PPIA Goes To Muerzzuschlag Austria

Post date: Mar 10, 2016 8:48:05 PM

ditulis oleh Nathalie Enda Zileta Depari

Hari Minggu, hari yang biasanya dipakai untuk tidur sampai siang. Hari yang dipakai untuk santai-santai dan bermalas-malasan. Tapi hari Minggu, 28 Februari 2016 jadi hari yang Minggu yang berbeda untuk teman-teman pelajar dan pemuda Indonesia di Wina.

Dipaksa bangun pagi dan kumpul di stasiun kereta bawah tanah U6 Meidling jam 8 pagi, ternyata semangat para peserta “PPIA Goes To” yang baru diadakan pertama kali ini tinggi banget! Meskipun dengan muka yang masih muka “bantal”, semua dateng tepat waktu, lho. Mbak kesayangan kita, mbak Yani, bahkan tiba sekitar satu menit sebelum kereta berangkat (yang selidik punya selidik terjadi karena mbak Yani menyiapkan makanan super banyak dan lengkap untuk adek-adek yang lain. Makasih banget, lho, Mbak Yani!) Salah satu peserta, Chamelia, bahkan enggak sempet tidur karena di malam sebelumnya sibuk melakukan aktivitas malam mingguannya. Salut semangatnya! Semua peserta siap untuk berpetualang sehari ke Muerzzuschlag, sebuah kota kecil dengan pegunungan cantik yang jadi bagian dari Bundesland Steiermark, Austria.

Kelima belas peserta berangkat dari stasiun Meidling dengan riang gembira. Ada yang sibuk bercanda, tidur, menikmati pemandangan di luar, sampai asik makan. Di stasiun Wiener Neustadt, Mas Andy Yahya dan keluarga yang bertempat tinggal di Leoben bergabung dengan rombongan peserta. Total peserta menjadi berjumlah 18 orang. Mas Andy Yahya juga membawa anak.

Setelah melalui perjalanan selama kurang lebih 2 jam, peserta sampai di Muerzzuschlag sekitar pukul 10.00 dengan sehat walafiat. Peserta langsung berjalan menuju kantor turismus kota Muerzzuschlag untuk mengambil peta hiking. Peserta memutuskan untuk mengambil jalur hiking yang bernama “Brahmsweg”. Jalur ini paling direkomendasikan oleh kantor turismus karena terhitung pendek (sekitar 5km) dengan tingkat kesulitan yang rendah. Peserta hanya perlu mengikuti tanda babi berwarna merah yang bertuliskan “Brahmsweg” untuk bisa mengikuti seluruh jalur pendakian. Oh ya, di awal pendakian, kami “dipandu” oleh seorang ibu tua yang tinggal di daerah sekitar. Ibu ramah ini awalnya menanyakan apakah rombongan kami berasal dari sebuah SMP di kota Wina. Kami cuma bisa nyengir. Susah memang punya wajah awet muda :P

Meskipun terhitung mudah, pendakian kami ternyata menemui sedikit rintangan karena masih adanya beberapa tempat yang dipenuhi oleh es sehingga cukup licin saat dilalui. Untungnya, para peserta punya semangat kerjasama dan saling membantu yang tinggi. Kami pun tiba di puncak pendakian setelah kurang lebih satu jam mendaki.

Peserta tiba di titik puncak pendakian sekitar pukul 12 siang. Saat yang tepat untuk makan siang! Meskipun awalnya kami berencana untuk makan di salah satu guest house yang tersedia di sana, rencana berubah karena ternyata semua membawa bekal makanan masing-masing. Enggak tanggung-tanggung, Destika dan Mbak Yani bawa sebakul makanan yang siap dibagikan ke semua peserta, lengkap dari nasi, sambal terasi, chicken wings, pepes, sampai kopi dan teh! Sampai bingung di mana mereka bisa menyimpan makanan sebanyak itu selama perjalanan!

Acara makan siang jadi momen yang paling berkesan. Semua peserta berbagi canda dan tawa (dan tentunya makanan masing-masing). Sambel terasi super pedas ala Mbak Yani juga jadi bintang tamu di acara makan siang kali itu. Sukses membuat semua peserta kalang kabut dari yang hening menahan pedas sampai yang kalang kabut mencari air minum.

Selesai acara makan siang, para peserta melanjutkan perjalanan menurun kembali ke kota Muerzzuschlag dengan perut yang masih kekenyangan. Perjalanan turun memakan waktu yang cukup singkat, kurang dari satu jam saja. Setelah berkeliling sedikit di tengah kota Muerzzuschlag, para peserta menghangatkan diri di sebuah toko roti atau bakery di dekat plasa kota. Meskipun hanya minum kopi atau jus, suasana yang hangat dan obrolan yang asyik membuat setiap momen dalam acara ini menjadi sangat spesial.

Sebelum melanjutkan perjalanan ke stasiun kereta, para peserta sedikit berkeliling lagi di kota Muerzzuschlag. Kota ini sangat kecil sehingga kami tidak banyak menemukan hal baru selama perjalanan. Meskipun kecil, kota ini tetap menyimpan kecantikannya tersendiri. Kami juga sempat kaget karena selama perjalanan semua orang yang berpapasan dengan kami selalu menyapa. Maklum, biasanya hidup di kota besar yang semua orangnya cuek dan sibuk sendiri.

Pukul 17.00, kereta kembali ke Wina berangkat dari stasiun Muerzzuschlag. Selama perjalanan pulang, kami tetap penasaran mencari jembatan yang katanya menjadi salah satu warisan budaya yang diakui UNESCO. Sampai akhir perjalanan, jembatan yang dimaksud tetap menjadi misteri (karena ada beberapa jembatan yang kami lalui tapi tidak jelas jembatan mana yang dimaksud). Kami semua di kota Wina sekitar pukul 19.30 dengan hati yang senang dan badan yang capek. Terima kasih untuk semua peserta yang sudah bersemangat mengikuti acara dari awal sampai akhir. Sampai ketemu di “PPIA Goes To” episode selanjutnya!