Catatan Dari Seminar Ilmiah PPI Austria Tentang “Aceh Dalam Lintasan Sejarah: Konflik, Perdamaian dan Pembangunan yang Berkesinambungan”

Post date: Jun 30, 2011 1:13:41 PM

Wina, 30 Juni 2011

Oleh: Iskhak Fatoni & Zairin Zain

Pada hari Jum’at tanggal 10 Juni 2011 yang lalu, PPI Austria berhasil menyelenggarakan seminar ilmiah yang keempat kalinya dengan mengambil topik tentang Aceh dalam lintasan sejarah. Seminar ini terlaksana dengan dukungan KBRI untuk Republik Austria dan Slovenia dengan menggunakan Aula serbaguna KBRI/PTRI Wina Gustav Tsermakgasse 5-7. Prosesi seminar berjalan dengan sangat lancar dan dihadiri para anggota PPI Austria baik yang berdomisili di Wina atau kota lainnya seperti Linz, dan dihadiri juga masyarakat Indonesia yang tinggal di kota Wina. Seminar ini dibagi menjadi tiga bagian lintasan sejarah yang masing-masing bagian diwakili oleh setiap pemakalah . Bagian pertama, Prof. Dr. Helmut Lukas

dari Universitas Wina memaparkan tentang kejayaan dan kemandirian Aceh pada era kesultanan khususnya sektor perdagangan di Asia (Aceh as the centre of trade). Dalam sesi ini, Beliau juga memaparkan tentang keberadaan kesultanan Aceh yang pernah dipimpin oleh wanita dan pada saat

itu merupakan era keemasan paska Sultan Iskandar Muda berkuasa. Bagian kedua, Bapak Duta Besar I Gusti Agung Wesaka Puja memaparkan the Untold Story dan lika-liku dari upaya-upaya perundingan damai Aceh sejak tahun 2000 di Jenewa, Swiss hingga tahun 2005 dalam kesepakatan damai di Helsinki, Finland. Paparan dari kisah nyata yang beliau rasakan dan alami sebagai bagian dari wakil Pemerintah Indonesia di perundingan tersebut, membuat peserta memahami bahwa proses perdamaian itu bukanlah hal yang mudah untuk diwujudkan. Bahasa yang lugas sebagai seorang diplomat dengan diselingi guyonan segar membuat penyampaian pak Puja, demikian biasa beliau disapa, sangat berkesan bagi peserta. Bagian ketiga, Iskhak Fatonie dari Universitas Wina dan anggota PPI Austria mempresentasikan tentang kondisi dan tantangan pada aspek pemerintahan dan pembangunan Aceh paska perjanjian damai Helsinki. Iskhak menjelaskan bahwa secara juridis hampir semua butir perjanjian telah dilaksanakan pemerintah dan GAM, namun dalam fakta di lapangan masih terdapat tantangan yang sangat berat dan dapat berpotensi sebagai akar untuk terjadinya konflik kembali di masa yang akan datang. Untuk itu, Iskhak menekankan perlunya Pemerintah pusat dan para kombater GAM yang saat ini memegang posisi strategis di pemerintah daerah, untuk bekerjasama menghilangkan potensi-potensi konflik tersebut.

Dalam sesi diskusi yang dipimpin oleh Supriyanto dari Universitas Kedokteran Wina (Vienna Medical University) dan PPI Austria, para peserta yang sebagian besar masih awam tentang isu Aceh sangat antusias bertanya, misalnya tentang kenapa GAM ingin lepas dari NKRI, pelaksanaan Syariat Islam yang menimbulkan kontroversi dan masa depan Aceh 20 tahun ke depan. Seminar ini kemudian ditutup dengan peluncuran situs PPI Austria www.ppiaustria.org secara resmi oleh Bapak Duta Besar I Gusti Agung Wesaka Puja. Yang perlu dicatat dari keberhasilan seminar ini adalah semua komunikasi yang terjadi dalam pelaksanaan setiap tahapan seminar menggunakan bahasa Inggris dan ini merupakan terobosan yang inovatif dilakukan oleh PPI Austria dalam menjawab tantangan penggunaan bahasa asing dalam pergaulan internasional. Oleh karena itu, tidak berlebihan jika bapak Duta besar, I Gusti Agung Wesaka Puja, memberikan apresiasi besar atas kerjasama antara seluruh anggota PPI Austria dengan KBRI Wina sehingga pelaksanaan seminar ini berjalan dengan lancar. (IF, ZZ)