Eksplorasi Konsep

“Mendidik pikiran tanpa mendidik hati, adalah bukan pendidikan sama sekali” 

(Aristoteles, Filsuf)


Tujuan Pembelajaran Khusus: 


A. Latar Belakang

Selamat datang kembali dalam fase eksplorasi konsep yang pertama!

Bapak/Ibu CGP, dalam fase Mulai dari Diri, kami mengajak Anda untuk merefleksikan hubungan kompetensi sosial dan emosional dengan peran Anda sebagai pendidik dan dengan pembelajaran murid. Mengapa Anda diajak untuk merefleksikan  hubungan tersebut?

Dalam penelitian tentang Pembelajaran Sosial dan Emosional:

Pembahasan di atas sejalan dengan peran pendidik  yang disampaikan Ki Hajar Dewantara. Pendidik adalah  penuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak,  agar  mereka  sebagai  manusia dan anggota  masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya. Pemikiran KHD tersebut  mengingatkan bahwa tugas pendidik sebagai pemimpin pembelajaran adalah menumbuhkan motivasi mereka untuk dapat membangun perhatian yang berkualitas pada materi dengan merancang pengalaman belajar yang mengundang dan bermakna. Kita merencanakan  secara sadar pengetahuan, keterampilan dan sikap yang dibutuhkan murid-murid untuk mewujudkan kekuatan (potensinya). Pembelajaran holistik yang memberikan mereka pengalaman untuk dapat mengeksplorasi dan mengaktualisasikan seluruh potensi dalam dirinya setinggi-tingginya, baik sebagai manusia maupun anggota masyarakat agar dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan.

Kesadaran akan  proses pendidikan yang dapat menuntun tumbuh kembang murid secara holistik  sudah menjadi perhatian pendidik sejak lama. Kesadaran ini berawal dari teori Kecerdasan Emosi Daniel Goleman, dikembangkanlah CASEL (Collaborative for Academic, Social and Emotional Learning) pada tahun 1995 (www.casel.org) sebagai konsep Pembelajaran Sosial dan Emosional (PSE). Konsep PSE berdasarkan berdasarkan kerangka CASEL tersebut dikembangkan Daniel Goleman bersama sekelompok pendidik, peneliti, dan pendamping anak. PSE berbasis penelitian ini, bertujuan untuk  mendorong perkembangan anak secara positif dengan program yang terkoordinasi  antara berbagai pihak dalam komunitas sekolah.


Secara lengkap, hasil penelitian tentang manfaat penerapan pembelajaran sosial dan emosional adalah sebagai berikut:

Gambar 1. Hasil Pencapaian Penerapan Pembelajaran Sosial dan Emosional

Dengan mencermati diagram  hasil di atas, kita semakin memahami urgensi  PSE, yaitu peningkatan kompetensi sosial dan emosional, terciptanya lingkungan belajar yang lebih positif, peningkatan sikap positif dan toleransi murid terhadap dirinya, orang lain dan lingkungan sekolah. Selain itu, PSE di kelas terbukti dapat menghasilkan pencapaian akademik yang lebih baik. PSE memberikan pondasi yang kuat bagi murid untuk dapat sukses dalam berbagai area kehidupan mereka di luar akademik, termasuk kesejahteraan psikologis (well-being) secara optimal. 

Apa itu Well-being?

Sejak beberapa dekade terakhir, well-being  menjadi perhatian  para praktisi dan akademisi pendidikan. Apa yang dimaksud dengan well-being?

Well-being berbeda dengan welfare meskipun sama-sama diterjemahkan  menjadi “kesejahteraan” dalam Bahasa Indonesia.

Menurut kamus Oxford English Dictionary, well-being dapat diartikan sebagai kondisi nyaman, sehat, dan bahagia. Well-being  adalah sebuah kondisi  individu yang memiliki sikap yang positif terhadap diri sendiri dan orang lain, dapat membuat keputusan dan mengatur tingkah lakunya sendiri, dapat memenuhi kebutuhan dirinya dengan menciptakan dan mengelola lingkungan dengan baik, memiliki tujuan hidup dan membuat hidup mereka lebih bermakna, serta berusaha mengeksplorasi dan mengembangkan dirinya.

Noble and McGrath (2016) menyebutkan bahwa well-being murid  yang optimal adalah keadaan emosional yang berkelanjutan (relatif stabil) yang ditandai dengan: sikap dan suasana hati yang secara umum positif, relasi yang positif dengan sesama murid dan guru, resiliensi, optimalisasi diri, dan tingkat kepuasan diri yang tinggi berkaitan dengan pengalaman belajar mereka di sekolah. 

MY NOTES : Dalam menuntun tumbuhnya kekuatan kodrat anak, seorang guru harus mampu menerapkan pembelajaran sosial emosional sehingga guru dapat mengenali emosi dalam kesadaran penuh sebelum merespon tingkah/perbuatan murid. Guru dapat meningkatkan kemampuan dalam merespon secara lebih baik agar kompetensi sosial dan emosional murid berkembang. 

