Nilai dan Peran Guru Penggerak

Tujuan Pembelajaran Khusus


Selamat datang Bapak/Ibu CGP di Pembelajaran pertama dalam Modul 1.2 ini!

Pada kesempatan ini, pembelajaran akan dimulai dengan membuat diagram trapesium usia dan menjawab beberapa pertanyaan mengenai diri Bapak/Ibu. Agar mendapatkan manfaat yang maksimal dari kegiatan ini, hal yang perlu diperhatikan ketika menjawab pertanyaan nanti adalah kejujuran Bapak/Ibu dalam memberikan jawaban. Tidak ada jawaban benar ataupun salah. Apa yang menjadi pertanyaan hanyalah upaya untuk membantu menggali pengalaman serta nilai diri Bapak/Ibu sendiri. Silakan jawab semua jangan sampai terlewat. Ambil waktu khusus agar dapat mengerjakannya dengan tenang. Selamat Mengerjakan!

Kegiatan 1. Trapesium usia 

Kegiatan ini adalah hasil kolaborasi Ifa Hanifah Misbach, M.A., Psikolog (Ketua Tim Pengembang Jabar Masagi) dan Alm. Prof. Dr. H. Sutardjo A. Wiramihardja, Psikolog (Guru Besar Emeritus Fakultas Psikologi Unpad) beberapa tahun yang lalu.

Di sini Bapak/Ibu akan membuat Diagram Trapesium Usia-nya sendiri dengan mengikuti instruksi berikut:

[sumber: Modul pendidikan karakter Jabar Masagi]

Kegiatan 1. Trapesium usia 

Kegiatan ini adalah hasil kolaborasi Ifa Hanifah Misbach, M.A., Psikolog (Ketua Tim Pengembang Jabar Masagi) dan Alm. Prof. Dr. H. Sutardjo A. Wiramihardja, Psikolog (Guru Besar Emeritus Fakultas Psikologi Unpad) beberapa tahun yang lalu.

Di sini Bapak/Ibu akan membuat Diagram Trapesium Usia-nya sendiri dengan mengikuti instruksi berikut:

[sumber: Modul pendidikan karakter Jabar Masagi]

Tugas 1. Refleksi

Jika Bapak/Ibu sudah membuat diagram trapesium usia ini, jawablah pertanyaan berikut:

 Tugas 2. Nilai dan peran guru penggerak menurut saya

Tanggapan Saya :

Peran dari guru penggerak yaitu bagaimana menjadi Pemimpin pembelajaran, Menggerakkan komunitas praktisi, Menjadi Coach bagi guru yang lain, Mendorong kolaborasi antara guru dan Mewujudkan Kepemimpinan pada murid. Sedangkanuntuk nilai-nilai dari seorang guru penggerak yaitu: Mandiri,Reflektif, Kolaboratif, Inovatif, serta berpihak pada murid.

 Saya sertakan link untuk trapesium usia : https://www.youtube.com/watch?v=jk2ZFpWUc9Y

Comment Fasilitator : Seorang murid tidak membutuhkan guru yang sempurna, murid hanya membutuhkan guru yang bisa membuatnya bahagia dan menjadikan setiap pembelajaran di kelas menjadi bermakna. Luar biasa kalimat ini bu. Dengan begini, guru tidak akan mencoba menjadi guru yang sempurna yang memenuhi tuntutan zaman saat ini, tapi satu hal yang pasti, guru akan berusaha untuk menjadi guru yang membahagiakan murid. 

Eksplorasi Konsep - Modul 1.2


Tujuan Pembelajaran Khusus:

"Perubahan yang kita lakukan di pendidikan harus menuju pada suatu titik yang memanusiakan manusia dan memperkuat nilai kemanusiaan kita."

(Iwan Syahril Dirjen GTK Kemdikbudristek, Refleksi atas Asas Konvergensi Ki Hadjar Dewantara)

NILAI KEMANUSIAAN: KEBAJIKAN UNIVERSAL

Selamat datang di sesi pembelajaran kedua!

