PRANOTO MONGSO
(season of java)
Disamping kalender Jawa yang berbasis bulan/lunar calendar, juga berlaku kalender untuk para petani sebagai pedoman untuk bercocok tanam yang terkenal dengan nama Pranoto Mongso. Kalender ini berdasarkan matahari/ solar calendar. Pratono Mongso, secara bahasa artinya pengaturan musim. Pranoto Mongso disusun agar mempunyai pedoman yg jelas untuk bertani, berdagang, menjalankan pemerintahan dll.
Di dalam kitab primbon ”Qamarussyamsi Adammakna”: "Pranata Mangsa puniku petangan mangsa wawaton lampahing suz. Petangan punika dede barang enggal, wiwit kina-makina inggih sampun wonten. Ing taun masehi 1855 potongan wau kabangun malih saking mangsa kasa (mangsa 1, dhawah ing suraya 22 juni 1855. menggah jengkapi sataun wonten ing wekasaning mangsa : Sadha (mangsa 12), dhawah surya 20 juni 1856. Dados pranata mangsa taun : 1 jangkep umur dinten. Peteangan taun pranata mangsa wau, manawi dhawah taun wastu (taun lak) umur 365 dinten (mangsanipun kawolu umur 26 dinten), dene dhawah taun wuntu (taun panjang), umur 366 dinten dene pratelan kados ing ngandhap punika.
Aturan waktu musim Pranoto Mongso didasarkan pada naluri dari leluhur yang diambil dari sejarah para raja di Surakarta, yang tersimpan di musium Radya Pustaka.
Menurut sejarah, sebetulnya baru dimulai tahun 1856, saat kerajaan Surakarta diperintah oleh Pakoeboewono VII, yang memberi patokan bagi para petani agar tidak rugi dalam bertani, tepatnya dimulai tanggal 22 Juni 1856, dengan urutan sebagai berikut :
Kaso: Kasa (kartika) 22 Juni–1 Agustus, umur 41 hari. Para petani membakar dami yang tertinggal di sawah dan dimulainya menanam palawija, sejenis belalang masuk ke tanah, daun-daunan berjatuhan.
Karo: Karo (poso) 2 Agustus–24 Agustus, umur 23 hari. Palawija mulai tumbuh, pohon randu dan mangga, tanah mulai merekah.
Katigo: Katelu 25 Agustus–17 September, umur 24 hari. Musimnya lahan tidak ditanami, sebab panas sekali, yang mana Palawija mulai di panen, berbagai jenis bambu tumbuh.
Kapat: Kapat (sitra) 18 Sepetember–12 Oktober, umur 25 hari. Sawah tidak ada tanaman, sebab musim kemarau, para petani mulai menggarap sawah untuk ditanami padi gaga, pohon kapuk mulai berbuah, burung-burung kecil mulai bertelur.
Kalimo: Kalima (manggala) 13 Oktober–8 November, umur 27 hari. Mulai ada hujan, pengairan sawah diperbaiki, mulai menyebar padi gaga, pohon asem mulai tumbuh daun muda, ulat-ulat mulai keluar.
Kanem: Kanem (naya) 9 November–21 Desember, umur 43 hari. Para petani mulai menyebar bibit tanaman padi di pembenihan, banyak buah-buahan (durian, rambutan, manggis dan lain-lainnya), burung blibis mulai kelihatan di tempat-tempat berair.
Kapitu: Kapitu (palguna) 22 Desember–2 Februari, umur 43 hari. Benih padi mulai ditanam di sawah, banyak hujan, banyak sungai yang banjir, masanya banyak penyakit.
Kawolu: Kawolu (wasika) 3 Februari–28/29 Februari, jika tahun basitoh umur kawolu 26 hari dan jika tahun kabisat umur kawolu 27 hari. Musimnya padi mulai hijau, uret mulai banyak.
Kasongo: Kasanga (jita) 1 Maret–25 Maret, umur 25 hari. Padi mulai berkembang dan sebagian sudah berbuah, jangkrik mulai muncul, kucing mulai kawin, cenggeret mulai bersuara.
Kasepuluh: Kasadasa (srawana) 26 Maret–18 April, umur 24 hari. Padi mulai menguning, mulai panen, banyak hewan hamil, burung-burung kecil mulai menetas telurnya.
Desto: Dhesta (pradawana) 19 April–11 Mei, umur 23 hari. Waktunya panen raya padi.
Sodo: Sadha (asuji) 12 Mei–21 Juni, umur 41 hari. Para petani mulai menjemur padi dan memasukkan ke lumbung. Di sawah hanya tersisa dami, air pergi dari sumbernya, musim dingin, jarang orang berkeringat.
Demikian uraian singkat tentang Pranoto Mongso, yang jika dikaitkan dengan kondisi saat ini, mungkin sudah banyak berubah alias tidak cocok lagi.