid: Murid-murid diberi kebebasan untuk memilih destinasi sesuai kriteria yang ditetapkan.
c) Kepemilikan murid: Murid-murid dilibatkan dalam seluruh proses perencanaan, dari pemilihan destinasi hingga persiapan kegiatan.
3. Dimensi Profil Pelajar Pancasila yang dikembangkan adalah "Gotong Royong". Ini terlihat dari: Kolaborasi antara guru dan murid dalam Komite Studi Wisata.
Selain itu, dimensi "Mandiri" juga dikembangkan melalui keterlibatan murid dalam pengambilan keputusan dan perencanaan. "Bernalar Kritis" juga terlihat dari proses riset, evaluasi pilihan destinasi, dan refleksi pasca kegiatan.
SITUASI 4
1.Jenis Kegiatan atau program yang dideskripsikan:
Program ini jelas termasuk dalam kategori ekstrakurikuler. Alasannya: Kegiatan ini dilakukan di luar jam pelajaran regular. Program ini dirancang untuk mengembangkan minat dan bakat siswa di luar kurikulum wajib.
2. a.) Suara murid: Pak Bahri mengajak anggota OSIS untuk berdiskusi tentang kegiatan ekstrakurikuler.
b) Pilihan murid: Siswa diberi kebebasan untuk mengusulkan jenis kegiatan ekstrakurikuler yang ingin mereka lakukan.
c) Kepemilikan murid: Siswa terlibat dalam proses perencanaan kegiatan ekstrakurikuler dari awal hingga akhir.
3. Dimensi Profil Pelajar Pancasila yang dikembangkan adalah “ Mandiri". Ini terlihat dari: Siswa mengambil inisiatif untuk mengusulkan dan merencanakan kegiatan ekstrakurikuler.
Selain itu, dimensi "Gotong Royong" juga dikembangkan melalui kolaborasi antara siswa, OSIS, dan pihak sekolah dalam merencanakan dan melaksanakan kegiatan. "Kreatif" juga terlihat dari ide-ide inovatif yang diusulkan siswa untuk mengatasi keterbatasan di masa pandemi.
SITUASI 5
1.Jenis Kegiatan atau program yang dideskripsikan:
Program ini termasuk dalam kategori intrakurikuler. Alasannya: Kegiatan ini merupakan pembelajaran terintegrasi yang melibatkan beberapa mata pelajaran (Bahasa Indonesia, TIK, dan Teknologi Pakan Ternak).
2. a.) Suara murid: Murid-murid diberi kesempatan untuk mengidentifikasi potensi pakan ternak organik dan permasalahannya.
b) Pilihan murid: Murid-murid memutuskan sendiri untuk fokus pada pakan ternak organik bagi peternakan ayam broiler di sekolah.
c) Kepemilikan murid: Murid-murid melakukan seluruh proses dari penelitian, uji coba, hingga produksi pakan ternak.
3. Dimensi Profil Pelajar Pancasila yang dikembangkan adalah "Kreatif". Ini terlihat dari: Murid-murid menciptakan solusi inovatif untuk pakan ternak organik.
Selain itu, dimensi "Gotong Royong" juga dikembangkan melalui kolaborasi antar murid dan dengan masyarakat sekitar. "Bernalar Kritis" juga terlihat dari proses penelitian dan pengambilan keputusan berbasis data. "Mandiri" juga dikembangkan melalui kemampuan murid mengelola proyek dari awal hingga akhir.
SITUASI 6
1.Jenis Kegiatan atau program yang dideskripsikan:
Program ini jelas termasuk dalam kategori ekstrakurikuler. Alasannya: Kegiatan ini dilakukan di luar jam pelajaran reguler. Program ini dirancang untuk mengembangkan minat dan bakat siswa di luar kurikulum wajib.
2. a.) Suara murid: Ide awal program berasal dari murid-murid sendiri.
b) Pilihan murid: Murid-murid memilih nama program (ITS - Information Technology Student).
c) Kepemilikan murid: Murid-murid terlibat dalam seluruh proses perencanaan dan pelaksanaan program.
3. Dimensi Profil Pelajar Pancasila yang dikembangkan adalah "Mandiri". Ini terlihat dari: Murid-murid mengambil inisiatif untuk membuat program ekstrakurikuler.