B. Definisi Pembelajaran Sosial dan Emosional

Pembelajaran Sosial dan Emosional (PSE) adalah pembelajaran yang dilakukan secara kolaboratif oleh seluruh komunitas sekolah. Proses kolaborasi ini memungkinkan anak dan orang dewasa di sekolah memperoleh dan menerapkan pengetahuan, keterampilan dan sikap positif mengenai aspek sosial dan emosional agar dapat: 

Gambar 2 menjelaskan kerangka sistematis dan kolaboratif pembelajaran kompetensi sosial dan emosional  CASEL:

MY NOTES : Pembelajaran Sosial Emosional merupakan pembelajaran yang bertujuan melatih kompetensi sosial emosional peserta didik sehingga tercapai keseimbangan antara kompetensi akademik dan sosial emosional yang dapat mengantarkan mereka menjadi individu-individu yang selamat dan bahagia. 

B.2. Kompetensi Sosial dan Emosional (KSE)

Kerangka Kompetensi Sosial Emosional (CASEL)


Kerangka Kompetensi Sosial dan Emosional (CASEL)


Definisi

Contoh

Kesadaran Diri:

kemampuan untuk memahami perasaan, emosi, dan nilai-nilai diri sendiri, dan bagaimana pengaruhnya pada perilaku diri dalam berbagai situasi dan konteks kehidupan.

Manajemen Diri: kemampuan untuk mengelola emosi, pikiran, dan perilaku diri secara efektif dalam berbagai situasi dan untuk mencapai tujuan dan aspirasi

Kesadaran Sosial: kemampuan untuk memahami sudut pandang dan dapat berempati dengan orang lain termasuk mereka yang berasal dari latar belakang, budaya, dan konteks yang berbeda-beda

Keterampilan Berelasi: kemampuan untuk membangun dan mempertahankan hubungan-hubungan yang sehat dan suportif

Pengambilan Keputusan yang Bertanggung Jawab: kemampuan untuk mengambil pilihan-pilihan membangun yang berdasar atas kepedulian, kapasitas dalam mempertimbangkan standar-standar etis dan rasa aman, dan untuk mengevaluasi manfaat dan konsekuensi dari bermacam-macam tindakan dan perilaku untuk kesejahteraan psikologis (well-being) diri sendiri, masyarakat, dan kelompok

Jika kita analisis lebih lanjut,  5 Kompetensi Sosial dan Emosional yang telah kita bahas berhubungan erat dengan  6 (enam) dimensi  Profil Pelajar Pancasila.  Sebagai contoh,  ketika seorang murid perlu mengeluarkan ide yang baru dan orisinil untuk memecahkan masalah  (dimensi kreatif)  diperlukan juga kemampuan bernalar kritis  untuk melihat permasalahan yang ada. Dalam situasi tersebut, murid tersebut menerapkan kesadaran diri dan manajemen diri. 

Selanjutnya, solusi yang dihasilkannya juga perlu mempertimbangkan akhlak kepada makhluk hidup lain yang dapat dimunculkan dari dimensi beriman, bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa dan berakhlak mulia. Dalam situasi tersebut, ia menerapkan KSE kesadaran sosial dan keterampilan berelasi. Dalam mewujudkan solusinya, ia pun perlu melibatkan orang lain dengan tetap menghargai keragaman latar belakang yang dimiliki (dimensi gotong royong dan berkebhinekaan global). Dalam tahap ini, ia menerapkan KSE kesadaran sosial, keterampilan relasi, dan pengambilan keputusan yang bertanggung jawab.

Kaitan dengan Standar Nasional Pendidikan 

Pembelajaran Sosial dan Emosional berupaya menciptakan lingkungan dan pengalaman belajar yang menumbuhkan  5 kompetensi sosial dan emosional yaitu kesadaran diri, manajemen diri, kesadaran sosial, keterampilan berelasi dan pengambilan keputusan yang bertanggung jawab. 

Pembelajaran  5 KSE tersebut akan dapat  menghasilkan murid-murid  yang berkarakter, disiplin, santun, jujur, peduli, responsif, proaktif, mendorong anak untuk memiliki rasa ingin tahu tentang ilmu pengetahuan, sosial, budaya, dan humaniora.  Semua ini selaras dengan Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi dalam Standar Nasional Pendidikan.

MY NOTES : Penting bagi guru untuk menguasai Kompetensi Sosial Emosional agar lebih memahami cara mengelola emosi didalam menjalankan perannya dan juga dapat mendidik murid menjadi manusia yang memiliki kompetensi sosial-emosional. 

Tugas 2b.1

Berdasarkan  pembelajaran  5 Kompetensi Sosial  dan Emosional yang telah Anda baca, pelajari Tabel B.2b. Gambar Kegiatan KSE dan jawablah pertanyaan berikut :

Tabel B.2b. Kegiatan Kompetensi Sosial Emosional

MY NOTES : Kegiatan 2 Kesadaran diri : Murid membaca buku secara mandiri sesuai pilihannya. Kesadaran sosial : Murid membaca buku dalam suasana kondusif (tidak mengganggu temannya). Pengambilan keputusan yang bertanggung jawab : belajar memahami isi buku dengan membaca buku dalam suasana yang kondusif. 

