Ditelaah kontekstual oleh Prof. Dr. Hardi Prasetyo
untuk Lusi Library: Knowledge Menagement
Dalam rangka "Lusi sebagai Laboratorium Alam dan Pusat Unggulan Studi mud volcano di Dunia"
Belum Ditinjau Kontekstual
https://sites.google.com/site/lusilibraryhardi2010/tingay/preview-paper
Walaupun Tulisan Ilmiah dengan status diterima untuk diterbitkan (accepted paper) ini dengan fokus mendapatkan nilai tekanan pori awal (Initial pore Pressure) sebelum terjadinya semburan Lusi.
Namun, beberapa hal mencakup pandangan terhadap panjang kehidupan semburan lusi (longevity Lusi eruption) dan alternatif, pengendali semburan Lusi telah dimasukkan sebagai implikasi.
Dalam makalah ini tampaknya secara khususnya telah menyanggah tulisan Lupi (2013 dan 2014), bahwa kejadian Lusi telah dipicu oleh gelombang gempa bumi, selanjutnya dipantulkan oleh suatu media yang mempunyai impedan tinggi, dengan geometri parabola.
Sehingga memusatkan dan memperkuat gelombang gempabumi 27 Mei 2006, yang selanjutnya diusulkan telah memicu semburan Lusi mud volcano.
Namun hal penting, bahwa penulis makalah (Mark Tingay, 2015) telah membatasi diri, dan menyatakan bahwa studi ini tidak khusus berfokus.
Karena untuk mengestimasi panjang kehidupan dari Lusi mud volcano (However, it is important to highlight that this study has not focused on estimating longevity of the Lusi mud volcano, and that this is).
Dengan argumen, bahwa perkiraan kehidupan semburan Lusi, merupakan masalah yang komplek dimana banyak variabel memainkan peran kunci (in itself, an extremely complex problem in which many variables play a key role).
Sebagai contoh adalah model perhitungan lama semburan Lusi yang berdasarkan reservoir (sistem tertutup) air di satuan batugamping Formasi Prupuh, menghasilkan angka 26 Tahun (Davies 2011).
Hal signifikan dari makalah ini juga karena telah mencoba memberikan alternatif terhadap sumbur air, walaupun dengan penekanan berasal dari Formasi batugamping Prupuh berumur Miosen. Sedangkan sumber lainnya adalah dari permukaan, Formasi Kalibeng (sumber lumpur) melalui mekanisme transformasi mineral lempung ilit ke smektit, dan imbuhan dari sistem gunung api dalam.
Pada aspek stratigrafi di bawah Lusi, Tingay kembali menegaskan dari hasil sebelumnya (2010 dan 2011), yaitu:
1) Perubahan satuan batugamping Kujung berumur Oligosen menjadi Batugamping terumbu Formasi Prupuh berumur Miosen;
2) Satuan batupasir volkanik diusulkan sebagai batuan volkanik ekstrusif.
Disamping itu kembali ditekankan bahwa sumur Banjar Panji-1 kemungkingan sudah menembus transisi atau kontak batu gamping Formasi Prupuh, dengan bukti utama kandungan H2S yang tinggi, pada saat terjadinya tendangan bawah permukaan.
Beberapa Kesimpulan Penting (Penelaahan Cepat No.1), Dari Hilir (What Next) ke Hulu (Pengendali Mekanisme)
1. Suatu catatan yang penting dan ekstrim positif (Indeed, it is important, and extremely positive, to note), bahwa Kecepatan Lusi telah berkurang secara cepat:
Bahwa kecepatan semburan Lusi mud volcano telah berkurang secara cepat pada tahun-tahun terakhir (that the eruption rate from the Lusi mud volcano has reduced rapidly in recent years).
2. Kecepatan rata-rata 10.000m3/hari sebelumnya 100.000m3/hari:
Kecepatan rata-rata sekarang hanya 10.000 m3/hari, menurun drastis dari ~100.000 m3/hari pada kecepatan awal (Eruption rates now average only 10.000 m3/day down from ~100000 m3/day initial rates).
3. Analisis deformasi permukaan pengurangan kecepatan berkali lipat pada tahun 2018:
Demikian pula hasil analisis deformasi permukaan akhir-akhir ini telah memperlihatkan perkirakan pengurangan kecepatan sepuluh kali lipat pada tahun ~2018 seperti studi Rudolph 2013 (Recent analysis of surface deformation predicts a further tenfold decrease in eruption rate by ~2018 (Rudolph et al., 2013).
4. Potensi material lumpur yang dapat disemburkan lebih banyak, sehingga Lusi dapat menyembur lebih lama:
Potensi material lumpur yang tersedia lebih banyak untuk semburan, daripada perkiraan sebelumnya (thus that potentially more clay material is available for eruption than previously estimated).
