Jurnal Refleksi 1.4 Budaya Positif
“Penerapan Segitiga Restitusi Dalam Menyelesaikan Masalah Murid Di Sekolah”
Raka Prastya Bagus Jati Kusuma, S.Pd, M.Pd, Gr.
Calon Guru Penggerak Angkatan 10
SMP Negeri 45 Surabaya
Jurnal Refleksi Model 4P
Facts (Peristiwa):
Pada Modul 1.4 tentang Budaya Positif, saya mengikuti serangkaian kegiatan yang dirancang untuk mendalami dan menerapkan konsep-konsep penting dalam menciptakan budaya positif di sekolah. Berikut adalah detail dari setiap tahapan yang saya lalui:
1. Mulai Dari Diri
Pada tahap ini, saya melakukan refleksi pribadi untuk mengaktifkan pengetahuan awal tentang konsep Pendidikan Ki Hadjar Dewantara. Saya merenungkan bagaimana konsep lingkungan dan budaya positif dapat diterapkan di sekolah. Saya juga menilai pengalaman pribadi dalam menghadapi permasalahan murid dan menganalisis pendekatan yang selama ini digunakan.
2. Eksplorasi Konsep
Dalam tahap eksplorasi, saya belajar secara mandiri tentang berbagai konsep penting:
Disiplin Positif dan Nilai-Nilai Kebajikan Universal: Saya mempelajari prinsip-prinsip disiplin yang tidak menghukum tetapi membangun karakter murid.
Teori Motivasi, Hukuman dan Penghargaan: Saya memahami bagaimana motivasi bekerja dan peran hukuman serta penghargaan dalam pengembangan perilaku murid.
Restitusi: Saya belajar tentang proses mengembalikan murid yang melanggar aturan ke dalam kelompok dengan cara yang konstruktif.
Keyakinan Kelas: Saya mempelajari pentingnya menetapkan keyakinan bersama di kelas.
Kebutuhan Dasar Manusia dan Dunia Berkualitas: Saya mendalami konsep kebutuhan dasar manusia dan bagaimana menciptakan dunia berkualitas untuk murid.
Restitusi Lima Posisi Kontrol dan Segitiga Restitusi: Saya memahami berbagai posisi kontrol dalam mengelola perilaku murid dan cara menerapkan segitiga restitusi dalam menyelesaikan permasalahan murid di sekolah.
3. Ruang Kolaborasi
Di tahap ini, saya bergabung dalam ruang pembelajaran daring bersama calon guru penggerak lainnya. Kami membentuk kelompok kecil untuk berdiskusi tentang materi yang telah dipelajari. Kami mendiskusikan cara-cara praktis menerapkan disiplin positif dan nilai-nilai kebajikan di sekolah. Hasil diskusi kemudian dipresentasikan di depan teman-teman calon guru penggerak lain, memberikan kesempatan untuk berbagi wawasan dan mendapatkan masukan.
4. Demonstrasi Kontekstual
Dalam tahap ini, saya mempraktikkan pemahaman saya tentang penerapan segitiga restitusi melalui studi kasus nyata di sekolah. Saya mengatasi dua kasus murid yang melanggar peraturan sekolah dengan pendekatan restitusi. Saya mengajak murid untuk memahami kesalahan mereka, menemukan solusi sendiri, dan memperbaiki perilaku mereka tanpa merasa dihukum.
5. Koneksi Antar Materi
Tahap ini bertujuan untuk mengaitkan konsep budaya positif dengan materi dari modul sebelumnya (1.1, 1.2, dan 1.3). Saya menyusun langkah dan strategi yang efektif, konkret, dan realistis untuk menerapkan budaya positif di sekolah. Saya memahami keterkaitan antara konsep-konsep tersebut dan bagaimana mereka saling mendukung untuk menciptakan lingkungan belajar yang kondusif.
6. Aksi Nyata
Pada tahap ini, saya diberikan tugas untuk mengunggah kegiatan saya yang berkaitan dengan penerapan budaya positif. Saya melakukan diseminasi dan diskusi terkait Penerapan Budaya Positif di sekolah bersama kepala sekolah dan guru-guru. Saya mendokumentasikan kegiatan tersebut untuk dibuat menjadi sebuah video sebagai bukti pelaksanaan aksi nyata yang diunggah melalui LMS.
Feelings (Perasaan):
Selama proses ini, saya merasa penasaran dan antusias dengan ilmu-ilmu baru yang saya pelajari. Pengalaman baru ini membuat saya merasa senang dan termotivasi untuk menerapkan pengetahuan baru di sekolah saya. Namun, ada juga perasaan bersalah ketika menyadari bahwa pendekatan saya sebelumnya dalam menangani permasalahan murid kurang tepat. Kesadaran ini muncul setelah memahami bahwa posisi kontrol yang lebih bersifat menghukum tidak efektif untuk pengembangan murid.
Findings (Pembelajaran):
Saya belajar tentang pentingnya memahami dan menerapkan Nilai-Nilai Kebajikan Universal, posisi kontrol yang tepat, teori motivasi, serta konsep hukuman dan penghargaan. Selain itu, saya memahami bahwa restitusi adalah cara efektif untuk membantu murid memperbaiki kesalahan mereka. Segitiga restitusi memungkinkan murid untuk kembali ke kelompok dengan karakter yang lebih kuat, tanpa merasa dihukum. Saya juga belajar bahwa kolaborasi dengan murid dalam menetapkan keyakinan kelas menciptakan peraturan yang lebih disepakati bersama dan efektif.
Future (Penerapan):
Kedepannya, saya berencana untuk menerapkan budaya positif di sekolah dengan langkah-langkah berikut:
Koordinasi dengan Kepala Sekolah: Saya akan berkoordinasi dengan kepala sekolah untuk menyampaikan keinginan dan ide saya dalam menerapkan budaya positif serta mendesiminasikan modul 1.4 kepada rekan sejawat.
Diskusi dengan Murid: Saya akan berdiskusi dengan murid untuk menetapkan keyakinan kelas dan nilai-nilai kebajikan yang disepakati bersama. Ini akan menjadi dasar dalam menciptakan aturan kelas yang dibuat bersama.
Penerapan Segitiga Restitusi: Saya akan menggunakan segitiga restitusi dalam menyelesaikan masalah murid, memastikan solusi muncul dari murid itu sendiri sehingga permasalahan diselesaikan dengan damai dan efektif.
Posisi Kontrol sebagai Manajer: Saya akan memposisikan diri sebagai manajer, bukan penghukum, dalam menghadapi permasalahan murid, membantu mereka memperbaiki kesalahan dengan cara yang konstruktif.
Kolaborasi dengan Komunitas Sekolah: Saya akan berkolaborasi dengan seluruh komunitas sekolah untuk melaksanakan keyakinan kelas dan keyakinan sekolah guna menciptakan budaya positif secara keseluruhan.
Dengan penerapan langkah-langkah ini, saya berharap bisa membawa perubahan positif di sekolah saya, menciptakan lingkungan belajar yang lebih berpihak bagi semua murid.