Dalam sesi ini, Bapak/Ibu akan melakukan aktivitas yang berbentuk paparan materi. Bapak/Ibu akan berinteraksi dengan materi secara mandiri dengan menyimak dan memaknai materi yang dipaparkan serta merefleksikannya. Sebagaimana dinyatakan dalam kalimat pembuka di atas, pendidikan harus mampu menumbuhkan manusia yang kuat nilai kemanusiaannya, yang memegang teguh nilai-nilai kebajikan. Dalam konteks yang beranekaragam, kita memerlukan pegangan yang mempersatukan. Nilai-nilai kebajikan yang sifatnya universal lah kemudian yang dapat dijadikan “landasan bersama” (common-ground), bagi beragam kepentingan, suku-bangsa, ras, agama, dan antar-golongan. Semangat untuk mengapresiasi dan berpihak pada nilai-nilai yang diperlukan dan menguntungkan anak adalah landasan dalam membawakan peran perubahan di pendidikan. Dengan demikian diharapkan, Bapak/Ibu dapat menilik kembali nilai-nilai yang sudah ada dalam diri pribadi lalu menguatkan yang selaras dengan nilai-nilai dan konsep yang dipromosikan dalam Program Guru Penggerak ini. Bapak/Ibu juga diharapkan untuk menjawab dengan seksama dan mendalam pertanyaan-pertanyaan refleksi yang telah disediakan agar pemahaman Bapak/Ibu akan konsep yang dipaparkan pun menjadi semakin kuat, semakin paham pula bagaimana manusia tergerak dan bergerak, sehingga semakin menghayati bagaimana menggerakkan manusia.

Tanggapan Saya : Pendidik memiliki peran dalam merawat dan menumbuhkan nilai-nilai kebaikan di dalam diri peserta didiknya. Untuk dapat melakukan tanggung jawab tersebut, maka pendidik harus dapat menciptakan dan mengembangkan lingkungan yang dapat menumbuhkan nilai-nilai kebaikan baik lingkungan yang bersifat fisik maupun lingkungan yang bersifat psikis. Oleh sebab itulah, pendidik harus sadar untuk tergerak, bergerak dan menggerakkan demi mewujudkan pesera didik yang memiliki karakter profil pelajar pancasila. 

A. BAGAIMANA MANUSIA TERGERAK

Pertanyaan pemandu: Apa saja hal yang bekerja secara alami pada diri seorang manusia dan mempengaruhi bagaimana manusia dalam berperilaku?

Tanggapan Saya : Lingkungan. linkungan yang baik secara tidak langsung mempengaruhi perilaku dari seseorang. Pendididikan. pengetahuan yang didapatkan oleh seseorang selama melakukan proses pembelajaran, baik secara formal maupun non formal, semakin tinggi pendidikan yang ditempuh maka akan menjadikan seseorang semakin beradab dan bijaksana. 

A.1. Cara kerja otak: Sistem berpikir cepat dan lambat

Pada bagian ini, Bapak/Ibu akan belajar bagaimana otak mempengaruhi bagaimana manusia tergerak melalui sebuah video pendek berjudul “Eskalator dan Kerja Otak”. Video ini berupaya menjelaskan bagaimana otak bekerja dalam dua sistem berpikir yang berbeda, yaitu berpikir cepat dan berpikir lambat melalui perumpamaan eskalator yang berjalan turun. Video ini juga membahas bagaimana otak “3-in-1 (Triune)” manusia bekerja.

Tanggapan Saya : Dari paparan video tersebut dapat diketahui bahwa ada 2 sistem berfikir pada diri manusia yakni, sistem berfikir cepat dan lambat, yang mana kedua sistem tersebut dapat mempengaruhi bagaimana manusia bersikap dan mengambil keputusan. Pada dasarnya, otak manusia akan lebih memilih sistem berfikir cepat dalam menanggapi sesuatu sebagai bentuk respons untuk reflek mencari rasa aman dan mengkonversi energi seminimal mungkin. Hal ini akan mengakibatkan manusia cenderung untuk tidak menganalisis sesuatu secara mendalam, secara strategis, kreatif dan metakognitif. Otak manusia memiliki kemampuan untuk belajar, tidak statis tapi elastis. Dengan demikian, penggunaan sistem berfikir lambat, penggunaan otak luhur (manusia) dapat dipelajari agar tidak begitu saja memperkenankan sistem berfikir cepat (otak reptil & otak mamalia) mengambil alih kendali diri manusia. 

