Pura Pasar Agung

Jagat Bali

Pura Pasar Agung, Anugerahkan Kesuburan

PUJAWALI di Pura Pasar Agung di Desa Sebudi, Selat, Karangasem bakal berlangsung pada purnama kalima, Jumat (22/10) mendatang. Saat puncak piodalan inilah sangat tepat bagi umat untuk memohon keselamatan jagat.

Pemangku pura setempat Jero Mangku Gede Umbara, Jumat (8/10) kemarin di Sebudi, mengatakan di bagian bawah palebahan Pura Pasar Agung juga terdapat Pura Melanting. Bersamaan dengan pujawali di Pura Pasar Agung, umat juga melakukan persembahyangan di Pura Melanting.

Pura Pasar Agung ini berada di punggung barat Gunung Agung. Kita menghadap ke timur atau berhulu ke puncak atau luhur Gunung Agung. Sementara puncak gunung atau di kepundan/kawahnya berada pada ketinggian 3.400 meter di atas permukaan laut. Di lokasi ini ada Pura Puser Tasik, lokasi untuk mulang pakelem.

Terkait pujawali mendatang, kata Jero Mangku Umbara juga bakal digelar mulang pakelem.Banten atau upakara pakelem di antaranya sesayut telun ayu, suci, bebangkit dengan wewalungan angsa dan bebek. Rombongan mulang pakelem direncanakan berangkat Kamis dini hari sekitar pukul 04.00, Jumat (22/10) mulang pakelem pas di Pura Pasar Agung sulinggih sedang muput pujawali.

Disebutkan, rangkaian pujawali sudah dimulai Kamis (7/10) pada tilem kapat, dengan upacara negtegang. Selanjutnya ngiasin seluruh palinggih dan meru, nuur Ida Bhatara pada Selasa (19/10). Pada Rabu (20/10) ngiring Ida Bhatara masucian ke Toya Sah, sementara mapepada dilakukan sehari menjelang puncak karya. Ida Batara katuran nyejer selama sebelas hari.

Dikatakan Jero Mangku Umbara, sejak upacara negtegan, Gunung Agung tertutup bagi pendaki hingga Ida Batara masineb, Selasa (2/11). Pura Pasar Agung Sebudi disanggra warga 16 desa, Kecamatan Selat, serta pangempon ngarep empat desa pakraman terdekat yakni Sogra, Sebudi, Bukit Galah dan Pemaksan Sebun. Saat pujawali diyakini Ida Batara tedun (turun) melihat jagat raya beserta isinya, dan sekaligus menganugerahkan keselamatan, perlindungan, kesejahteraan, kerahayuan serta kesuburan dan hasil panen pertanian yang melimpah.

Di pura ini terdapat sejumlah palinggih berupa meru, gedong, sanggar agung bale papelik, panggungan, balai gong, dan balai pawedaan.

Terkait Pura Besakih

Sementara itu, Pura Pasar Agung Besakih, kata pengamat agama Drs. Ketut Wiana, M.Ag. ada kaitannya dengan Pura Agung Besakih. Maknanya, nilai-nilai suci yang ada di Pura Besakih wajib dipasarkan atau disosialisasikan atau disebarkan ke semua arah dunia melalui Pura Pasar Agung.

Bali sebagai lambang padma bhuana yaitu bhuana agung sebagai

stana Tuhan yang sesungguhnya. Nilai-nilai suci itu diharapkan diimplementasikan dalam kehidupan, sehingga umat memperoleh kerahayuan dan kesejahteraan.

Seperti diketahui, lanjut Wiana, Pura Besakih sebagai huluning Bali Raya, hulunya daerah Bali. Pura Besakih juga kepala atau jiwanya Pulau Bali. Hal ini sesuai dengan letak Pura Besakih di bagian timur laut Pulau Bali. Timur laut adalah arah terbitnya matahari dengan sinarnya sebagai salah satu kekuatan alam ciptaan Tuhan yang menjadi sumber kehidupan di bumi.

Pura Besakih juga hulunya berbagai pura di Bali. Pura Besakih merupakan lambang Weda yang dibahasakan dalam bahasa arsitektur sakral dan ritual. Kata Wiana, sakti Dewa Wisnu yakni Batara atau Dewi Sri dipuja umat Hindu di Pura Pasar Agung. (bud/lun)

[Balipost – Minggu, 10 Oktober 2010 – Jagat Bali]