Informasi awal dari tekanan pori disini selanjutnya memperkuat kepercayaan.
Bahwa Lusi kemungkinan menyembur lebih lama daripada model yang telah dibuat sebelumnya (The initial pore pressure information herein suggests that the Lusi mud volcano may erupt for longer than has been previously modeled).
5. Lapisan mempunyai overpressure tinggi lebih tebal:
Semua batuan-batuan dari kedalaman sekitar 350m ke bawah sampai pada satuan Karbonat Miosen dengan kedalaman sekitar 2833m mempunyai overpressure yang tinggi (all rocks from approximately 350m depth down to the Miocene carbonates (located at ~2833m depth) are highly overpressured).
6. Nilai tekanan Pori satuan karbonet Miosen lebih tinggi:
Bahwa tekanan pori untuk satuan karbonat Miosen berada pada nilai ~23,0 MPa diatas hidrostatik.
Nilai ini lebih tinggi daripada Davies (2011) pada nilai 13,9 dan 17,6 MPa di atas hidrostatik.
7. Usulan ketebalan lapisan lempung overpressure total 970m, sedangkan peneliti sebelumnya sekitar menempatkan angka ketebalan 500m:
Keseluruhan sekuen setelah kedalaman 970m berada pada kondisi yang lebih overpressure (that the entire 970 meters of Kalibeng clay sequences is highly overpressured,).
Juga termasuk lempung di Formasi Pucangan (as well as clays in the Pucangan Formation).
Sedangkan Istadi et al., 2009 mengusulkan bahwa hanya tersedia suatu lapisan lumpur overpressure setebal 500m untuk semburan lumpur. (Istadi et al., 2009 proposed that only a 500m thick layer of verpressured clays were available as a source for erupted mud).
Untuk itu Tingay memberikan koreksi bahwa angka estimasi ini lebih rendah, karena menggunakan data kecepatan sonik yang salah (but the data herein demonstrate that this is a significant underestimate due to previous use of erroneous sonic velocity data).
8. Potensi material lumpur yang dapat disemburkan lebih banyak, sehingga Lusi dapat menyembur lebih lama:
Potensi material lumpur yang tersedia lebih banyak untuk semburan, daripada perkiraan sebelumnya (thus that potentially more clay material is available for eruption than previously estimated).
Informasi awal dari tekanan pori disini selanjutnya memperkuat kepercayaan. Bahwa Lusi kemungkinan menyembur lebih lama daripada model yang telah dibuat sebelumnya (The initial pore pressure information herein suggests that the Lusi mud volcano may erupt for longer than has been previously modeled).
Catatan KHUSUS:
· What Next? Semburan dengan intensitas kecil namun berlangsung lama:
Pada kesimpulan di atas Tingay telah menyampaikan suatu perubahan mendasar.
Bahwa telah terjadi penurunan yang signifikan terhadap intensitas semburan dan deformasi, dengan posisi semburan saat ini 10.000m3/hari dan tahun 2018 sekitar 1000m3/hari.
Namun untuk semburan Lusi menuju ke tahap dormant, menurutnya memerlukan waktu yang lama daripada pemodelan-pemodelan terdahulu (IAGI 2007, Istadi 2009, Andreas 2010, Davies 2011, Rudolph 2013, Aoki 2014).
· Studi ini cenderung mendukung bahwa Lusi mud volcano disebabkan oleh Sumur BJP-1:
Tekanan pori, dari studi ini cenderung mendukung argumen bahwa bencana Lusi sebagai hasil dari sumur BJP-1 (further support the argument that this disaster was the result of a blowout in the BJP-1 well).
Pada bagian terakhir Impikasi pada Pemicu sembuan Lusi:
Hal ini sekaligus menyanggah hasil karya Lupi (Doktor Lusi dari Jerman) melalui 2 penerbitan (2013 dan 2014), dimana juga telah membangkitkan kembali atmosfer kontroversi pemicu Lusi.
Termasuk menggugah ilmuwan lainnya untuk meresponnya seperti halnya makalah ini.
· Pola pikir Lupi (2013 dan 2014):
Lusi merupakan fenomena alam, dipicu oleh gelombang gempabumi Yogyakarta yang terjadi 27 Mei 2006, dengan alur:
a) Gelombang gempa Yogyakarta 2006, selanjutnya oleh suatu lapisan yang memiliki karakteristik dengan akustik impedan tinggi, membentuk geometri parabola yang besar. Dimana gelombang gempa tersebut selanjutnya telah dipusatkan, dan di perkuat kembali;
b) Diarahkan pada lapisan lempung overpressure;
c) Seterusnya terjadi fluidasasi; dan
d) Keluar melalui rekahan dari sistem Patahan Watukosek.