Bacaan 1 - Perumpamaan Otak 3in1.pdf

Perumpamaan Otak 3-in-1 (Triune) Manusia Menggunakan Tangan

Guru adalah manusia yang senantiasa berusaha untuk menggerakkan manusia lainnya. Oleh karena itu, guru harus lebih dulu sadar bagaimana dirinya tergerak, kemudian mempengaruhi dirinya untuk bergerak. Emosi adalah bagian utama dari lingkungan yang sifatnya psikis dan intrinsik yang dapat dipengaruhi dan harus dipertimbangkan pengembangannya oleh guru. Dalam rangkaian modul Pendidikan Guru Penggerak aspek emosi akan dibahas tersendiri dengan lebih detail dalam modul Pembelajaran Sosial Emosional.

Tanggapan Saya : Dari penjelasan materi di atas dapat disimpulkan bahwa sebagai pendidik sudah semestinya mempelajari penggunaan sistem berpikir lambat, penggunaan otak luhur agar tidak memperkenankan sistem berpikir cepat mengambil alih kendali diri pendidik yang senantiasa berusaha menjadi teladan dalam bersikap dan mengambil keputusan. 

5 Dasar Kebutuhan Manuasia.pdf

A.2. Lima (5) Kebutuhan Dasar Manusia: Kebutuhan Genetis

Disukai atau tidak, manusia adalah makhluk biologis yang memiliki sifat dasar menjaga keberlanjutan spesiesnya secara genetis. Kebutuhan untuk bertahan hidup (survival), kebutuhan untuk diterima (love and belonging), kebebasan (freedom), kesenangan (fun), dan kekuasaan/penguasaan (power) adalah kebutuhan yang tidak cuma dimiliki oleh manusia, makhluk lain seperti Burung, Mamalia, dan Primata juga memiliki kebutuhan yang sama. Kita pasti pernah melihat anak-anak singa atau singa remaja bermain layaknya berkelahi sungguhan, atau anak-anak monyet yang usil saling mengganggu dan berakhir dengan kejar-kejaran dari pohon ke pohon. Itu adalah satu contoh kebutuhan bersenang-senang (fun). Kelima kebutuhan di atas bermuara pada kebutuhan tiap jenis makhluk untuk melanjutkan generasi, termasuk juga manusia.

Mungkin kita pernah menjumpai seseorang dengan perilaku yang tidak sesuai dengan norma atau aturan yang berlaku. Besar kemungkinan, hal itu mereka lakukan karena mereka tak mampu memenuhi atau mereka tidak mendapatkan kebutuhan dasar mereka. Setiap perilaku kita adalah usaha terbaik kita untuk mendapatkan apa yang kita butuhkan, sebuah usaha untuk memenuhi satu atau lebih kebutuhan dasar kita. Berikut ini, kita ulas satu demi satu kebutuhan tersebut dalam kaitannya dengan konteks pendidikan dan sekolah.

Tanggapan Saya : Terdapat lima kebutuhan dasar manusia, yakni kebutuhan bertahan hidup, kebutuhan untuk diterima, kebutuhan pengakuan atas kemampuan, kebutuhan akan pilihan serta kebutuhan untuk merasa senang. Dari kebutuhan dasar tersebut, semestinya pendidik harus menyadari bahwa tugas pendidik selama proses pembelajaran harus memenuhi kebutuhan dasar tersebut untuk peserta didiknya. 

Wiraga wirama Ki Hadjar Dewantara.pdf

A.3. Tahap tumbuh kembang anak - Wiraga-wirama Ki Hadjar Dewantara

Setiap insan manusia memiliki cara pandangnya sendiri terhadap dunia sesuai dengan usia dan tahap tumbuh-kembangnya. Ki Hadjar Dewantara meyakini bahwa proses belajar harus selaras dengan kodrat anak. Beliau paham bahwa dalam tiap periode usia anak memiliki kekhususan yang harus dijadikan bahan pertimbangan dalam proses belajar. 

