Teori Motivasi, Hukuman dan Penghargaan, Restitusi

Tujuan Pembelajaran

MY NOTES : Bismillah.... semoga bisa mendapatkan yang sesuai dengan harapan pada materi ini. 

3 Motivasi Perilaku Manusia


Bapak Ibu calon guru penggerak,

Mari kita tanyakan ke diri kita sendiri, bagaimana kita berperilaku? Mengapa kita melakukan segala sesuatu? Apakah kita melakukan sesuatu karena adanya dorongan dari lingkungan, atau ada dorongan yang lain? Terkadang kita melakukan sesuatu karena kita menghindari rasa sakit atau ketidaknyamanan, terkadang kita juga melakukan sesuatu untuk mendapatkan apa yang kita mau.

Bagaimana menurut Anda? Pernahkah Anda melakukan sesuatu untuk mendapat senyuman dari orang lain? Untuk mendapat hadiah? Atau untuk mendapatkan uang? Apalagi kira-kira alasan orang melakukan sesuatu? Untuk mengetahui lebih jauh lagi mengenai motivasi manusia, mari kita baca artikel ini:

Diane Gossen dalam bukunya Restructuring School Discipline, menyatakan ada 3 motivasi perilaku manusia:

Pernahkan Anda berada dalam sebuah situasi dimana anda sengaja melakukan sesuatu yang menyakitkan bagi anda, bahkan bertabrakan dengan penghargaan dari orang lain? Mengapa anda tetap memilih melakukannya padahal anda tahu akibatnya akan menyakitkan, anda mungkin akan dikecam secara sosial, bahkan ada kerugian secara finansial? Apa prinsip-prinsip yang anda perjuangkan dan anda lindungi? Saat itu, anda sedang menjadi orang yang seperti apa?

MY NOTES : Saat lulus SMA, saya punya keinginan untuk kuliah di kampus negeri yang ada di luar pesantren. Namun orangtua tidak mengizinkan keinginan saya tersebut karena dikhawatirkan saya salah pergaulan bila berada diluar lingkungan pesantren. Pada waktu itu, ingin sekali menolak keinginan orangtua yang menginginkan saya berkuliah di dalam lingkungan pesantren, bahkan sempat orangtua meberikan opsi pada saya kalau mau kuliah di luar pesantren maka harus bisa membiayai kuliah dan biaya hidup sendiri, sehingga pada akhirnya saya dengan berat hati mengikuti apa yang diinginkan oleh orangtua. Pada awalnya saya menjalani perkuliahan yang berada dalam pesantren dengan keterpaksaan. Namun, seiringnya waktu saya bisa menerima keadaan dan bisa mengambil hikmahnya bahwa setiap orangtua menginginkan yang terbaik untuk anaknya. 

Tugas 2.2 (1)

Bapak Ibu calon guru penggerak,

Tujuan dari disiplin positif adalah menanamkan motivasi yang ketiga pada murid-murid kita yaitu untuk menjadi orang yang mereka inginkan dan menghargai diri sendiri dengan nilai-nilai yang mereka percaya. Ketika murid-murid kita memiliki motivasi tersebut, mereka telah memiliki motivasi intrinsik yang berdampak jangka panjang, motivasi yang tidak akan terpengaruh pada adanya hukuman atau hadiah. Mereka akan tetap berperilaku baik dan berlandaskan nilai-nilai kebajikan karena mereka ingin menjadi orang yang menjunjung tinggi nilai-nilai yang mereka hargai. Pertanyaannya sekarang adalah bagaimana cara kita sebagai guru untuk menanamkan disiplin positif yang positif ini kepada murid-murid kita?

Sekarang, mari pikirkan tentang diri Anda sendiri. Anda sekarang mengikuti Program. Guru Penggerak, mengapa Anda mengikuti program ini? Apakah bila Anda tidak mengikuti program ini, akan ada hal yang menyakitkan yang akan terjadi pada Anda? Apakah ada hadiah atau penghargaan setelah Anda mengikuti program ini? Atau apakah Anda mengikuti program ini karena Anda ingin menjadi seorang guru dengan nilai-nilai yang Anda yakini, misalnya menjadi seorang guru pemelajar? Apa dampak ketiga motivasi tersebut pada diri Anda sebagai calon guru penggerak? Yang mana motivasi yang paling akan berdampak jangka panjang dan membuat Anda terus bersemangat secara internal?


