KELOMPOK 3
Bella Puspita (182230123)
Ferdinansyah (182230222)
Gema Pratama (182230214)
Rahadatul Putri Inayah (182230069)
Revin Revanza Harisman (182230160)
Supply chain management adalah proses pengelolaan aliran barang dan jasa dari dan ke sebuah perusahaan, termasuk setiap langkah yang terlibat dalam mengubah bahan baku dan komponen menjadi produk akhir dan mengantarkannya ke pelanggan. SCM bertujuan untuk meningkatkan efisiensi, kualitas, pengalaman pelanggan, dan keuntungan dalam bisnis.
Gambar tersebut adalah diagram yang menunjukkan proses manajemen rantai pasokan, yaitu konsep yang mengintegrasikan aktivitas-aktivitas yang terlibat dalam pengadaan, produksi, dan distribusi barang dan jasa dari pemasok ke konsumen. Proses ini melibatkan enam bagian, yaitu bahan baku, pemasok, manufaktur, distribusi, pelanggan, dan konsumen. Bahan baku adalah sumber daya alam atau bahan mentah yang digunakan untuk membuat produk. Pemasok adalah perusahaan atau individu yang menyediakan bahan baku, komponen, atau jasa kepada perusahaan manufaktur. Manufaktur adalah proses mengubah bahan baku atau komponen menjadi produk jadi atau setengah jadi. Distribusi adalah proses mengirimkan produk jadi atau setengah jadi dari pabrik ke pelanggan. Pelanggan adalah perusahaan atau individu yang membeli produk dari perusahaan manufaktur atau distributor. Konsumen adalah perorangan atau kelompok yang menggunakan produk untuk memenuhi kebutuhan atau keinginan mereka. Diagram ini menggambarkan alur barang dan jasa dari sumber bahan baku hingga konsumen akhir dengan menggunakan panah. Diagram ini juga menggunakan ilustrasi untuk mewakili setiap bagian, seperti pabrik, gudang, truk, toko, dan orang-orang. Diagram ini bertujuan untuk memberikan gambaran umum tentang manajemen rantai pasokan dan bagaimana setiap bagian saling berhubungan.
Definisi SCM
Dalam definisi dari Stanford Supply Chain Forum, SCM dipahami sebagai manajemen yang erat terkait dengan aliran material, informasi, dan finansial dalam suatu jaringan yang melibatkan supplier, perusahaan, distributor, dan pelanggan. Fokusnya pada integrasi aliran ini untuk memastikan bahwa proses dari supplier hingga pelanggan terkoordinasi dengan baik. Sementara itu, menurut Simchi-Levi, et al., SCM adalah serangkaian pendekatan yang bertujuan untuk mengintegrasikan supplier, pengusaha, gudang, dan tempat penyimpanan lainnya secara efisien. Tujuan utamanya adalah memproduksi dan mendistribusikan produk dengan jumlah yang tepat, lokasi yang tepat, dan waktu yang tepat untuk meminimalkan biaya dan memenuhi kebutuhan pelanggan. Dari kedua definisi tersebut, dapat dirangkum bahwa SCM melibatkan koordinasi yang efisien dari semua elemen dalam rantai pasokan, mulai dari pengadaan bahan baku hingga distribusi produk jadi, dengan fokus pada pengintegrasian, efisiensi operasional, dan kepuasan pelanggan.
Konsep SCM
Uraian tentang konsep SCM yang mencakup setiap rantai pasokan dari supplier hingga konsumen:
1. Chain 1: Suppliers
Merupakan titik awal rantai pasokan yang melibatkan supplier utama dan sub-supplier. Supplier adalah sumber bahan baku, komponen, atau produk jadi yang diperlukan untuk produksi.
2. Chain 1-2: Suppliers → Manufacturer
Aliran dari supplier menuju pabrik atau produsen. Kolaborasi yang baik antara supplier dan produsen penting untuk efisiensi produksi, pengelolaan persediaan yang lebih baik, dan penghematan biaya.
3. Chain 1-2-3: Suppliers → Manufacturer → Distributors
Produk jadi dari pabrik disalurkan melalui distributor. Distributor bertindak sebagai penghubung antara produsen dan pengecer. Tujuannya adalah menyebarkan produk ke berbagai lokasi dengan efisiensi yang maksimal.
