Moda: Forum Diskusi Asinkronous
Setelah kita membaca penjelasan tentang pendekatan Pengembangan Komunitas Berbasis Aset, ayo kita lihat ulang jawaban dari pertanyaan pemantik sebelumnya. Selanjutnya mari kita jawab pertanyaan yang disajikan.
Soal 1
Apakah kita bisa menggunakan Pendekatan Pengembangan Komunitas Berbasis Aset untuk mengelola sumber daya sekolah kita? Bisakah kita mengganti kata komunitas menjadi sekolah, Pendekatan Pengembangan Sekolah Berbasis Aset? Mengapa?
Your answer:
Yah kita bisa pendekatan pengembangan komunitas berbasis aset untuk mengelola sumber daya sekolah karena sekolah hampir sama dengan komuninas. Sekolah merupakan suatu komunitas yang terdiri dari pendidik, tenaga pendidik, murid, kepala sekolah, komite dan pengawas sekolah yang selalu berinteraksi satu sama lain dan saling membutuhkan. Kesemua unsur tersebut merupakan aset yang dimiliki sekolah. Dengn pendekatan pengembangan sekolah berbasis aset maka kita lebih menggunakan kekuatan kita sebagai aset untuk mengatasi solusi yang dihadapi, bukan membicarakan kelemahan, kekurangan yang membuat kita pesimis dan kurang kreatif
Soal 2
Apa contoh pengelolaan sumber daya sekolah kita dengan pendekatan PKBA?
Your answer:
Contoh pengelolaan sumber daya sekolah dengan Pendekatan Pengembangan Komunitas Berbasis Aset (PKBA) bisa melibatkan berbagai upaya untuk memaksimalkan potensi yang sudah ada di sekolah. Sebagai berikut :
Memanfaatkan Keahlian Guru dan Staf: Jika sekolah memiliki guru dengan keahlian khusus, misalnya dalam teknologi atau seni, PKBA dapat digunakan untuk mengembangkan program ekstrakurikuler atau pelatihan yang memanfaatkan keahlian tersebut. Guru yang ahli dalam teknologi bisa memberikan pelatihan kepada siswa dan staf lain untuk meningkatkan literasi digital di sekolah.
Melibatkan Orang Tua dan Komite Sekolah: Sekolah dapat mengajak orang tua yang memiliki keahlian tertentu, seperti keterampilan kerajinan tangan atau kewirausahaan, untuk memberikan workshop atau kelas tambahan bagi siswa. Ini tidak hanya memanfaatkan aset yang sudah ada, tetapi juga memperkuat hubungan antara sekolah dan komunitas.
Optimalisasi Ruang dan Fasilitas: Jika sekolah memiliki ruang kosong atau lapangan, PKBA bisa digunakan untuk mengubahnya menjadi area belajar luar ruangan atau taman sekolah.
Pemanfaatan Sumber Daya Alam Sekitar: Jika sekolah berada di dekat lingkungan alam yang kaya, seperti kebun atau hutan, PKBA bisa digunakan untuk memanfaatkan sumber daya alam tersebut sebagai bagian dari kurikulum. Kegiatan belajar mengajar bisa dilakukan di luar ruangan, mengintegrasikan lingkungan sekitar ke dalam pembelajaran, misalnya melalui program sekolah hijau atau pertanian sekolah.
Soal 3
Bagaimanakah selama ini kita mengelola sumber daya? Apakah sudah menggunakan pendekatan PKBA?
Your answer:
Selama ini, sekolah kita terlalu sering fokus pada masalah sehingga mengabaikan potensi dan kekuatan yang sebenarnya kita miliki. Pendekatan Pengembangan Komunitas Berbasis Aset (PKBA) menawarkan alternatif yang lebih baik dengan mengutamakan pemanfaatan aset yang sudah ada untuk memajukan sekolah.
Soal 4
Jika belum, bagaimana caranya kita mengelola dengan pendekatan pengembangan sekolah berbasis aset?
Your answer:
Untuk mulai mengelola sumber daya dengan Pendekatan Pengembangan Sekolah Berbasis Aset, langkah pertama adalah mengidentifikasi aset yang dimiliki sekolah, seperti keahlian guru, keterampilan siswa, fasilitas, dan hubungan dengan komunitas. Setelah itu, seluruh komunitas sekolah—termasuk guru, siswa, staf, orang tua, dan komite sekolah—harus dilibatkan dalam proses perencanaan dan pengambilan keputusan. Fokus utama adalah mencari solusi berbasis aset yang memanfaatkan potensi yang ada untuk mengatasi tantangan yang dihadapi sekolah.
Langkah berikutnya adalah mengembangkan program yang memanfaatkan aset tersebut, seperti memanfaatkan keahlian khusus dari guru atau orang tua untuk kegiatan pembelajaran tambahan. Sekolah juga perlu membangun kemitraan dengan komunitas sekitar untuk memperkuat program pendidikan. Secara berkala, sekolah harus mengevaluasi efektivitas pendekatan ini dan menyesuaikan strategi sesuai kebutuhan, sehingga pengelolaan sumber daya menjadi lebih efektif dan berkelanjutan.
Tujuan Pembelajaran Khusus:
CGP dapat memahami potensi sumber daya yang dimiliki lingkungan sekolahnya.
CGP mengomunikasikan ide, pikiran dan gagasannya dalam forum diskusi asinkronus bersama para CGP lainnya.
