Tekanan Pori awal di bawah Lusi mud volcano Indonesia
Initial pore pressures under
the Lusi Mud Volcano, Indonesia
Mark Tingay (2015)
Australian School of Petroleum, University of Adelaide, Adelaide. SouthAustralia,
DAFTAR ISI
· PENDAHULUAN (INTRODUCTION)
POKOK-POKOK BAHASAN
· Awal kejadian Lusi di daerah berpenduduk padat:
· Puncak kecepatan aliran 170.000m3/hari, menggenangi daerah permukiman:
· Semburan berlanjut, volume lumpur yang dimuntahkan 90 juta m3:
· Kecepatan semburan rata-rata 30.000 m3/hari dan saat ini 10.000m3/hari:
· Perkiraan panjang kehidupan Lusi, tahun 2018 kecepatan aliran 1.000m3/hari:
· Persyaratan umum keberadaan gunung lumpur, sedimentasi cepat dan pada tektonik aktif:
· Lusi mud volcano yang anomali, pertama kalinya lahir di daerah perkotaan:
· Karakteristik anomali lainnya, sejak kelahirannya terjadi kontroversi pemicu semburan:
· Skenario alami, Lusi dipicu gempabumi Yogyakarta:
· Skenario buatan manusia, Lusi dipicu oleh ledakan bawah permukaan dari kegiatan pemboran BJP-1:
· Fokus Studi Mark Tingay 2015, pada tekanan pori sebelum terjadi Lusi, termasuk pandangan terhadap prediksi lama kehidupan semburan:
· Keberadaan dan validasi data, tekanan pori pra-semburan dan perkiraan ke depan:
· Koreksi terhadap pandangan studi terbaru, estimasi porositas dari Tanikawa 2010 dan Lupi 2014:
· Data yang digunakan fokus pada data analisis industri migas, menentukan tekanan pori awal di bawah Lusi:
· Perkembangan Overpressure, intensitas menengah sampai tinggi di bawah kedalaman 500m dan sangat dangkal ~350m:
· Cakupan makalah, bahas kemungkinan asal usul Overpressure dan tekanan pori pori:
· Konstrain, penentuan asalmula overpressure dan prediksi tekanan pori pada satuan volkanik dan karbonat:
· Proses pembelajaran untuk kegiatan eksplorasi Migas di Jawa Timur, kerusakan bersekala besar oleh gunung lumpur dan kemungkinan oleh ledakan bawah
PENDAHULUAN
Awal kejadian Lusi di daerah berpenduduk padat:
Pada pagi hari tanggal 29 Mei 2006, lumpur panas (hot mud) mulai menyembur dari daerah persawahan padi.
Pada wilayah berpenduduk padat, di Kecamatan Porong, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur (Davies et al., 2007).
Puncak kecepatan aliran 170.000m3/hari, menggenangi daerah permukiman:
Kecepatan aliran (flow rates) lumpur panas mencapai puncaknya pada 170.000 m3/hari.
Lumpur dengan cepat telah menggenangi wilayah permukiman padat (Mazzini et al., 2007).
Semburan berlanjut, volume lumpur yang dimuntahkan 90 juta m3:
Selama lebih dari delapan tahun kemudian 'Lusi' (gabungan dari Lumpur Sidoarjo, Sidoarjo mud) masih terus menyembur.
Dengan memuntahkan lumpur lebih dari 90 juta m3 (having expelled over 90 million m3 of mud).
Kecepatan semburan rata-rata 30.000 m3/hari dan saat ini 10.000m3/hari:
Kecepatan pada tingkat rata-rata perhari sekitar 30.000 m3 / hari (average rate of approximately 30000 m3/day).
Dengan kecepatan aliran saat ini sekitar 10.000 m3 / hari, (with current rates of approximately 10.000 m3/day) (Rudolph et al., 2013).
Perkiraan panjang kehidupan Lusi, tahun 2018 kecepatan aliran 1.000m3/hari:
Semburan Lusi diperkirakan akan terus berlanjut. Dengan intensitas menurun sampai pada tingkat lebih dari 1000 m3/hari, sampai kira-kira tahun 2018 (Rudolph et al., 2013).
Persyaratan umum keberadaan gunung lumpur, sedimentasi cepat dan pada tektonik aktif:
Gunung lumpur adalah fitur yang relatif umum berkembang di cekungan sedimentasi.
Sedimen telah diendapkan dengan cepat, atau berada di daerah dengan tektonik yang aktif (Kopf, 2002).
Lusi mud volcano yang anomali, pertama kalinya lahir di daerah perkotaan:
Namun, Lusi merupakan salah satu contoh dari catatan yang pertama kalinya, dimana suatu mud volcano yang lahir di daerah perkotaan.
Karakteristik anomali lainnya, sejak kelahirannya terjadi kontroversi pemicu semburan:
Selain itu, gunung lumpur Lusi sejak saat kelahirannya telah diselubungi oleh suasana kontroversi, terkait bagaimana bencana itu dipicu.
Skenario alami, Lusi dipicu gempabumi Yogyakarta:
Beberapa ilmuwan berpendapat bahwa Lusi mud volcano telah dipicu oleh gempa Yogyakarta.
Dengan kekuatan 6,4 M, yang terjadi pada 27 Mei 2006 (Mazzini et al, 2007;.. Lupi et al, 2013).