C. Kesadaran Penuh (mindfulness) sebagai dasar penguatan 5 (lima) Kompetensi Sosial dan Emosional

Bapak/Ibu hebat, kita sudah membahas Lima Kompetensi Sosial dan Emosional. Selanjutnya kita akan membahas tentang kesadaran penuh (mindfulness).  Pentingnya melatih perhatian murid-murid sebagai kelanjutan dari Pembelajaran Sosial dan Emosional dikemukakan oleh Daniel Goleman, co-founder CASEL pada tahun 2017 dalam (https://compassion.emory.edu/SEE-learning.pdf, p.3-4):  


Attention is a fundamental skill that impacts all aspects of learning, yet it has been largely neglected as an explicit focus for education. Because it is such an essential element of helping children better manage their inner worlds and enhance learning, training in attention seems an obvious next step for SEL” 


Goleman melihat kebutuhan mendasar untuk membantu anak-anak dalam mengelola dirinya dan meningkatkan pembelajaran.   Melatih kemampuan memperhatikan  adalah kelanjutan nyata yang harus dilakukan dalam Pembelajaran Sosial dan Emosional. 

Bapak/Ibu CGP, apakah akrab dengan istilah mindfulness? Mungkin ada yang sudah sering mendengar tetapi ada pula yang belum pernah mendengar sama sekali. Sebelum membahas kesadaran penuh (mindfulness) ini secara mendalam, coba kita pikirkan sejenak; apa yang ada dalam kepala kita saat menonton  film atau membaca buku kesukaan? Apakah masih dapat mengingat alur ceritanya sampai saat ini? Bagaimana dengan emosi yang muncul saat itu ketika melihat karakter utamanya menangis, mengalami kemalangan, ataupun berbahagia, dan kita turut menangis, berteriak, dan tertawa? Lalu, sebagai seorang pendidik; dalam pertemuan guru rutin saat kepala sekolah maupun guru lain mengemukakan pendapat atau mengumumkan kegiatan sekolah yang akan datang dan kita mendengarkan dengan seksama setiap informasi yang diberikan. Contoh lain adalah ketika mempersiapkan materi pembelajaran, kita memperhatikan alur yang akan dibawakan, langkah untuk mengeksekusi rancangan, dan penilaian. Kemudian pada saat di kelas kita mengamati proses belajar murid: gerak-gerik, raut wajah, bahkan sesederhana cara murid memandang saat materi sedang diberikan. 

Pada saat kita mengarahkan sepenuhnya perhatian pada kegiatan yang sedang dilakukan, seperti menonton film, menyimak apa yang sedang dibicarakan, mengobservasi sekeliling kita, mengajar di kelas, mendengar penyampaian informasi dalam pertemuan guru, bahkan membaca modul ini, dan memunculkan rasa ingin tahu apa adanya dengan rasa penghargaan - contoh  praktik kesadaran penuh (mindfulness). 

C.1. Prinsip Kesadaran Penuh (Mindfulness)

 

Bapak/Ibu CGP, coba mengingat kembali saat kita merasakan beban di pundak, mungkin karena tugas yang menumpuk, sulitnya berkomunikasi dengan pimpinan atau rekan kerja, murid yang mengabaikan kesepakatan yang sudah dibuat. Sebagai guru, skenario demikian tidaklah terelakkan.  Kondisi demikian dapat menjadi pemicu munculnya emosi tidak nyaman seperti frustasi, marah, kuatir dan berbagai campuran emosi lainnya yang mungkin tidak dapat kita identifikasi. Emosi-emosi tidak nyaman ini dapat mempengaruhi diri kita secara sadar dan tidak sadar. Penting bagi kita untuk  mengambil jeda, menyadari emosi yang tidak nyaman agar tidak membelenggu kita  dalam memandang dan merespon orang lain, baik  dalam sebuah interaksi, pekerjaan, hingga pada keputusan-keputusan hidup yang diambil

C.1. Prinsip Kesadaran Penuh (Mindfulness)

 

Pada umumnya, seorang manusia dewasa yang tidur kurang lebih 8 jam perhari,  memiliki 6000 pikiran dalam sehari (Tseng and Poppenk, 2020).  Bayangkan betapa sibuknya pikiran kita. Karena sangat cair, pikiran dapat bergerak ke masa depan dan menimbulkan perasaan khawatir. Pikiran juga dapat bergerak ke masa lalu yang seringkali menimbulkan perasaan menyesal. Pikiran berada dalam situasi terbaiknya jika terfokus pada situasi saat ini dan masa sekarang. Peran praktik kesadaran penuh (mindfulness)  dapat membantu Anda dalam menyikapi, memproses, dan merespon permasalahan yang dihadapi untuk fokus pada situasi saat ini - bukan pada kekhawatiran akan masa yang akan datang ataupun penyesalan akan masa yang telah berlalu.

