LANGKAH PERTAMA MENGENAL DIRI
:
Imam Al-Ghazali menjelaskan bahwa mengenal diri adalah kunci mengenal Allah, hal ini sesuai dengan ungkapan "Man 'arafa nafsahu 'arafa rabbahu' (Barangsiapa mengenal dirinya, ia mengenal Rabbnya). Dan, Allah berfirman, "Akan Kami tunjukkan ayat-ayat Kami di dunia ini dan dalam diri mereka agar kebenaran tampak bagi mereka."
(QS 41: 53)
Sungguh, tak ada yang lebih dekat kepadamu kecuali dirimu sendiri. Jika kau tidak mengetahui dirimu sendiri, bagaimana dapat mengetahui yang lain. Pengetahuanmu tentang diri sendiri, dari sisi lahir seperti bentuk muka, badan, anggota tubuh, dan lainnya sama sekali tak mengantarmu mengenal Rabb. Begitu juga pengetahuanmu tentang karakter fisik, seperti pengetahuanmu; jika kau lapar, kau makan, jika sedih kau menangis, dan jika kau marah kau menyerang. Itu bukanlah kunci mengenal Rabb. Sebab, bagaimana bisa kau mencapai kemajuan dalam perjalanan batin jika kau mengandalkan insting hewani seperti itu?
Jadi, pengetahuan yang benar tentang diri meliputi hal berikut ini:
- Siapa aku dan dari mana aku datang?
- Kemana aku pergi, apa tujuan kedatangan
dan persinggahanku di dunia ini?
- Dimanakah kebahagiaan sejati dapat
kutemukan?
Maka, ketahuilah, ada 3 sifat yang bersemayam dalam dirimu: sifat hewan, sifat setan dan sifat malaikat. Kau harus temukan, mana di antara ketiganya aksidental dan mana yang esensial? Tanpa mengungkap rahasia ini tak akan kau temukan kebahagiaan sejati.
Langkah pertama untuk mengenal diri adalah menyadari bahwa dirimu terdiri atas bentuk luar yang disebut jasad, dan wujud dalam yang disebut kalbu atau ruh. Kalbu yang saya maksud bukanlah segumpal daging yang terletak di dada kiri, melainkan tuan yang mengendalikan semua fakultas lainnya dalam diri, serta mempergunakannya sebagai alat dan pelayannya.
Pada hakikatnya, ia bukan sesuatu yang indrawi, melainkan sesuatu yang gaib. Ia muncul ke dunia ini sebagai pelancong dari negeri asing untuk berdagang, dan kelak akan kembali ke negeri asalnya. Pengetahuan tentang wujud dan sifat-sifatnya inilah yang menjadi kunci mengenal Allah.
Sebagai pemahaman mengenai hakikat kalbu atau ruh dapat diperoleh seseorang dengan menutup matanya dan melupakan segala sesuatu di sekitarnya selain dirinya sendiri. Dengan begitu ia akan mengetahui keterbatasan sifat dirinya itu.
| Imam Al-Ghazali
dalam Kitab Kimiya As-Sa'adah
MELENYAPKAN AKUAN DIRI
Bagi setiap ahli-ahli thorikat hendaklah tahu bahawa untuk kita menggapai kejayaan maka kita hendaklah menjalani proses-proses melenyapkan akuan diri yang menyebabkan rosaknya pegangan kita terhadap Allah s.w.t kerana akuan diri yang tidak benar atau palsu akan menjatuhkan kita kedalam lembah syirik kepada Allah.
Apakah itu akuan diri?
Akuan diri adalah satu bentuk pegangan yang bersabit dengan kedudukan, pangkat, harta, nama dan darjat (martabat) yang mana bagi mereka ini semua perkara yang bersabit dengan perkara-perkara itu mereka tidak nampak akan adanya Tuhan pada pemilikannya... mereka merasai semua itu hak milik mereka.