4. Chain 1-2-3-4: Suppliers → Manufacturer → Distributors → Retailers
Distributor mengirimkan produk ke gudang pengecer atau toko ritel. Di sini, pengelolaan inventaris dan strategi penyimpanan sangat penting untuk meminimalkan biaya dan memaksimalkan ketersediaan produk.
5. Chain 1-2-3-4-5: Suppliers → Manufacturer → Distributors → Retailers → Customers
Produk akhir sampai di tangan konsumen melalui pengecer atau toko ritel. Pada titik ini, fokus utama adalah kepuasan pelanggan dengan menyediakan produk yang berkualitas, layanan yang baik, dan pengalaman belanja yang memuaskan.
Setiap rantai ini memerlukan manajemen yang cermat dari informasi, logistik, dan koordinasi antarbagian. Faktor-faktor seperti estimasi permintaan, prediksi persediaan, manajemen risiko, serta kepatuhan terhadap regulasi menjadi kunci dalam menjaga kelancaran rantai pasokan.
Terkadang, integrasi teknologi seperti sistem manajemen inventaris, perencanaan sumber daya perusahaan (ERP), atau alat analitik data dapat membantu meningkatkan efisiensi dan responsivitas rantai pasokan.
Dengan memahami setiap langkah dalam rantai pasokan, perusahaan dapat mengidentifikasi area di mana mereka dapat mengoptimalkan proses, meningkatkan kualitas, dan mengurangi biaya, sehingga meningkatkan daya saing mereka di pasar.
Keunggulan Kompetitif
Keunggulan kompetitif merupakan kunci penting bagi kesuksesan suatu perusahaan. Sumber keunggulan ini terletak pada kemampuan perusahaan untuk membedakan dirinya melalui nilai yang ditawarkan kepada konsumen (value advantage) atau dengan cara bekerja dengan biaya rendah atau memperoleh laba yang lebih tinggi (cost advantage atau productivity).
Manajemen logistik dan supply chain (SCM) merupakan salah satu jalur untuk mencapai keunggulan kompetitif. Dengan mengelola secara efisien rantai pasokan, perusahaan dapat meningkatkan nilai produk atau layanan mereka kepada konsumen, mengoptimalkan biaya produksi, serta meningkatkan produktivitas. Melalui pengelolaan yang baik dalam hal pengadaan, produksi, distribusi, dan penyimpanan, perusahaan dapat mengukir posisi yang unggul di pasar yang kompetitif.
Mencapai Keunggulan Kompetitif Melalui Manajemen Logistik
Manajemen logistik berperan penting dalam memastikan efisiensi operasional yang optimal, manajemen persediaan yang efektif, dan peningkatan layanan yang akan mendukung pencapaian keunggulan kompetitif. Pengelolaan rantai pasokan, distribusi, penyimpanan, dan transportasi barang merupakan aspek krusial yang harus dikelola dengan baik agar perusahaan dapat mempertahankan daya saingnya.
Value Chain dan Aktivitasnya:
1. Primary Activities:
Inbound Logistics: Tahapan ini memerlukan sistem pengendalian material dan persediaan yang efisien. Efektivitas pengelolaan pergudangan untuk bahan baku menjadi penting karena akan berdampak langsung pada kelancaran proses produksi.
Operations: Di sini, fokus pada produktivitas operasional, efisiensi penggunaan peralatan dibandingkan dengan pesaing, dan pengendalian proses produksi. Tata letak pabrik yang tepat dan otomatisasi yang cerdas juga merupakan faktor penting.
Outbound Logistics: Setelah produk jadi dihasilkan, efisiensi distribusi ke pelanggan menjadi krusial. Pengelolaan pergudangan barang jadi yang efisien juga memainkan peran penting dalam memastikan produk tersedia tepat waktu.
Market and Sales: Bagian ini fokus pada efektivitas riset pasar untuk memahami kebutuhan pelanggan, inovasi dalam promosi dan distribusi, pengembangan merek, serta layanan pelanggan yang memuaskan.
Services: Memiliki sistem yang mampu menampung masukan dari pelanggan, tanggapan yang cepat terhadap keluhan, kebijakan jaminan yang baik, dan layanan purna jual yang efisien merupakan bagian dari strategi untuk mempertahankan pelanggan.
2. Support Activities:
Infrastructure: Koordinasi dan integrasi seluruh aktivitas yang terkait dalam value chain, sistem informasi yang mendukung pengambilan keputusan, serta reputasi publik terhadap perusahaan menjadi bagian dari infrastruktur yang dibutuhkan.