Kesadaran penuh itu sendiri dapat diartikan sebagai kesadaran yang muncul ketika seseorang memberikan perhatian secara sengaja/sadar pada kondisi saat sekarang. Dilandasi rasa ingin tahu (tanpa menghakimi) dan kebaikan (dalam Hawkins, 2017, hal. 15) yang sebenarnya telah ada dalam diri manusia secara alami tanpa perlu diajarkan ataupun ditumbuhkan. Akan tetapi pikiran merupakan bagian diri kita yang seringkali sulit dikendalikan. Sehingga kesadaran penuh yang sebenarnya telah dimiliki secara alami mengalami hambatan untuk benar-benar dialami.

C.1. Prinsip Kesadaran Penuh (Mindfulness)

 

Peran praktik kesadaran penuh (mindfulness) akan sangat terlihat disini. Akan tetapi, perlu diingat bahwa praktik kesadaran penuh (mindfulness) bukan sebagai solusi pemecahan masalah, melainkan praktik yang membantu Anda dalam menyikapi, memproses, dan merespon permasalahan yang dihadapi untuk fokus pada situasi saat ini - bukan pada kekhawatiran akan masa yang akan datang ataupun penyesalan akan masa yang telah berlalu. Menurut Hawkins (2017), cara yang paling efektif untuk memahami kesadaran penuh (mindfulness) adalah dengan ‘mengalaminya’ sendiri. Bagaimana supaya kita dapat mengalami kesadaran penuh? Jawabannya adalah dengan berlatih.

Bapak/Ibu CGP, pada bagian ini kita akan mengeksplorasi bagaimana praktik-praktik kesadaran penuh memperkuat Kompetensi Kesadaran Sosial (KSE). Anda dapat membaca kembali penjelasan 5 KSE di bagian sebelumnya.

C.2. Praktik Kesadaran Penuh (Mindfulness) 

Pada prinsipnya praktik kesadaran penuh merupakan segala aktivitas yang kita lakukan secara sadar. Apapun bentuk aktivitasnya - yang ditekankan adalah perhatian yang diberikan saat melakukan aktivitas tersebut. Praktik paling mendasar dan sederhana adalah melatih dan menyadari napas.

Salah satu teknik menyadari dan melatih napas adalah Teknik STOP. Teknik ini dapat dilakukan kapan saja dan di mana saja, dan tanpa membutuhkan peralatan. 

Anda dapat melihat cara mempraktikkan teknik STOP melalui video tutorial di bawah ini: 

Selain itu, ada beberapa teknik lain yang dapat disesuaikan dengan kebiasaan dan hobi Anda, seperti: 

C.3. Praktik Kesadaran Penuh Memperkuat 5 Kompetensi Sosial Emosional (KSE)

Ketika Bapak/Ibu hendak mengimplementasikan kompetensi kesadaran diri, manajemen Diri, kesadaran sosial, keterampilan berelasi, dan pengambilan keputusan yang bertanggung Jawab, praktik kesadaran penuh ini menjadi fondasinya. Mempraktikkan kesadaran penuh membawa fokus kita kembali pada saat ini, yang dimana akan memberikan Anda waktu dan kesempatan untuk mengenal emosi, perasaan, dan pikiran apa adanya, tanpa penilaian dan penghakiman, namun dengan kepedulian. Pengenalan dan penerimaan emosi, perasaan, dan pikiran yang sedang dialami, akan membuat Anda mampu mengidentifikasi cara pengelolaan yang tepat. Indikasi pencapaian kompetensi kesadaran diri dan manajemen diri sudah terlihat.

Selanjutnya, emosi yang telah dikenali, diterima, dan dikelola akan menumbuhkan empati dan pikiran yang terbuka untuk memahami orang lain dan situasi di luar diri Anda dengan sikap yang netral. Hal ini membuka ruang yang luas bagi suatu relasi positif dapat terjalin. Dengan sendirinya, kompetensi kesadaran sosial dan keterampilan berelasi semakin terasah.

C.3. Praktik Kesadaran Penuh Memperkuat 5 Kompetensi Sosial Emosional (KSE)

Tidak berhenti sampai disitu saja; saat Anda akan mengambil keputusan-keputusan - baik keputusan hidup yang besar, memilih metode pengajaran, merancang kegiatan sekolah, memberi konsekuensi pada murid, dan bentuk-bentuk keputusan lain - dengan kesadaran penuh menjadi dasar bagi Anda membuat rancangan yang akan membawa kebaikan, pertimbangan-pertimbangan berdasarkan nilai moral dan etika, memikirkan konsekuensi, yang dimana Anda akan memiliki rasa bertanggung jawab atas setiap keputusan yang dibuat apapun hasilnya. Melatih dan menumbuhkan kesadaran penuh akan membantu individu untuk lebih terhubung dengan diri dan orang lain. Hal ini akan menjadikannya lebih responsif dalam hubungan interpersonal dan pengambilan keputusan.

