Diskusi dan Ramah Tamah bersama Prof.Dr.Ing Wardiman Djojonegoro

Post date: Dec 17, 2013 8:08:44 PM

Kontributor: Ainun & Sarrah

Pada hari Senin, 16 Desember 2013, Bapak Prof. Dr. Ing Wardiman Djojonegoro beserta team yang berjumlah 7 orang tiba di Innsbruck. Beliau melakukan kunjungan dinas 2 hari ke Innsbruck. Ditengah susunan agenda yang padat, Beliau dengan segala kerendahan hatinya masih menyempatkan dan berkenan untuk beramah-tamah dengan beberapa anggota PPI Innsbruck. Jam sudah menunjukkan pukul 17.00 waktu Austria, kami sudah berkumpul di lobby Hotel Ramada tempat beliau menginap. Tak lama kemudian Beliau turun dari kamar dan menemui kami di lobby. Dengan senyum ramah Beliau menyapa kami dan mempersilahkan kami untuk memperkenalkan diri. Diawali dengan perkenalan institusi asal masing-masing, kami yang malam itu hanya terdiri dari 7 orang, Utia (Geografi UGM), Sarrah (Kedokteran UGM), Ainun (Pertanian UGM), Nina (Geografi Unimed-Medan), Syamsul (Geografi UM-Malang), Wawan (Sosiologi UNS-Solo), dan Rizal (Kimia Unram-Mataram), memperkenalkan diri satu-persatu. Tak lama setelah perkenalan, Beliau mengajak kami keluar, “Supaya lebih santai diskusinya, ayo kita ngobrol-ngobrol sambil dinner di Resto dekat sini”.

Suatu kehormatan bagi kami mahasiswa Indonesia yang sedang bersekolah di Innsbruck untuk bertemu dan beramah-tamah dengan Prof. Wardiman Djojonegoro--seorang mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia dari Kabinet Pembangunan VI dibawah masa pemerintahan Presiden Soeharto. Beliau menjabat sebagai Mendikbud pada periode 1993-1998. Kami semua tentunya sangat mengenal sosok beliau karena pada masa jabatan beliau, banyak di antara kami yang masih duduk di bangku sekolah. Masih teringat saat dulu menghapalkan nama menteri-menteri di kabinet, dan Beliau adalah salah satu nama menteri yang paling sering keluar di ujian. “Kalau tidak hapal maka tidak akan lulus ulangan ya?”, canda Prof. Wardiman, disambut tawa kami semua.

Meskipun tidak semua mahasiswa Indonesia di Innsbruck bisa bergabung malam itu, diskusi bersama Pak Wardiman berlangsung sangat hangat. Latar belakang pemerintahan Beliau yang bergelut di bidang pendidikan menjadikan diskusi mengalir dengan lancar. Tidak sulit bagi Beliau untuk berbaur dengan kami ataupun sebaliknya dikarenakan mahasiswa Indonesia di Innsbruck rata-rata juga berprofesi akademis. Disepanjang diskusi berlangsung, Pak Wardiman sudah mempunyai nama panggilan sendiri-sendiri untuk kami. “Saya panggil kamu Ikip Malang saja ya”, canda beliau terhadap Syamsul yang berprofesi di Universitas Negeri Malang, dulunya jaman pemerintahan Beliau dikenal dengan nama IKIP Malang. Sangat menghibur dan membuat suasana semakin hangat.

Disela-sela candaan tersebut, Beliau juga tidak lupa menyelipkan banyak nilai serta inspirasi yang bisa kami ambil. Pak Wardiman memulai diskusi dengan bertanya mengapa kami memilih Austria sebagai negara tujuan kelanjutan studi. Padahal jika dibandingkan Belanda dan Jerman, Austria kurang begitu popular sebagai negara lanjutan studi. Banyak diantara kami yang memilih Austria khususnya Innsbruck dikarenakan memang sudah adanya hubungan kerjasama antara fakultas di Indonesia dengan fakultas di Austria sejak beberapa tahun yang lalu. Contohnya di bidang Geografi, Beliaupun kagum dengan mengetahui banyaknya mahasiswa dari Fakultas Geografi yang bersekolah di Austria. Oleh karena itu, Beliau pun berpesan bahwa betapa pentingnya bagi kami untuk tetap menjaga hubungan kerjasama Fakultas seperti ini, untuk lebih mempromosikan Austria ke generasi-generasi setelah kami. Selain itu, bangga dan tekun akan bidang ilmu yang digeluti juga harus tetap dijunjung tinggi. Tidak ada bidang ilmu mayor ataupun minor. Karena pendidikan itu seyogyanya saling terintegrasi satu dengan yang lain. Pemahaman yang mendalam dari setiap ilmu sangat dibutuhkan saat ini, terutama untuk meningkatkan qualitas pendidikan negara kita yang nantinya menjadi tugas kita sekembalinya dari studi kelak.