Akuan diri yang tidak sewajarnya ini timbul akibat dari perasaan cinta dan kasih kepada dunia yang mengakibatkan gelapnya mata hati mereka dan kesan dari timbulnya perkara-perkara inilah yang menimbulkan akuan diri yang tidak sewajarnya.
Buangkanlah keangkuhan diri yang mendatangkan keakuan yang dapat membinasakan akan hati mu kepada Allah s.w.t, banyak perkara yang perlu kita tahu didalam hidup ini agar kita faham tentang kedudukan keakuan diri yang membinasakan kita ini. Ingatlah hanya akuan Allah sahaja yang dapat di akui oleh sekalian makhlukNya bukan nya akuan kita.
Akuan-akuan diri yang perlu dilenyapkan adalah:
1) Lenyapkanlah perasaan hatimu pada barang
yang menyedapkan hati mu.
2) Lenyapkan fikiran mu pada tumpuan dunia
ini.
3) Lenyapkan pandangan mu pada dirimu.
4) Hapuskanlah pergantungan mu pada ilmu
mu.
5) Jauhkan perasaan mahsyur pada amal mu.
6) Buangkanlah sifat ujudmu.
7) Buangkanlah angan-anganmu pada dunia
ini.
Jika kita dapat melaksanakan perkara-perkara diatas ini maka kau akan dapat mengetahui akan kebesaran Allah s..w.t...
Maka apabila akuan diri sendiri telah lenyap dan hilang dari perasaan kita maka ia bererti kita telah fana maka setelah itu kita akan dapat menemukan akuan Allah pada kita dan itulah yang sebenar-benarnya akuan yang wajib kita pegangi dan imani iaitu akuan yang datang nya dari Allah s.w.t
لاحول ولا قوة الا بالله العلى العظيم
(Tiada daya dan upaya bagiku kecuali Allah lah yang Maha Tinggi dan Maha Besar)
Manakah akuan Allah pada hakikat kita?
1) Tiada ujudmu yang ada ujudKU.
2) Tiada kuasamu itulah kuasaKU
3) Tiada kehendakmu itulah kehendakKU
4) Tiada hidup mu melainkan hidupKU
5) Tiada pandanganmu melainkan
pandanganKU
6) Tiada pendengaranmu melainkan
pendengaranKU
7) Tiada ilmumu melainkan ilmuKU
8) Tiada gerakmu melainkan gerakKU
9) Tiada diammu melainkan diamKU
Tidaklah engkau itu ada akan tetapi AKUlah yang ada pada sekalian yang ada, AKUlah yang zahir dan AKUlah yang batin, sesungguhnya zahirKU batin bagimu dan batinKU rahsia bagimu. Maka pada hakikat yang sebenarnya kita ini tidak ada yang ada itu adalah Allah yang Maha Esa:
لاموجود بحقيقة الا الله
(Tiada yang maujud sebenar2nya kecuali Allah)
Inilah dalil hakikat bagi kenyataan ini, maka dengan ini kita tidaklah ada apa-apa kecuali Allah lah yang mengawal semua keadaan.
لا تتحرك ذزة ابدا الا بأءذن الله
(Tidaklah akan bergerak satu-satu zarrah selamanya kecuali dengan izin Allah)
Maka inilah sebenar-benarnya akuan yang tidak bercampur dengan syirik jali atau syirik khofi. Ingatlah selagi tidak ada kenyataan atau bukti yang menunjukkan kita sampai kepada akuan ini, maka kita perlulah teruskan amal kita yang dapat membawa kita kepada kenyataan akuan ini, akuan ini bukanlah hanya mainan ucapan lidah sahaja tetapi ia perlukan bukti dan bakti dari kita.
Jangan main-mainkan ucapan-ucapan ini atau akuan ini nanti kau jatuh didalam orang-orang yang sesat lagi menyesatkan dan disesatkan.