Tanggapan Saya : Tahapan tumbuh-kembangnya anak, Ki Hadjar Dewantara membagi periode usia anak ke dalam 3 tingkatan jiwa tiap 8 tahun yakni, wiraga, wiraga-wirama serta wirama. Dalam proses pembelajaran, sebagai pendidik semestinya memperlakukan anak selaras dengan kodratnya. 

Tahap perkembangan psikososial Erik Erikson.pdf

Tahap perkembangan psikososial Erik Erikson

Erik Erikson adalah psikolog yang meyakini bahwa kepribadian seseorang itu tumbuh dalam rangkaian tahapan (8 tahapan). Tiap tahapan menggambarkan dampak dari pengalaman sosial pada mereka. Hingga kini, teori psikososial ini masih menjadi pegangan dalam teori perkembangan. Untuk keperluan program Guru Penggerak ini, akan dibahas 6 tahapan saja, pada periode usia 0-40 tahun.

Tanggapan Saya : Menurut Erik Erikson kepribadian seseorang itu tumbuh dalam rangkaian tahapan (8 tahapan). Tiap tahapan menggambarkan dampak dari pengalaman sosial pada seseorang. Hingga kini, teori psikososial ini masih menjadi pegangan dalam teori perkembangan. Untuk keperluan PGP akan dibahas 6 tahapan saja. Dari 6 tahapan tersebut, sebagai pendidik harusnya memahami betul posisi anak didik kita, agar selama proses pembelajaran mereka tidak tertekan, sehingga mereka dengan sendirinya mengeksplor kemampuan terbaik yang dimilikinya. 

Tugas A.

Setelah menyimak video dan bacaan pada bagian ini:

MY NOTES : 1)Kebutuhan dasar manusia digambarkan seperti hierarki piramida. Seorang manusia akan mengutamakan kebutuhan yang paling mendasar terlebih dahulu, baru kemudian meningkat pada kebutuhan selanjutnya secara berurutan. Begitu pula dengan tahapan tumbuh-kembang anak yang akan dilalui sesuai dengan usia mereka. Ada dua faktor utama yang mempengaruhi tumbuh-kembang anak, yakni faktor bawaan dan faktor lingkungan. Sebagai pendidik yang harus dilakukan adalah memahami dan mengerti kebutuhan dasar serta posisi tahapan usia mereka agar sebagai pendidik kita tidak salah langkah dalam mendidik anak serta tidak memaksakan kehendak pada anak sehingga anak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal. 2)Nilai-nilai yang perlu dikuatkan sebagai guru penggerak yaitu nilai keteladanan, kemandirian, reflektif, kolaboratif , inovatif serta berpihak pada siswa, karena jika semuanya dimiliki dan dilaksanakan maka akan terwujud proses pembelajaran yang menyenangkan dan berpusat pada peserta didik. 

B. BAGAIMANA MANUSIA MERDEKA BERGERAK

Pertanyaan pemandu: Apa makna dari pernyataan: manusia merdeka adalah manusia yang berdaya dalam memilih dan mereka termotivasi dari dalam?

MY NOTES : Manusia merdeka adalah manusia yang berdaya dalam memilih dan mereka termotivasi dari dalam maksudnya bahwa setiap manusia diberi kebebasan untuk mengatur dan memilih kehidupannya dengan tetap sejalan dengan aturan yang berlaku. Tentunya bila sudah menjadi pilihan dalam kehidupannya, maka dengan sendirinya akan termotivasi untuk melakukan kebaikan-kebaikan demi kebahagiaan dan keselamatannya. 

Manusia Merdeka.pdf

B.1. Manusia Merdeka: Berdaya dalam Memilih (Teori Pilihan)

Ki Hadjar Dewantara pernah mengingatkan pada kita tentang konsep manusia merdeka, yaitu: mereka tidak terperintah, mereka dapat menegakkan dirinya, tertib mengatur perikehidupannya, sekaligus tertib mengatur perhubungan mereka dengan kemerdekaan orang lain. Dengan begitu, pendidikan seyogyanya adalah upaya sadar untuk menumbuhkan manusia-manusia yang merdeka. Dalam pernyataannya yang lain, Ki Hadjar Dewantara (Dasar-dasar Pendidikan, 1936), menyampaikan bahwa: “Maksud pendidikan itu adalah menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia, maupun anggota masyarakat.”

