STUDI PEMODELAN PERTUMBUHAN DAN POTENSI GEOHAZARD MUD VOLCANO LUPSI: JAWA TIMUR, INDONESIA
Mud volcano Lusi terjadi pada bidang patahan:
Telah terbentuk mud volcano secara alami pada lokasi Lupsi. Berdasarkan analisis diketahui bahwa pergerakan aliran lumpur berlangsung sepanjang bidang patahan.
Secara lebih regional, telah berkembang banyak mud volcano di daerah ini (Jawa Timur dan Jawa Tengah), dan karena itu sangat besar jumlah lumpur yang telah disemburkannya.
Dinamika tektonik akan merusak tatanan struktur permukaan:
Gerakan tektonik yang konstan telah dan akan terus merusak tatanan struktur permukaan, infrastruktur, rumah dan tanggul-tanggul serta menyebabkan luapan lumpur.
Pergerakan horizontal dan vertikal akan lebih merusak infrastruktur, khususnya jalan raya, pipa gas dan pipa PDAM.
Berlanjutnya reaktivasi patahan dan pembentukan rekahan dan rongga-rongga menyebabkan munculnya gas bubble pada daerah dengan radius 2-3 km dari pusat semburan Lumpur, yang berada sepanjang kelurusan dari zona lemah.
Tidak ada peluang untuk dapat menghentikan semburan lumpur. Upaya menghentikan semburan lumpur tidak mungkin untuk dapat dilakukan dengan pemboran Relief Well yang baru (sebelumnya telah dilakukan 2 RW).
Karena beberapa masalah akan timbul pada sumur relief ke depan. Terutama adanya pergerakan tanah sehingga akan menyebabkan ketidakstabilan peralatan anjungan, lokasi, selubung pemboran akan runtuh dan memutuskan tail pemboran.
Bila Relief Well baru tetap akan diimplementasikan, diperkirakan akan mengalami situasi loss dan kick sehingga dapat kehilangan tekanan di dalam selubung.
Selanjutnya akan menyebabkan lobang pemboran tersumbat, oleh adanya pergerakan.
Diperkirakan tidak ada lokasi yang jelas (ideal) untuk dapat melakukan pemboran sumur Relief Well tersebut.
Pemboran yang dilaksanakan dari sisi luar daerah subsidence tidak efektif, karena pergerakan horizontal juga akan sangat besar.
Bila semburan lumpur dapat dihentikan pada satu lokasi, diperkirakan akan muncul di lokasi lainnya sepanjang zona patahan Watukosek.
Semburan lumpur secara alami akan berhenti ketika dicapai keseimbangan antara tekanan permukaan (surface) dan masa di bawah permukaan (subsurface).
Dalam makalah ini, suatu modal simulasi tiga dimensi telah dibangun untuk memperkirakan waktu dan luasnya daerah genangan.
Model simulasi ini dikembangkan dengan menerapkan pendekatan GIS(Geographic Information System).
Sebagai masukan model berasal dari beberapa set data. Model tersebut telah dikalibrasi menggunakan data lapangan luapan lumpur dan citra satelit bulan Desember 2007.
Pada model prediksi, diperkirakan besaran, waktu pertumbuhan mud volcano dan penenggelaman tanah.
Pengamatan secara periodik di daerah yang ditentukan sebagai daerah bahaya pada resiko geohazard diperlukan untuk memutahirkan model, khususnya dalam mengidentifikasikan pengaktifan kembali patahan sepanjang sumbu kelurusan zona patahan Watukosek dan patahan-patahan lainnya.
Kecepatan lumpur, subsidence, dan runtuhnya tanggul merupakan data yang dinamis, sehingga data baru yang tersedia harus diintegrasikan pada model untuk menyempurnakan suatu perkiraan secara lebih realistik.
Mud volcano yang dikenal sebagai Lupsi, pertamakali menyembur 29 Mei 2006 di Jawa Timur, Indonesia.
Semburan Lupsi telah berlanjut lebih dari dua tahun, dan dapat berlanjut beberapa tahun mendatang. Sehingga berpotensi menimbulkan dampak pada daerah yang lebih luas lagi.
Pertanyaan mendasar adalah sebesar besar dampak yang mungkin ditimbulkan pada daerah tersebut ke depan?
Jawaban dari pertayaan di atas menurut penulis buku yang penting adalah menyediakan suatu skenario yang terbaik (the best case scenario) untuk merelokasi warga, infrastruktur, mengelola kerusakan lingkungan dan ekonomi yang ditimbulkannya.
Untuk membuat suatu prediksi yang lebih akurat terhadap kemungkinan yang terjadi pada masa yang akan datang, diperlukan adanya pemahaman terhadap proses-proses geologi yang mengendalikan evolusi mud volcano.
Pada makalah ini, telah dibangun suatu simulasi model 3-dimensi untuk memperkirakan daerah yang dapat tekena dampak untuk periode lebih dari 10 tahun. Dengan fokus pada perioda dari Desember 2007 sampai Juni 2010.
Sebagai masukan dari model utama adalah kecepatan semburan lumpur, kecepatan subsidence dan topografi.
Prediksi dari model tersebut telah divalidasi dengan membandingkan hasil citra satelit pada perioda yang sama, yaitu bulan Desember 2007.
Model lumpur mengalir ke barat, utara dan timur:
Hasil pemodalan mengindikasikan bahwa aliran lumpur cenderung menyebar ke arah barat dan khususnya ke timur dan utara dari daerah terdapak saat ini.
Dinamika kondisi bawah permukaan di daerah terdampak menimbulkan resiko geohazard, yang akan didiskusikan dalam makalah.