Human Resources Management: Efektivitas dalam merekrut, melatih, dan mengembangkan karyawan yang terampil dan berkompeten, sistem penghargaan yang mendorong motivasi, serta lingkungan kerja yang mendukung kinerja optimal karyawan.
Technology Development: Fokus pada keberhasilan riset dan pengembangan produk baru, mutu laboratorium, dan lingkungan yang mendorong inovasi serta kreativitas dalam perusahaan.
Procurement: Peran ini tidak kalah pentingnya, meski dianggap sebagai bagian dari aktivitas pendukung. Pengelolaan pengadaan bahan baku, bahan penolong, dan efisiensi prosedur pengadaan barang sangat mempengaruhi biaya produksi dan mutu produk akhir.
Dengan memahami setiap elemen dalam Value Chain, perusahaan dapat memfokuskan upaya mereka dalam meningkatkan efisiensi, memaksimalkan nilai yang ditawarkan kepada pelanggan, dan menciptakan strategi yang tepat untuk menguasai pasar. Manajemen logistik yang cermat akan menjadi kunci dalam mencapai tujuan ini.
Mencapai Keunggulan Kompetitif Melalui Manajemen Supply Chain (SCM)
Untuk mencapai keunggulan kompetitif melalui manajemen Supply Chain (SCM), fokus pada aktivitas logistik menjadi krusial karena SCM merupakan perluasan dari kegiatan logistik dalam suatu perusahaan. Adapun kegiatan yang mendukung pencapaian keunggulan kompetitif dalam SCM dapat dibagi menjadi beberapa aspek penting.
Pertama, dukungan terhadap value advantage terkait dengan pemahaman terhadap kebutuhan dan preferensi konsumen. Ini melibatkan pencarian layanan yang diinginkan konsumen dan pengembangan layanan yang unggul berdasarkan preferensi tersebut. Dalam konteks logistik, layanan yang mencakup penyediaan barang sesuai permintaan, pengiriman yang cepat, penyediaan suku cadang, serta kehandalan dalam transportasi menjadi poin penting.
Kedua, dukungan terhadap productivity advantage yang mencakup pengelolaan inventaris, penggunaan kapasitas optimal, perencanaan inventaris bersama dengan seluruh mata rantai pasokan, serta optimasi harga pembelian barang.
Selain itu, dukungan secara umum dalam mencapai keunggulan kompetitif melibatkan eliminasi sikap yang membangun entitas sendiri di dalam perusahaan, pemeliharaan kesadaran akan pentingnya keunggulan kompetitif, serta pengelolaan aliran informasi yang akurat dan real-time.
Penting untuk diingat bahwa SCM bukan sekadar mengelola pasokan barang dari sumber hingga ke konsumen, tetapi merupakan integrasi dari seluruh rantai pasokan sebagai kesatuan yang utuh. Fokus pada pengembangan hubungan partnering dan co-makership dengan organisasi di hulu maupun hilir menjadi kunci. Partnering menekankan pada kemitraan, sementara co-makership menekankan pada kolaborasi dalam proses pembuatan barang bersama.
Evolusi SCM
Evolusi SCM menunjukkan perjalanan dari ketidaksempurnaan integrasi internal dan eksternal dalam rantai pasokan menuju tingkat integrasi yang lebih tinggi. Ini mencakup langkah-langkah dari keterpisahan fungsi-fungsi terkait menjadi kolaborasi yang lebih terpadu dan fokus pada kompetisi antara rantai pasokan daripada hanya antara perusahaan dalam rantai tersebut. Berikut Uraiannya :
1. Stage 1 – Baseline:
Pada tahap awal ini, departemen seperti pembelian, pengendalian material, produksi, penjualan, dan distribusi beroperasi secara independen. Fokus utamanya adalah pada fungsi masing-masing tanpa koordinasi yang erat antarbagian.
2. Stage 2 – Functional Integration:
Tahap ini menandai langkah menuju integrasi antar fungsi internal yang lebih dekat, seperti manajemen material, manufaktur, dan distribusi yang mulai berkolaborasi. Misalnya, produksi mulai berkoordinasi dengan pengendalian inventaris.
3. Stage 3 – Internal Integration:
Fase selanjutnya adalah integrasi internal yang lebih dalam, di mana manajemen material, manufaktur, dan distribusi terintegrasi dalam perencanaan dan pengawasan internal perusahaan. Kolaborasi antar departemen menjadi lebih terkoordinasi.
