Fukhusima 2009:
Amblesan berasosiasi dengan semburan mud volcano LUSI, Jawa Timur diselidiki dengan SAR Interferometry
Artikel Fukushima Abidin (2008) bila disandingkan dengan Fukhusima (2009) telah ditentukan sebagai pendahulu atau pionir penyelidikan fenomena Lusi mud volcano, yang secara khusus memberikan fokus pada aspek Pergerakan Tanah (land displacement).
Dimana Abidin (2008) mengkokohkan keberadaan, evolusi, dan perkiraan ke depan pergerakan tanah di Lusi mud volcano, dengan kekuatan utama studi GPS. SedangkanFukhusima (2009), lebih fokur menggunakan basis InSAR.
Pada perkembangan selanjutnya kombinasi GPS dan InSAR telah digunakan sebagai basis untuk evaluasi Deformasi Tanah di Lusi mud volcano dan perkiraan panjang semburan Lusi, antara lain:
Shielston (2004, 2003), Andreas (2004, 2012), dan Rudolph (2003).
Identifikasi, karakteristik, dan besarnya amblesan tanah, telah digunakan sebagai basis pemodelan terhadap pertumbuhan dan perkembangan mud volcano Lusi, oleh Istadi (2009). Dikontribusikan oleh Hardi Prasetyo, even LUSI 8 TAHUN.
GEO-LUSI: Kemungkinan penyebab dari amblesan (subsidence)
Dampak pembebanan dari lumpur yang disemburkan (loading effect of the erupted mud),
Pembentukan silinder saluran lumpur dan pengerutan karena tekanan horisontal (creation of a cylindrical mud conduit),
Pengurangan tekanan dan deplesi dari material pada kedalaman (pressure decrease and depletion of materials at depth).
Abstract: Amblesan berasosiasi dengan semburan Lusi mud volcano, Jawa Timur, Diselidiki SAR interferometry, Yo Fukushima et al (2009).
Suatu mud volcano LUSI awalnya menyembur pada 29 Mei 2006, berlokasi di dekat sumur eksplorasi (exploration well), di Jawa Timur.
Amblesan tanah (Ground subsidence) di sekitar semburan kawah LUSI, telah dapat direkam secara baik dengan menggunakan teknologi Synthetic Aperture Radar (SAR) PALSAR, yang ditempatkan pada satelit ALOS milik Jepang.
Dalam rangka mendapatkan peta yang berlanjut dari pergerakan tanah (ground displacement) di sekitar LUSI. Telah diterapkan teknik Interferometric SAR (InSAR) pada sepuluhcakupan data PALSAR, yang diambil antara 19 Mei 2006 dan 21 Mei 2007.
Walaupun pergerakan di sekitar area terdekat dari saluran semburan (eruptive vent) dengan cakupan spasial sekitar 1,5 km, tidak dapat disentuh karena semburan lumpur.
Namun semua interferogram yang diproses (processed interferograms) mengindikasikan terjadinya amblesan (subsidence) pada suatu elip mencakup area sekitar 4 km (utara-selatan), 3 km (timur barat, dari pusat lubang semburan utama (main eruptive vent).
Secara kusus, interferogram yang digulirkan pada empat bulan pertama sampai 4 Oktober 2006 dan berlanjut 46 hari antara 4 Okt.-Nov. 2006 memperlihatkan adanyapergerakan sekurang-kurangnya sekitar 70 cm dan 80 cm menjauhi dari satelit (displacements away from the satellite).
Kemungkinan penyebab dari amblesan antara lain: 1) Efek pembebanan dari lumpur yang disemburkan (loading effect of the erupted mud), 2) Pembentukan silinder saluranlumpur (creation of a cylindrical mud conduit), dan 3) Pengurangan tekanan dan deplesi dari material pada kedalaman (pressure decrease and depletion of materials at depth)
Dampak dari penyebab pertama (pembebanan) dan kedua (pembentukan penghubung) tidak dapatnya menentukan besarnya total amblesan yang diamati pada enam bulan pertama.
Kemungkinan yang ketiga (pengurangan tekakan) adalah mengkuantitatifkan pengujian menggunakan pendekatan elemen yang berbatasan, dengan memodelkan sumberdeformasi (modeling the source of deformation) sebagai suatu deflating oblate spheroid.
Perkiraan speroid terletak pada kedalaman beberapa ratus sampai ribuan meter.
Perkiraan kedalaman secara signifikan lebih dangkal daripada hasil pengamatan dari analisa contoh berasal dari semburan.
Perbedaan dijelaskan oleh terdapatnya jumlah deformasi yang tidak elastik (significant amount of inelastic deformation), termasuk kompaksi dan pemindahan material ke bawah(compaction and downward transfer of material).
KESIMPULAN: Amblesan berasosiasi dengan Lusi mud volcano, di Jawa Timur, Diselidiki dengan SAR Interferometry, Yo Fukushima et al (2009)
SAR interferograms yang telah diproses mencakup periode waktu satu tahun dari saat semburan LUSI (LUSI mud eruption) pada Mei 2006.
Secara konsisten memperlihatkan suatu amblesan dari pada area berbentuk elip (subsidence over an ellipsoidal area) mencakup area sekitar 4 km X 3 km dari pusat semburan utama (centered on the main eruptive vent).
Efek dari pembebanan lumpur (Effects of loading of mud) dan pembentukan silider pada dari saluran lumpur (creation of a cylindrical mud conduit) darisuatu radius beberapa meter adalah sangat kecil untuk menjelaskan jumlah dari total gerakan tanah yang dapat diamati pada enam bulan pertama darisaat awal semburan;
Deplesi material dan berkurangnya tekanan fluida pada kedalaman (Depletion of material and decrease of fluid pressure at depth), kemungkinan sebagaipenyebab dominan dari amblesan (probably the dominant cause of the subsidence).
Dengan menggunakan perbedaan kedalaman dari sumber deformasi dan material yang disemburkan diperkikaran oleh Mazzini et al. (2007) (1.2–1.9 km),
Kami percaya bahwa model konseptual dari subsidence dimana kompaksi dan material yang bergerak ke bawah mengisi kekosongaan ruang oleh erupsi dari level yang lebih dalam (a conceptual model of subsidence where compaction and downward material transfer fill the space depleted by the eruptive products from deeper levels).
SAR interferometry menggunakan PALSAR menghasilkan model mekanisme dapat secara berkelanjutan mengkontibusikan peta amblesan tanah danperkiraan proses yang terjadi di bawah permukaan (products and mechanical modeling can continue to contribute to map the ground subsidence and infer the ongoing subsurface processes);
Untuk pengkajian resiko ke depan secara lebih rinci, akan sangat bernilai adanya suatu kebersamaan analisis dengan data GPS dan gayaberat (for assessing future risks in more detail, a joint analysis.