Gambar 5 memperlihatkan kerangka Pembelajaran Sosial Emosional berbasis kesadaran penuh dalam mewujudkan kesejahteraan psikologis (well-being) yang diadaptasi dari piramida K-For-Catanese (dalam Hawkins, 2017). Penerapan pembelajaran sosial dan emosional berbasis kesadaran penuh secara terhubung, terkoordinasi, aktif, fokus, dan eksplisit, dapat mendukung terwujudnya well-being ekosistem sekolah. 

Bapak/Ibu dapat melihat video "Pembelajaran Sosial dan Emosional Berbasis Kesadaran Penuh" berikut ini:  

MY NOTES : Kesadaran penuh (mindfulness) dapat diartikan sebagai kesadaran yang muncul ketika seseorang memberikan perhatian secara sengaja pada kondisi saat sekarang dilandasi rasa ingin tahu (tanpa menghakimi) dan kebaikan (The awareness that arises when we pay attention, on purpose, in the present moment, with curiosity and kindness). Mindfulness cenderung menjawab pertanyaan Bagaimana daripada Apa. Ada beberapa kata kunci, yaitu: kesadaran (awareness), perhatian yang disengaja (on purpose), saat ini (present moment), rasa ingin tahu (curiosity) dan kebaikan hati (compassion). Artinya ada keterkaitan antara unsur pikiran (perhatian), kemauan (yang bertujuan), dan rasa (rasa ingin tahu dan kebaikan) pada kegiatan (fisik) yang sedang dilakukan. Kesadaran penuh (mindfulness) muncul saat seorang sadar sepenuhnya pada apa yang sedang dikerjakan dengan pikiran terbuka, atau dalam situasi yang menghendaki perhatian yang penuh. 

D. Implementasi pembelajaran sosial dan emosional di kelas dan sekolah

Bapak/Ibu CGP,  seperti kita pelajari sebelumnya, Pembelajaran Sosial dan Emosional adalah pembelajaran yang dilakukan secara kolaboratif oleh seluruh komunitas sekolah yang memungkinkan anak dan pendidik dan tenaga kependidikan di sekolah memperoleh dan menerapkan pengetahuan, keterampilan dan sikap positif mengenai  5 Kompetensi Sosial dan Emosional.

Mulai dari pengajaran secara eksplisit di kelas hingga kemitraan dengan keluarga dan komunitas untuk terus mengupayakan proses kolaboratif dan berkelanjutan. Indikator penerapan KSE dapat dilihat dalam tabel di bawah ini:


Tabel D. Indikator Penerapan Pembelajaran Sosial dan Emosional

Tabel di atas menunjukkan bahwa penerapan pembelajaran sosial dan emosional bukan hanya mencakup ruang lingkup kelas dan sekolah, namun juga melibatkan keluarga dan komunitas.  Hal ini sejalan dengan prinsip pendidikan Tri Sentra (Tiga Pusat Pendidikan) salah satu gagasan Ki Hajar Dewantara yang menerangkan bahwa pendidikan harus berlangsung di tiga lingkungan yaitu, keluarga, sekolah, dan masyarakat. Dengan kolaborasi dan gotong royong, keluarga, sekolah, dan komunitas  bersama-sama  mewujudkan pendidikan yang berkualitas untuk meningkatkan kompetensi dan kesejahteraan psikologis murid-murid kita. 

Dalam modul 2.2 ini, kita secara khusus membahas 4 indikator pembelajaran sosial dan  emosional yang berkaitan dengan kelas dan sekolah, yaitu: 

Selanjutnya kita akan membahas tiap indikator dan contoh penerapannya.

MY NOTES : Implementasi Pembelajaran Sosial Emosional yang konsisten dan menyeluruh di kelas/sekolah juga dapat mengarah pada terbentuknya budaya positif di sekolah. Sikap dan kemampuan berkomunikasi positif yang dimiliki guru dalam menerapkan PSE ini dapat membangun kepercayaan diri, membangun rasa aman dan nyaman pada peserta didik sehingga terbentuknya sekolah sebagai sebuah ekosistem belajar yang sehat dimana dialektika dan berpikir kritis dikedepankan dapat tercapai. 

D.1. Pengajaran Eksplisit

Implementasi PSE dengan pengajaran eksplisit  memastikan murid memiliki kesempatan yang konsisten untuk menumbuhkan, melatih, dan berefleksi tentang  kompetensi sosial dan emosional  dengan cara yang sesuai  dan terbuka dengan keragaman budaya.  Pengajaran eksplisit KSE dapat dilaksanakan dalam bentuk kegiatan kokurikuler dan ekstrakurikuler.  Pendidik dapat menggunakan berbagai proyek,  acara atau  kegiatan sekolah  yang rutin  untuk mengajarkan kompetensi sosial dan emosional secara eksplisit.

MY NOTES : Implementasi PSE dengan pengajaran eksplisit menjadi wadah bagi murid untuk melatih mereka bagaimana menerapkan kompetensi sosial dan emosional secara eksplisit. 