4. Stage 4 – External Integration:
Tahap terakhir adalah integrasi eksternal yang melibatkan pemasok, rantai pasokan internal, dan pelanggan. Ini melibatkan perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan yang terintegrasi secara menyeluruh dari seluruh rantai pasokan.
Pentingnya evolusi ini terkait dengan pernyataan bahwa persaingan sebenarnya terjadi antara rantai pasokan, bukan hanya antara perusahaan di hulu dan hilir. Fokus telah berubah dari persaingan perusahaan ke persaingan antar-rantai pasokan.
Persamaan Manajemen Logistik dengan SCM
Persamaan antara manajemen logistik dan Supply Chain Management (SCM) sangat terkait dengan fokus mereka pada pengelolaan dan pengendalian arus barang atau jasa secara menyeluruh. Baik manajemen logistik maupun SCM berkaitan erat dengan aspek pembelian, pergerakan, penyimpanan, pengangkutan, administrasi, dan distribusi barang atau jasa. Beberapa persamaan diantaranya adalah :
Keduanya menekankan pengelolaan arus barang atau jasa dari sumber hingga ke konsumen akhir.
Baik manajemen logistik maupun SCM melibatkan aspek pembelian, pergerakan, penyimpanan, pengangkutan, administrasi, dan distribusi barang atau jasa.
Tujuan utama keduanya adalah meningkatkan efisiensi dan efektivitas dalam pengelolaan barang.
Manajemen logistik merupakan bagian yang terkait dalam cakupan yang lebih luas dari SCM, yang melibatkan strategi dan pengelolaan menyeluruh dari sumber bahan baku hingga produk akhir kepada pelanggan.
Dalam keseluruhan, keterkaitan antara manajemen logistik dan SCM sangat erat, dengan fokus yang serupa terhadap pengelolaan arus barang dan upaya meningkatkan efisiensi dalam rantai pasokan.
Perbedaan Manajemen Logistik dengan SCM
Beberapa perbedaan mendasar antara manajemen logistik dan Supply Chain Management (SCM):
1. Cakupan:
Manajemen Logistik: Lebih terfokus pada pengelolaan operasional dan taktis dari kegiatan logistik seperti penyimpanan, transportasi, dan distribusi barang.
SCM: Lebih luas, melibatkan integrasi strategis dari semua aspek rantai pasokan termasuk pengadaan, produksi, distribusi, dan interaksi dengan pemasok serta pelanggan.
2. Fokus:
Manajemen Logistik: Lebih berfokus pada tugas-tugas spesifik dalam rantai pasokan, seperti optimasi persediaan, pengangkutan, dan pergudangan.
SCM: Lebih berorientasi pada koordinasi dan integrasi seluruh aliran proses bisnis dan komunikasi antar bagian, baik internal maupun eksternal.
3. Waktu dan Ruang Lingkup:
Manajemen Logistik: Lebih terbatas pada aspek operasional yang langsung terkait dengan logistik, seperti pengiriman, manajemen persediaan, dan transportasi.
SCM: Lebih memperhatikan visibilitas dan pengelolaan risiko secara menyeluruh di seluruh rantai pasokan, termasuk perubahan pasar, fluktuasi harga, dan ketersediaan bahan baku.
4. Pendekatan:
Manajemen Logistik: Lebih bersifat taktis dan operasional, berfokus pada perencanaan dan pelaksanaan operasional harian.
SCM: Lebih strategis dengan penekanan pada kolaborasi, kemitraan, inovasi, dan integrasi sistem untuk meningkatkan efisiensi dan responsivitas rantai pasokan.
5. Sifat Keterlibatan:
Manajemen Logistik:Lebih terkait dengan aktivitas dan fungsi spesifik dalam rantai pasokan.
SCM: Lebih terlibat dalam merencanakan, mengarahkan, dan mengontrol aktivitas di seluruh rantai pasokan, termasuk pemasok, produsen, distributor, dan pelanggan.