Terdapat banyak dikalangan orang-orang kita yang menyatakan akuan Allah padanya sedangkan ia masih lagi dilingkungi dengan akuan diri yang masih lagi di hiasi dengan hawa nafsu. Oleh itu perkara akuan tajalli Allah ini pada kita akan terjadi dengan kehendak Allah yang Maha Agong. Kesamaran inilah yang banyak terjadi pada golongan-golongan ahli thorikat maupun ahli hakikat. Perhatikanlah dengan teliti agar kita tidak menjadi pencampuran antara akuan diri dan akuan Allah pada kita.
Aku yang diakui Allah!
AKU adalah sesuatu yang jernih dan ia terwujud dari diri KU maka DIAlah yang diakui. Inilah dia kedudukan yang diakui oleh Allah kerana AKU itu adalah hakikat kenyataan Allah s.w.t sebagaimana fiirman nya:
كل روح من امر ربي
"Setiap roh itu adalah urusan pekerjaan KU."
Padaku (roh) itulah rahsiaku dan itulah yang menzahirkan akuan haqullah pada tubuh badan melalui kalam, perbuatan dan ittiqod pada diri. Kalimah akuan yang sebenar ini terbit dari ucapan syattoh (terlatah) dari sirna fana yang dialami oleh ahlillah.
Aku ku dan aku mu itu adalah satu jua, jangan adakan dua kudrat padamu kerana kudratmu itu adalah kudratKU, AKU zahir pada ujudKU, dan AKU batin pada rahsiaKU. Engkau tidak wujud melainkan AKUlah yang ujud.
KalamKU adalah zahirnya kalammu waktu terucap... tiadamu padamu akan tetapi adaKU pada zahirKU. AKU adalah AKU inilah akuanKU. AKU yang mengaku akan padaKU, tiada akuanmu padamu kerana akuan mu itu tiada ain ujud akuan itu.
Tiadalah engkau bergerak pada masa engkau bergerak AKUlah yang sebenarnya gerak itu, hanya orang-orang yang buta sahaja yang tidak nampak akan gerak Allah itu. Sesungguhnya gerakmu itu adalah hasil gerakKU yang terjadi ketika bergeraknya dirimu, engkau hanyalah patung wayang sahaja semata-mata tidaklah engkau dapat berbuat apa-apa yang mendatangkan manfaat atau mudarat padamu.
Tiadalah engkau memandang ketika memandang akan tetapi AKUlah yang memandang pada ketika engkau memandang, engkau buta pada dasarnya maka janganlah engkau akui yang engkau melihat akan dengan penglihatanmu itu kerana kau BUTA.
Oleh itu fahamilah akan maksud bagi kata-kata ini janganlah tersalah anggap kerana akibatnya amat-amatlah buruk.
AKU adalah sifat kenyataan bagi Dzatul Haq, padaKU lengkap dan melengkapi tiadalah yang lain pada ujud ini melainkan kenyataan
ujudKU semata-mata.
Hanyalah Allah s.w.t sahaja yang layak mengaku dan akuan yang terbit dari sifatNYA lah yang terjadi...
Maka inilah akuanku yang terbit dari akuan Allah.
Tiadalah ujudku pada kenyataanku melainkan ujud Allah lah yang nyata pada ku.
انا الحق
(Akulah yang sebenar)
| shahibul karib
BUTA MATA HATI
:
Kita dapat melihat benda disekitar kerana ada cahaya, kalau siang ada cahaya matahari dan kalau malam ada cahaya bulan atau lampu. Tanpa cahaya maka penglihatan kita tidak berfungsi sama sekali. Namun demikian, pada orang-orang tertentu yang cacat matanya (buta) walaupun diberi cahaya terang benderang tetap tidak dapat melihat apa-apa, tetap berada dalam kondisi gelap gulita.
Sama halnya dengan 'mata hati' (Qalbu). Fungsinya untuk dapat menyaksikan (Musyahadah) Allah SWT. Penyaksian itu boleh terjadi dengan adanya cahaya-Nya yang menyinari hati, dengan sinar yang Maha tersebut maka manusia akan sampai ke Maqam Musyahadah sehingga tanpa ragu dan bimbang sedikitpun dia berucap (setelah menyaksikan), “Aku Bersaksi (Bermusyahadah) tiada Tuhan selain Allah”.