MY NOTES : Maksud pendidikan itu adalah menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia, maupun anggota masyarakat. Sebagai anggota masyarakat tingkat lokal, nasional, regional dan global. Maka sudah seyogyanya secara sadar, sepenuh hati dan pikiran berusaha untuk menjadi seseorang yang makin berdaya dalam memilih sehingga semakin bijaksana dalam menjalani kemerdekaan yang sebenarnya. 

Bacaan 2 - Aksioma1 terkait Pilihan.pdf

Aksioma1 terkait “pilihan” (Glasser, 1998)

MY NOTES : Setelah saya membaca teori diatas, penjelasannya sangat selaras dengan firman Allah yang artinya :"Sesungguhnya Allah tidak akan merubah nasib suatu kaum kecuali kaum itu sendiri yang merubahnya. " 

B.2. Manusia Merdeka: Termotivasi dari Dalam (Motivasi Intrinsik)

UU RI No. 20/2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional, Bab I, Ketentuan Umum Pasal 1, No.1, menyatakan: “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.”


Pernyataan tersebut merupakan penguatan bahwa pendidik harus menuntun segala kekuatan kodrat anak dari dalam. Ryan dan Deci (2000) melalui teori determinasi diri (self-determination theory), mengisyaratkan bahwa pendidik perlu fokus dalam menyediakan suasana belajar dan proses pembelajaran yang memungkinkan anak menguatkan dan menumbuh-kembangkan motivasi intrinsik mereka. Dalam penerapannya, suasana belajar dan proses pembelajaran yang disediakan harus dapat membuat anak senantiasa: merasa kompeten (mampu, dapat, cakap), merasa saling-terhubung (kebutuhan sosial yang diusahakan oleh individu untuk membangun hubungan dengan sesamanya), dan merasa otonom (mandiri, merdeka).
Jadi, jika kita mengharapkan anak memiliki determinasi atau ketetapan hati, dalam menentukan jalan kodrat mereka, maka anak harus mampu menghayati perasaan akan kompetensi, otonomi, dan relasi mereka dan mengambil makna positifnya. Kata "merasa" menjadi kata yang penting untuk diperhatikan karena menunjukkan bahwa suasana dan proses pembelajaran harus mampu menguatkan anak di tingkat “perasaan” sehingga bersifat pribadi dan mendalam bagi masing-masing anak. Dengan demikian, para pendidik harus mulai dan terus menguatkan dirinya untuk menumbuh-kembangkan motivasi intrinsik.

MY NOTES : Saya menggaris bawahi kalimat "para pendidik harus mulai dan terus menguatkan dirinya untuk menumbuh-kembangkan motivasi intrinsik". Untuk mewujudkan anak memiliki determinasi atau ketetapan hati, maka saya harus menguatkan diri saya terlebih dulu. 

Profil Pelajar Pancasila.pdf

B.3. Mewujudkan Profil Pelajar Pancasila

Dunia pendidikan Indonesia kini telah memiliki acuan Profil Pelajar Pancasila (Bacaan 3) sebagai gambaran, proyeksi, dan harapan yang bangsa kita upayakan agar mewujud pada murid Indonesia di masa depannya kelak. Jadi masuk akal rasanya jika Profil Pelajar Pancasila tersebut pun dihidupi oleh para pendidik sebagai model mental mereka.  Profil Pelajar Pancasila mengandung enam dimensi yang kesemuanya berakar pada falsafah Pancasila: (1) Beriman, bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa dan berakhlak mulia; (2) Mandiri; (3) Bergotong-royong; (4) Berkebinekaan global; (5) Bernalar kritis; (6) Kreatif. Bersamaan dengan itu, diharapkan Bapak/Ibu juga mulai mengenali dan memaknai nilai-nilai Guru Penggerak. Nilai-nilai ini diharapkan dapat menguat pada diri Bapak/Ibu Calon Guru Penggerak untuk menjalankan peran terutama dalam persoalan strategis, melampaui persoalan teknis atau operasional. 

