Bab 6

Terbiasa Saling Menasihati dan Berbuat Baik


M a t e r i

Egois dan Kepala Batu Tak Ada untungnya 

Watak dan pembawaan orang pasti berbeda-beda. Ada orang yang berwatak keras dan ada orang yang berwatak lembut. Semua diciptakan Allah Swt. agar masing-masing dapat melengkapi dan menyempurnakan. Kita bisa bayangkan seandainya satu keluarga berwatak lembut semua tentunya keluarga tersebut menjadi kurang terdapat disiplin. Begitu pula seandainya satu keluarga berwatak keras semua jadinya keluarga tersebut mudah terjangkit stress. Allah Maha Adil telah menciptakan watak dan bawaan manusia berbeda yang satu dengan yang lainnya. 

Kita sering salah persepsi bahwa watak keras sama dengan egois atau keras kepala, padahal penerapannya berbeda. Seseorang yang memiliki watak keras kecenderungannya tegas dan lugas serta tidak mudah patah semangat. Sementara itu seseorang yang egois dan keras kepala memiliki kecenderungan tidak mau menerima pendapat dan masukan dari pihak lain. Jadi, yang kita dihindari adalah sikap egois dan keras kepala, bukan sifat orang yang berwatak keras.

Sikap egois dan keras kepala seseorang mudah ditandai dengan kedapataan tidak pernah mau tahu perasaan orang lain. Di pikirannya hanya ada kalimat “aku dan aku” serta apa yang diinginkan harus tercapai dengan cara apapun. Dalam kehidupan bermasyarakat, sikap egois dan keras kepala jangan dipelihara sebab manusia merupakan makhluk sosial yang selalu membutuhkan orang lain yang dapat saling menasehati dan memberikan masukan. 

Itu sebabnya Islam menjelaskan kebalikan ciri-ciri manusia yang merugi dalam Q.S. al-‘Ashr yaitu manusia yang mau saling menasehati. Dengan kata lain hubungan sosial di antara sesama manusia akan berjalan dengan baik dan harmonis menurut ajaran Islam jika sesama manusia selalu saling menasehati, saling membantu dan saling menjaga hubungan persaudaraan. Setiap orang pada dasarnya ingin dihormati dan diperlakukan secara baik. Oleh karena itu, kita harus selalu berusaha saling menasehati dalam kebaikan dan menjaga keharmonisan hubungan dengan orang lain. 

TUGAS LITERASI 6

Bacalah dan Hafalkan : 


Penilaian: 

KAJIAN Q.S. LUQMAN/31: 13-14


وَاِذْ قَالَ لُقْمٰنُ لِابْنِهٖ وَهُوَ يَعِظُهٗ يٰبُنَيَّ لَا تُشْرِكْ بِاللهِ، اِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيْمٌ (١٣) وَوَصَّيْنَا الْاِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ، حَمَلَتْهُ اُمُّهٗ وَهْنًا عَلٰى وَهْنٍ وَّفِصَالُهٗ فِيْ عَامَيْنِ اَنِ شْكُرْلِيْ وَلِوَالِدَيْكَ، اِلَيَّ الْمَصِيْرُ(١٤)

“Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, ketika dia memberi pelajaran kepadanya, “Wahai anakku! Janganlah engkau mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar.” dan kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambahtambah, dan menyapihnya dalam dua tahun bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepadaKulah kembalimu. (Q.S. Luqman/31:13-14) 

Siapa umat Islam yang tidak tahu seorang pria bernama Luqman? Pastinya semua umat Islam tahu. Ya, Luqman adalah seorang pria yang namanya diabadikan oleh Allah dalam al-Qur’an. Tepatnya dalam surat ke 31, Surat Luqman. Banyak ulama yang meriwayatkan tentang dirinya. Ada beberapa ulama yang mengatakan bahwa dia seorang nabi (tetapi bukan rasul), sehingga memanggilnya dengan Luqman a.s. (‘alaihissalam). Namun, ada juga yang mengatakan bahwa Luqman adalah seorang penggembala, yang Allah karuniakan kepadanya akhlaq dan kebaikan hati sehingga namanya harum dalam al-Qur’an. Pendapat yang paling banyak diterima adalah yang kedua, yaitu Luqman adalah seorang manusia dapata, bukan nabi atau rasul, tetapi memiliki hati dan akhlaq yang baik.  

Diriwayatkan, Luqman adalah seorang penggembala yang hidup selama 1000 tahun. Sehingga konon dia masih menjumpai masa di mana Nabi Daud a.s. berkuasa. Luqman sendiri diriwayatkan masih sedarah dengan Nabi Ayub a.s. dari keturunan Nabi Ibrahim a.s. Wallahu’alam bisshawab. Siapa pun Luqman, kita percaya bahwa ketika Allah mengharumkan nama dan nasehatnya dalam al-Qur’an, dia adalah seorang alim yang akhlaknya sungguh baik dan luar biasa.  