Mungkin pada awalnya motivasi Anda mengikuti program ini karena ingin mendapat penghargaan. Namun seiring Anda mengikuti program ini dan kemudian menikmatinya, mungkinkah motivasi Anda akan berubah menjadi sebuah pemahaman untuk menjadi guru dengan nilai-nilai yang Anda yakini? Bila itu terjadi, dampaknya pada diri Anda?

MY NOTES : Cara kita untuk menanamkan disiplin positif yang positif adalah dengan berupaya menumbuhkan kedisiplinan dari dalam diri murid dengan cara memperkuat hubungan dengan murid, memahami perspektif murid, membangun empati, mengurangi hukuman, memperkuat kepercayaan serta memfasilitasi pemecahan masalah. 

Tugas 2.2 (2)

Selanjutnya,

Sebagai seorang guru, saat Anda hadir mengajar di kelas tepat waktu, motivasi apakah yang mendasari tindakan Anda? Apakah Anda datang tepat waktu karena tidak ingin ditegur oleh atasan Anda  dan kemudian mendapat surat peringatan (menghindari ketidaknyamanan dan hukuman) atau Anda ingin mendapatkan pujian dari atasan Anda dan mendapat penghargaan sebagai karyawan atau guru berprestasi? (mendapatkan imbalan atau penghargaan dari orang lain), atau Anda ingin menjadi orang yang menghargai waktu, menghargai diri Anda sendiri sebagai teladan bagi murid-murid Anda karena Anda percaya, tindakan Anda sebagai guru akan dicontoh oleh murid-murid Anda (menghargai nilai-nilai diri sendiri). Manakah motivasi yang paling kuat mendasari tindakan Anda? Atau bahkan kombinasi dari dua motivasi, atau bahkan ketiga-tiganya?

MY NOTES : Motivasi yang mendasari tindakan saya adalah saya ingin menjadi orang yang menghargai waktu, menghargai diri sendiri sebagai teladan bagi murid-murid, karena saya percaya, tindakan saya sebagai guru akan dicontoh oleh murid-murid (menghargai nilai-nilai diri sendiri). 

Tugas 2.2 (3)

Selanjutnya,

Bila di sekolah Anda tidak ada peraturan yang mengharuskan guru datang tepat waktu dan tidak ada surat teguran bagi guru yang datang terlambat, dan tidak ada atasan yang memuji Anda, apakah Anda akan tetap datang tepat waktu untuk mengajar murid-murid Anda?  Jelaskan alasan Anda.

MY NOTES : Saya tetap akan datang tepat waktu untuk mengajar anak didik saya, karena saya ingin menjadi teladan yang baik buat mereka. Sebagai pendidik saya mengharapkan perubahan positif terus terjadi pada anak didik saya baik dari segi keilmuan maupun tingkah laku mereka, agar kelak mereka bisa menjadi pribadi-pribadi yang bijak dan siap mengahadapi tuntutan zaman. Dengan demikian, murid akan terbiasa untuk melakukan hal-hal positif sesuai dengan nilai-nilai kebajikan. 

 Tugas 2.2 (4)

Selanjutnya,

Menurut Anda, dari ketiga jenis motivasi tadi, motivasi manakah yang saat ini paling banyak mendasari perilaku murid-murid Anda di sekolah? Jelaskan!

MY NOTES : Motivasi yang paling mendasari perilaku murid yakni sesuai dengan usia mereka yang berada di usia labil, sebagian besar mereka menghindari ketidaknyamanan dan hukuman(teguran) dan ingin mendapatkan pujian dari orang lain. 

Tugas 2.2 (5)

Selanjutnya,

Strategi apa yang selama ini Anda terapkan untuk menanamkan disiplin positif pada murid-murid anda, bagaimana hasilnya pada perilaku murid-murid Anda?

MY NOTES : Strategi yang saya lakukan adalah dengan memberikan teladan yang baik, memperkuat hubungan dengan murid, untuk lebih mengenal mereka serta meyakinkan mereka betapa pentingnya disiplin positif bagi mereka saat ini dan nanti. 

Tugas 2.2 (6)

Selanjutnya,

Nilai-nilai kebajikan apa yang Anda berusaha tanamkan pada murid-murid Anda di kelas dan sekolah Anda?