Refleksi D.1a. Kesadaran diri

Berikut adalah contoh  RPP untuk menggambarkan pengajaran eksplisit 5 KSE. Silahkan cermati  dan berikan refleksi Anda setelah mempelajari RPP tersebut.


D.1a. Kesadaran diri

Kesadaran Diri.pdf

Refleksi D.1a:

MY NOTES : 1. Sebelumnya saya berpikir bahwa PSE ini merupakan pembelajaran yang penerapannya melekat pada semua mata pelajaran, ternyata setelah membaca rencana pembelajaran di atas PSE ini merupakan pembelajaran yang berdiri sendiri. 2. Ide pembelajaran baru atau menarik akan saya terapkan dalam tugas saya sebagai wali kelas adalah: meminta persetujuan pada kepala sekolah untuk menerapkannya, tentunya dengan perencanaan yang matang. 

Refleksi D.1b. Manajemen diri

Berikut adalah contoh  RPP untuk menggambarkan pengajaran eksplisit 5 KSE. Silahkan cermati  dan berikan refleksi Anda setelah mempelajari RPP tersebut.


D.1b. Manajemen diri

Manajemen Diri.pdf

Refleksi D.1c:

MY NOTES : 1. Sebelumnya saya berpikir menerapkan manajemen diri itu hanya disisipkan dalam pembelajaran, ternyata setelah membaca contoh di atas pembelajaran ini terstruktur layaknya mata pelajaran yang sudah ada. 2. Ide pembelajaran baru atau menarik akan saya terapkan dalam tugas saya sebagai wali kelas adalah: meminta persetujuan pada kepala sekolah untuk menerapkannya, tentunya dengan perencanaan yang matang. 

Refleksi D.1c. Kesadaran Sosial

Berikut adalah contoh  RPP untuk menggambarkan pengajaran eksplisit 5 KSE. Silahkan cermati  dan berikan refleksi Anda setelah mempelajari RPP tersebut


D.1c. Kesadaran Sosial

Kesadaran Sosial.pdf

Refleksi D.1c:

MY NOTES : 1. Sebelumnya saya berpikir bahwa membangun empati dapat disisipkan dalam pembelajaran yang sudah ada, ternyata terstruktur secara rapi dari rencana, tujuan hingga refleksi. 2. Ide pembelajaran baru atau menarik akan saya terapkan dalam tugas saya sebagai wali kelas adalah: meminta persetujuan pada kepala sekolah untuk menerapkannya, tentunya dengan perencanaan yang matang. 

Refleksi D.1d. Keterampilan Berelasi

Berikut adalah contoh  RPP untuk menggambarkan pengajaran eksplisit 5 KSE. Silahkan cermati  dan berikan refleksi Anda setelah mempelajari RPP tersebut.


D.1d. Kesadaran Sosial

Keterampilan Berelasi.pdf

Refleksi D.1d:

MY NOTES : 1. Sebelumnya saya berpikir bahwa cara membangun hubungan yang positif dengan teman sebaya hanya bisa disisipkan dalam pembelajaran, ternyata setelah membaca contoh di atas pembelajaran ini terstruktur dari rencana, tujuan hingga refleksi. 2. Ide pembelajaran baru atau menarik akan saya terapkan dalam tugas saya sebagai wali kelas adalah: meminta persetujuan pada kepala sekolah untuk menerapkannya, tentunya dengan perencanaan yang matang. 

Refleksi D.1e. Pengambilan Keputusan yang Bertanggung Jawab:

Berikut adalah contoh  RPP untuk menggambarkan pengajaran eksplisit 5 KSE. Silahkan cermati  dan berikan refleksi Anda setelah mempelajari RPP tersebut.


D.1e. Pengambilan Keputusan yang Bertanggung Jawab:

Pengambilan Keputusan yang Bertanggung Jawab .pdf

Refleksi D.1e:

MY NOTES : 1. Sebelumnya saya berpikir bahwa membuat keputusan yang bertanggung jawab bisa disisipkan dalam pembelajaran umum, ternyata setelah membaca contoh di atas pembelajaran ini terstruktur dari rencana, tujuan hingga refleksi. 2. Ide pembelajaran baru atau menarik akan saya terapkan dalam tugas saya sebagai wali kelas adalah: meminta persetujuan pada kepala sekolah untuk menerapkannya, tentunya dengan perencanaan yang matang. 

D.2. Integrasi dalam Praktek Mengajar Guru dan Kurikulum Akademik

Untuk mengintegrasikan KSE dalam praktek mengajar guru dan kurikulum akademik, tujuan Kompetensi Sosial Emosional dapat diintegrasikan ke dalam konten pembelajaran dan strategi pembelajaran pada materi akademik, serta musik, seni, dan pendidikan jasmani.   

Berikut adalah contoh RPP TK - SMP yang disusun untuk memberikan gambaran bagaimana  integrasi KSE dalam 3 bagian  Kegiatan Belajar Mengajar (KBM), yaitu:

Mari belajar bersama dan buatlah refleksi.