Karakteristik Produk dan Pasar
Produk fungsional memiliki siklus hidup yang panjang, sedangkan produk inovatif memiliki siklus hidup yang lebih pendek. Produk fungsional umumnya memiliki variasi yang lebih sedikit per kategori dengan volume yang tinggi, sementara produk inovatif memiliki variasi yang lebih besar dengan volume yang rendah. Permintaan produk fungsional lebih mudah diprediksi, sementara untuk produk inovatif, peramalan permintaannya sangat sulit. Produk fungsional cenderung memiliki kekurangan yang jarang terjadi dan kelebihan persediaan yang mendekati 0%, sedangkan produk inovatif sering mengalami kelebihan persediaan. Pada akhir musim penjualan, kelebihan persediaan pada produk fungsional cenderung rendah, sedangkan pada produk inovatif sering terjadi. Biaya penurunan harga jual lebih rendah pada produk fungsional, tetapi margin keuntungan per unit yang terjual dengan harga normal cenderung tinggi baik untuk produk fungsional maupun inovatif.
Strategi Fit pada SC
Strategi-fit dalam SCM mencakup pemilihan lokasi fisik yang optimal, pengelolaan persediaan yang tepat, efisiensi transportasi, penggunaan informasi yang cerdas, strategi sourcing yang tepat, serta penetapan harga yang mendukung efisiensi dan keuntungan perusahaan. Ini semua bertujuan untuk menyelaraskan setiap bagian dari rantai pasokan agar saling mendukung dan mencapai tujuan secara holistik. beberapa aspek kunci dalam pengelolaan rantai pasokan :
Facilities:
Lokasi Fisik:
Analisis fungsi dan kapasitas dari lokasi produksi dan penyimpanan.
Evaluasi lokasi agar mendukung efisiensi, responsif terhadap permintaan, dan penghematan biaya.
Inventory:
Cycle, Safety, dan Seasonal Inventory:
Analisis perhitungan tingkat persediaan untuk siklus, keselamatan, dan musiman.
Menjaga tingkat ketersediaan produk agar dapat memenuhi permintaan pelanggan dengan efisiensi.
Transportation:
Desain Jaringan Transportasi:
Meninjau desain jaringan transportasi untuk mendukung efisiensi pengiriman.
Pemilihan moda transportasi yang sesuai untuk mengoptimalkan pengiriman produk.
Information:
Push vs Pull dan Koordinasi:
Penentuan apakah perencanaan berbasis permintaan (pull) atau persediaan (push) lebih cocok.
Koordinasi dan berbagi informasi yang efektif antar seluruh rantai pasokan.
Pemanfaatan teknologi untuk memungkinkan dan meningkatkan kinerja rantai pasokan.
Sourcing:
Pemilihan Sumber Daya dan Pemasok:
Evaluasi antara produksi dalam perusahaan atau outsourced.
Proses pemilihan pemasok, negosiasi langsung, dan strategi pengadaan yang sesuai.
Pricing:
Strategi Harga:
Analisis terhadap pricing, termasuk ekonomi skala, strategi pricing harian atau musiman, dan pemilihan model harga yang sesuai.
Supply Chain Management (SCM) adalah disiplin yang mengelola aliran barang dan jasa dari pemasok hingga pelanggan, memprioritaskan efisiensi, kualitas, pengalaman pelanggan, dan keuntungan perusahaan. Ilustrasi grafis menunjukkan perjalanan produk dari bahan baku hingga konsumen, mengidentifikasi 6 tahapan kunci: bahan baku, pemasok, manufaktur, distribusi, pelanggan, dan konsumen. Definisi SCM menggarisbawahi integrasi material, informasi, dan finansial dalam jaringan pemasok, perusahaan, distributor, dan konsumen. Konsep SCM mengeksplorasi lima rantai pasokan, masing-masing membutuhkan manajemen informasi, logistik, dan koordinasi yang cermat. Keunggulan kompetitif ditekankan pada keuntungan nilai atau biaya. Manajemen logistik dan SCM menjadi krusial dalam mencapai keunggulan kompetitif dengan mengelola rantai pasokan secara efisien. Evolusi SCM menyoroti perjalanan dari integrasi internal hingga eksternal dalam rantai pasokan. Persamaan antara manajemen logistik dan SCM melibatkan pengelolaan arus barang, sementara perbedaannya terletak pada cakupan, fokus, waktu, dan pendekatan. Karakteristik produk pasar (fungsional vs. inovatif) mempengaruhi siklus hidup, variasi, volume, dan peramalan permintaan. Strategi-fit dalam SCM mencakup lokasi fisik, pengelolaan persediaan, transportasi, informasi, sourcing, dan pricing untuk menyelaraskan rantai pasokan secara holistik.