MY NOTES : Nilai-nilai kebajikan yang sesuai dengan Profil Pelajar Pancasila, yang terdiri dari enam dimensi diantaranya 1. Beriman dan Beriman dan bertawa kepa Tuhan YME, dan berahlak mulia 2.Berkebinekaan Global 3. Bergotong royong 4. Mandiri 5. Bernalar kritis 6. Kreatif 

 Pertanyaan Reflektif


Bacalah kasus Ibu Anas di bawah ini dan cobalah jawab pertanyaan-pertanyaan yang diberikan:

Iva kurang menguasai pelajaran Matematika, sehingga pada saat pelajaran tersebut berlangsung, dia lebih banyak berdiam diri atau menggambar di buku pelajarannya. Pada saat guru Matematikanya, Pak Seno, menanyakan pertanyaan Iva menjadi gugup, dan tak sengaja menjatuhkan tasnya dari kursi, serta tiba-tiba menjadi gagap pada saat berupaya menjawab. Seluruh kelas pun tertawa melihat perilaku Iva yang bicara tergagap dan terkejut tersebut. Pak Seno pada saat itu membiarkan teman-teman Iva menertawakan Iva yang tergagap dan malu luar biasa, dan malahan minta Iva untuk maju ke depan dan berdiri di depan kelas sambil menunjuk hidungnya karena tidak bisa menjawab pertanyaan Pak Seno. Kelas makin gaduh, dan anak-anak pun tertawa melihat Iva di depan kelas memegang ujung hidungnya.

Jawablah kedua pertanyaan ini, dan berilah minimal 2 tanggapan terhadap jawaban rekan Anda.

MY NOTES : 1. Saya tidak setuju dengan tindakan pak Seno terhadap Iva, karena tindakan yang dilakukan tidak berpihak pada murid, mempermalukan Iva di depan teman-temannya, sehingga bila Iva tidak menyikapi hal ini dengan positif maka dalam diri Iva akan muncul sikap apatis, menutup diri dengan lingkungannya, serta akan membenci pelajaran matematika bahkan bisa jadi Iva akan membenci Pak Seno. 2. Tindakan Pak Seno terhadap Iva adalah sebuah hukuman, karena tindakan Pak Seno lebih mengarah pada kekerasan mental yang akan membuat Iva tidak nyaman berada di lingkungan sekolah bila Iva tidak menyikapi hal ini dengan positif bahkan bisa jadi Iva akan membenci pelajaran matematika. 

 Hukuman, Konsekuensi dan Restitusi


Dalam menjalankan peraturan ataupun keyakinan kelas/sekolah, bilamana ada suatu pelanggaran, tentunya sesuatu harus terjadi. Untuk itu kita perlu meninjau ulang tindakan penegakan peraturan atau keyakinan kelas/sekolah kita selama ini. Tindakan terhadap suatu pelanggaran pada umumnya berbentuk hukuman atau konsekuensi. Dalam modul ini akan diperkenalkan program disiplin positif yang dinamakan Restitusi.  

Restitusi adalah proses menciptakan kondisi bagi murid untuk memperbaiki kesalahan mereka, sehingga mereka bisa kembali pada kelompok mereka, dengan karakter yang lebih kuat (Gossen; 2004). Restitusi juga merupakan proses kolaboratif yang mengajarkan murid untuk mencari solusi untuk masalah mereka, dan membantu murid berpikir tentang orang seperti apa yang mereka inginkan, dan bagaimana mereka harus memperlakukan orang lain (Chelsom Gossen, 1996). 

Sebelum kita membahas lebih mendalam tentang penerapan Restitusi, kita perlu bertanya dahulu, adakah perbedaan antara hukuman dan konsekuensi? Bila sama, di mana persamaannya? Bila berbeda, bagaimana perbedaannya? Di bawah ini Anda akan diberikan suatu gambaran perbedaan antara Hukuman, Konsekuensi, dan Restitusi itu sendiri. 

Bila kita melihat bagan di bawah ini, kata disiplin tanpa tambahan kata ‘positif’ di belakangnya, sesungguhnya sudah merupakan identitas sukses dan hukuman merupakan identitas gagal. Disiplin yang sudah bermakna positif terbagi dua bagian yaitu Disiplin dalam bentuk Konsekuensi, dan Disiplin dalam bentuk Restitusi, yang selanjutnya akan dijelaskan dengan lebih rinci di pembelajaran 2.2 dan 2.6.