*) Klik pada setiap tautan dibawah ini untuk menampilkan RPP

Contoh RPP Moda Daring TK (1).pdf

RPP TK

_RPP B.Indonesia Kelas 4 SD (1).pdf

RPP SD

Contoh RPP Integrasi Pembelajaran Berdiferensiasi & Sosial-Emosional (1).pdf

RPP SMP

MY NOTES : Mengintegrasikan KSE dalam praktek mengajar guru dan kurikulum akademik merupakan pengetahuan baru dan menarik bagi saya untuk dipelajari. 

Refleksi D.2

Setelah mempelajari RPP TK - SMP, silahkan Bapak/Ibu refleksikan pertanyaan berikut.

MY NOTES : 1. Sebelumnya saya berpikir bahwa PSE ini merupakan pembelajaran yang penerapannya melekat pada semua mata pelajaran, ternyata setelah membaca rencana pembelajaran di atas PSE ini merupakan pembelajaran yang berdiri sendiri, terstruktur dari rencana, tujuan hingga refleksi. 2. Ide pembelajaran baru atau menarik akan saya terapkan dalam tugas saya sebagai wali kelas adalah: meminta persetujuan pada kepala sekolah untuk menerapkannya, tentunya dengan perencanaan yang matang. 

D.3. Menciptakan Iklim Kelas dan Budaya Sekolah

Indikator ketiga  dalam implementasi pembelajaran sosial dan emosional adalah menciptakan iklim kelas dan budaya sekolah.

Salah satu upaya mengubah lingkungan sekolah (iklim kelas dan sekolah), adalah melalui praktik guru dan gaya interaksi mereka dengan murid, atau dengan mengubah peraturan dan harapan sekolah. Dalam modul 1.4 kita sudah membahas bagaimana membangun keyakinan kelas dan peraturan sekolah. Di sini kita akan membahas lebih lanjut bagaimana praktik mengajar guru dan gaya interaksi guru dengan murid. 

Lingkungan yang memprioritaskan kualitas relasi antara guru dan murid adalah salah satu indikator utama dalam penciptaan iklim kelas dan budaya sekolah. Kualitas relasi guru dan murid yang tercermin dalam sikap saling percaya akan berdampak pada  ketertarikan dan keterlibatan murid dalam pembelajaran.   Sikap saling  percaya akan menumbuhkan perasaan aman dan nyaman bagi murid dalam mengekspresikan dirinya. murid-murid akan lebih berani bertanya, mencari tahu, berpendapat, mencoba, berkolaborasi sehingga mereka memiliki kesempatan untuk mengembangkan kompetensi dirinya secara lebih optimal. Selain kualitas relasi guru dan murid, lingkungan kelas yang aman dan positif juga dapat diciptakan melalui berbagai kegiatan pembelajaran yang dapat merangkul keberagaman dan perbedaan, melibatkan murid,  dan menumbuhkan  optimisme.

Menurut Sri Wahyaningsih, Pendiri Salam (Sanggar Anak Alam) Yogyakarta, yang diwawancarai September 2021,  lingkungan sekolah yang aman dan nyaman adalah lingkungan yang membangun  persepsi bahwa setiap orang memiliki potensi yang berbeda-beda dan orang lain adalah mitra, bukan saingan. Tugas pendidik adalah membantu anak-anak menemukan jati diri dan mengembangkan potensinya. Persepsi tersebut akan  mendorong kentalnya kolaborasi antar murid, guru, maupun  orang tua. “Orang tua akan ikut mendukung teman-teman anaknya,  karena tidak dilihat sebagai saingan anaknya. Guru-guru pun menjadi lebih produktif dan suportif, saling mendorong rekan sejawat untuk mengembangkan diri.”

            Sebagai penutup, mari  kita tonton video tentang contoh penerapan ketiga indikator pembelajaran sosial dan emosional  sehari di kelas dan sekolah berikut ini: 

Tugas D3.1 Apa refleksi Anda setelah menonton video  tersebut:


Silahkan tuangkan jawaban Anda pada kolom NOTES yang ada dibagian YOUR NOTES AND QUESTIONS!


Kaitan dengan Standar Nasional Pendidikan

Implementasi pembelajaran sosial dan emosional  selaras dengan Standar Proses  dalam SNP kita. Integrasikan 5 KSE dalam pengajaran eksplisit maupun integrasi dalam konten dan strategi pembelajaran terkait dengan perencanaan proses dan  pelaksanaan proses pembelajaran. Refleksi  yang dilakukan guru maupun murid  mendorong proses penilaian hasil belajar dan pengawasan proses pembelajaran.

MY NOTES : 1. Sebelumnya saya berpikir Menciptakan Iklim Kelas dan Budaya Sekolah bukanlah hal yang harus diutamakan, ternyata pengaruhnya bila betul-betul diterapkan secara efektif maka dampaknya terhadap murid sangatlah baik. 2. Ide pembelajaran baru atau menarik akan saya terapkan dalam tugas saya sebagai guru/wali kelas adalah: meminta persetujuan pada kepala sekolah untuk menerapkannya, tentunya dengan perencanaan dan persiapan yang matang. 3. Yang ingin saya perdalam lebih lanjut adalah cara menyusun RPP dan mencari referensi praktik-praktik baik yang berkaitan dengan PSE, agar saya bisa ATM (Amati, Tiru dan Modifikasi) untuk menerapkannya di sekolah. 