Studi Kasus 1
Ibu Lilin adalah salah satu guru di SMP favorit yang selalu diincar oleh para orang tua. Sekolah tersebut juga selalu menduduki peringkat I rerata perolehan nilai UN. Murid-murid begitu kompetitif memperoleh nilai ulangan dan prestasi lainnya, dan dalam keseharian proses belajar mengajar, murid terlihat sangat patuh dan tertib. Bahkan, ada yang bergurau bahwa murid di sekolah favorit tersebut tetap antusias belajar meskipun jam kosong.
Keadaan berubah semenjak regulasi PPDB Zonasi digulirkan. Ibu Lilin mulai sering marah-marah di kelas karena karakter dan tingkat kepandaian murid-muridnya yang heterogen. Sering terdengar, meja guru digebrak oleh Ibu Lilin karena kondisi kelas yang susah dikendalikan. Apalagi, jika murid-murid tidak kunjung paham terhadap materi pelajaran yang Ibu Lilin jelaskan. Seringkali, begitu keluar dari kelas, raut muka Ibu Lilin merah padam dan kelelahan. Suatu hari, ada laporan berupa foto dari layar telepon genggam yang menunjukkan tulisan tentang Ibu Lilin menjadi bulan-bulanan murid-murid di grup WhatsApp.
Beberapa murid dipanggil oleh Guru BK. Ibu Lilin juga berada di ruang konseling saat itu, beliau marah besar dan tidak terima penghinaan yang dilontarkan lewat pesan WA murid-muridnya. Bahkan, beliau memboikot, tidak akan mengajar jika murid-murid yang terlibat pembicaraan tersebut tidak dikeluarkan dari sekolah. Kasus tersebut terdengar pula oleh guru-guru sekolah non favorit. “Saya mah sudah biasa menghadapi murid nakal dan bebal.” Kata Bu Siti, yang mengajar di sekolah non favorit.
Pertanyaan
Bagaimana Anda melihat kasus Ibu Lilin ini?
Hubungkan dengan segala aspek yang bisa didiskusikan dari materi modul ini, apa yang akan Anda lakukan apabila Anda sebagai Kepala Sekolah.
Studi Kasus 2
Pak Pupur, guru yang dicintai para muridnya. Cara mengajarnya hebat, ramah, dan menyayangi murid layaknya anak sendiri. Suatu ketika, Dinas Pendidikan daerah membuka lowongan pengawas sekolah. Kepala Sekolah merekomendasi Pak Pupur untuk mendaftar seleksi calon pengawas sekolah. Kepala sekolah memilih Pak Pupur untuk mengikuti seleksi karena selain berkualitas, dewan gurupun begitu antusias mendukung Pak Pupur mengikuti seleksi calon pengawas sekolah.
Secara portofolio, penghargaan kejuaraan perlombaan guru, karya alat peraga berbahan limbah yang Pak Pupur ikuti selalu bisa sampai mendapatkan penghargaan lomba tingkat nasional. Kecerdasannya pun juga luar biasa di mana nilai Uji Kompetensi Gurunya (UKG) bisa mencapai nilai 90, Namun, Pak Pupur justru merasa sedih direkomendasikan kepala sekolahnya mengikuti seleksi calon pengawas sekolah.
Pertanyaan
Bagaimana pendapat Anda mengenai sikap Pupur?
Apabila Anda sebagai Kepala Sekolah, apa yang bisa Anda lakukan?
Jawaban Studi Kasus 1: Saya melihat kasus Ibu Lilin awalnya senang mengajar siswa yang patuh dan kompetitif, tetapi setelah regulasi zonasi, ia merasa kesal dengan keragaman karakter dan kemampuan siswa. Ia tidak memperhatikan potensi yang ada di sekolah dan tidak menerapkan strategi pembelajaran yang sesuai, seperti diferensiasi konten dan proses serta pembelajaran sosial-emosional. Seharusnya, Ibu Lilin menggunakan teknik STOP, melakukan coaching, dan memahami keunikan setiap siswa.
Menurut Saya, Sebagai Kepala Sekolah, saya akan mengajak Ibu Lilin berdiskusi santai sambil melakukan coaching. Saya akan membantu Ibu Lilin menerapkan teknik STOP dan memandu beliau dalam pengambilan keputusan dengan memahami prinsip-prinsip, paradigma, dan langkah-langkah yang tepat, sehingga beliau dapat memanfaatkan aset sekolah dan fokus pada kekuatan daripada kekurangan.
Jawaban Studi Kasus 2: Menurut saya, Pak Pupur seharusnya dapat diberikan kesempatan untuk berpartisipasi penuh dalam proses pengambilan keputusan ini. Kepala sekolah dapat memulai dengan mengajak Pak Pupur berdiskusi mengenai potensi dan kesiapan beliau untuk menjadi pengawas. Dengan demikian, Pak Pupur akan merasa dihargai dan memiliki rasa memiliki terhadap keputusan tersebut. Selain itu, dukungan berupa coaching akan sangat bermanfaat untuk meningkatkan kapasitas dan kepercayaan diri beliau.
Sebagai kepala sekolah, saya akan:
Mengajak Pak Pupur berdiskusi secara terbuka.
Menjelaskan alasan di balik rekomendasi tersebut.
Memberikan kesempatan kepada Pak Pupur untuk memberikan masukan.
Menawarkan dukungan berupa coaching.
Menegaskan kembali bahwa Pak Pupur adalah aset berharga bagi sekolah.
Dengan pendekatan ini, diharapkan Pak Pupur dapat merasa lebih positif dan siap untuk menghadapi tantangan baru sebagai calon pengawas sekolah.