MY NOTES : Karakter adalah unsur yang paling penting dan harus ditanamkan agar generasi Indonesia mampu bersaing di masa yang akan datang. Sebagai pencetak generasi bangsa, maka sudah seharusnya sebagai pendidik agar dapat menerapkan 6 dimensi profil pelajar pancasila dalam proses pembelajaran. 

Nilai-nilai Guru Penggerak.pdf

B.4. Nilai-nilai Guru Penggerak

Rokeach (dalam Abdul H., 2015), menyatakan bahwa nilai merupakan keyakinan sebagai standar yang mengarahkan perbuatan dan tolok ukur pengambilan keputusan terhadap objek atau situasi yang sifatnya sangat spesifik. Kehadiran nilai-nilai positif dalam diri seseorang akan membantu mereka mengambil posisi ketika berhadapan dengan situasi atau masalah, sebagai bahan evaluasi ketika membuat keputusan dalam kehidupan sehari-hari.

MY NOTES : Kelima Nilai-nilai Guru Penggerak adalah : Berpihak pada murid, Reflektif, Kolaboratif, mandiri, dan inovatif. Sebagai Calon Guru Penggerak, mari kita bersama-sama memahami, mempelajari dan menerapkan nilai-nilai tersebut guna mewujudkan tujuan pedidikan yakni menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak agar mereka mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat. 

Tugas B.

MY NOTES : 1)Setelah saya memahami teori pilihan dan motivasi intrinsik, kelima nilai-nilai guru penggerak sangat perlu untuk dikuatkan, karena kelima nilai tersebut sangat relevan dengan tujuan saya untuk menjadi agen transformasi pendidikan yang terarah, demi mewujudkan generasi bangsa menjadi pembelajar sepanjang hayat. 2)Tindakan spesifik yang dapat dilakukan untuk menguatkan diri sendiri untuk memberdayakan murid dalam memilih jalan kodratnya sekaligus menguatkan tumbuhnya motivasi intrinsik mereka dalam mengejawantahkan Profil Pelajar Pancasila adalah mengapresiasi segala bentuk hasil proyek mereka dalam memenuhi tugas proyek penguatan profil pelajar pancasila. 

C. BAGAIMANA MENGGERAKKAN MANUSIA: MENUNTUN KEKUATAN KODRAT MANUSIA

Pertanyaan pemandu:  Bagaimana struktur sistemik lingkungan dalam pembentukan nilai-nilai dalam diri seseorang?

MY NOTES : Struktur sistemik lingkungan dalam pembentukan nilai-nilai dalam diri seseorang dimulai dari lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan masyarakat. Lingkungan keluarga merupakan faktor yang paling penting dalam pembentukan nilai-nilai dalam diri seseorang. Pentingnya pengaruh keluarga akan menjadi dasar bagaimana seseorang berperilaku baik di lingkungan sekolah maupun lingkungan masyarakat. 

C.1. Berpikir strategis dan menguatkan lingkaran pengaruh

Sebagai guru penggerak, Bapak/Ibu tentu memahami bahwa perubahan yang sifatnya transformatif demi menjangkau kepentingan lebih banyak murid tidak akan mampu dilakukan sendirian, perlu menggerakkan lebih banyak guru, lebih banyak pihak. Agar mampu menggerakkan orang lain agar berdampak pada murid, Bapak/Ibu perlu memahami konsep lingkaran pengaruh. Secara sederhana, lingkaran pengaruh adalah gambaran sejauh mana pengaruh Bapak/Ibu efektif dalam membawakan perubahan, atau dalam menggerakkan orang lain.


Dalam lingkaran pengaruh, Bapak/Ibu dapat diumpamakan sebagai supir, dimana Bapak/Ibu yang memegang kendali arah kendaraan, serta mengatur kecepatannya. Jadi dalam lingkaran pengaruh, Bapak/Ibu punya “kuasa” dan kepercayaan diri untuk menjalankan inisiatif perubahan pada dimensi: diri, orang lain, institusi, dan lingkungan-masyarakat. Dalam masing-masing dimensi, Bapak/Ibu perlu menguatkan relasi (saling percaya, saling menghormati, saling bebas berekspresi), agar terbukalah komunikasi (dialog, terhubung hati dengan hati), lalu memungkinkan kolaborasi, hingga menghadirkan kontribusi (Lingkaran Ungu pada Gambar 11). Perubahan yang Bapak/Ibu bawakan pasti terjadi di dalam lingkaran pengaruh. Dari waktu ke waktu, seiring dengan makin kuat dan mampu-nya Bapak/Ibu maka lingkaran pengaruh Bapak/Ibu pun makin meluas. 