Hukuman, Konsekuensi dan Restitusi.pdf

Berdasarkan bagan diatas, maka kita bisa menyimpulkan bahwa hukuman bersifat tidak terencana atau tiba-tiba. Anak atau murid tidak tahu apa yang akan terjadi, dan tidak dilibatkan. Hukuman bersifat satu arah, dari pihak guru yang memberikan, dan murid hanya menerima suatu hukuman tanpa melalui suatu kesepakatan, atau pengarahan dari pihak guru, baik sebelum atau sesudahnya. Hukuman yang diberikan bisa berupa fisik maupun psikis, murid/anak disakiti oleh suatu perbuatan atau kata-kata.

Sementara disiplin dalam bentuk konsekuensi, sudah terencana atau sudah disepakati; sudah dibahas dan disetujui oleh murid dan guru. Umumnya bentuk-bentuk konsekuensi dibuat oleh pihak guru (sekolah), dan murid sudah mengetahui sebelumnya konsekuensi yang akan diterima bila ada pelanggaran. Pada konsekuensi, murid tetap dibuat tidak nyaman untuk jangka waktu pendek. Konsekuensi biasanya diberikan berdasarkan suatu data yang umumnya dapat diukur, misalnya, setelah 3 kali tugasnya tidak diselesaikan pada batas waktu yang diberikan, atau murid melakukan kegiatan di luar kegiatan pembelajaran, misalnya mengobrol, maka murid tersebut akan kehilangan waktu bermain, dan harus menyelesaikan tugas karena ketertinggalannya. Peraturan dan konsekuensi yang mengikuti ini sudah diketahui sebelumnya oleh murid. Sikap guru di sini senantiasa memonitor murid. 

MY NOTES : Jelas berbeda antara hukuman dan konsekuensi. Hukuman bersifat tidak terencana, hukuman sering kali timbul karena kemarahan dan ketakutan, hukuman terlihat seperti cara agar anak melakukan apa yang kita inginkan. Sedangkan disiplin dalam bentuk konsekuensi, sudah terencana atau sudah disepakati. 

Tugas Mandiri
Setelah membaca bagan tentang perbedaan Hukuman, Konsekuensi dan Restitusi, maka isilah bagan di bawah ini, kira-kira bila seorang guru/orang tua melakukan tindakan yang dinyatakan di kolom sisi kiri, apakah tindakan tersebut berupa sebuah hukuman, konsekuensi? 

Hukuman atau Konsekuensi?

Mencatat 100 kali di dalam buku kalimat, “Saya tidak akan terlambat lagi”, karena terlambat ke sekolah.

MY NOTES : Bisa jadi ini adalah sebuah hukuman, bila sebelumnya tidak ada kesepakatan atau tidak terencana. Dan bisa jadi ini adalah sebuah konsekuensi bila sebelumnya ada kesepakatan dan bersifat terencana. 

Pertanyaan Reflektif
Bacalah kasus Ibu Anas di bawah ini dan jawablah pertanyaan-pertanyaan yang diberikan:

Ibu Anas guru kelas 2 SD, mendapatkan masalah. Murid-muridnya tidak bisa tertib berdiri antri di depan pintu kelas, dan selalu berebutan masuk ke dalam kelas setelah jam istirahat usai. Ini tentunya sangat mengganggu proses pembelajaran dimana kelas tidak dapat mulai tepat waktu karena Ibu Anas sibuk menenangkan murid-muridnya untuk waktu cukup lama. Akhirnya Bu Anas berpikir cepat, dan mengandalkan stiker bintang. Setiap murid-muridnya akan masuk kelas usai jam istirahat, Bu Anas akan mengiming-imingi murid-muridnya dengan stiker bintang. “Siapa yang dapat berdiri lurus dan berbaris rapi antri di depan pintu, dapat bintang dari Bu Anas!” Sebagian besar murid-muridnya menyambut tantangan tersebut, dan langsung berdiri rapi di depan pintu agar mendapatkan stiker bintang. Hal ini terus dilakukan Bu Anas selama beberapa minggu, karena cukup berhasil membuat murid-muridnya berdiri rapi antri di depan pintu. Sampai pada suatu saat Bu Anas sakit, dan terpaksa digantikan Pak Heru. Pak Heru tidak mengetahui tentang stiker bintang, dan benar saja, pada saat mau masuk ke kelas usai jam istirahat murid-murid kelas 2 kembali berebutan masuk kelas. Apa yang terjadi, mengapa? 

