Delapan Jam Jatuh Hati di Venesia

Post date: Mar 1, 2012 9:23:12 AM

Innsbruck, 26 Februari 2012: Kontributor: dr. Sarrah Ayuandari 10:30 Semua mata terbelalak ketika bus yang kami tumpangi melaju melintasi jembatan … , kemudian tampak sebagian air Laut Adriatic membeku pada musim dingin yang ekstrim tahun ini. Namun semua itu tidak membuat kisut rasa ingin tahu kami tentang apa yang akan kami lihat di Venesia sebentar lagi. Kami berempat bersama penumpang lain di bus wisata ini bersuka cita. Ya, PPI Innsbruck kali ini kedatangan seorang tamu yaitu, Estu Mei, anggota PPI Paris yang sedang melepas penat dengan mengunjungi Innsbruck. Estu bersama tiga orang dari PPI Innsbruck, M. Anggri Setiawan, Suarma Utia, dan saya sendiri, Sarrah Ayuandari, telah berencana sejak jauh hari untuk melihat Karnaval Topeng yang diadakan tahunan di Venesia. Karnaval yang pertama kali diadakan pada abad ke-11 ini sudah memikat kami melalui liputan dan foto yang fantastis di media juga dari cerita orang-orang terdekat yang sudah pernah datang ke sana.

11:00 “Harga topengnya satu berapa Bang?”, begitu kira-kira pertanyaan kami jika diterjemahkan sesaat setelah sampai Venesia. Penjual topeng khas Karnaval membuka lapak di sepanjang tepi laut. Saat itu juga pesona Karnaval sudah mulai bisa dinikmati. Mulai dari penduduk asli kota Venesia, para pendatang, hingga turis, mematut-matut diri dengan kostum yang megah, cantik, berkarakter, yang berpadukan sentuhan seni tingkat tinggi. Banyak kostum yang menggambarkan keindahan zaman Rennaisance. Sang wanita dengan mahkota warna-warni, topeng putih, gaun penuh pesona dengan rok warna senada yang mengembang. Sang pria juga dengan pakaian bak raja penuh wibawa lengkap dengan tongkat warna emasnya. Tampak juga beberapa karakter lain seperti kostum pendekar Yoko, atau kostum yang menggambarkan matahari dan bulan, atau kostum indah berwarna biru dan hijau menyala yang ternyata adalah seorang Putri Duyung nan anggun. Bagaimana tidak, kami berempat pun berlari kesana kemari mengejar mereka semua, untuk mengambil foto, atau bahkan kalau beruntung, berfoto bersama. Di hadapan kamera mereka pun berpose dengan luwesnya, mencerminkan peran yang dibawakannya. Tidak hanya itu, tepat pukul 15:00, semua perhatian tertuju pada panggung besar di pelataran Piazza San Marco. Tampil beberapa atraksi tarian, nyanyian, drama, dan pertunjukkan kostum-kostum yang di akhir acara akan terpilih satu kostum terbaik. Sulit sebenarnya untuk menentukan kostum terbaik menurut kami, karena semuanya luar biasa.

18:45 Rombongan bus kami sudah berkumpul di depan kapal ferry yang akan membawa kami menuju bus untuk pulang ke Innsbruck. Tak ada wajah lelah di antara kami, yang tersisa hanyalah senyum, tawa, masing-masing saling menceritakan keceriaan yang ditemui seharian. Mata dimanjakan oleh kostum-kostum yang rupawan, perut dimanjakan dengan spaghetti cumi-cumi dan cokelat hangat, hati dimanjakan dengan foto-foto yang bagus juga kenangan yang manis. Kadang tak perlu waktu berminggu-minggu, berbulan-bulan, atau bertahun-tahun untuk jatuh cinta kepada suatu tempat yang baru saja didatangi. Cukup delapan jam saja di Venesia. Semoga hati kami tidak tertinggal disana. J