Lingkaran kuning pada Gambar 11, berusaha menggambarkan pada Bapak/Ibu dua lingkaran lain, yaitu lingkaran kepedulian dan lingkaran perhatian. Lingkaran kepedulian itu bagaikan kita di kursi penumpang, tidak punya kuasa langsung atau kuasa cukup untuk menjalankan dan mempengaruhi perubahan. Dalam perumpamaan supir, penumpang dan kendaraan tadi, lingkaran perhatian itu berada di luar kendaraan. Bapak/Ibu masih punya perhatian, tapi sebatas itu saja, perhatian. Contoh misalnya kita gemar memperhatikan berita politik, sepakbola, dan lainnya, namun tidak punya kuasa apa-apa untuk mempengaruhinya langsung. Untuk itu, Bapak/Ibu tidak perlu menghabiskan terlalu banyak energi dan pikiran untuk stress ketika tidak mampu melakukan perubahan di lingkaran kepedulian atau lingkaran perhatian. Nikmati proses menguatkan dan memperluas pengaruh Bapak/Ibu sedikit demi sedikit, orang demi orang. Mulailah dengan menguatkan lingkaran pengaruh dari dimensi diri sendiri.

Dengan demikian, Bapak/Ibu dapat menempatkan diri untuk berpikir sebagai pemimpin di tataran individu, maupun mengadopsi pemikiran strategis di tataran ekosistem pendidikan, sesuai lingkaran pengaruh Bapak/Ibu, dalam hal ini yang sudah pasti adalah murid di kelas dan rekan lain di sekolah, sehingga mampu memfasilitasi gotong-royong dalam mencari jawaban sebagai penyelaras konteks (context setter), bukan sekedar sebagai penyedia jawaban. 

MY NOTES : Sebagai Calon Guru Penggerak yang mampu menggerakkan orang lain agar berdampak pada murid, maka langkah-langkah yang harus dilakukan adalah Menetapkan visi, menyelidiki, membayangkan, merencanakan serta melakukan eksekusi. Dengan kelima langkah ini akan menghasilkan ide-ide kreatif untuk mampu menggerakkan orang lain agar berdampak pada murid. 

C.2. Diagram identitas gunung es

Suka atau tidak, di luar kelebihan dan kelemahannya, baik atau tidak karakternya, guru sudah terlanjur dipandang sebagai orang yang dapat diteladani di tengah masyarakat kita. Guru sesungguhnya memiliki kesempatan untuk menjadi teladan bagi muridnya. Kini, pilihannya adalah memanfaatkan kesempatan itu dengan kesadaran penuh atau membiarkannya lewat begitu saja dan tidak melakukan apa-apa. Menjadi teladan harus diupayakan secara sadar.

Lumpkin (2008), menyatakan bahwa guru dengan karakter baik mengajarkan murid mereka tentang bagaimana keputusan dibuat melalui proses pertimbangan moral. Guru ini membantu muridnya memahami nilai-nilai kebaikan dalam diri mereka sendiri, kemudian mereka mempercayainya sebagai bagian yang tak terpisahkan dari siapa mereka, hingga kemudian mereka terus menghidupinya. Guru dengan karakter yang baik melestarikan nilai-nilai kebaikan di tengah masyarakat melalui murid-murid mereka.

