Dosen Mata Kuliah: Ir. Afferdhy Ariffien, MT
Disusun Oleh :
Widia Asih (182230172)
Siskalia Maulidina ( 182230211)
Salwa Fathiya ( 182230202)
Syarah Amalia ( 182230145)
Enjelita napitupulu ( 182230186)
Risma Fauziah (182230196)
Kelas :1 Logistik D
DEFINISI GUDANG
MENURUT LAMBERT AND STOCK (2001)
Bagian sistem logistic prerusahaan yang menyimpan produk-produk (raw materials, parts, goods-in-processs, finished goods) pada dan antara point-of-origin dan point-of-cumsumption, dan menyediakan informasi kepada manajemen mengenai status, kondisi, dan diposisi dari item-item yang disimpan.
TUJUAN GUDANG
Penyimapanan barang, manajemen stok, perlindungan barang, efesiensi operasional, distribusi barang, penghematan biaya, keterdiaan barang, pemenuhan pesanan.
KLASIFIKASI GUDANG
1. Gudang milik sendiri (private werehouse)
2. Gudang umum (public werehouse)
PERANAN PERGUDANGAN DALAM SUPPLY CHAIN
1. Inbound consolidation
2. Goods in process (product mixing)
3. Outbond consolidation
4. Outbound dispertion (break bulk)
PERAN VITAL GUDANG ;
Memenuhi level of customer sevice pada total ongkos yang paling rendah. Ada beberapa peran kunci Gudang yang berkontribusi pada mencapai keseimbangan;
1. Manajemen stok
2. Pemrosesan pesanan yang cepat
3. Tata letak Gudang yang efesien
4. Teknologi pemantauan dan otomasi
5. Manajemen transportasi yang optimal
PERAN GUDANG DALAM SISTEM SUPPLY CHAIN
Lebih banyak eksekusi dan transaksi engan kuantitas lebih kecil
Menyimpan item lebih banyak
Melayani lebih baik
Pelayanan dengan value added lebih baik
Mampu memproses lebih banyak pengambilan barang
Lebih banyak menerima dan mengirim pesanan internasional
TANTANGAN GUDANG
Diperlukan lebih sedikit waktu untuk memproses pesanan
Prosentase kesalahan lebih kecil
Personil mampu bicara bahasa innggris
FUNGSI GUDANG
Penerimaan (receiving) & pembongkaran (unloading)
Penyimpanan (storage)
Pengemasan (packaging) dan pemberian label (marking / barcoding)
Pemeriksaan (checking)
Pemilihan order (order selection / picking)
Pergerakan interen (handling)
Pengeluaran barang ( loading dan shipping)
Pemeliharaan barang
Pengukuran berat (weighing)
Staging and consolidation
Penerimaan barang yang dikembalikan oleh konsumen
Koordinasi
Pencatatan (administrative/clerical)
Pemeliharaan peralatan material handling
AKTIVITAS WEREHOUSING
RECEIVING
Penerimaan barang yang datang sesuai dengan aturan perusahaan.
Menjamin bahwa kualitas dan kuantitas material sesuai dengan pesanan perusahaan.
Penempatan material di gudang atau ke bagian lain yang memerlukan.
Hal 30-50
DUA DASAR KEPUTUSAN DALAM MODEL EOQ
1. Replenishment Cycle : merupakan jumlah bahan mentah yang harus dipesan pada saat bahan tersebut perlu dibeli kembali.
2. Reorder Point : waktu yang perlu dilakukan untuk pembelian kembali bertujuan untuk mengisi persediaan.
ASUMSI MODEL EOQ
1. Jumlah kebutuhan bahan mentah yang sudah ditentukan secara pasti untuk periode satu tahun.
2. Penggunaan bahan pada tingkat yang konstan secara kontinu.
3. Pesanan diterima sesuai dengan tingkat persediaan.
4. Harga konstan selama periode.
SAFETY STOCK
Persediaan tambahan untuk berjaga-jaga terhadap perubahan tingkat penjualan atau kelambatan produksi-pengiriman.
Penentuan besarnya safety stock :
1. Faktor pengalaman
2. Faktor dugaan
3. Biaya
4. Keterlambatan
SISTEM PENGENDALIAN PERSEDIAAN
1. Metode garis merah (red Line Method)
2. Metode dua peti (Two Bin method)
3. Sistem Pengendalian Persediaan dengan Komputer (Computerized Inventory Control System)
4. Sistem A B C
Model Economic Order Quantity (EOQ) merupakan suatu metode manajemen persediaan yang bertujuan untuk menentukan kuantitas pesanan yang ekonomis. Model ini memperhitungkan biaya persediaan yang paling ekonomis, seperti biaya penyimpanan dan biaya pemesanan ulang. Beberapa kelebihan dari model EOQ antara lain dapat dijadikan dasar perencanaan, serta mampu mengatasi ketidakpastian penggunaan safety stock. Rumus EOQ dapat dihitung menggunakan rumus matematika tertentu yang melibatkan variabel-variabel seperti biaya penyimpanan, harga beli per unit, dan frekuensi pemesanan. Model ini juga mempertimbangkan adanya diskon kuantitas dalam pembelian. Selain itu, penerapan Warehouse Management System (WMS) juga dapat menjadi bagian penting dalam mengelola persediaan secara efisien.
Manajemen logistik meliputi berbagai aspek, termasuk perencanaan, implementasi, dan pengendalian, mulai dari layanan pelanggan, peramalan permintaan, manajemen persediaan, penanganan material, proses pemesanan, pengadaan, lalu lintas dan transportasi, logistik terbalik, hingga manajemen gudang dan penyimpanan.