Jawablah ketiga pertanyaan ini, dan berilah minimal 2 tanggapan terhadap jawaban rekan Anda.

MY NOTES : 1. Motivasi murid-murid kelas 2 untuk bersedia berdiri antri sebelum masuk kelas termasuk motivasi ekstrinsik, karena yang mereka lakukan tidak berasal dari dalam diri mereka, namun apa yang mereka lakukan karena mengharapkan suatu penghargaan (stiker bintang) terbukti saat Bu Anas sakit, dan terpaksa digantikan Pak Heru, pada saat mau masuk ke kelas usai jam istirahat murid-murid kelas 2 kembali berebutan masuk kelas. 2. Cara lain agar mereka bersedia antri adalah dengan cara memberikan konsekuensi dengan cara membuat kesepakatan di awal pembelajaran yang bersifat terencana dan disepakati bersama. 

Dihukum oleh Penghargaan

“Saat kita berulang kali menjanjikan hadiah kepada anak-anak agar berperilaku bertanggung jawab, atau kepada seorang murid agar mempelajari sesuatu yang baru, atau kepada seorang karyawan agar melakukan pekerjaan yang berkualitas,kita sedang berasumsi mereka tidak dapat melakukannya,  atau mereka tidak akan memilih untuk melakukannya.”
(Alfie Kohn)

Alfie Kohn (Punished by Rewards, 1993, Wawancara ASCD Annual Conference, Maret 1995) mengemukakan baik penghargaan maupun hukuman, adalah cara-cara mengontrol perilaku seseorang yang menghancurkan potensi untuk pembelajaran yang sesungguhnya. Menurut Kohn, secara ideal tindakan belajar itu sendiri adalah penghargaan sesungguhnya.

Kohn selanjutnya  juga mengemukakan beberapa pernyataan dari hasil pengamatannya selama ini tentang tindakan memberikan penghargaan yang nilainya sama dengan menghukum seseorang.

Pengaruh Jangka Pendek dan Jangka Panjang

Penghargaan Tidak Efektif

Penghargaan Merusak Hubungan

Penghargaan Mengurangi Ketepatan

Riset I: Dalam sebuah percobaan, sekelompok anak laki-laki berusia sekitar 9 tahun diminta untuk melihat gambar-gambar wajah yang ditampilkan di layar, dan mereka harus memberitahukan jika wajah-wajah tersebut sama atau berbeda. Gambar-gambar tersebut hampir sama. Beberapa dari mereka diberi penghargaan (dalam bentuk uang) pada saat mereka memberikan jawaban benar, sementara sebagian yang lain tidak.

Hasil: Anak laki-laki yang dibayar membuat lebih banyak kesalahan.


Riset II: Anak-anak diminta mengingat kata-kata tertentu, kemudian mereka diminta mengambil kartu yang berisi kata-kata yang diingat tersebut setiap kali muncul. Beberapa anak diberikan permen setiap mereka memberikan jawaban yang benar, dan sebagian yang lain hanya diberitahu saja bila jawaban mereka benar.

Hasil: Anak-anak yang mendapatkan permen jawabannya banyak yang tidak tepat dibandingkan anak-anak yang hanya diberitahu jawabannya benar.

Penghargaan Menurunkan Kualitas

Pengamatan dilakukan pada sekelompok mahasiswa/i yang sedang kerja praktik di sebuah surat kabar universitas; saat itu mereka sedang belajar menuliskan sebuah artikel tentang sebuah judul berita utama. Seiring waktu mahasiswa/i tersebut semakin mampu bekerja dengan cepat. Kemudian, ada beberapa mahasiswa/i yang dibayar untuk setiap judul berita utama yang mereka mampu hasilkan, dan setelah beberapa lama mahasiswa/i yang dibayar ini hasil kinerjanya berhenti berkembang. Mereka yang tidak menerima bayaran terus berupaya mengasah diri menjadi lebih baik.

Penghargaan Mematikan Kreativitas

Penghargaan Menghukum

Motivasi dari Dalam Diri (Intrinsik)

Disadur dari materi pelatihan ‘Dihukum oleh Penghargaan’, Yayasan Pendidikan Luhur-Foundation for Excellence in Education, 2006. 

