PEMBELAJARAN EDISI MEI 2024

KISAH KECILKU DI TANAH KANDAI

Masa kecilku tidak semewah saat ini. Main kengkeng, enggo lari, cuke, kurungan serangga dari batang ubi kayu, gebo hingga baling-baling bambu adalah cara aku berinteraksi dengan teman. Jika sekarang bermain game perang-perangan di layar sentuh, aku hanya mengandalkan senjata gaba-gaba dan kuda pelepah daun pisang. Jangan tanyakan handphone! Sebuah televisi saja sangat langka di zaman itu. Jauh dari kemewahan seperti saat ini. Namun aku bahagia tinggal di Kandai sebagai Ibu Kota Provinsi Sulawesi Tenggara. Sebutan Kendari di kala aku masih bercelana tanpa baju.

Anakku pernah bertanya tentang gambar dilogo daerah. 

“Ayah, Mengapa ada hewan sapi di lambang ini?” 

Akupun terdiam dan sedih sekali. Untuk membedakan sapi dan anoa saja dia tidak bisa. Mungkin dia belum belajar karena masih kelas tiga sekolah dasar, tuturku dalam hati.  Akupun akhirnya menjawabnya,  kalau itu bukan sapi tapi anoa. Hewan ini merupakan endemik pulau Sulawesi. Lalu aku lanjut bercerita bahwa dahulu anoa, babi hutan, nuri, kakak tua jambul kuning, buaya air tawar, kera sulawesi dan rusa menjadi hewan yang sering aku jumpai. 

“Kemana hewan-hewan itu?” Tanyanya kemudian.

“Semua pada menghilang.” Jawabku.

“Menghilang…?”

“Semua ketakutan.”

“Takut diburu manusia, rumah mereka hilang karena pohonya ditebang, makanannya berkurang karena mati dan bencana serta terusik dengan manusia yang mulai ramai dan membangun rumha hingga ketepi hutan.”

Saat suara mesin pesawat bergaung diantara tebing. Apapun yang dikerjakan semua dilepas. Makan, tidur, belajar bahkan mandi sekalipun akan terlupa. Hanya satu gerakan cepat untuk segera bergegas. Aku pun keluar ke tanah lapang.  Berbaring dan memandang kearah langit. Entah hanya bercelana, masih mengenakan seragam tempur saat bermain game. Ini adalah peristiwa langka. Semua harus terlihat jelas bagaimana bentuk dan warna pesawatnya. Agar aku tidak tertinggal cerita keesokan harinya bersama teman-temanku.

Bila cerita itu berkumandang di depan kelas, anak didikku tertegun mendengarkannya. Hingga sebuah pertanyaan muncul disela-sela ceritaku. “

“Berarti bapak lahir disini?”

“Bukan. Ini kan sekolah. Aku lahir di sebuah kampung yang di sebut Mandonga saat itu.”


STAR DALAM BERKREASI MELALUI SAMPAH

(KEGIATAN PENGUATAN PROYEK PROFIL PELAJAR PANCASILA DI SMPN 17 KENDARI)

“Selalu ada solusi untuk hidup lebih nyaman”.

Suhardin, S.Pd / Guru SMPN 17 Kendari

 

Dimensinya adalah mandiri dan bernalar kritis. Temanya gaya hidup berkelanjutan. Terdapat lima tahap dalam kegiatan program ini yakni refleksi diri, observasi, analisis data, menemukan ide dan merancang karya. Berikut korelasi rancangan program P5 ini dengan konsep STAR dalam implimentasi kurikulum Merdeka.

 

1. Situasi dan observasi siswa dalam kegiatan refleksi diri

Sampah menjadi salah satu permasalahan krusial di wilayah perkotaan. Butuh kesadaran dan upaya bersama untuk menanggulanginya. Bagaimana upaya warga sekolah memahami persoalan tersebut? Hal petama yang dilakukan adalah refleksi diri. Siswa melakukan pengamatan lingkungan sekitar rumah atau sekolah. Mencatat hal penting dengan potret pengelolaan sampah. Mendokumentasikan untuk bahan diskusi di dalam kelas. Guru berdialog untuk menyepakati topik yang akan diangkat dalam kegiatan proyek.

Tujuan program ini adalah upaya mengatasi sampah dilingkungan sendiri. Topik yang disepakati bersama yakni berkreasi melalui sampah. Situasinya akan terlihat lebih jelas saat observasi. Siswa mulai melakukan kegiatan literasi dan pengumpulan data. Baik melalui bacaan on line maupun wawancara. Guru menyiapkan pula bahan literasi secukupnya. Berupa media pembelajaran untuk siswa yang mengalami hambatan.

 

2. Tantangan melalui analisis data dan rencana aksi

Tahap analisa data dilakukan dalam kerja kelompok. Menyatukan hal yang sama atau mirip untuk dibahas. Hasil temuan setiap kelompok berisi cara memecahkan masalah untuk sebuah kesimpulan baru. Setelah tahap ketiga tersebut, siswa mulai menentukan ide dan merancang karya. Tahap keempat ini akan beragam setiap kelompok. Setiap ide akan menghasilkan sub tema proyek. Setiap situasi akan memerlukan cara tersendiri. Berusaha menjawab situasi yang ada dengan cara mereka sendiri. Kegiatan ini akan berlangsung beberapa minggu.

 

3. Aksi siswa melalui teknik etika lingkungan (gugah-pilah-buat)

Diawali edukasi lingkungan yang diarahkan dalam permainan memilah sampah dan pembuatan poster digital maupun berbasis kertas. Publikasi on line dan penempatan pada papan informasi kelas maupun sekolah dilakukan. Hal ini disesuaikan dengan aset, bakat maupun minat yang dimiliki siswa.  Realisasi pencapaian tujuan sub tema lainnya dilakukan dalam beberapa kegiatan lanjutan.

Hasil pemilahan sampah diarahkan dalam pembuatan produk. Referensi dipembelajaran sebelumnya menjadi acuannya. Ada yang merakit alat serta membuat kompos. Kegiatan lainnya, membuat kerajinan berbahan limbah rumah tangga.

 

4. Refleksi melalui penilaian dan pameran

Selain pembimbingan, guru melakukan penilian proses dan produk pada tahap pada tahap aksi dan refleksi. Hasilnya menjadi bahan presentasi publik di tahap akhir kegiatan. Gelar karya maupun pameran dilakukan diakhir semester. Penilaian akhir akan berlangsung pada tahap ini. Tujuannya untuk melihat ketercapaian program yang telah dilakukan. Ada testimoni siswa untuk kerja yang mereka lakukan.