Pada bagian ini, Bapak/Ibu akan menonton sebuah video pendek berjudul “Diagram Identitas Gunung Es” yang berusaha menggambarkan bagaimana karakter seseorang ditumbuhkan. Guru adalah tukang kebun, yang merawat tumbuhnya nilai-nilai kebajikan di dalam diri murid-muridnya. Guru berkesempatan untuk mengembangkan lingkungan yang dapat mempengaruhi identitas murid agar berproses menumbuhkan nilai-nilai kebajikan. Oleh karena itu, guru harus terus mengembangkan diri menjadi teladan nilai-nilai kebajikan dan memanfaatkan ekosistem lingkungan sadar-bawah sadar, fisik-psikis, maupun ekstrinsik-intrinsik untuk menumbuhkan nilai-nilai kebajikan dengan konsisten melalui gotong-royong bersama segenap anggota komunitas di sekolahnya.

MY NOTES : Kalimat ini "guru harus terus mengembangkan diri menjadi teladan nilai-nilai kebajikan dan memanfaatkan ekosistem lingkungan sadar-bawah sadar, fisik-psikis, maupun ekstrinsik-intrinsik untuk menumbuhkan nilai-nilai kebajikan dengan konsisten melalui gotong-royong bersama segenap anggota komunitas di sekolahnya". Mejadi pesan yang sangat bermakna dalam diri saya sebagai calon guru penggerak yang terus belajar membenahi diri agar menjadi teladan terbaik. 

Video pendek berjudul “Diagram Identitas Gunung Es”

MY NOTES : Dapat dipahami bahwa karakter yang tampak dari seseorang sesungguhnya didasari oleh perilaku yang berulang-ulang yang pernah dikukan, sehingga perilaku tersebut menjadi kebiasaan. Dengan demikian, kebiasaan tersebut menjadi gambaran karakter seseorang. Selain itu, lingkungan sangat mempengaruhi perkembangan karakter, lingkungan fisik dan psikis perlu dimaksimalkan pengaruhnya dalam menumbuhkan karakter seseorang. 

Peran Guru Penggerak.pdf

C.3. Peran Guru Penggerak

Di masa mendatang, Guru Penggerak diharapkan dapat memainkan peran-peran memimpin perubahan dalam ekosistem pendidikannya masing-masing. Kepemimpinan seorang Guru tentunya akan lebih maksimal jika memiliki keterampilan ataupun kompetensi yang sesuai dengan tujuan pendidikan yang diharapkan. Bapak/Ibu diajak untuk membaca dan memahami 4 kategori kompetensi sebagai kompetensi-kompetensi yang perlu dimiliki oleh seorang pemimpin di lingkungan sekolah, yaitu: mengembangkan diri dan orang lain, memimpin pembelajaran, memimpin manajemen sekolah, serta memimpin pengembangan sekolah.

MY NOTES : Guru Penggerak merupakan ujung tombak perubahan di sektor pendidikan Indonesia. Oleh sebab itu, guru penggerak harus mampu berperan dalam segala hal, antara lain : Menjadi pemimpin pembelajaran, Menjadi coach bagi guru lain, Mendorong kolaborasi, Mewujudkan kepemimpinan murid, serta Menggerakkan komunitas praktisi. 

Tugas C.

MY NOTES : 1) Kaitan antara diagram identitas gunung es dengan penumbuhan Profil Pelajar Pancasila pada murid dan transformasi pendidikan adalah fenomena gunung es yang menggambarkan lingkungan tempat karakter bertumbuh, dimana pendidikan merupakan tempat yang sangat tepat untuk menumbuhkan karakter profil pelajar pancasila untuk menjadi generasi pembelajar sepanjang hayat. 2) Konsekuensi logis dari diagram identitas gunung es pada peran saya sebagai Guru Penggerak dalam transformasi pendidikan adalah siap dan selalu berusaha menjadi teladan, pemimpin, contoh yang baik demi kemajuan pendidikan Indonesia dengan melakukan aksi nyata di satuan pendidikan agar transformasi pendidikan nyata terlihat. 

Penutup

Demikian paparan materi untuk Eksplorasi Konsep Bapak/Ibu Calon Penggerak. Semoga paparan singkat ini bisa memberikan wawasan baru pada Program Guru Penggerak ini. Sampai Jumpa di Forum Diskusi Tertulis.

MY NOTES : Sungguh luar biasa, teori demi teori tersusun secara rapi, runtut dan terperinci, sehingga ilmu yang saya peroleh setelah membaca dan memahami materinya sesuai dengan apa yang akan dihadapi dalam proses pembelajaran.