Diskusi bersama Ilham Habibie: “Sains dan Bisnis: Koherensi Perspektif untuk Mewujudkan Visi Indonesia”

Post date: Apr 27, 2013 8:22:39 PM

Wina, 22 April 2013 *)Kontributor: Andriati Ningrum dan Zulaicha Parastuty

Pada tanggal 18 April 2013, bertempat di KBRI Wina, PPI Austria berkesempatan untuk berdialog dengan salah satu sosok Indonesia yang merupakan putra dari Presiden RI ke-3, beliau adalah Dr.Ing Ilham Akbar Habibie, MBA. Saat ini, beliau aktif di KADIN serta sebagai CEO di PT. ILTHABI Rekatama yang bergerak di bidang investasi dan keuangan. Ilham juga tercatat sebagai Presiden Direktur PT. ILTHABI Bara Utama yang bergerak di bidang pertambangan batu bara. Selain aktif di dunia bisnis, Ilham Habibie juga aktif berkontribusi dalam bidang pendidikan dan penelitian.

Acara ini dibuka oleh Duta Besar RI untuk Austria yaitu bapak Rachmat Budiman. Selanjutnya dalam acara utama, Ilham Habibie mengawali dengan presentasi yang berjudul “Research and Technology for Emerging Countries-Case Study: Indonesia”. Dalam presentasi tersebut, beliau menyampaikan beberapa tantangan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia sebagai bangsa yang besar dalam menghidupkan Research and Development (R&D) dalam berbagai bidang. R&D mutlak diperlukan untuk pengembangan inovasi dan pertumbuhan negara.

Dari paparan beliau, budget Indonesia untuk R&D hanya sebesar kurang lebih 0.1% dari Gross Domestic Product (GDP). Angka ini masih jauh dari saran UNESCO yaitu sebesar 2%. Selain itu, mayoritas perusahan-perusahaan Indonesia berfokus pada pasar domestik dimana ini mengurangi peluang untuk berkompetisi di pasar global. Meskipun pasar domestik memang sangat besar, namun kemampuan bersaing secara global akan memperkuat Indonesia baik dalam pasar domestik maupun pasar global di masa depan. Dua hal ini juga berdampak bagi perkembangan inovasi di Indonesia yang saat ini tidak cukup menggembirakan. Kondisi R7D Indonesia juga masih didominasi oleh kontribusi pemerintah yaitu sebesar 70-80%. Sektor swasta tidak banyak mayoritas berfokus pada konsumen dan tidak banyak mengalokasikan R&D. Beliau menerangkan betapa pentingnya element ABG (Academician, Business and Government) dalam bidang Research and Development untuk memberikan kemajuan bangsa Indonesia dalam berbagai bidang.

Selanjutnya acara dilanjutkan dengan diskusi yang dipandu oleh Zulaicha Parastuty yang merupakan mahasiswi doktoral di bidang Manajemen Inovasi dan Kewirausahaan. Dalam acara diskusi ini, peserta yang hadi r yaitu meliputi anggota PPI Austria, staf KBRI dan masyarakat umum Indonesia sangat antusias dalam mengajukan pertanyaan kepada bapak Ilham Habibie.

Sebagai salah seorang yang aktif di KADIN Indonesia, beliau memberikan perspektif yang komprehensif mengenai tantangan dan solusi untuk menjawab berbagai permasalahan di bidang Pertanian, Ekonomi, Kehutanan, Teknologi, dan sebagainya melalui Research and Development yang berkelanjutan. Dalam diskusi yang hangat tersebut, dua orang peserta yaitu Fajar Juang dan Pat yang merupakan mahasiswa doktoral di bidang teknologi Informasi mengajukan pertanyaan mengenai industry pesawat Indonesia. Ilham Habibie selanjutnya menjelaskan tentang visi beliau untuk kembali “menerbangkan” pesawat Indonesia di udara. Sungguh disayangkan N-250 pada tahun 1997 harus terhenti padahal hanya tinggal beberapa tahap lagi untuk mengantongi ijin terbang komersial. Dengan dasar rancangan N-250 beliau akan melakukan perombakan dan siap menghasilkan pesawat Indonesia yang tepat bagi kondisi dan pasar Indonesia khususnya dan pasar global. Sebagai lulusan TU Munich di bidang Aeronautics dengan predikat Summa Cumlaude dan pengalaman di Boeing serta PT. Dirgantara Indonesia, Ilham Habibie akan membawa The Next N-250 ke pasar. Rencananya, Ilham Habibie akan memproduksi pesawat dengan kerjasama berbagai pihak, salah satunya adalah PT. Dirgantara Indonesia.

Selain berbagi tentang visi beliau dalam menjawab tantangan R&D Indonesia dan industri pesawat terbang Indonesia, beliau yang tahun ini genap berusia 50 tahun juga berpesan untuk meningkatkan jaringan (diaspora) Indonesia di seluruh dunia. Kontribusi kepada Indonesia tidak hanya dengan berada di Indonesia namun bisa dilakukan dengan tetap berkiprah dan berprestasi di luar Indonesia dan memperkuat jaringan Indonesia seperti yang dilakukan oleh India dan Tiongkok. Ilham Habibie juga berharap bahwa para peneliti dan pelajar Indonesia yang saat ini sedang menempuh kesempatan belajar di Austria dapat memberikan satu kontribusi yang nyata di masa yang akan datang untuk kemajuan negeri kita tercinta. Karena menurut beliau, tantangan yang besar yang dihadapi untuk suatu proses Research and Development yang berkelanjutan demi kemajuan suatu bangsa salah satunya adalah SDM (Sumber Daya Manusia) yang berkualitas. Setelah diskusi yang penuh inspirasi, PPI Austria yang diwakili oleh saudara Fajar Juang memberikan kenang-kenangan kepada bapak Ilham Habibie dan foto bersama.

Dari diskusi ini, kita menjadi optimis seperti Ilham Habibie yang selalu optimis bahwa bangsa Indonesia memiliki peluang menjadi bangsa yang besar dengan basis menguasai serta mengembangkan bidang sains dan teknologi.

Oleh: Andriati Ningrum dan Zulaicha Parastuty

*) sudah ditayangkan di situs berita online: http://www.aktual.co/sosial/104430indonesia-masih-hadapi-tantangan-hidupkan-rd