Suatu hari, Luqman beserta anak lelakinya dalam perjalanan menuju ke kota. Luqman menaiki keledainya, sedang si anak berjalan di sebelahnya. Orang-orang memperbincangkannya, bagaimana bisa seorang ayah tega naik keledai, sedangkan anaknya dibiarkan berjalan. Lalu setelah mendengarnya, Luqman turun dan menaikkan anaknya ke keledai, sedangkan dia berjalan di sebelahnya.  

Namun, orang-orang yang melihat kembali memperbincangkan mereka, bagaimana bisa seorang anak tega membiarkan ayahnya yang telah renta berjalan, sedangkan dia naik keledainya. Lalu, setelah mendengarnya, Luqman ikut naik ke atas keledai bersama anaknya, namun lagi-lagi orang memperbincangkan mereka.   

Orang-orang berkata, bagaimana bisa ada ayah dan anak yang tega menaiki keledai kecil sekaligus, kasihan sekali keledainya. Luqman yang mendengar perbincangan tersebut lalu mengajak anaknya turun dan mereka berjalan di sebelah keledainya. Namun, lagi-lagi orang kembali memperbincangkan mereka. Bagaimana ada seorang ayah dan anak bodoh yang berjalan kaki begitu saja, sedangkan mereka memiliki keledai yang bisa dinaiki. Luqman kemudian diam saja sampai di kota.   

Sesampainya di kota, Luqman mendudukkan anak lelakinya dan memberinya nasehat. Bahwasanya, apapun perkataan manusia adalah perkataan semata. Kita tak perlu memusingkan apa perkataan mereka, karena kebenaran hanyalah milik Allah semata. Di antara nasehat yang disampaikan Luqman kepada putranya adalah (a) jangan sekali-kali menyekutukan Allah sebab perbuatan syirik merupakan dosa besar yang tak terampuni; (b) bersikap taat dan berbuat baik kepada kedua orang tua yang memiliki andil besar dalam kelangsungan hidup setiap anak manusia. 

Q.S. AL-BAQARAH/2: 83


وَاِذْ اَخَذْنَا مِيْثَاقَ بَنِيْٓ اِسْرَآءِيْلَ لَا تَعْبُدُوْنَ اِلَّا اللهَ وَبِالْوَالِدَيْنِ اِحْسَانًا وَّذِ الْقُرْبٰى وَالْيَتٰمٰى وَالْمِسْكِيْنِ وَقُوْلُوْا لِلنَّاسِ حُسْنًا وَّاَقِيْمُوا الصَّلٰوةَ وَاٰتُوا الزَّكٰوةَ، ثُمَّ تَوَلَّيْتُمْ اِلَّا قَلِيْلًا مِّنْكُمْ وَاَنْتُمْ مُّعْرِضُوْنَ(٨٣)

“Dan (ingatlah) ketika kami mengambil janji dari Bani Israuk, “Janganlah kamu menyembah selain Allah, dan berbuat baiklah kepada kedua orang tua, kerabat, amak-anak yatim, dan orang-orang miskin. Dan bertuturkatalah yang baik kepada manusia, laksanakanlah shalat dan tunaikanlah zakat.” Tetapi kemudian kamu berpling (mengingkari), kecuali sebagian kecil dari kamu, dan kamu (masih menjadi) pembangkang. (Q.S. al-Baqarah/2: 83) 

Ayat ini turun berhubungan dengan peristiwa Raja Najasy dan para pendeta. Ketika mereka mendengar ayat al-Qur’an ini dibaca di hadapan mereka, melelehlah air mata mereka karena yakin dan percaya terhadap isi kandungan ayat-ayat tersebut. Ayat ini turun sebagai ketegasan, bahwa di antara ahli kitab (Bani Israil) ada juga yang beriman kepada Allah Swt. dan apa yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw. Sekalipun jumlahnya sangat sedikit. 

Allah mengingatkan kepada Bani Israil mengenai beberapa perkara yang telah diperintahkan semenjak nenek moyang mereka, yaitu: ‘tidak menyekutukan Allah, dan berbuat baiklah kepada ibu bapak, kaum kerabat, anak-anak yatim, dan orang-orang miskin, serta berkata-kata yang baik kepada manusia, mendirikan shalat dan menunaikan zakat. Allah Swt mengambil janji dari mereka untuk mengerjakan perintah tersebut. Namun, kebanyakan mereka berpaling dan mengingkari semua itu secara sengaja, sedangkan mereka mengetahui dan mengingatnya. Hanya segelintir Bani Israil yang memenuhi janji Allah Swt. 

TUGAS 6

Carilah tafsir dari : 


Nb : 

RANGKUMAN

ULANGAN HARIAN BAB 6

Setelah kita belajar bersama-sama tentang Terbiasa Saling Menaseihati dan Berbuat Baik. Sekarang waktunya kalian untuk mengukur pengetahuan kalian.  

Silahkan mengerjakan Ulangan Harian Bab 6 melalui link di bawah ini. 

Nb: