Bab 2
Menepati Janji, Mensyukuri Nikmat, Menjaga Lisan, dan Menutup Aib Orang Lain
Menepati Janji, Mensyukuri Nikmat, Menjaga Lisan, dan Menutup Aib Orang Lain
Memahami beberapa cabang iman (syu'ab al-iman), keterkaitan antara iman, Islam, dan ihsan.
Menganalisis cabang iman tentang menepati janji, mensyukuri nikmat, menjaga lisan dan menutupi aib orang lain
Mempresentasikan tentang menepati janji, mensyukuri nikmat, menjaga lisan, dan menutupi aib orang lain
Membiasakan sikap menepati janji, mensyukuri nikmat, menjaga lisan, dan menutupi aib orang lain
Rasulullah Saw. bersabda, ‘’Kalian tak akan masuk surga, sampai kalian beriman dan saling mencintai. Maukah kalian aku tunjukkan satu amalan, jika dilakukan membuat kalian saling mencintai? Itu adalah sebarkan salam’’ (HR. Muslim).
Berlandaskan Hadis tersebut, selain iman, syarat masuk surga adalah adanya suasana yang saling mencintai antarsesama manusia. Saling mencintai baru terasa, apabila salam sudah disebarkan. Bahkan, terhadap orang yang belum dikenal. Rasulullah juga bersabda, ‘’Berikan salam kepada orang yang kalian kenal, dan orang yang tidak dikenal.’’ (HR. AlBukhari dan Muslim).
Menyebarkan salam berarti menyebarkan kedamaian. Sebab, kata salam mengandung makna kedamaian, keselamatan, dan keamanan. Karena itu, orang yang mengucapkan salam, hakikatnya mengucapkan doa kepada pihak yang diberi salam, agar senantiasa mendapat kedamaian, kasih sayang, dan berkah dari Allah Swt. Setiap muslim yang mengucapkan salam, akan diganjar dengan kebaikan (pahala). Setiap ucapan, ‘’Assalamu ‘alaikum.’’ Sabda Rasulullah Saw., ‘’Orang ini mendapat 10 kebaikan.’’ Jika ada yang mengucapkan, ‘’Assalamu’alaikum wa rahmatullah.’’ Orang ini, mendapat 20 kebaikan.’’ Begitu juga, jika ada lagi yang mengucapkan, ‘’Assalamu ‘alaikum wa rahmatullah wa barakatuh.’’ Orang terakhir ini mendapat 30 kebaikan.’’ (HR. Ibnu Hibban dari Abu Hurairah).
Begitu pentingnya menyebarkan salam, sehingga yang berkendara memberi salam kepada yang berjalan kaki. Orang yang berjalan kaki, mengucapkan salam kepada yang duduk. Dua orang yang bertemu di jalan dan saling memberikan salam, maka yang lebih dahulu memulai, itu lebih utama. (HR. al-Bazzar dan Ibnu Hibban).
Jika sehari-hari, kita sudah terbiasa mengucapkan salam, seharusnya tidak ada lagi yang sampai hati berbuat zalim, menipu, membuka aib orang lain. Sebab, semua perilaku tersebut sangat bertentangan dengan hakikat salam. Yakni, memberikan kedamaian, ketenteraman dan keselamatan, termasuk memohon keberkahan dari Allah Swt. Begitulah, melalui hakikat dan makna salam, semua kegiatan diarahkan untuk mewujudkan keselamatan, kedamaian, atau memenuhi janji (sebagai bagian dari syukur nikmat), bukan mengumbar lidah untuk menyakiti, membuka aib, atau bentuk kezaliman yang lain.
Secara garis besar, Dinul Islam terdiri dari 3 pokok (rukun) ajaran, yaitu: Pertama: Akidah, yaitu pokok-pokok ajaran tentang keimanan yang dikenal dengan sebutan 6 Rukun Iman. Kedua; Syariah, yakni pokok-pokok ajaran tentang hukum Islam yang dikenal dengan istilah 5 Rukun Islam. Selanjutnya yang Ketiga: Akhlak, yaitu etika atau moralitas hidup manusia yang bersumber dari wahyu Allah Swt.
Ketiganya (Akidah, Syariah dan Akhlak) harus menyatu dan tidak boleh terpisah. Akidah (Iman) menghasilkan Syariah (Islam), dan Syariah tidak melupakan Akhlak (Ihsan). Tentunya, penyatuan tersebut memiliki makna yang amat dalam, bahwa kepribadian muslim itu ditopang oleh Iman, Islam dan Akhlak.
M. Quraish Shihab dalam karyanya ”Mutiara Hati” memaparkan bahwa iman itu bertingkat-tingkat yang secara berturut-turut dimulai pengetahuan yang disertai rasa takut, harapan, kekaguman, keyakinan, lalu cinta yang ditandai hubungan harmonis, dan puncaknya adalah leburnya hati dan pikiran. Iman adalah ketundukan hati kepada kebenaran, ketulusan lisan dalam pembenaran, dan patuhnya anggota tubuh dalam kebenaran”.
Al-Qur’án menggariskan, misalnya yang tersurat dalam Q.S. al-A’rāf/7: 96, Q.S. Ibrahīm/14: 23, dan Q.S. Yūnus/10: 9, bahwa orang beriman yang dibarengi dengan amal shaleh (sebagai realisasi Syariah dan Akhlak), dijanjikan kehidupan dunianya penuh dengan kebahagiaan, keberkahan, kemuliaan, dan di akhirat nanti dimasukkan ke dalam surga. Di samping itu, Rasulullah Saw. juga bersabda:
الاِيْمَانُ بِضْعٌ وَسِتُّوْنَ شُعْبَةً وَالْحَيَاءُ شُعْبَةً مِنَ الْاِيْمَانِ (رواه البخاري)
Artinya: Iman itu memiliki 63 cabang, sedangkan malu menjadi bagian dari cabang iman. (HR. al-Bukhāri)
Hadits ini menjelaskan, bahwa iman itu memiliki 63 cabang (bagian). Di antara cabang iman yang dibahas, sesuai materi ajar ada 4, yakni: (1) Memenuhi Janji, (2) Mensyukuri Nikmat, (3) Memelihara Lisan, dan (4) Menutupi Aib Orang Lain. Berikut ini, mari kita kaji bersama tentang keempat cabang iman tersebut:
Buatlah kelompok (1 kelas dibagi menjadi 4 kelompok) !
Setiap kelompok mendapatkan sub-materi dari materi ajar yang akan dipelajari, yakni
Memenuhi Janji,
Mensyukuri Nikmat,
Memelihara Lisan,
dan Menutupi Aib Orang Lain.
Hasil diskusi berupa file presentasi yang nantinya akan dipresentasikan masing-masing kelompok!
NB:
Ketika mengirim tugas, ada pertanyaan Jenis Tugas, silahkan dipilih : "TUGAS 2"
Setelah mengirim tugas, pastikan tugas kalian sudah terkirim. Untuk melihat tugas kalian sudah terkirim atau belum, silahkan klik link REKAP PENILAIAN di bawah ini!
Setelah kita belajar bersama-sama tentang Bukti Beriman: Memenuhi janji, Menjaga lisan, Mensyukuri Nikmat, dan Menutup aib orang lain. Sekarang waktunya kalian untuk mengukur pengetahuan kalian.
Silahkan mengerjakan Ulangan Harian Bab 2 melalui link di bawah ini.
Nb:
Hanya boleh mengerjakan satu kali saja.
Jika dua kali mengerjakan atau lebih dari dua kali, maka nilai yang diambil adalah hasil pengerjaan yang pertama.