Selain itu, dimensi "Gotong Royong" juga dikembangkan melalui kolaborasi antar murid dalam menjalankan program. "Kreatif" juga terlihat dari ide-ide yang terus berkembang untuk mengembangkan program. "Bernalar Kritis" juga dikembangkan melalui proses perencanaan dan pengambilan keputusan dalam menjalankan program.
VIDEO 1
1.Jenis Kegiatan atau program yang dideskripsikan:
Program ini termasuk dalam kategori ko-kurikuler. Alasannya: Proyek ini merupakan kegiatan yang mendukung dan memperluas pembelajaran di kelas, dengan memberikan pengalaman praktis tentang kehidupan dan ekonomi.
2. a.) Suara murid: Siswa kemungkinan dilibatkan dalam perencanaan dan pengorganisasian pasar.
b) Pilihan murid: Siswa mungkin bisa memilih peran mereka dalam pengelolaan pasar (misalnya sebagai penjual, kasir,DLL.
c) Kepemilikan murid: Pasar "dikelola oleh siswa", yang menunjukkan tingkat kepemilikan yang tinggi.
3. Dimensi Profil Pelajar Pancasila yang dikembangkan adalah adalah "Mandiri" dan "Gotong Royong".
Mandiri: Siswa belajar mengelola pasar sendiri, yang membutuhkan inisiatif, tanggung jawab, dan kemampuan pengambilan keputusan.
Gotong Royong: Mengelola pasar memerlukan kerja sama tim yang baik, kolaborasi, dan kemampuan berinteraksi dengan berbagai pihak.
Selain itu, dimensi "Bernalar Kritis" juga mungkin dikembangkan melalui pengambilan keputusan dalam pengelolaan pasar, dan "Kreatif" melalui inovasi dalam menjalankan pasar.
VIDEO 2
1.Jenis Kegiatan atau program yang dideskripsikan:
Kegiatan atau program yang dideskripsikan dalam video tersebut mencakup ketiga jenis: intrakurikuler, kokurikuler, dan ekstrakurikuler.
2. a.) Suara murid: Suara: Siswa diberikan kesempatan untuk memilih topik riset mereka sendiri berdasarkan minat dan keinginan mereka.
b. Pilihan: Siswa diberi kebebasan untuk menentukan target dan tujuan mereka sendiri setiap semester, serta bagaimana mereka ingin mencapainya.
c. Kepemilikan: Siswa memiliki tanggung jawab penuh atas riset dan hasil yang mereka capai.
3. Dimensi Profil Pelajar Pancasila yang dikembangkan adalah "Mandiri" dan "Berkebhinekaan Global":
Mandiri: Siswa diajarkan untuk merencanakan, mengelola, dan mengevaluasi proses pembelajaran mereka sendiri.
Berkebhinekaan Global: Dalam kegiatan "Pasar Ekspresi" dan diskusi dengan mentor tentang potensi desa, siswa belajar untuk bekerja sama dengan berbagai pihak, termasuk siswa lain, fasilitator, dan masyarakat sekitar
VIDEO 3
1.Jenis Kegiatan atau program yang dideskripsikan:
Kegiatan atau program yang dideskripsikan dalam video tersebut mencakup ketiga jenis: intrakurikuler, kokurikuler, dan ekstrakurikuler.
2. a.) Suara murid: Guru memberikan kesempatan kepada murid untuk mengemukakan pendapat dan ide mereka.
b. Pilihan Murid: Guru memberikan kebebasan kepada siswa untuk memilih tindakan yang ingin mereka lakukan setelah mempelajari materi tertentu.
c. Kepemilikan Murid: Dengan mendorong siswa untuk berpartisipasi aktif dalam merancang dan melaksanakan program atau kegiatan.
3. Dimensi Profil Pelajar Pancasila yang dikembangkan adalah “Berkebinekaan Global” dan “Mandiri”.
Berkebinekaan Global: Siswa didorong untuk memahami dan menghargai perspektif yang berbeda, serta mengaitkan pembelajaran dengan isu-isu global dan local.
Mandiri: Kegiatan tersebut juga sangat menekankan pada pengembangan kemandirian siswa, baik dalam berpikir maupun bertindak.