Musyahadah ini harus terjadi di dunia bukan di akhirat kerana dunia tempat kita belajar. Allah SWT menurunkan Para Nabi dan Rasul, serta kemudian diteruskan oleh Ulama dan Auliya Allah untuk membimbing manusia agar dapat mengenal Allah sampai kepada maqam menyaksikan. Di akhirat tidak ada kesempatan lagi untuk belajar, kalau di dunia mata hati belum disembuhkan dan masih buta maka di akhirat juga tetap buta.
“Dan barangsiapa yang buta (hatinya) di dunia ini, nescaya di akhirat (nanti) ia akan lebih buta (pula) dan lebih tersesat dari jalan (yang benar).” (QS Al Isra 72)
Sama halnya kalau di kolam renang ukuran kecil tidak dapat berenang maka di lautan pun tidak dapat berenang kerana medianya sama iaitu air. Begitu juga kalau di dunia tidak dapat menyaksikan Allah kerana buta mata hati maka di akhirat sudah PASTI tidak akan dapat menyaksikan, sesuai dengan Surat Al Isra’ 72 di atas.
Alat atau sarana untuk berhubungan dengan Allah SWT bukanlah akal, kerana akal bersifat baharu, bersifat terbatas tidak mungkin dapat mencapai Allah Yang Maha Qadim. Akal dengan segala keterbatasannya hanya mampu mengkaji sesuatu yang dapat diserap oleh pancaindera sedangkan Allah diluar kemampuan pancaindera dan berada di dimensi yang berbeza. Allah SWT dengan tegas memperingatkan manusia tidak mencari bahkan agar tidak memikirkan Zat Allah, “…Jangan kau fikirkan Zat-Ku."
Larangan “…Jangan kau fikirkan Zat-Ku” bukan berarti Allah tidak dapat dikenali dan dijangkau sama sekali seperti pemikiran Kaum Muktazilah, akan tetapi Allah telah memberikan metode atau cara untuk mengenal Allah tersebut sesuai dengan petunjuk dari-Nya yang telah tercantum dalam firman-Nya (Al-Qur’an).
Selama qalbu manusia yang ada dalam dadanya masih sakit, masih buta, maka selama itu pula dia tidak akan pernah dapat menyaksikan Allah SWT sebagaimana firman Allah SWT: “Kerana sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta, ialah hati yang di dalam dada." (Al-Hajj, 46)
Untuk menyembukan penyakit mata yang buta harus dengan penyembuhan bersifat fisik, dengan ubat-ubatan atau operasi mata, namun untuk menyembuhkan penyakit hati, buta mata hati tidak mampu dengan penyembuhan secara fisik. Harus ada doktor metafisika, Ulama Pewaris Nabi, seorang kekasih Allah yang dapat pindahkan Cahaya Ilahi ke qalbunya sehingga qalbu tersebut menjadi terang benderang, dengan itulah dapat menyaksikan kebesaran Allah SWT.
Proses penyembuhan juga tidak hanya dengan sim salabin, serta merta, tapi dengan proses yang panjang, dengan suluk demi suluk sampai Allah berkenan menyembuhkan dan membukakan hijab antara hamba dengan Tuhannya.
Maka Al-Qur’an memperingatkan kita semua jika ada hal berhubungan dengan metafisika, berhubungan dengan ghaib dan ilmu rahasia berhubungan dengan Allah jangan tanyakan kepada Ulama Zahir, jangan tanyakan kepada orang yang hanya mengkaji ilmu agama secara akal, tapi tanyakan kepada kekasih Allah mereka menghampiri Allah SWT dengan kerendahan hati dengan zikir, merekalah yang disebut sebagai Ahli Zikir dalam Sl –Qur’an :
“Maka bertanyalah kepada Ahli Zikir (orang yang mempunyai pengetahuan) jika kamu tidak mengetahui.” (QS. An-Nahl : 43)
Menyembuhkan mata hati dari kebutaan ini adalah hal sangat pokok dalam hidup kerana segala ibadah akan tertolak jika kita tidak mengenal dengan sebenarnya kenal Allah SWT. Semua manusia merasa mengenal Allah, tapi kalau di tanya lebih lanjut maka kebanyakan mereka hanya mengenal Nama Allah tanpa mengenal sosok di balik nama tersebut.
