· Sistem Lusi lebih dalam dari asumsi sebelumnya dan fluida adalah termogenik dihasilkan dari batuan-batuan sumber pada kedalaman lebih dari 4 km (antara lain Formasi Ngimbang).
Sistem Lusi (Lusi's system) lebih dalam daripada yang diasumsikan sebelumnya, berdasarkan fakta: 1) Komposisi molekul dan isotop (molecular and isotopic composition) dari alkali hidrokarbon (hydrocarbon alkanes), 2) karbon dioksida dan helium, dikombinasikan dengan plot kematangan (maturity plot) dan 3) pemodelan pembentukan gas termogenik (thermogenic gas formation modelling).
Sedangkan fluida adalah termogenik dihasilkan dari batuan-batuan sumber (fluids are thermogenically produced in source rocks) dengan kedalaman lebih dari 4 km yaitu Formasi Ngimbang. (e.g. Ngimbang Fm.).
· Terjadinya alterasi panas (thermal alteration) dari hidrokarbon atau material organik
Keseimbingan isotop CO2 (b−14‰) dan CH4-CO2 pada temparatur di atas 200oC memberikan kepercayaan bahwa alterasi panas berada diatas suhu 200oC.
Sehingga ditentukan bahwa terjadinya alterasi panas (thermal alteration), berasal dari hidrokarbon atau material organik (hydrocarbons or organic matter).
Isotopik CO2 dan keseimbangan CH4-CO2 pada temperatur diatas 200oC memberikan pendapat bahwa telah berlangsung alterasi panas dari hidrokarbon atau material organik.
· Tanda-tanda magmatik helium, mendukung intrusi berkedudukan dalam berasal dari komplek magmatik Arjuno-Welirang
Adanya tanda-tanda yang kuat dari magmatik helium (helium magmatic signature R/Ra: 5.3) lebih jauh lagi mendukung hipotesa bahwa intrusi berkedudukan dalam (a deeper sited intrusions), berasal dari komplek magmatik Arjuno-Welirang yang lokasinya berdekatan.
Selanjutnya telah mempengaruhi batuan-batuan sumber dan reservoir (source and reservoir rocks).
· Gradien panasbumi yang tinggi mendukung pertumbuhan struktur pembubungan
Skenario ini bisa menjelaskan adanya gradien panas bumi lokal yang tinggi (local high geothermal gradient).
Hal tersebut berada pada kesepakatan dengan adanya pertumbuhan struktur pembubungan (growing piercement structure), sebagaimana yang dapat diamati pada penampang seismik diambil pada tahun 80an (Mazzini et al., 2009)..
· Sistem hidrotermai Lusi ditandai anomali panas dalam pengendali utama pembangkitan CO2 dari serpih marin
Pada sistem hidrotermal Lusi (Lusi hydrothermal system) suatu anomali panas dalam (a deep heat anomaly) tampaknya sebagai pengendali mekanisme utama.
Pembangkitan CO2 dari material organik (serpih marin), membentuk tekanan berlebih dalam (deep over-pressure), dan mengalterasi reservoir dalam (altering deep hydrocarbon reservoirs).
· Pendapat terhadap kurang tepatnya Lusi sebagai mud volcano yang tradisional, daripada suatu sedimen-tempat sistem panas bumi yang besar
Pada aspek ini, istilah ‘mud volcano” untuk Lusi bisa menjadi menyesatkan (misleading) dan Lusi tidak dapat merepresentasikan suatu contoh dari lahirnya mud volcano yang tradisional (Lusi cannot be a representative example of the birth of a traditional mud volcano).
Sebagai tambahan Lusi merupakan bagian dari suatu sedimen-tempat sistem panas bumi yang besar (a larger sediment-hosted hydrothermal system) berhubungan dengan komplek gunungapi didekatnya pada bagian barat lautnya.
· Fluida dalam bermigrasi ke atas dan memobilisasi serpih dangkal yang telah berada pada kondisi overpressure
Fluida dalam (deep fluids) selanjutnya bermigrasi ke atas (migrated upward) dan memobilisasi serpih yang lebih dangka l(mobilised the shallower shales).
Serpih ini sudah berada pada titik kritis, dan pada kondisi tekanan berlebih (overpressured conditions).
Dimana sangat umum di daerah ini, sebagaimana diperlihatkan oleh volkanisme lumpur (mud volcanism).
· Prediksi durasi kehidupan Lusi harus memperhatikan penumpukan tekanan fluida di komplek magmatik, aktivitas kegempaan, dan reaktivasi Patahan Watukosek
Durasi kehidupan Lusi (Lusi's longevity) mungkin berkaitan dengan evolusi dan penumpukan tekanan fluida (evolution and fluid pressure build-up) di komplek magmatik Arjuno-Welirang.
Dimana perubahan dipengaruhi oleh aktivitas kegempaan(influenced by seismic activity) dan oleh gerakan geser dari Patahan Watukosek (the strike slip movement of the Watukosek fault).
Beberapa model bertujuan untuk memprediksi durasi kehidupan semburan Lusi (eruption longevity) harus mengimplementasikan hasil dan skenario model (model scenario) yang baru ini.
· Terbukanya peluang untuk prospek produksi energi panasbumi, merupakan perubahan dari bencana ke sumberdaya masyarakat
Sekenario hidrotermal (hydrothermal scenario) juga harus membuka suatu prospek baru untuk dapat produksi energi panas bumi (open up new prospectives for geothermal energy production) pada lokasi ini.
Karena itu harus menstransformasi hal tersebut ke dalam suatu sumberdaya untuk masyarakat, bukan hanya pada bencana semata (transforming it into a resource for the community rather than a mere disaster).