Skenario buatan manusia, Lusi dipicu oleh ledakan bawah permukaan dari kegiatan pemboran BJP-1:
Namun, peneliti lain mengusulkan, bahwa gempabumi Yogyakarta tersebut terlalu kecil untuk memicu terjadinya bencana Lusi mud volcano.
Sebaliknya para ahli lainnya berpendapat bahwa semburan lumpur dihasilkan oleh ledakan di bawah tanah dikenal sebagai “underground blowout”.
Yang berlokasi di dekat sumur eksplorasi Banjar Panji-1 (BJP-1) (Manga, 2007; Tingay et al, 2008; Davies et al., 2008).
Fokus Studi Mark Tingay 2015, pada tekanan pori awal sebelum terjadi Lusi, termasuk prediksi lama kehidupan semburan:
Penelitian ini memfokuskan untuk melakukan analisis langsung yang pertama dari tekanan pori.
Yang diamati di Lusi mud volcano, sesaat sebelum terjadinya semburan.
Hal ini merupakan suatu pemahaman yang rinci tentang tekanan pori pra-semburan.
Dimana akan mempunyai implikasi langsung, guna memahami inisiasi dan mekanik dari gunung lumpur Lusi.
Disamping itu yang tidak kalah pentingnya adalah, untuk memprediksi panjang umur semburan (Davies et al., 2011a).
Keberadaan dan validasi data, tekanan pori pra-semburan dan perkiraan ke depan:
Meskipun implikasi bersifat penting, namun informasi tekanan pori saat ini di wilayah tersebut hanya terdiri dari prediksi tekanan pori pra-bor yang belum diverifikasi.
Perkiraan pasca pemboran, berdasarkan berbagai metode yang tidak diungkapkan sebelumnya.
Dan adanya perbedaan interpretasi terhadap tekanan tendangan dasar-lubang di BJP-1 sumur (Davies et al, 2008; Tingay et al, 2008; Sawolo et al, 2009; Davies et al, 2010).
Koreksi terhadap pandangan studi terbaru, estimasi porositas dari Tanikawa 2010 dan Lupi 2014:
Sedangkan studi yang terbaru, juga terdapat kesalahan data log yang digunakan dalam penentuan porositas (Lupi et al., 2014).
Selain itu, Tanikawa et al. (2010) telah menggunakan estimasi porositas dan permeabilitas untuk model yang sangat berkisaran lebar. Untuk kemungkinan tekanan pori di wilayah tersebut.
Meskipun hasil studi ini telah telah diperdebatkan, karena dinilai ada ketidakakuratan dalam asumsi geologi bawah permukaan (Davies et al., 2011b).
Data yang digunakan fokus pada data analisis industri migas, menentukan tekanan pori awal di bawah Lusi:
Sebaliknya, penelitian ini lebih berfokus pada analisis data industri minyak bumi, yang dikumpulkan dalam lubang bor di dekatnya.
Khususnya Banjar Panji-1 (BJP-1) yang terletak hanya 150 m dari Lusi.
Dengan tujuan untuk menetapkan besaran tekanan pori awal di lokasi bawah Lusi mud volcano.
Perkembangan Overpressure, intensitas menengah sampai tinggi dibawah kedalaman 500m dan sangat dangkal ~350m:
Hasil penting menunjukkan bahwa overpressures mempunyai intensitas menengah sampai tinggi (lebih dari 13,0 MPa / km atau 11,1 ppg).
Telah terjadi pada urutan sedimen di bawah kedalaman 500m, dan menerus ke arah yang lebih dalam.
Hal penting lainnya, adalah karena timbulnya overpressure pada lokasi yang sangat dangkal (~ 350 meter).
Cakupan makalah, bahas kemungkinan asal usul Overpressure dan tekanan pori pori:
Selain itu, penelitian ini juga membahas kemungkinan asal mula overpressure di wilayah sekitar Lusi.
Dan melakukan prediksi terhadap tekanan pori, pasca-pemboran, dari suatu proses yang hati-hati dan disusunlah suatu dataset log petrofisika.
Data petrofisika dan tekanan pori model menunjukkan bahwa overpressures disequilibrium pemadatan terjadi, dan dapat diandalkan diprediksi, pada urutan klastik Pleistosen.
Konstrain, penentuan asalmula overpressure dan prediksi tekanan pori pada baguan volkanik dan karbonat:
Namun penentuan asal overpressure dan prediksi tekanan pori lebih bermasalah pada batuan vulkanik, gunung api dan formasi karbonat.
Proses pembelajaran untuk kegiatan eksplorasi Migas di Jawa Timur, kerusakan bersekala besar oleh gunung lumpur dan kemungkinan oleh ledakan bawah permukaan:
Lusi unumnya tetap hanya dikenal dari kerusakan yang bersekala besar, yang disebabkan oleh suatu semburan gunung lumpur.
Selain itu, juga merupakan contoh yang ekstrim kemungkinan kerusakan yang ekstrim yang dapat disebabkan oleh suatu ledakan sumur bawah tanah.
Oleh karena itu, analisis ini bertujuan untuk menjadi suatu alat bantu untuk kegiatan pemboran yang lakukan di Cekungan Jawa Timur.
Merupakan studi kasus yang menarik dari kesulitan dalam prediksi pra-pemboran.
Baik pada daerah dengan besarnya overpressure tinggi, terutama overpressured yang berkembang pada batuan non-klastik.