| sufimuda
HAFAL QURAN 30 JUZ DAN HADlTS TAK MENJAMIN MANUSIA MENDAPAT HIDAYAH MEMELUK ISLAM
Kisah nyata ini di tuturkan Habib Quraisy bin Qosim Baharun, Cirebon, dr kisah perjalanannya th 1996. Kala itu pesawat melintasi daratan Afrika. Diantara penumpangnya Habib Quraisy dan ibu Tua sekitar 65-70 tahun berpenutup jilbab di sebelahnya. “Dimana asal Anda?” Tanyanya. Tahu Habib Quraisy orang Indonesia, dia mengajaknya berbahasa Indonesia dan amat fasih pula. Ibu Tua itu tersenyum bijak sambil berkata “Saya ‘Alhamdulillah’ menguasai sebelas bahasa dan 20 bahasa daerah”.
Ibu Tua mulai mengupas pembahasan Al Qur’an dg indah dan mahir.
Habib pun penasaran atas kehebatannya menjelaskan Al Qur’an, “Apakah Ibunda HAFAL AL-QUR’AN ?”
Beliau jawab “Ya, saya telah menghafal Al Qur’an dan saya rasa tidak cukup hanya menghafal Al Quran sehingga saya berusaha menghapal Tafsir Jalalain dan saya pun hafal”.
Tidak sampai disitu saja, Ibu Tua itu melanjutkan bicaranya “Namun Al Qur’an harus bergandengan dengan hadist. Sehingga saya kemudian berupaya lagi menghafal hadist tentang hukum sehingga saya hafal kitab hadist Bulughul Marom di luar kepala”.
“Lantas saya masih belum merasa cukup, karena di dalam Islam bukan hanya ada halal dan haram tapi harus ada fadhailul amal, maka saya pilih kitab Riyadhus Sholihin untuk saya hafal dan saya hafal”. Kata Ibu itu menuturkan pendalamannya tentang Islam kepada Habib Quraisy.
Ibu itu kembali bertutur “Di sisi agama ada namanya tasawuf, maka saya cenderung pada tasawuf sehingga saya pilih kitab Ihya Ulumuddin dan sampai saat ini saya sudah 50 kali mengkhatamkan membacanya.
Saking seringnya saya baca Ihya Ulumuddin sampai-sampai Bab Ajaibul Qulub saya hafal di luar kepala”.
Habib Quraisy terperangah melihat kehebatan dan luarbiasanya Ibu itu. Namun karena tidak percaya begitu saja, Habib pun akhirnya mencoba test kebenaran perkataannya. Apakah benar Ia telah hafal Al Qur’an? Apakah benar Ia menguasai Tafsir Jalalain ttg asbabun-nuzul dan qaul Ibnu Abbas? Setelah melalui beberapa pertanyaan. Ternyata benar Ibu itu hafal Qur’an bahkan mampu menjawab tafsirnya dengan mahir dan piawai.
Ketika Habib mengangkat permasalahan ihya mawat yang ada dalam kitab Bulughul Maram Ibu Tua itu pun menjabarkannya cukup jelas.
Ketika Habib membahas tentang hadist Riyadhus Sholihin maka Ibu Tua itu menyebutkan sesuai apa yang disebutkan dalam kitab Dalailul Falihin sebagai syarah kitab hadist tsb.
Dan lagi Ia menjelaskan masalah psikologi hati berbasis kitab Ihya Ulumuddin pada pasal ajaibul qulub. Kembali Habib dibuat heran akan kehebatan Ibu Tua itu dan menggeleng-gelengkan kepalanya.