Proses Inbound
Permasalahan yang ada pada tahap ini muncul ketika terdapat permintaan inbound stok barang, tetapi data permintaan tersebut tidak terintegrasi dengan database stok pada gudang. Hal ini tentu akan merugikan bisnis. Mulai dari permasalahan pada perbedaan jumlah stok pada gudang, terjadi kelebihan stok, hingga menumpuknya stok yang sudah kadaluarsa.
Stok barang yang baru masuk juga perlu untuk dicatat dan disimpan sesuai dengan jenisnya. Akan tetapi, jika tahap inbound dilakukan secara manual, besar kemungkinan akan terjadi barang hilang ataupun jumlah tidak sesuai dengan pesanan.
Proses Outbound
Pada proses outbound stok barang, permasalahan yang sering dijumpai mirip pada proses inbound, yaitu ketika ada permintaan outbound barang dan proses pendataan. Pencatatan yang dilakukan secara manual membuat jumlah stok barang tidak sama, sehingga ketika ada permintaan pengiriman, bisa terjadi kehabisan stok barang.
Permasalahan lain yang ditemukan yaitu persiapan dan permintaan armada pengiriman yang dilakukan secara manual. Tentunya proses ini akan memakan waktu yang lama dan akan menghambat arus pergerakan barang.
Stock Transfer Order
Fitur Stock Transfer order pada WMS mempermudah perusahaan dalam melakukan manajemen perpindahan barang dari lokasi gudang asal ke lokasi gudang tujuan, tanpa adanya transaksi. Jika perusahaan memiliki lokasi penyimpanan yang tersebar diberbagai wilayah, fitur ini dapat membantu melacak dan melakukan penghitungan stok barang melalui satu sistem.
Manfaat dari fitur ini adalah untuk mengalokasikan ketersediaan stok barang dengan baik dan merata diberbagai lokasi penyimpanan. Dengan begitu, perusahaan akan dapat memenuhi permintaan konsumen dengan cepat, karena ketersediaan stok barang yang merata diberbagai lokasi.
WMS Prieds dapat diintegrasi ke berbagai sistem ERP
Perusahaan dengan bisnis manufaktur maupun distributor umumnya telah menerapkan sistem Enterprise Resource Planning (ERP) pada proses bisnisnya. Kelebihan yang ditawarkan sistem ERP yaitu memiliki beragam modul, salah satunya yaitu Warehouse Management System (WMS). Untuk mendapatkan beragam keuntungan dan kontrol yang akurat pada manajemen gudang, WMS Prieds memiliki kemampuan untuk bisa diintegrasikan dengan berbagai sistem ERP yang sudah ada. Integrasi ini berfungsi untuk membantu efisiensi dan akurasi proses operasional melalui API integration, sehingga data transaksi dan seluruh aktivitas yang terjadi di ERP bisa dilanjutkan ke WMS Prieds.
Secara garis besar, proses integrasi WMS Prieds ke berbagai sistem ERP dapat dilakukan dengan 3 cara yang dibedakan melalui flow data, yaitu manual, semi-automatic dan fully-automatic. Sehingga perusahaan dapat menyesuaikan dengan kebutuhan bisnis. Untuk mengetahui lebih lengkapnya, berikut tahapan integrasi WMS Prieds dengan sistem ERP yang sudah ada.
· Cara pertama yaitu flow data manual. Metode ini menerapkan konsep ekspor-impor data yang dilakukan secara manual antar sistem. Pegawai gudang melakukan proses perpindahan data sesuai dengan format data yg bisa diterima oleh sistem ERP, seperti XML, CSV, atau JSON. Cara integrasi manual sangat bergantung pada ketelitian dari pegawai gudang saat melakukan perpindahan data. Kekurangan dari cara ini yaitu rentan terjadi human error.
· Cara kedua yaitu flow data semi-automatic. Cara ini hanya memungkinkan data dari sistem ERP masuk ke sistem WMS secara otomatis, tetapi untuk flow data dari WMS ke sistem ERP perlu dilakukan secara manual oleh pegawai gudang. Cara semi-automatic biasanya terjadi ketika sistem WMS memiliki otorisasi untuk mengakses ke database sistem ERP untuk menarik data, tetapi akses untuk mengupdate database ERP tidak ada. Hal ini bisa dikarenakan sistem ERP belum memiliki fitur Open-API. Jika dilihat, cara kedua sedikit meminimalisir terjadinya human error, namun saat melakukan perpindahan data dari WMS ke sistem ERP perlu dilakukan dengan teliti.
· Cara terakhir yang sangat direkomendasikan yaitu flow data yang fully-automatic. Perpindahan data dari WMS ke sistem ERP maupun sebaliknya terjadi secara otomatis dan real-time. Untuk menerapkan cara ini diperlukan fitur Open-API, baik pada sistem ERP maupun sistem WMS. Keunggulan yang ditawarkan dengan perpindahan data yang otomatis yaitu menekan angka kesalahan akibat human error. Sehingga data yang diperoleh memiliki akurasi yang tinggi dan proses manajemen menjadi lebih efisien.
Daftar Pustaka
https://www.perplexity.ai/search/rangkuman-tentang-werehousing-9ynFLFexSO6eFOMyFshg1w?s=mn
https://www.perplexity.ai/search/rangkuman-tentang-werehousing-wvLf5UoSROqxO74o32x2ZQ?s=mn