MY NOTES : Motivasi dari dalam diri (intrinsik) sejatinya lebih berhasil menjadikan anak untuk membudayakan disiplin positif. Sedangkan dihukum oleh penghargaan itu akan menjadikan anak terbiasa melakukan kebajikan dengan mengharap imbalan/penghargaan. 

Tugas 2.2 (7)
Bacalah kedelapan pembahasan tentang ‘Dihukum oleh Penghargaan’ yang dirangkum dalam kotak pada halaman sebelumnya. Rangkuman itu berisi pernyataan-pernyataan atau hasil penelitian yang dikumpulkan oleh pakar pendidikan Alfie Kohn. 

Pilihlah dua kotak yang berisi pernyataan atau hasil penelitian yang paling menarik atau menantang untuk Anda. Tuliskan tanggapan Anda terhadap pernyataan/hasil penelitian yang Anda pilih tersebut, kemudian berilah minimal 2 tanggapan atas jawaban/tanggapan rekan Anda.

MY NOTES : Bagi saya yang paling menarik atau menantang adalah bagian kolom motivasi dari dalam diri (intrinsik) karena menurut saya motivasi instrinsik jauh lebih efektif untuk merubah seseorang menjadi pribadi yang baik dan bijak, serta bagian kolom penghargaan merusak hubungan karena menimbulkan rasa iri dan hal ini bertentangan dengan ajaran agama kita. 

Restitusi: Sebuah Pendekatan untuk Menciptakan Disiplin Positif


Bapak Ibu calon guru penggerak, apa yang akan Anda lakukan bila, 

Bapak dan Ibu Calon Guru Penggerak, 

Bila ada seseorang berbuat salah pada Anda, ketika mereka menawarkan sebuah tindakan untuk memperbaiki kesalahan mereka,  kemungkinan besar, jawaban Anda adalah akan menolak semua tawaran itu, dan akan bilang, tidak usah, tidak apa-apa. Lupakan saja. 

Kebiasaan kita selama ini, bila ada orang yang berlaku salah pada kita adalah langsung memaafkan, atau bahkan kita melakukan sesuatu yang membuat mereka tidak nyaman atau merasa bersalah. Kita cenderung untuk berfokus pada kesalahan daripada mencari cara bagi orang yang berbuat kesalahan untuk memperbaiki diri. Kita lebih fokus pada pada cara mereka membayar akibat dari kesalahan mereka daripada mengembalikan harga diri mereka. Membuat kondisi menjadi impas, menjadi lebih penting daripada membuat situasi menjadi benar. 

Bapak Ibu guru penggerak,

Sebagai seorang guru, ketika murid Anda melakukan kesalahan, tindakan mana yang akan Anda lakukan?

Kalau Anda melakukan tindakan-tindakan di atas, mungkin Anda akan membuat murid Anda merasa menjadi anak yang gagal. Pertanyaannya sekarang, bagaimana sebaiknya respon kita bila ada murid kita melakukan kesalahan? Mari kita baca artikel ini. 

Restitusi.pdf

MY NOTES : Restitusi merupakan proses menciptakan posisi bagi murid untuk memperbaiki kesalahan mereka, sehingga mereka bisa kembali pada kelompoknya, dengan karakter yang lebih kuat. Restitusi dapat membantu murid menjadi lebih mempunyai tujuan, disiplin positif, dan memulihkan dirinya ketika berbuat kesalahan. Restitusi menguntungkan korban dan si pembuat salah. 

Penutup

Demikianlah penjelasan mengenai motivasi, hukuman dan penghargaan, serta restitusi sebagai upaya-upaya yang dapat dilakukan dalam membangun budaya positif di sekolah. Tentunya, untuk mewujudkan hal ini membutuhkan proses yang yang tidak bisa dilakukan dalam waktu singkat. Selain itu, proses ini juga membutuhkan keterlibatan semua pemangku kepentingan di sekolah.

Jika diperlukan, Bapak/ibu juga dapat mencermati dan mengunduh bahan bacaan tentang Teori Motivasi, Hukuman dan Penghargaan, Restitusi pada tautan berikut: 2.2. Teori Motivasi, Hukuman dan Penghargaan, Restitusi

Selanjutnya, silakan lanjutkan untuk mempelajari materi keyakinan kelas.

MY NOTES : Pembelajaran yang amat berharga, menyenangkan dan harus diterapkan untuk kebaikan anak didik kita. 

Pembelajaran 2.2.pdf