Pesawat akan mendarat di Airport. Ibu itu mengambil tasnya yang ada di kabin. Kerana sudah merasa kenal, Habib membantu menurunkan 3 tasnya ke lantai pesawat. Subhaanallah… Saat Ibu itu menunduk untuk mengambil tasnya ternyata keluar dari balik jilbabnya seutas kalung salib.
Seperti petir menyambar di siang bolong, Habib Quraisy menunduk lemah. Ibu itu tersenyum, “Akan kujelaskan padamu nanti di hotel.”
Habib akan transit selama sehari semalam, pun Ibu Tua itu. Maka di ruang tunggu dia tunjukkan nomor kamarnya kepada Habib dan berjanji bertemu di ruang lobbi restaurant.
Keduanya akhirnya bertemu. Kpada Habib Qurasy ia mengatakan, “Saya bukan orang Kristen, mengapa saya keluar dari Kristen ?… karena saya menganggap Kristen itu hanya dongeng belaka. Dan kalung ini bukan berarti saya Kristen, tapi kalung ini pemberian almarhumah ibu saya”.
Ia mengatakan bahwa Ia telah mempelajari Kristen, Hindu juga Islam. Ia mengungkap ketertarikannya mengenai keagungan yang ada di balik wahyu Allah SWT dan hadits Nabi Muhammad SAW.
“Ibu apa agamanya sekarang ?” Habib bertanya.
Dia katakan *“Saya tidak beragama”*
“Andai Ibu masuk Islam, begitu baca syahadat, Ibu akan langsung dapat titel ulama”. Karena demikian luas ilmu yang dimiliki kata Habib.
Ia menjawab,
*“MUNGKIN KARENA SAYA BELUM MENDAPAT HIDAYAH DARI ALLAH”*
Habib Quraisy meneteskan airmata bersyukur kpd Allah SWT, bagaimana orang seperti dia yang sudah hafal Al Qur’an dan lain sebagainya belum Allah izinkan untuk beriman kepada-NYA.
Sementara kita tanpa usaha apapun, telah dipilih oleh Allah SWT untuk jadi seorang muslim.
Demikianlah kisah ajaib ini.
*Semoga dapat diambil iktibar betapa bersyukur kita dianugrahi IMAN & ISLAM... dan semakin bertambah kuat sampai ajal menjemput, sehingga kita termasuk orang yang husnul khotimah. Aamiin...*
Ibu tua itu namanya ANNE MARIE SCHIMMEL, ahli terkemuka dalam literature Islam & mistisisme (tasawuf), berkebangsaan Jerman, sebagai professor mengajar di 3 Universitas terkenal di 3 Negara berbeda, dikenal memiliki ingatan fotografis. Wafat tahun 2003 di usia 80 thn, entah bagaimana tentang keimanannya di akhir hidupnya.
Ada yang tahu...???
*BETAPA MAHALNYA HIDAYAH.*
*SETINGGI-TINGGINYA ILMU,*
*SELUAS-LUASNYA PENGETAHUAN,*
*SEDALAM-DALAMNYA PEMIKIRAN, DAN*
*SEKUAT-KUATNYA HAFALAN AL-QUR’AN 30 JUZ DAN HADlTS....*
*TIDAKLAH MAMPU MENGGAPAI HIDAYAH.*
*KARENA HIDAYAH DATANGNYA DARI RAHMAT ALLAH....*
*SEBAGAIMANA SEORANG HAMBA MASUK SURGA KARENA RAHMAT-NYA*
Tidaklah cukup hafal Al-Qur'an dan hadist.
MaasyaaAllaah....
Sujud syukurku pada -Mu ya Rabb...atas nikmat hidayah ini....
Keep istiqamah ....
☄
*Baca 👆dan fahamkan.. betapa BERUNTUNGnya kita... Alhamdulillaaaaah
| Dari Group Whatsapp