D.4. Penguatan Kompetensi Sosial dan Emosional Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PTK) di Sekolah

Bapak/Ibu CGP, kita tentunya sepakat dengan ungkapan tersebut. Selain dari interaksi dengan teman-temannya, murid-murid kita akan belajar dari interaksi mereka dengan para pendidik dan tenaga kependidikan (PTK)  di sekolah.  Oleh sebab itu, penguatan kompetensi sosial dan  emosional pendidik dan tenaga kependidikan di sekolah menjadi salah satu indikator  penting dalam pembelajaran sosial emosional di sekolah. Pendidik dan tenaga kependidikan perlu memiliki kesempatan secara reguler untuk mengembangkan kompetensi sosial, emosional dan budaya mereka sendiri, berkolaborasi, membangun hubungan saling percaya dan memelihara komunitas yang erat.  

Berikut langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk memperkuat pembelajaran sosial emosional pendidik dan tenaga kependidikan di sekolah: 

1. Memodelkan (menjadi teladan): Mendukung pendidik dan tenaga kependidikan  dalam memodelkan kompetensi dan  pola pikir di seluruh komunitas sekolah dengan murid, keluarga murid, mitra komunitas, dan satu sama lain. Ini dapat meliputi:
●    Menerapkan kompetensi sosial emosional  dalam peran dan tugas
●    Menciptakan budaya mengapresiasi
●    Menunjukkan kepedulian

2. Belajar: pendidik dan tenaga kependidikan merefleksikan kompetensi sosial dan emosional pribadi dan mengembangkan kapasitas untuk mengimplementasikan kompetensi sosial dan emosional. Kegiatan ini dapat meliputi:
●    Membiasakan merefleksikan kompetensi sosial dan emosional pribadi
●    Berkolaborasi di tempat kerja
●    Mempelajari kemungkinan adanya bias terkait dengan  literasi budaya
●    Mengembangkan pola pikir bertumbuh
●    Memahami tahapan perkembangan murid
●    Meluangkan waktu untuk melakukan self-care (perawatan diri)
●    Mengagendakan sesi  berbagi praktik baik

3. Berkolaborasi: menciptakan struktur berbentuk komunitas pembelajaran profesional atau pendampingan sejawat bagi pendidik dan tenaga kependidikan untuk berkolaborasi tentang cara mengasah strategi untuk mempromosikan KSE di seluruh sekolah. Kegiatan  dapat  meliputi:

●    Membuat kesepakatan bersama-sama

●    Membuat komunitas belajar profesional

●    Membuat sistem  mentoring rekan sejawat

●    Mengintegrasikan kompetensi sosial emosional dalam pelaksanaan rapat guru 


Kaitan dengan Standar Nasional Pendidikan

Penguatan kompetensi sosial dan emosional pendidik dan tenaga kependidikan selaras dengan Standar Kompetensi  Pedagogik, Kepribadian dan Sosial Guru. Guru mendapatkan penguatan  untuk  menguasai karakteristik peserta didik dari aspek  sosial, kultural emosional, serta menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, arif dan dewasa.


MY NOTES : Penguatan kompetensi sosial dan emosional pendidik dan tenaga kependidikan di sekolah menjadi salah satu indikator penting dalam pembelajaran sosial emosional di sekolah. Pendidik dan tenaga kependidikan perlu memiliki kesempatan secara regular untuk mengembangkan kompetensi sosial, emosional dan budaya mereka sendiri, berkolaborasi, membangun hubungan saling percaya dan memelihara komunitas yang erat. Langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk memperkuat pembelajaran sosial emosional pendidik dan tenaga kependidikan di sekolah: a). Memodelkan (menjadi teladan), b). Belajar dan c). Berkolaborasi 

MY NOTES : Bentuk penguatan KSE diri saya adalah kesadaran diri. Alasannya, kesadaran diri ini merupakan salah satu pondasi untuk sebagian besar unsur KSE, sehingga hal ini nantinya akan membantu saya dalam memahami kekuatan, kelemahan, dorongan, hingga nilai yang ada di dalam diri saya dan juga orang lain. Dengan memiliki kesadaran diri yang baik dapat memahami situasi sosial, memahami orang lain, serta memahami harapan orang lain terhadap diri saya. Jadi, saya akan lebih mudah untuk bisa merefleksikan diri, menggali pengalaman, mengamati, dan juga mengendalikan emosi. 

MY NOTES : Bentuk penguatan KSE rekan sejawat bagi saya semuanya penting, karena menurut saya semua komponen saling terhubung, sehingga nantinya bila semua komponen dapat diimplementasikan dengan baik, maka akan tercipta sebuah kinerja yang profesional dan melahirkan suasana kerja yang positif.